• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Pembangunan

Dalam dokumen LAKIP TPSA BPPT 2014 LAKIP TPSA 2014 (Halaman 54-64)

Pusat Riset dan

Inovasi Teknologi

Kelautan

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-24

6) Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Faktor Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja:

• BPPT memiliki SDM yang kompeten untuk melaksanakan survei dan analisis struktur vertikal lapisan tanah dan batuan dengan menerapkan teknologi geolistrik, baik untuk darat maupun laut sehingga target rekomendasi rencana pembangunan dapat terealisasi.

• BPPT memiliki teknologi dan peralatan yang mendukung untuk melaksanakan survei geologi dan geofisika dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan Puspiptekla di PPU.

• Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara pada pelaksanaan survey geolistrik calon lokasi Puspiptekla.

Faktor Penyebab Kegagalan/Penurunan Kinerja :

• SDM: perlunya tambahan SDM pada bidang teknik sipil dan teknik arsitektur dalam tim.

• Keuangan: Adanya pemotongan anggaran yang menyebabkan belum lengkapnya data dan informasi yang akan mendukung rekomendasi secara menyeluruh. Sebagai contoh belum adanya investigasi soil dan survei geolistrik laut.

Alternatif solusi yang telah dilakukan adalah mengutamakan pelaksanaan survei geolistrik untuk mendukung pre-DED fasilitas darat dan mengusulkan survei lanjutan geolistrik di laut dan investigasi soil pada tahun berikutnya, serta melaksanakan FGD dengan mengundang nara sumber yang berlatar belakang teknik sipil dan arsitektur.

 

7) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Penggunaan SDM dan peralatan sudah sangat efisien, namun untuk beberapa keahlian tertentu dalam pelaksanaan kegiatan masih diperlukan SDM dari unit lain melalui sistem matriks BPPT karena ketidaktersediaan di Balai Teksurla. Adapun dalam hal efisiensi anggaran, dalam pelaksanaan kegiatan telah dilakukan melalui pelaksanaan survey sekaligus untuk mengurangi biaya-biaya mobilisasi SDM maupun personil ke lokasi. Demikian pula dengan adanya pemotongan anggaran, efisiensi anggaran dilakukan dengan memprioritaskan pada kegiatan-kegiatan yang dapat didukung dengan SDM dan peralatan yang tersedia di BPPT. 

8) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

a. Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja adalah

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-25

• Penerapan teknologi resistivity dalam survei geolistrik darat untuk profil vertikal struktur tanah dan batuan di lokasi pada kawasan darat.

• Penerapan Teknologi Survei Laut untuk pembuatan peta topografi lokasi.

• Kesiapan Pemda Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU)-Propinsi Kalimatan Timur untuk menyiapkan lahan untuk pembangunan PUSPIPTEKLA melalui penandatanganan MOU antara Pemda Kab PPU dan KemenegRistek.

b. Program/kegiatan yang menyebabkan kegagalan pencapaian pernyataan kinerja adalah

- Pemilihan Lokasi : Lokasi awal yang telah dipilih BPPT untuk pembangunan Puspiptekla telah digunakan oleh Kementerian Perhubungan dengan membangun dermaga sehingga PEMDA memindahkan lokasi baru untuk lokasi Puspiptekla.

3.1.3. Sasaran Stretegis 3 : Diterapkannya teknologi reduksi risiko bencana oleh

mitra

Indikator Sasaran Strategis 3.1 : Jumlah Prototipe Teknologi Pengurangan Risiko

Bencana Gagal Teknologi.

1) Uraian Kegiatan

Indikator sasaran strategis 3.1 berupa 1 Prototipe Teknologi Pengurangan Risiko Bencana Gagal Teknologi yang dihasilkan adalah berupa teknologi pengurangan risiko bencana gempabumi DKI Jakarta. Indikator sasaran strategis ini mengintegrasikan 2

(dua) komponen utama yaitu: (1) analisis risiko bencana gempabumi pada gedung-

gedung bertingkat; (2) rekayasa teknologi pemantauan kesehatan struktur gedung bertingkat. Prototipe yang dihasilkan dari indikator sasaran strategis ini menjadi outcome kedeputian TPSA pada tahun 2014 berupa 1 prototipe sistem dan teknologi pemantauan dan deteksi dini kekuatan/kesehatan gedung terhadap gempa kepada Pemprov DKI Jakarta sebagaimana dirinci pada table berikut :

Tujuan pelaksanaan indikator sasaran strategis Teknologi Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi DKI Jakarta ini adalah untuk mengurangi risiko bencana gempabumi DKI Jakarta dengan cara mengidentifikasi ancaman gempabumi di DKI Jakarta, mendefinisikan kurva kerentanan gedung di DKI Jakarta, memantau kerentanan bangunan secara periodik dengan menggunakan teknologi pemantauan kesehatan gedung, dan memberikan rekomendasi sistem dan teknologi pemantauan dan deteksi dini kekuatan/kesehatan struktur gedung terhadap gempabumi kepada

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-26

Pemprov DKI Jakarta, dalam hal ini kepada BPBD DKI Jakarta.

Dari kegiatan teknologi pengurangan risiko bencana gempabumi telah dihasilkan 1 Prototipe Sistem dan Teknologi Pemantauan dan Deteksi Dini Kekuatan/Kesehatan Gedung Terhadap Gempa kepada Pemprov DKI Jakarta. Nilai

Technology Readiness Level (TRL) atau tingkat kesiapan teknologi ini mencapai 6.

Pada level ini, prototipe yang direkomendasikan kepada Pemprov DKI berupa demontrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam suatu lingkungan yang relevan (terpasang di salah satu gedung di Provinsi DKI).

Indikator sasaran strategis 3.1 ini didasarkan pada permasalahan yang ditemui pada gedung-gedung yang terdapat di DKI Jakarta yaitu :

• Usia gedung-gedung di DKI Jakarta banyak yang sudah tua

• Banyak gedung bertingkat yang tidak disiapkan untuk gempa besar

• Perlu perlindungan kepada masyarakat dari bencana gempabumi

Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), posisi DKI Jakarta memiliki peran yang sangat strategis. Dalam dokumen MP3EI, belum banyak disinggung mengenai parameter kebencanaan sebagai salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah perencanaan. Pembangunan ekonomi berjalan secara bertahap dan dalam tempo yang lambat, sementara bencana dapat terjadi dalam tempo seketika dan mampu melenyapkan seluruh potensi ekonomi yang telah susah payah dibangun.

Berdasarkan pertimbangan di atas, mulai tahun anggaran 2013 dan 2014, Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam melakukan kegiatan analisis ancaman gempabumi di DKI Jakarta, teknologi database spasial bangunan di DKI Jakarta secara sistematis, dihubungkan dengan kerentanan, kemudian dilanjutkan dengan kaji terap teknologi monitoring kesehatan gedung secara real time, di mana beberapa gedung

akan dilengkapi peralatan untuk memantau kemampuan gedung dalam menerima gangguan, baik yang disebabkan oleh gangguan rutin seperti angin dan kendaraan berat, maupun goncangan gempa bumi. Dari monitoring kesehatan gedung ini, dapat diprediksikan kesehatan gedung dan kemampuannya dalam menghadapi goncangan gempa besar.

Secara umum tujuan dari pelaksanaan indikator sasaran strategis 4 dalam bentuk teknologi berupa :

• Pemetaan risiko gedung-gedung di DKI Jakarta pada beberapa skenario gempa dengan teknologi SiJAGAT (Sistem kaJi cepAt risiko gempabumi Gedung BertingkAT)

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-27

• Pemantauan kesehatan struktur (Structural Health Monitoring) gedung bertingkat dengan teknologi SiKUAT (Sistem informasi Kesehatan struktUr gedung bertingkAT)

Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari dua jenis (tahap). Tahap pertama adalah kegiatan untuk mendukung SiJAGAT dan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan yang mendukung SiKUAT.

1. SiJAGAT (Sistem kaJi cepAt risiko gempabumi Gedung BertingkAT): digunakan untuk

pemetaan risiko gedung-gedung di DKI Jakarta pada beberapa skenario gempa a. Pembuatan kurva kerentanan gedung dengan menggunakan 4 faktor:

• Bentuk Gedung

• Fungsi Gedung

• Jumlah Lantai Gedung

• Tahun Pembangunan Gedung

b. Memetakan ancaman gempabumi DKI Jakarta:

• berdasarkan peta percepatan getaran gempabumi di batuan dasar yang dikeluarkan Kemen PU pada tahun 2010

• berdasarkan klasifikasi jenis tanah di DKI Jakarta berdasarkan rekaman data bor tanah sebelumnya di beberapa lokasi di Jakarta

c. Memetakan risiko bencana gempabumi DKI Jakarta terhadap gedung-gedung bertingkat berdasarkan kedua tahapan di atas:

• Terhadap ancaman gempabumi DKI Jakarta sesuai dengan Kemen PU

• Terhadap scenario gempabumi intensitas MMI IV s/d VIII di DKI Jakarta d. Pengembangan system di atas dengan menambah faktor penentu kerentanan

gedung sebagai berikut:

• Kuat tekan beton pada gedung dengan alat Hammer test

• Dimensi kolom dan jarak antar kolom, serta dimensi dinding struktur

• Data keseluruhan gedung berdasarkan As Built Drawing

• Pembuatan kurva kerentanan berdasarkan kuat tekan beton dan dimensi kolom

• Pembuatan kurva kerentanan berdasarkan data keseluruhan gedung

2. SiKUAT (Sistem informasi Kesehatan struktUr gedung bertingkAT): digunakan untuk

pemantauan kesehatan struktur (Structural Health Monitoring) gedung bertingkat

Sistem yang dapat memberikan informasi kondisi kesehatan gedung-gedung segera setelah gempabumi

• Menentukan apakah gedung-gedung masih sehat atau rusak setelah gempabumi

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-28

• Menunjukkan lokasi bangunan yang rusak

Untuk kegiatan di atas telah dibuat prototipe alat pengukur dan pemancar data getaran gedung. Alat ini digunakan untuk membuat Sistem Kerja Pemantauan Kesehatan Gedung Bertingkat. Hasil dari pemantauan ini adalah data getaran yang dikirim real time ke pusat pemantauan melalui telemetri. Data getaran ini diolah di pusat pemantauan untuk menunjukkan tingkat kesehatan/kerusakan gedung segera setelah gempabumi. Datanya dapat dikirim ke stakeholder melalui cellphone, sehingga dapat segera dilakukan tindakan penting yang berhubungan dengan tingkat kerusakan gedung segera setelah gempabumi.

Dari hasil simulasi, dapat ditunjukkan cara menentukan apakah gedung masih dalam kondisi baik pasca gempabumi dengan melihat rekaman simpangannya. Jika simpangan masih kembali ke garis netral, maka gedung masih baik. Jika simpangan makin menjauh dari garis netral, maka kemungkinan besar gedung sudah miring dan rusak akibat adanya gempa yang terjadi.

Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran strategis 3 terdiri dari Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), Target, Program/Kegiatan, Capaian Kinerja Outcome, dan Bukti Pendukung dirinci pada table berikut:

Tabel III-7. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 3.1

Sasaran Strategis:

Terlaksananya Pengkajian dan Penerapan Teknologi Reduksi Risiko Bencana

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah Prototipe Teknologi Pengurangan Risiko Bencana Gagal Teknologi

Penjelasan IKU :

1 Prototipe Sistem dan Teknologi Pemantauan dan Deteksi Dini Kekuatan/Kesehatan Gedung Terhadap Gempa kepada Pemprov DKI Jakarta

Program Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung

PPT / PPT Reduksi Risiko Bencana 2014

• Peta kerentanan dan risiko gedung- gedung bertingkat akibat bencana gempabumi DKI Jakarta.

Dipresentasikan di depan Gubernur DKI Jakarta pada 2 Oktober 2014 • Sistem informasi kesehatan struktur

gedung bertingkat.

Dipresentasikan di depan Gubernur

• Video kegiatan Pemda DKI di YouTube*) • Surat Pengantar

penyerahan laporan hasil kajian detail kerentanan dua gedung di Balaikota

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-29

DKI Jakarta pada 2 Oktober 2014 • Penyerahan hasil kajian detail

kerentanan dua gedung di Balaikota DKI Jakarta dan presentasi di BPBD DKI Jakarta bulan Feb 2015

DKI Jakarta dari Deputi TPSA kepada BPBD Pemda DKI Jakarta.

Gambar III-12. Pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama 2 Okt 2014 Link YouTube Video 02 Okt 2014 Wagub Basuki T. Purnama Menerima BPPT: http://www.youtube.com/watch?v=GQqrYZoAe9U&list=UUtzb3VE6W0-ZZErpS60733Q

 

Rencana tindak lanjut kegiatan di masa yang akan dating (RPJM 2015-2019) adalah membangun sistem informasi kesehatan struktur gedung yang lebih handal disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Juga dibangunnya alat uji berupa meja getar yang dapat menghasilkan getaran-getaran gempa pada bangunan model sehingga percepatan getaran dapat diukur dan dianalisis. Pembangunan meja getar juga membutuhkan keahlian dalam hal kontrol elektro-mekanik.

2) Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2014

Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran strategis 3.1 tahun ini dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran strategis yang telah ditetapkan dengan realisasinya.

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-30

Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran strategis tersebut diuraikan sebagai berikut:

Prosentase Capaian Kinerja = Realisasi x 100% Target

Prosentase Capaian Kinerja = 1 Prototipe x 100% 1 Prototipe

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kegiatan Mitra

Jumlah Prototipe Teknologi Pengurangan Risiko Bencana Gagal Teknologi 1 1 10 0 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Reduksi Risiko Bencana

Prototipe Sistem dan Teknologi Pemantauan dan Deteksi Dini Kekuatan/Kesehatan Gedung Terhadap Gempa kepada Pemprov DKI Jakarta Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta    

3) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya dijelaskan dalam tabel berikut. Dalam tabel perbandingan ini dilakukan perbandingan terhadap : (i) sistem kaji cepat kerentanan gedung bertingkat DKI Jakarta dan (ii) sistem informasi kesehatan struktur gedung bertingkat pada tahun 2013 dan 2014.

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-31

Tabel III-8. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya

Tahun Gedung Bertingkat DKI Jakarta Sistem Kaji Cepat Kerentanan Sistem Informasi Kesehatan Struktur Gedung Bertingkat

2013 Dibangun sebuah kurva kerentanan gedung bertingkat yang didasarkan pada data jumlah lantai, tahun pembuatan, fungsi gedung, dan keteraturan bentuk gedung. Data di atas mudah didapat dan pengaruh dari data tersebut terhadap kerentanan gedung dapat dikuantifikasi, sehingga kajian kerentanan gedung diharapkan dapat dilakukan dengan cepat. Juga berdasarkan studi literature, dibangun sebuah peta ancaman

gempabumi DKI Jakarta.

Kajian kerentanan dilakukan pada 80 gedung di DKI Jakarta, karena data gedung di atas sudah diketahui datanya hasil dari kegiatan sebelumnya (kajian yang berhubungan dengan data pemadaman kebakaran gedung pada tahun 2000). Dari 80 gedung tersebut, data yang diambil adalah data jumlah lantai, tahun pembuatan, fungsi gedung, dan keteraturan bentuk gedung. Data tersebut digunakan untuk menentukan kerentanan dari masing-masing gedung. Kemudian secara spasial gedung tersebutdipetakan.

Peta kerentanan digabung dengan peta ancaman gempabumi DKI Jakarta, akan didapatkan peta risiko gempabumi gedung-gedung di DKI Jakarta.

Dimulai pembangunan system sensor yang dapat merekam getaran gedung (baik akibat gempa maupun akibat getaran lain)

dengan tingkat ketelitian amplitude percepatan dan waktu rekam yang tinggi. Pada tahun 2013,

pengalaman mengenai perekaman data dengan kecepatan rekam sebesar 100 data perdetik belum dimiliki. Selama ini sensor yang sudah dibangun digunakan untuk merekam data dengan kecepatan misalnya 1 data per menit. Untuk getaran, paling tidak rekaman 100 data per detik adalah keharusan. Dibangun meja getar versi sederhana yang digerakkan dengan menggunakan tangan untuk menggoyang bangunan model di atasnya, untuk merekam data getaran pada bangunan model.

2014 Jumlah gedung diperluas dengan melakukan survey lapangan dan survey dari google earth® untuk mendapatkan data di atas. Hanya saja data tahun pembuatan lebih sulit didapat. Sehingga masih ada gedung yang belum didata tahun pembuatannya.

Dilakukan kajian detail kerentanan terhadap beberapa gedung milik Pemda DKI

Pembangunan system perekaman data dengan kecepatan rekam sebesar 100 data perdetik dan waktu rekam yang bersamaan dengan ketelitian 1 milidetik. Hal yang tak kalah pentingnya adalah proses integrasi dari data percepatan menjadi kecepatan dan kemudian perpindahan/simpangan. Karena salah satu kriteria dalam

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-32

menentukan kesehatan struktur gedung segera setelah gempa adalah perpindahan/simpangan Hal lain adalah frekuensi alami dari gedung. Data percepatan dari getaran selain gempa harus dapat menginformasikan frekuensi alami dari gedung. Setiap perubahan dari frekuensi alami harus mendapat perhatian karena berhubungan dengan perubahan

perilaku/kesehatan struktur dari gedung.

4) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Target Jangka Menengah

Realisasi kinerja hingga tahun 2014 berupa 1 Rekomendasi Sistem dan Teknologi Pemantauan dan Deteksi Dini Kekuatan/Kesehatan Gedung Terhadap Gempa kepada Pemprov DKI Jakarta dan Rekomendasi metode kaji cepat kerentanan gedung bertingkat untuk mendukung upaya pengurangan risiko bencana gempabumi DKI Jakarta.

Technologypada tingkat kesiapan teknologi level 6 bila dibandingkan dengan target

jangka menengahnya RPJM 2010-2014 telah tercapai dan direkomendasikan kepada Pemerintah Daerah Prov. DKI Jakarta dengan capaian TRL 6 belum dapat terlaksana sepenuhnya.

Dalam pengembangan prototipe peralatan tersebut di atas belum diadopsi standard nasioal karena belum adanya standard nasional mengenai pengembangan peralatan monitoring dan deteksi dini gas sebagaimana dimaksud di atas.

 

   

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-33

  Gambar III-13. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya

Dalam dokumen LAKIP TPSA BPPT 2014 LAKIP TPSA 2014 (Halaman 54-64)

Dokumen terkait