• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Regresi Logistik

Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variabel tak bebas (respon) merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Menurut Argesti (2002), regresi logistik (model logistik atau model logit) dalam statistika digunakan untuk memprediksi probabilitas kejadian suatu peristiwa dengan mencocokkan data pada fungsi logit kurva logistik. Metode ini merupakan model linier umum yang digunakan untuk regresi binomial. Model yang digunakan dalam regresi logistik, Log (P / 1 –p) = β0+ β1X1+ β2X2+ …. + βkXk….………..(1) Dimana :

P : Kemungkinan bahwa Y = 1 X1, X2, X3 : Variabel bebas

Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor atau respon (log (p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linier dari variabel bebas. Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit (Ariyoso 2009). Regresi logistik menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Secara umum, rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan peluang yang dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor diartikan sebagai jumlah relatif dimana peluang hasil meningkat atau turun ketika nilai variabel prediktor meningkat sebesar 1 unit.

Uji yang digunakan pada analisis logistik diantaranya ialah uji wald dan uji G. Uji Wald menurut Rosadi (2011) merupakan uji terhadap masing-masing koefisien pada regresi logistik yang disebut juga partially test. Hipotesis pada uji wald ini sebagai berikut :

H0 : prediktor secara univariat tidak berpengaruh signifikan terhadap respons (βi = 0; = 0,1,2,3,…,p)

H1 : prediktor secara univariat berpengaruh signifikan terhadap respons (βi≠0; = 0,1,2,3,…,p)

Pada tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar α.

Uji yang digunakan untuk melihat signifikansi regresi secara simultan ialah Uji G. Menurut Hosmer (2000), Uji G merupakan uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) untuk peranan variabel bebas. Uji ini mengikuti sebaran chi-square (X2) dengan derajat bebas p.

Hipotesis :

H0 : β1 = β2 = β3= … =βp = 0 H1 : minimal 1 nilai yang βi≠0

i = 1,2,3,…,p

Rumus umum Uji G adalah : G = - 2ln�0

�1………(2)

Dimana :

L0 : Likelihood tanpa variabel bebas L1 : Likelihood dengan variabel bebas

Kaidah keputusan yang diambil yaitu menolak H0 juga G > X2. 2.5 Perilaku Ekonomi

Perilaku ekonomi atau behavioral economics merupakan sebuah ilmu yang berkonsentrasi pada menjelaskan keputusan ekonomi yang dibuat seseorang dalam suatu kegiatan, terutama ketika berhubungan dengan teori ekonomi konvensional mereka akan memprediksi apa yang akan dilakukan. Behavioris

mencoba untuk menambah atau mengganti ide-ide tradisional dari rasionalitas ekonomi (homo economicus) dengan model pengambilan keputusan yang dipinjam dari psikologi. Perilaku ekonomi menurut Fariyanti (2008) merupakan perilaku yang menunjukkan respon individu sebagai konsumen maupun produsen terhadap perubahan pasar yang terjadi, yang bertujuan memaksimumkan utilitas. Dalam pemanfaatan sumberdaya terdapat basis cara pandang yang berbeda. Terdapat mahzab ecocentrisme, yaitu ekonomi setara dengan ekologi. Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan secara ramah lingkungan dan kesejahteraan manusia ditentukan oleh perilaku manusia terhadap alam termasuk dalam hal konsumsi, produksi, dan distribusi (Samin 2003).

Menurut Suparmoko (1989), dengan menggunakan model matematis menunjukkan saling ketergantungan antar lima faktor utama yang menunjukkan laju pertumbuhan dan batas pertumbuhan ekonomi di dunia. Faktor-faktor tersebut adalah penduduk, produksi pertanian, sumberdaya alam, produksi industri pengolahan, dan pencemaran lingkungan. Dari lima faktor tersebut, penduduk merupakan faktor yang justru lebih serius di sektor pertanian dibanding sektor luar pertanian. Pertumbuhan jumlah penduduk justru mendorong usaha pertumbuhan ekonomi, sebab jika tidak ada pertumbuhan ekonomi maka standar hidup manusia semakin merosot. Demikian pula dengan pencemaran lingkungan bukan saja merupakan hasil dari limbah industri, tetapi juga merupakan akibat dari keberadaan penduduk. Oleh karena itu, keberadaan penduduk dan perilakunya merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam melihat pertumbuhan ekonomi dan perubahan lingkungan.

Penelitian motif perilaku konservasi atau perlindungan sumberdaya alam mengasumsikan bahwa individu bertindak atas kepentingan ekonomi terbesar

mereka (Costanzo et al. 1986). Karakteristik responden dapat memberikan uji internal untuk respon yang masuk akal. Hubungan antara sikap dan perilaku telah menimbulkan sikap yang peduli lingkungan sebagai prediktor tindakan berbasis lingkungan (Kotchen 1999).

Spash (1997) menemukan bahwa sikap individu terhadap lingkungan berkorelasi dengan keadaan lingkungan, sehingga metode contingentt valuation

dapat digunakan untuk menjelaskan tanggapan penilaian dan motivasi yang mendasari penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan. Beberapa penelitian dalam literatur sosial-psikologi telah meneliti korelasi antara ukuran sikap lingkungan dan kesediaan untuk membayar (WTP) barang atau jasa lingkungan. Didapatkan bahwa probabilitas seseorang melakukan suatu tindakan akan tinggi jika berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih besar (Stern et al. 1993).

McFadden (1999) mengidentifikasi perilaku ekonomi dan rasionalitas dalam melakukan sebuah pilihan yang berkaitan dengan kegagalan perilaku yang berarti seseorang gagal dalam berperilaku seperti yang diperkirakan oleh teori pilihan rasional (disebut juga sebagai anomali, paradox, bias, persepsi, ilusi, dan paradigma). Terdapat banyak contoh kategori anomali behavioral economics

diantaranya bias status quo dan efek endowment, loss aversion, preferensi, dan selisih antara kesediaan untuk menerima (WTA) dan kesediaan untuk membayar (WTP).

Motif ekonomi adalah alasan ataupun tujuan seseorang sehingga seseorang itu melakukan tindakan ekonomi. Motif ekonomi terbagi dalam dua aspek (Ekonomikro 2011):

a. Motif Intrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tidakan ekonomi atas kemauan sendiri.

b. Motif ekstrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tidakan ekonomi atas dorongan orang lain.

Pada prakteknya terdapat beberapa macam motif ekonomi: motif memenuhi kebutuhan, motif memperoleh keuntungan, motif memperoleh penghargaan, motif memperoleh kekuasaan, dan motif sosial atau menolong sesama. Tindakan ekonomi adalah setiap usaha manusia yang dilandasi oleh

pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. Tindakan ekonomi terdiri atas dua aspek, yaitu :

a. Tindakan ekonomi rasional, yaitu setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan dan kenyataannya demikian. b. Tindakan ekonomi irrasional, yaitu setiap usaha manusia yang dilandasi

oleh pilihan yang paling menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.

Terdapat hubungan dalam perilaku ekonomi dengan ekonomi lingkungan. Hubungan antara perilaku ekonomi dan ekonomi lingkungan ini mendatangkan beberapa pertanyaan yang diantaranya mengenai pengukuran nilai dan kemampuan meningkatkan kemakmuran. Hal ini berkaitan dengan teori pilihan rasional dan memiliki batasan-batasan yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Batasan dan Keterkaitan Behavioral Economics vs Environmental Economics Pertanyaan Ekonomi Lingkungan Teori Pilihan Rasional Batasan Rasionalitas Batasan Self-interest Batasan Kekuatan Dapatkah kita mengukur nilai? Teori permintaan Teori kesejaheraan Ukuran surplus Nilai guna dan non guna Konteks preferensi bebas Konteks preferensi terikat efek endowmen formasi preferensi bias titik awal bias informasi Preferensi sosial Masalah komitme n Dapatkah kita meningkatkan kemakmuran secara keseluruhan? Perdagangan Pertumbuhan Produktifitas Inovasi Pasar modal Pasar kredit Harga asset Manipulasi bias konservasi penangguhan - - Sumber : Shogren 2012

Tabel 2 menjelaskan mengenai keterkaitan serta batasan dari pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku ekonomi dan ekonomi lingkungan. Terdapat beberapa pertanyaan mengenai ekonomi perilaku dan lingkungan berkaitan dengan pengukuran nilai dan tingkat kemakmuran secara keseluruhan. Beberapa teori pilihan rasional dapat menjelaskan pertanyaan tersebut dengan

batasan-batasan tertentu, diantaranya: batasan-batasan rasionalitas, batasan-batasan self-interest, dan batasan kekuatan.

Dokumen terkait