• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Relevansi Pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah Tentang

Di zaman sekarang ini, tentu berbeda dengan pada saat Abdul Fattah Abu Ghuddah menuntut ilmu. Dengan realita yang ada saat ini banyak sekali kita lihat bahwa nilai-nilai keteladanan sudah tidak diperhatikan lagi. Banyak kasus terjadi yang menjadikan sosok guru tidak lagi menjadi panutan yang baik bagi anak didiknya. Padahal seorang pendidik merupakan contoh ideal bagi anak didiknya.

Keteladanan memegang perang penting dalam dunia pendidikan karena kehidupan ini sebagian besar dilalui dengan saling meniru atau mencontoh oleh manusia yang satu pada manusia yang lain. Tak terkeculai anak didik kepada pendidiknya. Karena mereka menganggap apa yang dilakukan oleh gurunya adalah suatu yang benar dan patut untuk dicontoh. Kecenderungan mencontoh ini sangat besar peranannya pada anak-anak, mereka merupakan pribadi yang unik dimana mereka akan melakukan sebagaimana yang mereka lihat. Sehingga keteladanan sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan anak.

Sesuatu yang dicontoh, ditiru atau diteladani itu mungkin yang bersifat baik dan mungkin pula bernilai keburukan.

Namun yang dimaksud keteladanan dalam konteks sekarang adalah keladan dalam hal kebaikan dan bukan teladan dalam keburukan. Oleh karena itu, setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Selain bertugas untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak didik, Seorang pendidik juga harus mampu membimbing dan mengarahkan anak didiknya menjadi lebih baik, yaitu memiliki pengetahuan yang luas serta akhlak yang mulia.

Melihat realitas tersebut, pendidik memegang fungsi yang sangat penting serta tanggung jawab yang tidak mudah. Seorang pendidik tidak hanya sekedar transfer of knowledge tetapi juga menjadi teladan bagi anak didiknya. Tidak hanya mencerdaskan anak didiknya dalam bidang kognitif saja, melainkan juga aspek akhlak dan moral pula. Fungsi pendidik dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil yang yang dicapai. Oleh karena itu pendidik mempunyai tanggung jawab besar, bukan hanya saat waktu proses pendidikan itu berlangsung, tetapi juga menjadi dalam kehidupannya.

Sebagai teladan, guru harus memiliki karakter yang dapat dijadikan profil dan idola bagi anak didik. Seorang pendidik merupakan tokoh sentral yang diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik menjadi lebih baik karena peserta didik masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan seorang figur yang dapat membimbing dan mengarahkannya serta dapat dijadikan contoh. Sehingga seorang pendidik harus mampu

menempatkan dirinya sebagai sosok yang layak untuk ditiru serta mampu memberikan contoh atau suri tauladan yang baik kepada anak didiknya.

Dari keterangan pada bab sebelumnya kita akan menemukan begitu banyak nilai-nilai keteladanan yang dapat kita ambil dari kitab Ar-Rosul al-

Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim. Namun apakah nilai-nilai yang terdapat dalam kitab tersebut masih relevan jika diterapkan pada kondisi sekarang. Mengingat di zaman globalisasi ini, kita dihadapkan dengan kondisi yang sangat kompleks, berbeda jauh saat awal kitab ini dikarang.

Dari keterangan tersebut, penulis mencoba menganalisis apakah nilai- nilai keteladanan yang dipaparkan oleh syekh Abdul Fattah ini masih sesuai apa tidak. Inilah yang akan menjadi topik bahasan pada saat ini. Serta dalam kaitannya dengan tujuan pembuatan skrispi ini penulis mencoba untuk mengeksplorasi relevansi pemikiran Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam konteks kekinian. Apakah pemikiran beliau tentang pendidikan (khususnya tentang nilai-nilai keteladanan) masih relevan untuk diterapkan di era globalisasi saat ini ataukah tidak. Melihat zaman sekarang sudah berbeda jauh dengan zaman dahulu. Secara garis besarnya penulis akan menjelaskan pemikiran beliau jika dikaitkan dengan realitas yang ada pada zaman sekarang, antara lain sebagai berikut:

Pertama, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah berpendapat bahwa nilai keteladanan yang harus ada dalam diri pendidik adalah memudahkan dan tidak menyulitkan anak didiknya. Seorang pendidik dalam menjelaskan haruslah menggunakan cara-cara yang mudah dicerna oleh peserta didik,

yaitu dengan bahasa yang tepat, lugas dan simpel. Begitu juga pemilihan metode dan media belajar yang tepat dan sesuai dengan materi serta tingkat kemampuan peserta didik.

Nilai keteladanan yang pertama ini, yaitu memudahkan dan tidak menyulitkan masih relevan jika diterapkan pada zaman sekarang. Melalui sifat ini seseorang akan bijak dalam menghadapi berbagai individu yang berbeda. Begitupu seorang pendidik, melaui sifat ini dia akan menjadi orang yang bijak dalam mengembang tugas dan tanggung jawabnya, karena dia menyadari setiap anak didik itu bersifat unik serta memiliki karakteristik yang berbeda karena perbedaan potensi yang ada dalam diri mereka. Sehingga dalam menyampaikan materi kepada didiknya, seorang pendidik akan menggunakan cara atau strategi yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak didiknya.

Kedua, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah berpendapat bahwa nilai keteladanan selanjutnya yang harus ada dalam diri pendidik adalah memiliki rasa kasih sayang. Seorang pendidik harus memiliki rasa kasih sayang terhadap anak didiknya sebagaimana dia menyanyangi anaknya sendiri, maksudnya seorang guru dituntut untuk mencintai dan menyanyangi murid- muridnya seperti cintanya terhadap anal-anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan anak-anaknya sendiri.

Nilai keteladanan yang selanjutnya adalah kasih sayang. Sifat ini masih sangat relevan jika diterapkan pada konteks zaman sekarang. seorang pendidik yang baik adalah pendidik yang mencintai dan menyanyangi

murid-muridnya seperti cintanya terhadap anal-anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan anak-anaknya sendiri. Karena seorang pendidik adalah orang kedua bagi anak didiknya, sehingga wajar bila seorang pendidik mencintai dan menyanyanginya.

Ketiga, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah berpendapat bahwa nilai keteladanan selanjutnya yang harus ada dalam diri pendidik adalah sabar. Sabar adalah kunci kesuksesan dalam setiap hal termasuk di dalamnya adalah mendidik. Seorang pendidik harus menyadari bahwa anak didik merupakan individu yang masih tumbuh dan berkembang, kesalahan dan kekeliruan yang mereka lakukan harus dipahami sebagai sebuah proses untuk menjadi lebih baik. Kesalahan yang mereka lakukan bukanlah hasil final tapi hanyalah sebuah proses untuk memperbaiki kesalahan yang ada.

Nilai keteladanan sabar masih relevan jika diterapkan pada konteks zaman sekarang. Dimana dalam dunia pendidikan, sifat ini bertujuan untuk menguatkan manusia khususnya pendidik dalam menghadapi ujian, kesulitan, dan mempertahankan diri agar terhindar dari perbuatan yang merugikan diri sendiri sekaligus anak didiknya. Jadi sifat sabar akan menjadikan pendidik kuat dan tabah dalam menjalani profesinya sebagai seseorang yang membimbing dan mengarahkan anak didiknya.

Keempat, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah berpendapat bahwa nilai keteladanan selanjutnya yang harus ada dalam diri pendidik adalah Lemah lembut dan Tidak Kasar. Seorang pendidik hendaknya menjadi pembimbing bagi peserta didik, oleh karena itu pendekatan yang diperlukan dalam mendidik

adalah dengan sikap lemah lembut dengan cara menuntun dan membimbing peserta didik ke arah kebenaran. Dengan kelembutan maka diharapkan pelajaran yang disampaikan akan mudah dicerna dan dipahami oleh peserta didik.

Nilai keteladanan yang selanjutnya adalah lemah lembut. Sifat ini masih relevan jika diterapkan pada zaman sekarang ini. Sifat ini tak jauh berbeda dengan sifat kasih sayang, maksudnya sifat ini harus ada dalam diri setiap pendidik. Melaui sifat lemah lembut seseorang akan menjadi orang yang disayangi dan didengarkan semua perkataannya. Begitu pula dengan seorang guru, semua nasehat ataupun perkataannya akan didengarkan jika guru tersebut dalam menyampaikannya dilakukan dengan cara-cara yang seperti ini.

Kelima, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah berpendapat bahwa nilai keteladanan selanjutnya yang harus ada dalam diri pendidik adalah adil. Seorang pendidik hendaknya memperlakukan sama terhadap anak didiknya dalam berinteraksi dan menerapkan keadilan diantara mereka dalam hal memberi, yaitu adil dalam pengertian berlaku sesuai dengan keadaan dan kebutuhan, adil dalam perlakuan, kasih sayang dan pemberian sesuai dengan tempat dan keadaan.

Nilai keteladanan selanjutnya adalah adil. Sifat ini masih sangat relevan jika diterapkan pada zaman sekarang ini. Seorang pendidik adalah orang tua bagi anak didiknya, jadi sudah seharusnya dia bersikap adil dalam setiap tindakannya. Melalui sifat ini anak didik akan nyaman dalam mengikuti setiap

kegiatan yang dilakukannya, karena dia merasa diakui akan eksistensinya. Sehinnga semangat untuk belajar akan tumbuh pada setiap anak didik.

Keenam, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah berpendapat bahwa nilai keteladanan selanjutnya yang harus ada dalam diri pendidik adalah rendah hati. Pendidik yang baik adalah seorang yang bersifat terbuka, artinya mau menerima kritik dan saran, walaupun itu berasal dari anak didiknya. Seorang pendidik juga merupakan manusia biasa yang tak pernah luput dari yang namanya kesalahan. Sikap untuk mengakui kesalahan dan menerima kritik maupun saran merupakan sikap yang harus ada dalam setiap diri seorang pendidik.

Nilai keteladanan selanjutnya adalah rendah hati. Sifat ini masih relevan jika diterapkan pada zaman sekarang. Sifat ini akan menghindarkan seseorang dari sifat sombong. Selain itu kerendahan hati dapat menjadikan seseorang menghormati serta menghargai orang lain. Jadi sifat ini akan menjadikan pendidik bersikap terbuka dalam menerima kritik maupun saran walaupun itu berasal dari anak didiknya. Melalui sifat ini juga seorang pendidik melakukan intropeksi diri demi perbaikan kedepannya.

Ketujuh, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah berpendapat bahwa nilai keteladanan selanjutnya yang harus ada dalam diri pendidik adalah sederhana. Di zaman yang pragmatis dan hedonis ini menjadikan semua orang menjadi rakus, semua diukur berdasarkan keuntungan materil saja. Jadi sifat sederhana ini harus ada dalam setiap pendidik, agar rasa pengabdian muncul, sehingga ketika melakukan tugas dan tanggung jawabnya dilakukan dengan hati.

Nilai keteladanan selanjutnya adalah sederhana. Sifat ini masih relevan jika diterapkan pada zaman sekarang. Sifat ini akan menghindarkan seseorang dari perbuatan yang berlebihan, baik dalam ucapan maupun tindakan. Begitu juga dengan seorang pendidik, sifat ini sangat dibutuhkan dalam menyikapi semua apa yang dilakukan anak didiknya, baik dalam memberi pujian ataupun hukuman, sehingga semua masih berada dalam koridor pendidikan. Kalau sifat ini tidak ada dalam diri pendidik yang ada hanyalah usaha untuk mencari kesenangan pribadi dengan mencari keuntungan duniawi aja.

C.Implikasi Pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah Tentang Nilai

Dokumen terkait