• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN UMUM

B. Relasi Majikan dan Pembantu Rumah Tangga

Berdasarkan posisinya sebagai pengurus pekerjaan domestik, pembantu rumah tangga tentunya sering berada dan berinteraksi dengan majikannya. Karena itulah majikan sangat mungkin menjalin hubungan unik secara personal dengan pembantu rumah tangga. Di satu sisi, pembantu rumah tangga dianggap sebagai bagian dari keluarga. Namun di sisi lain, pembantu rumah tangga berperan tidak lebih sebagai karyawan yang harus siap mengerjakan tugas-tugas domestik, dan karena itulah mereka menerima bayaran.

Semua majikan yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka membangun sistem kekeluargaan dalam relasinya dengan pembantu rumah

45 tangga. Berdasarkan pentingnya peran pembantu rumah tangga, majikan cenderung menganggap pembantu rumah tangga sebagai bagian dari keluarga dan menyadari perlunya membangun kedekatan atau ikatan emosional dengannya. Seperti yang dinyatakan Moh. Muqit bahwa dia tidak memaksakan pekerjaan atau membebaskan pembantunya untuk mengerjakan urusan rumah tangga semampunya, bahkan berkomunikasi secara terbuka.

Ketika ditanya tentang bagaimana membangun relasi dengan pembantunya, Moh. Muqit menjawab:

“Seperti keluarga sendiri, dan apa yang kita makan, dia juga makan, disamaratakan, dan termasuk pekerjaan kita sesuaikan saja dengan kemampuannya. Kalau tidak mampu kita tidak pernah memaksanya.”7

Hal itu juga diperkuat dengan kejujuran yang ditunjukkan oleh pembantunya. Kejujuran pembantu itulah yang menjadikan Moh. Muqit memberikan perlakuan istimewa, seperti mendorong pembantunya untuk melanjutkan kuliah. Pembantu Moh. Moqit, Alif Layyinah, membenarkan pernyataan majikannya. Ketika ditanya tentang perlakuan istimewa yang diberikan majikannya, dia menjawab, “Mendorong saya untuk kuliah, yang daftarin kuliah majikan saya.”8

Alif Layyinah mengikuti kuliah dua kali seminggu secara online yang disediakan oleh Universitas Terbuka. Biaya kuliahnya diambil dari gaji bulanannya sebesar Rp. 550.000,- (lima ratus lima puluh ribu). Berdasarkan kebaikan majikannya itulah Alif Layyinah berupaya bekerja lebih rajin untuk

7

Wawancara pribadi dengan Moh. Muqit (sebagai majikannya Alif Layyinah). Bekasi, 23 Maret 2013.

8

Wawancara pribadi dengan Alif Layyinah (pembantu rumah tangga dari keluarga Moh. Muqit). Bekasi, 23 Maret 2013.

46 membalas kebaikan tersebut. Ketika ditanya tentang sikapnya terhadap perlakuan majikannya, dia menjawab, “Menyikapi dengan bekerja yang rajin, harus lebih dari kebaikannya lah.”9

Sistem kekelurgaan juga dibangun oleh Ach. Suhaimi, majikan kedua yang diwawancarai. Dia menyatakan bahwa apabila pembantu rumah tangga melakukan kesalahan, hanya perlu ditegur secara halus, sehingga tidak merusak hubungan mereka. Menururtnya, dia memperlakukan pembantunya dengan istimewa karena pembantunya juga berasal dari daerah yang sama dengannya, sehingga dia pun menganggap pembantunya seperti saudara.

Ketika ditanya tentang perlakuannya terhadap pembantunya, Ach. Suhaimi menjawab:

“Ya, mungkin istimewanya karena dia dari kampung kita sendiri, juga kita anggap saudara, kita kasih duit, kalau kita makan di warung dia juga dikasih.”10

Ach. Suhaimi hanya menegur pembantunya dengan cara halus apabila melakukan kesalahan, seperti yang diungkapkannya, “Ya, dengan halus aja, kadang ditegur.” Pembantu Ach. Suhaimi, Mukimah, membenarkan pernyataan majikannya bahwa dia diperlakukan seperti keluarga. Majikannya selalu bersikap baik terhadapnya, bahkan dia juga didukung untuk melanjutkan kuliah.

Ketika ditanya tentang perlakuan istimewa yang diberikan majikannya, Mukimah menjawab:

9

Wawancara pribadi dengan Alif Layyinah (pembantu rumah tangga dari keluarga Moh. Muqit). Bekasi, 23 Maret 2013.

10

Wawancara pribadi dengan Ach. Suhaimi (sebagai majikannya Mukimah). Bekasi, 09 Juni 2013.

47 Ada istimewanya si, istimewanya dia mendukung dan sangat mendukung aku untuk sekolah, dia pengen aku gak apaya? Ga putus belajar.”11

Namun bayaran kuliah Mukimah, tetap harus ditanggung sendiri, karena menurutnya, majikannya ingin mendidiknya untuk bisa menjadi mandiri dan merasakan susahnya mencari uang. Dia juga menganggap bahwa motivasi yang dilakukan majikannya sangat penting baginya.

Ketika ditanya tentang pembayaran kuliah dan kondisinya di kampus, Mukimah menjawab:

Klo pembayaran kuliahnya gak, karena dia tu ingin mendidik aku kayak gimana gitu kan, kayak gimana susahnya cari uang dan bisa mandiri. Klo jajan si ya dikasih, karena dia mungkin berpikir kasian takut di kampus kelaparan.”

Begitu pula kedua majikan lainnya yang diwawancarai, Siswandi dan Jabatan Damatik, menegaskan pentingnya membangun sistem kekeluargaan dengan pembantu mereka. Siswandi menganggap pentingnya memperlakukan pembantunya sebagai manusia, bahkan dia memberikan dua hari libur ketika dia dan istrinya juga libur. Jabatan Damatik juga memperlakukan pembantunya dengan cara baik dan hanya menegurnya bila melakukan kesalahan. Kondisi pembantunya yang juga memiliki anak mendorong Jabatan Damatik untuk memberikan keringanan kepada pembantunya, bahkan kadang dia memberikan tambahan gaji untuk kebutuhan keluarganya.

Ketika ditanya tentang bagaimana membangun relasi dengan pembantunya, Jabatan Damatik menjawab:

11

Wawancara pribadi dengan Mukimah (pembantu rumah tangga dari keluarga Ach. Suhaimi). Bekasi, 09 Juni 2013.

48

“Ya dengan cara baiklah, dia kan bekerja untuk mendapatkan uang, masak saya mau jahatin dia, kalau dia salah, saya tegur. Itu saja.”12

Pembantu Siswandi dan Jabatan Damatik membenarkan pernyataan majikan mereka. Pembantu Siswandi, Siti Rofikoh, mengungkapkan bahwa dia hanya ditegur kalau melakukan kesalahan, namun dia tidak keberatan menjalaninya karena dianggap sebagai bagian dari konsekuensi kerjanya sebagai pembantu.

Ketika ditanya tentang bagaimana perlakukan majikan terhadapnya, Siti Rofikoh menjawab:

“Ya, klo menyakiti perasaan si kadang klo kitanya ada salah ya, iya. Namanya orang kerja. Klo gak ada salahnya si baik-baik saja”13

Begitu pula Pembantu Jabatan Damatik, Suswanti, juga mengungkapkan bahwa majikannya bersikap pengertian. Majikannya sering memperlakukannya dengan baik, dan dia bersyukur mendapatkan majikan yang baik dan pengertian. Ketika ditanya tentang bagaimana majikannya memperlakukannya, Suswanti menjawab, “Baik si, ngerti. Alhamdulillah dapet yang ngerti. Dapet yang baik.”14

Dengan demikian, relasi yang dibangun antara majikan dan pembantu adalah sistem kekeluargaan. Majikan berupaya membangun kedekatan emosional dengan pembantunya, misalnya dengan memberikan tambahan upah untuk kebutuhan pembantu sehari-hari, atau dengan keikutsertaan majikan dalam mengerjakan urusan domestik ketika sedang libur kerja. Bahkan pembantu rumah

12

Wawancara pribadi dengan Jabatan Damatik (sebagai majikannya Suswanti). Bekasi, 16 Februari 2014.

13

Wawancara pribadi dengan Siti Rofikoh (pembantu rumah tangga dari keluarga

Siswandi). Bekasi, 08 Desember 2013.

14

Wawancara pribadi dengan Suswanti (pembantu rumah tangga dari keluarga Jabatan Damatik). Bekasi, 16 Februari 2014.

49 tangga mengaku tidak pernah dimarahi dan hanya ditegur oleh majikannya kalau melakukan kesalahan.

Kedekatan yang dibangun oleh majikan tersebut mendorong pembantu rumah tangga untuk lebih rajin bekerja sebagai balasan atas kebaikan majikannya. Meski banyak pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan, namun pembantu rumah tangga merasa nyaman dan terbiasa melakukan pekerjaannya. Sikap dan perlakuan baik yang ditunjukkan majikan juga bisa menjadi alasan bertahannya pembantu rumah tangga dalam profesinya, meski gaji yang diterima hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dokumen terkait