• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urian Kegiatan

Dalam dokumen LAKIP TPSA BPPT 2014 LAKIP TPSA 2014 (Halaman 34-39)

Indikator sasaran strategis berupa 1 rekomendasi sistem satelit penginderaan jauh (inderaja) nasional. Indikator sasaran strategis dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi tiga komponen utama dalam rencana realisasi sistem satelit inderaja yaitu: (1) komponen kebutuhan pengguna; (2) komponen sistem satelit teknologi inderaja yang tersedia; (3) sistem legalitas kelembagaan. Dari kegiatan ini telah dihasilkan output berupa1 dokumen yang berisi satu rekomendasi tentang sistem satelit penginderaan jauh Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan kemajuan teknologi satelit di dunia saat ini. Penjelasan indikator kinerja diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel III-2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Strategis

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Penjelasan

Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang

sumberdaya alam oleh mitra Jumlah Rekomenasi pengembangan dan pemanfaatan satelit observasi kebumian Indonesia (InaSat) 1 1 dokumen rekomendasi teknologi sistem satelit penginderaan jauh nasional

Pada tahun 2013 dan 2014, Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA) – TPSA-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam menginisiasi kegiatan Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia. Kegiatan ini dikenal dengan nama Ina-SAT sebagai perwujudan rencana nama pada satelit penginderaan jauh (inderaja atau remote sensing) tersebut.

Kegiatan ini didasarkan pada kebutuhan nasional tentang informasi geospasial yang dapat disediakan oleh satelit inderaja ini, serta kemandirian bangsa di bidang teknologi inderaja. Kebijakan pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-dua dan ke-tiga periode 2010 –

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-4

2019 adalah pembangunan yang berbasiskan kemampuan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK). Teknologi inderaja, khususnya dengan menguasai komponen sistem satelit inderaja sangat sesuai dan dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan nasional untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Sebagai benua maritim, Indonesia sangat kaya akan sumberdaya alam yang membutuhkan upaya inventarisasi dan kebijakan pengelolaan yang tepat melalui informasi spasial untuk kemakmuran bangsa. Selain itu, tantangan dari bencana yang mungkin terjadi akibat letak negara di zona pertemuan lempeng tektonik dan jalur gunung api, juga membutuhkan informasi spasial dalam upaya pengurangan risiko bencana. Informasi spasial untuk wilayah yang luas dapat diperoleh secara efisien melalui data dari sistem satelit inderaja.Selain itu, sistem satelit inderaja sangat berperan dalam membantu upaya pertahanan negara.

Indonesia telah memanfaatkan teknologi inderaja berbasiskan satelit sejak tahun 1980-an dan terus berusaha untuk menguasai teknik dan metode akuisisi, analisis, pemodelan dan interpretasi data atau citra satelit.Tetapi sampai saat ini, posisi Indonesia masih dalam tahap penerima dan pengguna data, belum sebagai penyedia data (satellite data provider).

Hasil kegiatan PTISDA-TPSA tahun 2013 dan 2014 terkait dengan Ina-SAT adalah menghasilkan dokumen Technology Needs Assessment (TNA) Sistem Satelit Inderaja Nasional, dan dokumen Rekomendasi Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (Ina-Sat). Dokumen ini memuat hasil kajian dan analisis terhadap tiga komponen utama sistem satelit inderaja nasional yaitu: komponen kebutuhan pengguna (user requirement), komponen penyedia teknologi (technology provider), dan komponen aspek kebijakan, hukum dan kelembagaan (policy and legal aspects).

Secara umum, Indonesia membutuhkan sistem satelit pengindera bumi untuk tiga aplikasi utama yaitu: pemantauan pada saat terjadi keadaan darurat (emergency response); untuk pemetaan dan pemantauan permukaan bumi; dan pemantauan cuaca dan atmosferik. Untuk itu, Indonesia membutuhkan sistem sensor optik (multispectral and hyperspectral remote sensing) dan radar (microwave remote sensing).Sensor ini dapat diletakan pada sistem satelit kelas kecil - menengah (small to medium class satellite). Estimasi biaya pembangunan sistem satelit inderaja termasuk pembangunan fasilitas AIT (assembly, integration and test) dan penyiapan sumberdaya manusia adalah sekitar 150 juta US Dollar dengan jangka waktu pembangunan sekitar 3-5 tahun.

Indonesia saat ini sudah menguasai teknologi sistem satelit kelas mikro dan juga telah mempunyai infrastruktur sistem stasiun bumi sebagai penerima data satelit.Berbagai kajian aplikasi dan pemanfaatan data satelit telah dilaksanakan. Dengan

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-5

meningkatkan nilai tambah dan pengelolaan proses bisnis data satelit yang terintegrasi, industri jasa penginderaan jauh akan tumbuh dan berkembang dan berkontribusi pada ekonomi nasional. Dari hasil studi kepustakaan, diskusi dan kunjungan ke berbagai industri satelit terlihat bahwa teknologi satelit inderaja terus berkembang ke arah peningkatan efisiensi dan berdampak pada bobot dan ukuran satelit.Hal ini membuat satelit dengan bobot di bawah 500kg menjadi operasional dengan kemampuan yang sangat baik dan tentu saja mengurangi biaya pembuatan. Karena biaya yang terus mengecil, maka konsep satu satelit dengan satu misi (satu sensor) juga akan berkembang.

Seiring dengan hal tersebut, maka arah sistem satelit inderaja nasional yang operasional sebaiknya mengarah ke satelit dengan bobot di bawah 500 kg tetapi dengan jumlah yang lebih dari satu, sehingga membentuk konstelasi. Misalnya satu satelit sistem optik-hyperspectral dengan orbit polar Sun-Synchronous, dan satu atau dua satelit radar yang salah satunya adalah orbit ekuator (near-equatorial orbit).

Dengan memiliki dan mengoperasikan sistem satelit Inderaja sendiri, memungkinkan Indonesia menjadi penyedia data satelit, khususnya untuk kawasan Asia Tenggara. Hal ini tentu saja berpotensi untuk menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan akan berkali lipat apabila diberikan sentuhan analisis dan interpretasi sehingga informasi yang diberikan berbeda dengan yang lain. Potensi ini akan mendukung sistem ekonomi dalam persaingan global, utamanya dalam mengantisipasi gempuran gelombang ekonomi global yang bersifat kreatif. Gelombang ekonomi kreatif ini merupakan gelombang ekonomi keempat setelah gelombang ekonomi pertanian, gelombang ekonomi industri serta gelombang ekonomi informasi.

Dengan menguasai pangsa pasar dalam negeri dan kawasan regional dalam bidang data satelit, maka bangsa Indonesia tidak perlu khawatir untuk bersaing dan berdagang secara global di masa yang akan datang, seperti zona bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area, AFTA) tahun 2015; dan zona bebas Asia Pasifik. Dengan mengoperasikan dan memiliki sistem satelit Inderaja nasional akan mengangkat dan mensejajarkan posisi bangsa Indonesia dalam kancah internasional, khususnya dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Vietnam, Singapura dan Malaysia yang telah memiliki dan mengoperasikan sistem satelit Inderaja mereka sendiri.

 

Gambar III-1. Proses Bisnis Pemanfaatan Data Satelit Inderaja (Sumber: MRI)

 

Gambar III-3. Kemungkinan Solusi Jenis Sistem Satelit Inderaja (Sumber: modifikasi dari Sumitomo Corp.)

 

Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran strategis 1 terdiri dari Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), Target, Program/Kegiatan, Capaian Kinerja Output, dan Bukti Pendukung dirinci pada tabel berikut:

Tabel III-3. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1.1

Sasaran Strategis 1:

Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang sumberdaya alam oleh mitra

Indikator Kinerja Utama (IKU):

Jumlah rekomendasi teknologi sistem satelit penginderaan jauh nasional Indonesia

Penjelasan IKU :

1 rekomendasi sistem satelit penginderaan jauh nasional  

 

LAKIP 2014 TPSA BPPT III-8

Program/Kegiatan Capaian Kinerja Output Bukti Pendukung

PPT / PPT Inventarisasi Sumberdaya Alam 2014

• 1 Rekomendasi Sistem Satelit Penginderaan Jauh Nasional

1 Dokumen

Rekomendasi sistem satelit Inderaja Nasional Indonesia

 

Dalam dokumen LAKIP TPSA BPPT 2014 LAKIP TPSA 2014 (Halaman 34-39)

Dokumen terkait