BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
2. Relasi B: Informan 3 dan Informan 4
a. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3
Tabel 2.4. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3
KETERANGAN TEMPAT HARI,
TANGGAL
WAKTU
Wawancara I Kobayashi
Pattisserie dan
Boulagerie
Jumat, 5
Desember 2014
13.00 –
14.00 WIB
Wawancara II Rumah
Informan 3,
Pogung
Senin, 8
Desember 2014
17.00 –
18.00 WIB
Member checking Rumah
Informan 3,
Pogung
Jumat, 9 Januari
2015
13.30 –
14.15 WIB
b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4
Tabel 2.5. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4
KETERANGAN TEMPAT HARI,
TANGGAL WAKTU
Wawancara I Ayara
Coffeeshop,
Jalan Sudirman
Selasa, 4
November 2014
15.30 –
18.00 WIB
Wawancara II Zara-Zara LN2
Ice Cream,
Ringroad Utara
Senin, 10
November 2014
14.00 –
15.00 WIB
Member checking J.Co Donuts
dan Coffee,
Jogja City Mall,
Jalan Magelang
Senin, 12 Januari
2015
17.00 –
18.30 WIB
45
c. Relasi B dari Sudut Pandang Informan 3
Dibandingkan dengan teman-teman maupun dengan orangtuanya,
informan 3 lebih dekat dengan saudara kandungnya (informan 4).
Kekecewaan dan kebingungannya akan perpisahan orangtua ia
ceritakan dengan saudara kandungnya. Informan 3 mengatakan bahwa
saudara kandungnya kemudian menceritakan kepadanya mengenai
konflik-konflik orangtuanya yang tidak diketahuinya, serta
perasaan-perasaan saudara kandungnya tentang perceraian. Diskusi-diskusi
tersebut membuat informan 3 dan saudara kandungnya lebih mampu
untuk saling memahami. Pernyataan ini membuat harapan informan 3
untuk dapat senantiasa akrab dengan saudara kandungnya menjadi hal
yang wajar. Hal ini disampaikan oleh informan 3:
“Menanggapinya yo dia juga cerita sih. Cerita dari dulu
pertama dia ngerti diceritain dari bapak sama ibu, ya dia
udah bilang dulu. Ya sehabis di perceraian itu dia
ceritanya. Ya sama-sama ngertiin aja.” (Informan 3, 97 –
100)
Informan 3 dan saudara kandungnya bertemu setiap hari karena
tinggal serumah. Ketika berada di rumah, keduanya sering berdiskusi
selama beberapa jam setiap harinya. Jika salah satu sedang berpergian
ke luar kota atau tidak berada di rumah, keduanya akan saling
mengabari melalui pesan singkat. Meskipun tinggal serumah, informan
3 dan saudara kandungnya tetap menyempatkan diri untuk berpergian
bersama ketika mempunyai waktu luang. Hal ini terungkap dalam
wawancara:
“Cukup. Sesering apa ya... Dikit-dikit diskusi lah
pokokmen. Walaupun jauh, tetap SMS. Apapun cerita sama
kakakku lah kalau sekarang. ... Nggak sering sih, ya kadang
pengen main ke mana gitu, pas waktu luang. Apa nggak
yang pergi agak jauh gitu. Kalau pas ada balapan di luar
kota gitu, ya bareng..” (Informan 3, 148 – 150 dan 167 –
169)
Informan 3 mengatakan bahwa diskusi berjam-jam dengan
saudara kandungnya banyak diisi dengan bahasan mengenai hobi
mereka, yaitu bersepeda. Cerita-cerita keseharian dan lain sebagainya
juga diceritakan oleh informan 3 kepada saudara kandungnya, begitu
pula sebaliknya. Informan 3 mengakui bahwa ia dekat dengan saudara
kandungnya, sehingga bisa menceritakan apapun kepadanya dan merasa
lega setelah bercerita. Informan 3 pun merasa bahwa beban pikirannya
berkurang setelah berbicara dengan saudara kandungnya. Demikian
kata-kata informan 3:
“Masalah hobi, pasti. Sepedaan itu. Banyak lah pokokmen.
Dia baru habis ngapain, ceritain. Dia ketemu sama siapa,
ceritain. Ya ngobrol-ngobrol biasa gitu. Ya ngobrol dari
hal-hal paling nggak penting sampai yang penting.”
(Informan 3, 172 – 176)
Hubungan informan 3 dan saudara kandungnya tidak banyak
diwarnai oleh konflik. Keduanya sangat akur, dan konflik yang muncul
lebih banyak terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan apa yang
diminta atau kata-kata yang menyakiti. Akan tetapi, informan 3 lebih
banyak bercanda ketika saudara kandungnya membentaknya, sehingga
tidak belanjut menjadi sebuah masalah. Setiap konflik yang muncul
mampu diselesaikan dengan cepat, yaitu dalam waktu satu jam. Cara
47
informan 3 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik adalah
dengan mengambil waktu untuk berbicara dengan satu sama lain dan
meminta maaf. Informan 3 menyatakan dalam wawancara:
“Jarang, jarang banget. Dalam seminggu nggak mesti. ...
Sejam paling. Misalnya punya masalah hari ini, malamnya
udahberes.” (Informan 3, 222 dan 236 – 237)
Informan 3 menyatakan bahwa saudara kandungnya merasa
ibunya lebih memanjakan informan 3. Meskipun begitu, saudara
kandung informan 3 hanya mempermasalahkan hal tersebut dengan
ibunya dan tidak dengan informan 3, sehingga hubungan dengan
saudara kandungnya tidak terluka oleh hal itu.
Informan 3 dan saudara kandungnya saling memberikan solusi
dan saran untuk masalah-masalah yang dialami. Keduanya juga dapat
saling mempertimbangkan solusi yang diberikan oleh satu sama lain.
Informan 3 mengatakan bahwa dirinya sering merasa sebal dengan
orang yang menyakiti saudara kandungnya, dan seringkali bertindak
langsung dengan cara menemui orang tersebut dan mengajaknya
berbicara. Terbukti dalam wawancara:
“Tapi kalau dia dijahatin sama orang ya aku ikut sebal. Ya
orang itu aku ajak ngomong, kalau emang bikin sebal
benaran. Kalau cuma karena sifat ya enggak, tapi kalau dia
ngapain kakakku ya aku ajak ngomong.” (Informan 3, 271 –
278)
Informan 3 merasa memiliki hubungan yang suportif dengan
saudara kandungnya. Informan 3 selalu mendukung keinginan dan hobi
saudara kandungnya, misalnya dengan membantu dan menemani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saudara kandungnya mencari keperluan bersepeda. Informan 3 juga
merasa bahwa saudara kandungnya turut mendukungnya dalam hobi
bersepedanya. Bahkan saudara kandungnya pernah membelikan
informan 3 sebuah sepeda untuk kejutan.
d. Relasi B dari Sudut Pandang Informan 4
Meskipun aspek akademis dan relasi sebaya informan 4 sempat
terganggu, hubungannya dengan saudara kandungnya (informan 3)
justru semakin dekat setelah perceraian. Bahkan, informan 4 berharap
dapat menjaga kekompakannya dengan saudara kandungnya hingga tua.
Sekarang ini, informan 4 dan saudara kandungnya bertemu setiap hari
di rumah dan selalu saling mengontak ketika tidak sedang bertemu.
Ketika saudara kandungnya berada di luar kota untuk berkegiatan,
informan 4 juga selalu mengecek keadaannya. Seperti yang dikatakan
oleh informan 4 dalam wawancara:
“Kalau kontak sih sering banget. Hampir setiap hari sih.
Kalau dia ke mana, karena aku ngerasa dekat sih sama
adikku. ... Hampir setiap hari pasti kontak. Kalau dia lagi
di luar kota ya pasti tak tanyain, minimal satu dua kali.
Tapi kalau di rumah sih sering, paling kalau nggak di
rumah tuh ya nyariin...” (Informan 4, 221 – 232)
Di rumah, informan 4 dan saudara kandungnya banyak bercerita.
Cerita-cerita yang menjadi bahasan keduanya biasanya berupa cerita
sehari-hari, cerita tentang anggota keluarga yang lain, dan diskusi
tentang minat bersepeda mereka. Informan 4 juga sering berkeluh kesah
dan menceritakan masalahnya kepada saudara kandungnya. Hal ini
49
dilakukan informan 4 karena ia merasa mendapatkan ketenangan dan
kenyamanan dari bercerita dengan saudara kandungnya. Sesekali
saudara kandung informan 4 juga menceritakan masalahnya kepada
informan 4. Dalam wawancara, informan 4 menyatakan:
“Menurutku, cerita sih sering, cuma nggak dalam gitu.
Tentang masalah masing-masing itu nggak terlalu
dikeluarkan, jadi cuma masalah yang melibatkan aku atau
dia. ... Kebanyakan tentang sepeda sama keluarga. ... Oh,
ya. Beberapa kali (cerita keseharian), eh sering sih kayak
gitu.” (Informan 4, 234 – 238, 259 – 260, dan 279)
Informan 4 menyatakan bahwa dirinya jarang bermasalah dengan
saudara kandungnya. Konflik muncul karena perbedaan pendapat dan
salah satu pihak keras kepala, atau ketika informan 4 membangunkan
saudara kandungnya secara tiba-tiba. Selain itu, informan 4 juga merasa
bahwa ibunya lebih memanjakan dan lebih terbuka dengan saudara
kandungnya. Informan 4 dapat menerima keadaan tersebut, karena
mengetahui bahwa ibunya lebih senang dengan saudara kandungnya
yang tidak pernah menyanggah ibunya seperti yang dilakukan oleh
informan 4. Informan 4 dan saudara kandungnya juga bersedia untuk
saling meminta maaf sehingga masalah dapat diselesaikan dalam waktu
yang singkat, biasanya pada hari yang sama. Hal ini tampak dalam
wawancara dengan informan 4:
“Jarang banget ada masalah. Paling cuma cek-cok cek-cok
gitu sih. Beda pendapat tentang suatu hal, kayak mau
benarin sepeda ini, dengan caraku. ... Kalau berantem
benar-benar berantem itu nggak pernah. ... Nggak pernah
lama sih kalau marah sama dia, karena aku ngerasa kalau
aku marah sama dia rasanya aneh tuh lho.” (Informan 4,
309 – 311, 306 – 307, dan 359 – 360)
Ketika informan 4 atau saudara kandungnya memiliki masalah,
pihak yang lainnya akan memberikan saran atau solusi untuk membantu
menyelesaikan masalah tersebut. Keduanya juga bersedia untuk
mempertimbangkan masukan dari pihak yang lain. Selain memberikan
saran, informan 4 juga sering memberikan kata-kata penenangan untuk
saudara kandungnya. Ketika saudara kandungnya bercerita kepadanya,
informan 4 merasa sangat ingin membantu saudara kandungnya.
Terkadang ia juga merasa kesal ketika saudara kandungnya disakiti oleh
orang lain. Informan 4 berkata demikian:
“Terus ya karena aku mencoba buat menjadi pendengar
yang baik, ya aku mendengarkan dulu, habis itu ya kasih
solusi atau gimana. ... Kayak aku butuh bantuan tentang
ada hal yang aku nggak tahu, terus dia mau cari solusinya
dulu. Habis sehari setelahnya dia ngasih tahu aku, caranya
kayak gini.” (Informan 4, 460 – 462 dan 467 – 470)
Selain memberikan solusi, informan 4 dan saudara kandungnya
juga saling mendukung lewat kehadiran dan tindakan. Informan 4
mendukung keputusan-keputusan saudara kandungnya, memantau
kondisi akademisnya, membantunya dalam berkarya, dan memodali
usaha saudara kandungnya. Sebaliknya, saudara kandung informan 4
mendukung informan 4 dalam menekuni hobinya, membantu informan
4 ketika meminta pertolongannya, serta meluangkan waktu untuk hadir
di saat-saat penting. Kebiasaan keduanya untuk saling merawat ketika
sakit juga memperkuat alasan informan 4 merasa kompak dengan
51
saudara kandungnya. Demikian yang tertulis dalam transkrip
wawancara:
“Kalau hubungannya, aku merasa ini kompak kan sama
adikku kompak, aku merasa tetap harus punya
kekompakkan ini, dirawat sampai entah besok tua atau
gimana. ... Nah, aku pengennya besok suatu saat kalau
sudah istilahnya masing-masing lah, pergi masing-masing,
punya keluarga masing-masing ya tetap kontak, tetap
support.” (Informan 4, 622 – 635)
e. Kesimpulan Relasi B
1) Kedekatan/keintiman
Informan 3 dan informan 4 tinggal serumah, sehingga mereka
mudah bertemu setiap hari. Ketika salah satu sedang tidak berada di
rumah, mereka akan saling mencari tahu kabar masing-masing. Di
rumah, informan 3 dan informan 4 selalu berkomunikasi, biasanya
berupa diskusi-diskusi yang berlangsung selama beberapa jam
tentang hobi, keluarga, keseharian, dan masalah-masalah personal.
Diskusi tersebut juga berlangsung ketika informan 3 dan informan 4
berpergian bersama untuk mengisi waktu luang. Keterbukaan antara
keduanya didorong oleh rasa nyaman dan ketenangan yang diberikan
oleh satu sama lain. Keduanya juga merasa lebih dekat dengan
saudara kandungnya dibandingkan dengan orangtua maupun
teman-teman. Ke depannya, keduanya berharap dapat tetap menjaga
komunikasi dan kedekatan dengan satu sama lain.
2) Konflik/persaingan yang rendah
Dalam relasi B, jarang sekali muncul konflik. Konflik biasanya
terjadi karena informan 4 membangunkan informan 3 secara
tiba-tiba, perbedaan pendapat tentang suatu hal, atau kata-kata informan 3
yang tidak berkenan di hati informan 4. Akan tetapi, konflik-konflik
tersebut tergolong ringan dan dapat diselesaikan dengan cepat,
karena baik informan 3 maupun informan 4 tidak segan untuk
meminta maaf.
Informan 4 merasa bahwa ibunya lebih memanjakan informan
3. Meski demikian, informan 4 tidak mengubah sikapnya terhadap
informan 3, melainkan membahas hal tersebut dengan ibunya
sehingga tidak ada konflik yang berarti.
3) Solidaritas
Informan 3 dan informan 4 cukup terbuka tentang masalah
masing-masing. Keduanya mampu memberikan solusi dan bertindak
untuk membantu satu sama lain. Informan 3 dan informan 4 juga
bersedia menerima pendapat dari saudara kandungnya. Bahkan,
terkadang informan 3 ikut merasa sebal dengan orang yang membuat
informan 4 kesal. Hal tersebut juga beberapa kali dirasakan oleh
informan 4.
Informan 3 dan informan 4 saling mendukung lewat kehadiran
pada momen-momen penting, serta mendukung keinginan maupun
53
hobi bersepeda satu sama lain. Selain itu, informan 3 banyak
menolong informan 4 ketika informan 4 membutuhkan bantuan.
Informan 4 juga mendukung informan 3 dengan memantau keadaan
akademis informan 3 di bangku kuliah.
4) Relasi Symmetrical dan Complementary (Knapp dan Vangelisti,
1995)
Sifat relasi symmetrical diterapkan ketika informan 3 dan
informan 4 saling memenuhi kebutuhan akan afeksi, seperti
kebutuhan akan perhatian dan pengertian ketika menceritakan
sebuah masalah. Pembagian tugas rumah dibuat seimbang oleh
kedua informan, sehingga keduanya memiliki kesetaraan dalam
hubungan mereka. Akan tetapi, ketika salah satu pihak mengalami
keadaan yang sulit sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya,
pihak yang lain bersedia untuk mengisi tugas tersebut. Meskipun
informan 3 merupakan orang yang tertutup dan informan 4 lebih
senang bicara secara terbuka, keduanya saling memahami sifat-sifat
tersebut sehingga tidak terjadi konflik. Hal ini merupakan wujud dari
penerapan relasi yang complementary.
Dalam dokumen
Kualitas relasi antarsaudara kandung pada remaja dari orangtua bercerai.
(Halaman 65-75)