• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Signifikansi Pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah

Adapun signifikansi nilai-nilai keteladanan Rasulullah SAW. yang terkandung dalam kitab Ar-Rosul al-Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut:

1. Memudahkan dan Tidak memberatkan

Salah satu prinsip dalam proses belajar mengajar adalah mempermudah penjelasan kepada peserta didik, tidak mempersulit penjelasan hingga membuat peserta didik sulit untuk mengerti dan memahami pelajaran yang disampaikan. Pilihlah penjelasan yang mudah dicerna oleh peserta didik dengan bahasa yang tepat, lugas dan simpel. Begitu juga pemilihan metode dan media belajar yang tepat dan sesuai dengan materi serta tingkat kemampuan peserta didik tanpa mengabaikan aspek tujuan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Seorang pendidik harus memilih strategi dan pendekatan yang mempermudah proses belajar mengajar, sehingga materi yang disampaikan akan mudah dipahami oleh peserta didik (Suryani, 2012: 80). Rasulullah SAW sendiri tidak pernah diberi dua pilihan kecuali mengambil pilihan yang paling ringan, selama hal tersebut tidak melanggar syariat yang telah ditetapkan (Suwaid, 2017: 44).

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita pahami bahwa Rasulullah tidak menghendaki mempersulit syariat yang ditetapkan oleh Allah SWT kepada makhluknya. Karena pada dasarnya syariat yang diturunkan oleh Allah SWT

adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Hal itu sejalan dengan dasar syariat, yaitu memudahkan, tidak menyulitkan dan menyedikitkan beban.

Oleh karena itu, seorang pendidik yang baik adalah pendidik yang memudahkan anak didiknya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan berbagai variasi metode dalam proses pembelajaran karena setiap anak didik menangkap informasi berbeda-beda, selain itu guru harus memahami apa yang harus diajarkan kepada anak didiknya, karena tantangan yang akan dihadapi oleh anak didik ke depan sangat kompleks, berbeda dengan yang dihadapi oleh pendidik pada saat itu, jadi anak didik harus dibekali dengan kemampuan untuk menghadapi zamannya nanti. Itulah diantara cara memudahkan pendidik bagi anak didiknya.

Allah SWT berfirman dalam surat al Baqarah ayat: 286. Firman tersebut mengatakan sebagai berikut:

اََلذ اَهَعْسُو لاِإ اًسْفَ ن ُوَّللا ُفِّلَكُي لا

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. al Baqarah: 286)

Begitupun dengan kepribadian Rasulullah, Beliau dalam menyampaikan dakwahnya menggunakan cara-cara atau metode yang mudah dipahami oleh para sahabatnya. Sehingga apa yang disampaikan oleh beliau membekas dalam diri para sahabatnya, sehingga menjadi karakter yang melekat kuat dalam kepribadian mereka. Adapun sikap keteladanan Nabi yang bersifat memudahkan dan tidak menyulitkan dalam kitab ar-rasul al-mu‟allim wa asalibuhu fi at-ta‟lim adalah sebagai berikut:

ز ملس و ويلع للها ىلص بىنلايريتخ ةصق بَ ,وحيحص نم قلاطلا باتك بَ ملسم ىورو

وتاجو

لا نا ونم تبغرو ,اهنع للها يضر وتراتخاف نهنم ةشئاعب ءادب دقو ,نهنع للها يضر تافيرشلا

نكلو ,اتنعتم لاو اتنعم نىثعبي لم للها نا :ملاسلاو ةلاصلا ويلع الذ لاقف ,وتراتخا انها اىيرغ بريخ

ارسيم املعم نىثعب

Artinya: Muslim dalam kitab shahihnya (bab perceraian), meriwayatkan proses yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. dalam memilih istri- istrinya. Perempuan pertama yang Dia pilih adalah Aisyah, dan Aisyah pun menginginkannya. Mengetahui hal itu, dia meminta agar Rasulullah tidak memberi tahu perempuan lain. Rasul pun menjawab,

“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang

menyusahkan dan merendahkan orang lain. Tetapi dia mengutusku sebagai seseorang guru dan pemberi kemudahan. (Assegaf, 2015: 8). Berdasarkan hadis di atas, nilai keteladanan yang patut di contoh oleh kita sebagai umat beliau, khususnya kita sebagai pendidik ataupun calon pendidik adalah memudahkan dan tidak memberatkan. Seperti yang kita ketahui syariat Islam bukanlah aturan yang turun untuk memberatkan umat Islam dalam menjalankannya. Bukti bahwa syariat Islam mudah dan tidak memberatkan bisa kita lihat pada contoh-contoh penerapan ajaran islam sebagai berikut: orang yang berpergian diperbolehkan mengqashar atau

menjama‟ sholat, bolehnya tayammum jika ada halangan, dalam keadaan darurat kita diperbolehkan makan makanan haram.

Hal ini juga didukung oleh Hadis Nabi yang menyatakan bahwa dalam berdakwah Nabi melakukannya dengan cara bertahap. Hal ini dilakukan untuk mempermudah umatnya. Hadisnya adalah sebagai berikut:

ملس و ويلع للها ىلص بينلا نأ :امهنع للها يضر سابع نبا نع ,ول ظفللاو , ملسمو يراخبلا ىورو

لاإ ولإ لا نأ ةداهش لىإ مهعداف ,باتكلا لىا نم اموق بٌأيس كنإ :لاقف ,نميلا لىا اذاعم ثعب

كلذل اوعاطأ مى نإف ,للها لوسر نيإ و للها

نم ذخؤت ,ةقدص مهيلع ضترفا للها نأ مهملعأف

ونإف ,مولظلدا ةوعد قتاو ,ملذاومأ مئاركو كايإف كلذل اوعاطأ مى نإف ,مهئارقف ىلع دترف مهئاينغأ

باجح للها ينبواهنيب سيل

Artinya: Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dengan redaksi dari Imam Muslim, kisah dari Ibnu Abbas ra. berikut: ketika Nabi mengutus Mu‟ad

bin Jabal ke Yaman, Beliau berwasiat, “Saudara akan mendatangi

(bertemu) umat Ahli Kitab. Serulah mereka supaya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku adalah utusan-Nya. Jika mereka telah patuh (menerima seruan itu), beritahu mereka bahwa Allah mewajibkan orang- orang kaya di antara mereka untuk bersedekah (membayar zakat) kepada orang-orang miskin di antara mereka pula. Jika mereka telah menaati kewajiban itu, maka hormatilah harta mereka. Dan takutilah doa orang-orang yang teraniaya, sebab sungguh, tiada penghalang

antara doa mereka dan Allah.”

Hadis di atas secara jelas menjelaskan bahwa Rasulullah ketika berdakwah dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk mempermudah bagi para umat Beliau. Karena pada dasarnya syariat Islam diturunkan untuk mempermudah umat dalam menjalani kehidupan ini.

Hal seperti itulah yang harus diterapkan oleh seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya, yaitu memudahkan bagi anak didiknya. Seorang pendidik dalam menyampaikan materi kepada anak didiknya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu. Seorang pendidik harus paham bahwa anak didik merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang, mereka memiliki karakteristik yang beragam. salah satu yang harus dipahami oleh pendidik adalah adanya perbedaan potensi yang ada dalam diri anak didik. Setiap anak dilahirkan di dunia ini dengan membawa potensi masing-masing yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.

Oleh karena itu, melalui pemahaman yang benar tentang potensi anak didik yang beragam. Seorang pendidik harus menyesuaikan metode yang

digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga mungkin terjadi dalam menyampaikan satu mata pelajaran, seorang pendidik menggunakan berbagai variasi metode. Hal ini bertujuan untuk memudahkan anak didik dalam memahami materi yang disampaikan oleh gurunya.

Selain itu, materi yang disampaikan harus disesuaikan dengan perkembangan anak didiknya, sehingga dalam menyampaikan materi harus dilakukan secara bertingkat mulai dari yang paling mudah sampai yang paling sulit jangan terbalik. Selanjutnya mengkaitkan materi di dalam kelas dengan kehidupan nyata, agar anak didik dapat menangkap nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat mengaplikasikan apa yang dia pelajari dari gurunya. Dan yang terakhir adalah anak didik dibekali dengan skill atau kemampuan untuk menghadapi tantangan zaman yang akan dihadapinya.

2. Kasih sayang

Sifat selanjutnya yang harus ada dalam diri seorang pendidik adalah kasih sayang. Dalam buku menyemai kreator peradaban karya Mohammad Nuh (2013: 82) menyebutkan: kalau guru mengajar dengan hati, murid akan mendengarkan dengan hati. Guru yang mengajar dengan cinta, murid pasti akan membalasnya dengan cinta. Guru yang pandai menghargai murid, murid pasti akan menghargai guru. Inilah ungkapan yang harus diketahui dan dipahami oleh setiap pendidik.

Hal tersebut senada dengan apa yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah, yaitu penyayang. Sifat penyayang telah menghiasi segala tutur kata, sikap, perbuatannya (Hidayatullah, 2011: 63). Hal inilah yang telah dipraktekkan oleh

Rasulullah sehingga beliau menjadi pendidik yang berpengaruh dikalangan sahabatnya. Rasulullah merupakan contoh sempurna dalam hal kasih sayang, hal tersebut sejalan dengan tujuan awal pengutusan Beliau menjadi rasul, yaitu menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan, seorang pendidik harus memiliki rasa kasih sayang terhadap anak didiknya sebagaimana dia menyanyangi anaknya sendiri. Namun yang perlu ditekankan adalah kasih sayang yang diberikan harus sesuai dengan profesionalitas seorang guru. Memiliki rasa kasih sayang itu harus, tetapi tidak berlebihan. Membangun kedekatan antara pendidik dan anak didik merupakan suatu keniscayaan yang harus ada, agar tercipta kondisi pembelajaran yang nyaman, kondusif dan tidak membosankan.

Namun kedekatan yang dibangun harus tetap ada jarak yang memisahkan, sehingga rasa hormat, adab atau sopan santun anak didik kepada pendidiknya tetap ada. Kedekatan antara pendidik dan anak didik yang terlalu juga akan berdampak negatif, kasus-kasus seperti pelecehan seksual, pemerkosaan oleh guru kepada muridnya merupakan akibat buruk kedekatan yang berlebihan. Sifat Rasulullah ini telah diceritakan oleh Allah SWT di dalam al-Quran. Allah berfirman:

َع ٌصيِرَح ْمُّتِنَع اَم ِوْيَلَع ٌزيِزَع ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ٌلوُسَر ْمُكَءاَج ْدَقَل

ٌميِحَر ٌفوُءَر َينِنِمْؤُمْلاِب ْمُكْيَل

Artinya: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. at Taubah: 128).

َكِلْوَح ْنِم اوُّضَفْ نلا ِبْلَقْلا َظيِلَغ اِّظَف َتْنُك ْوَلَو ْمَُلذ َتْنِل ِوَّللا َنِم ٍةَْحمَر اَمِبَف

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu (QS. Ali „Imron: 159).

Adapun sikap keteladanan Nabi yang bersifat penyayang dalam kitab ar- rasul al-mu‟allim wa asalibuhu fi at-ta‟lim adalah sebagai berikut:

و ىراخبلا ىورو

ىراخبلل ظفللاو ,ملسم

لوسرانيتا :لاق ,ونع للها ىضر ثريولحا نب كلام نع

اميحر للها لوسر ناكو ,ةليل نيرشع هدنع انمقأف ,نوبراقتم ةبيش ننحو ملس و ويلع للها ىلص للها

اقيفر

Artinya: Bukhari dan Muslim meriwayatkan dengan redaksi Bukhari, kisah dari Malik bin Huwairits ra. sebagai berkut: Kami, para pemuda berumur sepantaran pernah datang kepada Rasulullah dan menginap di rumahnya selama 20 malam. Kami mendapatinya sebagai orang yang sangat penyayang dan santun. (Assegaf, 2015: 18).

Dari hadis di atas kita dapat memahami sifat penting lainnya yang dapat membantu keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya adalah sikap penyayang. Melalui sifat inilah anak akan tertarik kepada gurunya dan mengikuti semua perkataannya. Dengan perantara sifat ini juga, anak akan berperilaku baik dan menjauhi perilaku yang tidak terpuji.

Melalui sifat dan watak ini seorang guru dituntut untuk mencintai dan menyanyangi murid-muridnya seperti cintanya terhadap anal-anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti ia memikirkan anak-anaknya sendiri. Mencintai anak murid yang bukan anaknya sendiri adalah merupakan pekerjaan yang secara psikologis cukup berat. Apabila hal ini dapat dilakukan, maka sesungguhnya dialah seorang bapak yang suci dan bapak yang teladan.

Dengan cara demikian seorang murid dengan rasa cinta dan sayang pula akan mematuhi segala ajaran yang diberikan oleh gurunya tersebut (Mufron, 2015: 46-47).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut: seorang pendidik yang mengharapkan keberhasilan dalam mengajar harus memiliki sifat kasih sayang dalam mendidik. Melalui sifat kasih sayang dari pendidik, sang anak akan berhias dengan akhlak yang terpuji, dan terjauh dari perbuatan tercela. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian besar terhadap sifat kasih sayang ini, dengan menganjurkan untuk memiliki sifat itu sesuai dengan yang disampaikan oleh Allah SWT melaui al-Quran dan hadis nabi-Nya. Mendapat kasih sayang merupakan keinginan semua orang, contohnya seorang anak didik yang mendapatkan kasih sayang dari gurunya, dia akan merasa nyaman dalam mengikuti pelajaran, sehingga apa yang disampaikan oleh gurunya akan mudah dicerna, semua ini muncul karena adanya rasa cinta yang timbul dihati anak didik kepada gurunya.

Namun perlu penulis tekankan di sini, kasih sayang yang seorang pendidik berikan kepada anak didiknya harus sesuai dengan professionalitas seorang guru. Jangan sampai kedekatan yang telah terbangun mengarah kepada hal-hal yang bisa menimbulkan efek negatif baik untuk pendidik maupun peserta didik. Karena banyak kasus kejadian seperti pemukulan seorang murid kepada gurunya, hubungan badan antara guru dan murid baik karena suka sama suka atau terpaksa biasanya terjadi karena kedekatan yang berlebihan. Jadi kasih sayang yang diberikan harus sesuai dengan batas kewajaran.

3. Sabar

Sabar secara bahasa berarti melarang dan menahan. Menurut syara‟, sabar adalah menahan nafsu dari ketergesaan, menahan lisan dari keluhan, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang menimbulkan kerusakan. Ada yang mengatakan sabar adalah akhlak yang mulia. Dengannya, seseorang akan tercegah dari perbuatan tercela. Sekaligus sabar adalah kekuatan untuk mencapai kebaikan dalam segala hal (Asy-Syafi‟i, 2006: 101).

Sabar adalah kunci kekuatan dan kesuksesan hidup. Dalam pepatah arab kita kenal man shabara zhafira barang siapa bersabar, ia akan sukses. Sabar tidak berarti menunggu secara pasif sampai persoalannya selesai dengan sendirinya, akan tetapi secara aktif menyelesaikan dalam menghadapi tantangan dan persoalan. Sabar dibagi menjadi dua: sabar menghadapi takdir dan sabar menghadapi tantangan. Kita harus bisa membedakan mana kenyataan sulit yang sudah ditentukan dan berada di luar kendali kita dan mana keadaan yang menuntut peran kita untuk mengatasinya (Nuh, 2013: 160).

Berdasarkan keterangan di atas, sabar adalah kunci kesuksesan dalam setiap hal termasuk di dalamnya adalah mendidik. Pendidikan merupakan upaya perubahan ke arah yang lebih positif dan ini merupakan proses yang sangat panjang yang membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh serta kesabaran yang tiada ujungnya. Dalam proses pendidikan seorang pendidik akan selalu berinteraksi anak didiknya. Karena anak didik sebagian besar waktunya dihabiskan dibangku sekolah. Banyak manfaat yang kita dapatkan

dengan adanya interaksi sosial ini, salah satunya adalah membantu anak didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Namun kita juga harus menyadari yang namanya berinteraksi dengan individu lain pasti suatu saat akan terjadi gesekan yang menimbulkan masalah. Gesekan yang terjadi tersebut karena adanya perbedaan tujuan masing-masing individu yang sangat berpotensi menimbulkan masalah. Suatu masalah antar individu merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu dibutuhkan sikap bijaksana dalam menghadapi setiap masalah yang ada.

Begitu pula seorang guru, yang setiap harinya berinteraksi dengan anak didiknya. Yang namanya masalah pasti ada dan kadang tidak bisa dihindari. Sikap selanjutnya yang akan menentukan segalanya, apakah masalah itu dihadapi dengan sabar atau penuh emosi. Banyak disebutkan dalam Al-Quran tentang sifat sabar ini. Firman tersebut mengatakan sebagai berikut:

ًةَيِنلاَعَو اِّرِس ْمُىاَنْ قَزَر اَِّمم اوُقَفْ نَأَو َةلاَّصلا اوُماَقَأَو ْمِِّبَِّر ِوْجَو َءاَغِتْبا اوُرَ بَص َنيِذَّلاَو

ِةَنَسَْلحاِب َنوُءَرْدَيَو

ِراَّدلا َبىْقُع ْمَُلذ َكِئَلوُأ َةَئِّيَّسلا

Artinya: Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang- terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik) (QS. Ar-Ra‟d: 22)

َمْعَ ي اوُناَك اَم ِنَسْحَأِب ْمُىَرْجَأ اوُرَ بَص َنيِذَّلا َّنَيِزْجَنَلَو ٍقاَب ِوَّللا َدْنِع اَمَو ُدَفْ نَ ي ْمُكَدْنِع اَم

َنوُل

Artinya: Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. An-Nahl: 96).

Adapun sikap keteladanan Nabi yang bersifat sabar dalam kitab ar-rasul al-mu‟allim wa asalibuhu fi at-ta‟lim adalah sebagai berikut:

ملس و ويلع للها ىلص للها لوسر ناك :لاق ونع للها ىضر سنأ نع ,لئامشلا بَ ىذمترلا ىورو

ونع لقعتل اثلاث ةملكلا ديعي

Artinya: Dalam kitab yang sama, Tirmidzi meriwayatkan kisah dari Anas ra. sebagai berikut: Rasulullah SAW. sering mengulang-ulang ucapannya sebanyak tiga kali, agar setiap ucapannya dapat dipahami. (Assegaf, 2015: 19).

اكام :تلاق اهنع للها ىضر ةشئاع نع ,لئامشلا بَ ىذمترلا ىورو

ن

ويلع للها ىلص للها لوسر

ويلا سلج نم ظفيح ,لصف ينب ملاكب ملكتي ناك نكلو ,اذى مكرسك درسي ملس و

Artinya: Tirmidzi meriwayatkan dalam kitab asy-Syama‟il kisah dari Aisyah ra. sebagai berikut: Rasulullah SAW. tidak pernah berbicara tergesa- gesa sebagai mana biasa kalian lakukan, akan tetapi beliau berbicara dengan ucapan yang jelas, sehingga orang yang duduk di majelisnya bisa menghapal ucapannya dengan mudah. (Khudlori, 2015: 26). Mengulang-ulang penjelasan dalam mendidik dan mengajar merupakan aspek yang perlu diperhatikan oleh para pendidik, karena peserta didik adalah individu yang berbeda satu sama lainnya dalam kemampuan menangkap dan memahami pelajaran, oleh karena itu pengulangan dalam menjelaskan pelajaran mutlak diperlukan. Memberi penjelasan serta pengulangan penjelasan terhadap peserta didik hendaklah dengan cara yang baik, dengan penuh perhatian dan kasih sayang tanpa ada rasa marah atau kejengkelan (Suryani, 2012: 85-86).

Terkadang orang merasa jengkel dan marah ketika ditanya oleh orang lain dengan beberapa pertanyaan dalam masalah yang sama. Padahal boleh jadi orang yang bertanya terus karena daya pemahaman setiap orang berbeda-beda

(Hidayat, 2015: 169). Inilah yang harus dipahami oleh setiap pendidik, adanya perbedaan potensi antar individu yang sudah menjadi ketetapan untuknya.

Pada sebuah kondisi yang membolehkan kita marah, pada status yang semua orang pun akan mengatakan wajar jika kita marah, pada tataran semua orang akan menolelir jika kita marah, dalam situasi yang demikian membuat layak serangkaian kalimat marah bisa tertumpah. Namun dalam tatanan hidup meneladani Rasulullah maka pada ke semua kondisi, status, tataran, situasi yang lazimnya seseorang marah, justru menahan marah bahkan tidak memunculkannya dalam aura secara langsung, inilah akhlak teladan yang telah diperbuat dalam perilaku Rasulullah (Hidayatullah, 2011: 85-86).

Berdasarkan keterangan serta penjelasan dalam hadist di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Rasul sangat sabar dalam pengajaran kepada anak didiknya. Hal itu dapat terlihat dari cara beliau menyampaikan materi, bahkan beliau mengulang-ulang ucapannya supaya sahabat yang mendengarkannya paham. Rasulullah sangat menghargai orang yang bertanya berkali-kali atau meminta ulang terus dalam hal yang sama, karena Beliau adalah orang yang paling sabar atas segala pertanyaan muridnya.

Begitupun seharusnya yang dilakukan oleh setiap pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Seorang pendidik harus mampu melawan rasa bosan dalam menyampaikan suatu pelajaran walaupun itu merupakan materi yang sama sebelumnya. Dibutuhkan sikap bijaksana dalam mengatasi berbagai perbedaan anak didik yang beraneka ragam serta memiliki karakteristik yang unik.

4. Lemah lembut dan Tidak Kasar

Diantara metode yang terpenting dalam mendidik atau mengajar adalah mendidik dengan cara lemah lembut. Dengan kelembutan maka diharapkan pelajaran yang disampaikan akan mudah dicerna dan dipahami oleh peserta didik. Seorang pendidik hendaklah menjadi pembimbing bagi peserta didik, oleh karena itu pendekatan yang diperlukan dalam mendidik adalah dengan sikap lemah lembut dengan cara menuntun dan membimbing peserta didik ke arah kebenaran (Suryani, 2012: 83-84).

Pendidikan memiliki peran sentral dalam membangun manusia yang utuh dan membangun tatanan sosial yang teduh. Kegersangan sosial terjadi karena ketidakseimbangan antara pengembangan akal dan kecerdasan hati. Di antara sekian banyak ranah pedagogik yang harus diberikan perhatian khusus saat ini adalah ranah hati. Sebab hati adalah lokus dari apa yang membuat seorang manusia menjadi manusiawi, pusat dari kepribadian manusia. Itulah mengapa dikatakan, bila ingin membangun manusia maka bangunlah hatinya. Sebab hati adalah umm (ibu) dari segala kebahagiaan hidup sekaligus menjadi pangkal malapetaka bagi kehidupan manusia (Nuh, 2013: 119-120).

Upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan meneladani Rasulullah, karena dalam diri Rasulullah terdapat kesempurnaan budi pekerti yang nyata, seperti keramahan, kelembutan, kesabaran, kelapangan dada, kasih sayang, dan keagungan akhlak. Dari itu semua, seorang guru dituntut untuk meneladani Rasulullah SAW. sang guru dan pemberi nasehat yang terpercaya (Khudlori, 2015: 35).

Sifat lemah lembut Nabi tergambar dengan jelas bagaimana Beliau memperlakukan Hasan, Husain, Usamah bin Zaid, putra-putra Khadijah,

Salamah bin Salamah, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Ja‟far, Umamah bin

Zainab, pelayan beliau, Anas bin Malik dan saudaranya serta anak-anak Madinah seluruhnya. Beliau sangat mencintai dan menyanyangi mereka. Diciumnya mereka, diusap kepala dan wajah mereka, dicandainya mereka, diajaknya mereka dengan baik, dibimbingnya mereka, diajarinya mereka dan diperlakukannya mereka dengan lembut (Nuh, 2013: 121).

Oleh karena itu, seorang pendidik harus bersikap santun dan lemah lembut dalam mendidik anak didiknya. Akan tetapi bukan berarti pendidik harus selalu bersikap lemah lembut dalam mendidik anak didiknya. Sebab maksud dari lemah lembut di sini adalah menahan emosi saat sedang meluruskan anak ketika melakukan kesalahan. Maka dari itu, jika pendidik melihat kondisi menuntut untuk memberikan hukuman, maka pendidik boleh melakukannya, agar anak dapat berubah menjadi baik (Hakim, 2016: 651).

Berdasarkan uraian di atas, seorang pendidik harus bersikap santun dan lemah lembut dalam mendidik anak didiknya. Sehinnga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan nyaman dan kondusif. Serta materi pelajaran yang disampaikannya akan dipahami oleh anak didiknya dengan baik. Namun yang harus dipahami lebih lanjut adalah lemah lembut bukan berarti membiarkan saja ketika anak didik melalukan suatu kesalahan tanpa diberi teguran atau hukuman. Lemah lembut di sini harus dipahami secara benar. Seorang pendidik boleh memberi hukuman kepada anak didiknya dalam upaya

menciptakan rasa tanggung jawab dalam diri anak ketika melakukan suatu kesalahan, itu merupakan konsekuensi logis agar anak paham bahwa yang dilakukannya itu suatu kesalahan, sehingga dia tidak akan mengulanginya lagi. Seorang pendidik harus memiliki sifat ini, seandainya seorang pendidik memiliki sifat yang kasar, niscaya muridnya akan merasa tidak nyaman dalam anak tersebut saat mengikuti pembelajaran. Sifat Rasulullah yang penuh kelembutan ini telah diceritakan oleh Allah SWT di dalam al-Quran. Allah berfirman:

َكِلْوَح ْنِم اوُّضَفْ نلا ِبْلَقْلا َظيِلَغ اِّظَف َتْنُك ْوَلَو ْمَُلذ َتْنِل ِوَّللا َنِم ٍةَْحمَر اَمِبَف

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu (QS. Ali „Imron: 159).

Adapun sikap keteladanan Nabi yang bersifat lemah lembut dalam kitab ar-rasul al-mu‟allim wa asalibuhu fi at-ta‟lim adalah sebagai berikut:

لئامشلا بَ ىذمترلا ىورو

:ىلع نب ينسلحا لاق :لاق ىلع نب نسلحا نع

نب ىلع( بىأ تلأس

بَ ملس و ويلع للها ىلص بىنلاةيرس نع )بلطلا بىأ

للها ىلص للها لوسر ناك ناك :لاقف وئاسلج

للخلاهس ,رشبلا مئاد ملس و ويلع

,شاحفلاو ,باخصلاو ,ظيلغ لاو ,ظفب سيل ,بنالجا ينل

,بايعلاو

ويف بييخلاو ,ويجار ونم سيؤي لاو ,ىهتشيلا امع لفاغتي ,حادملاو

Artinya: Dalam kitab asy-Syama‟il, Tirmidzi meriwayatkan kisah dari Hasan

bin Ali berikut: Husain bin Ali mengatakan. “Aku pernah bertanya kepada bapakku (Ali bin Abi Thalib) tentang kehidupan Nabi SAW. ditengah-tengah para sahabatnya. Dia menjelaskan, “Rasulullah SAW. adalah orang yang selalu menampakkan wajah riang dan ceria,

Dokumen terkait