• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur digunakan uji reliabilitas, agar hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Alimuhidin, 2007), untuk mengukur reliabilitas kuesioner dapat diuji dengan menggunakan rumus dari teknik cronbach Alpha (Arikunto, 2002) yang dapat ditulis sebagai sebagai berikut :

r =

[

k

].

[

1 -

PRi 2

]

k-1

t2 Dimana : Rumus Ragam = (∑y)

2 = ∑x2- N N

`r = reliabilitas instrumen/koefesien alfa k = banyaknya butir soal

PRi

2

= jumlah ragam butir

PRi

2

= Ragam total N = Jumlah responden

Hasil uji reliabilitas diambil nilai koefisian alpha pada hasil uji, dimana koefisien alpha 0,830 dan nilai r tabel = 0,273, maka nilai Koefisien alpha 0,830 > nilai r tabel 0,273, berarti instrument angket dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.

b. Kinerja Finansial

Evaluasi kinerja finansial melihat dari beberapa indikator yang dianalisa pada saat sebelum mendapatkan pinjaman dana bergulir dan setelah mendapatkan dana bergulir (Munawir, 2010).

1. Komponen Modal

Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjuk dalam pos modal (modal saham), surplus, laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang- hutangnya.

2. Nilai Asset Total

Aset Total = Kas + Piutang + Simpanan pada Bank lain + Inventaris + Aktiva yang dijaminkan + Biaya dibayar di muka.

3. Laba/Rugi

Perkembangan laba/rugi pada PT. BPR Pesisir Akbar setelah memperoleh pinjaman dana bergulir, yang dihitung menggunakan :

Beban usaha dalam Lembaga Keuangan Bank terdiri dari : a. Beban dari hasil usaha kegiatan langsung transaksi perbankan

b. Beban administrasi/umum yaitu biaya-biaya yang tidak langsung dari kegiatan transaksi perbankan

4. CAR

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004) :

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8 persen. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlements).

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha

CAR = Modal Bank X 100 % Total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

5. NPL

Rasio Kredit diproyeksikan dengan NPL, yang merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Credit Risk

adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (Ali, 2006). Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga, dll.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004) :

Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin semakin buruk mutu kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank memiliki kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan mutu kurang lancar, diragukan dan macet. Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah kurang dari 5%.

6. ROA

ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset bank tersebut. Semakin besar nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan, karena return yang didapat perusahaan semakin besar. Penilaian earning (rentabilitas) menggunakan dua rasio, yaitu : ROA dan BOPO. Berikut rumus untuk perhitungan rasio tersebut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004):

7. BOPO

Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERNDPNP tanggal 24 Desember 2004) :

NPL = Total Kredit Bermasalah X 100 % Total Kredit

ROA = Laba Sebelum Pajak X 100 % Total Aktiva

BOPO = Biaya Operasional X 100 % Pendapatan Operasional

Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia ditetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO di bawah 90 persen, karena jika rasio BOPO melebihi 90 persen hingga mendekati angka 100 persen, maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya.

8. NIM

NIM sebagai proyeksi dari Rasio Pasar, yang merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rataan aktiva produktifnya.

Berikut rumus perhitungan rasio tersebut (SE BI No. 6/73/INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004):

Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM 6 persen ke atas.

9. LDR

LDR adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. LDR ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam hal kemampuan memenuhi pembayaran kembali deposito yang telah jatuh tempo kepada deposannya serta dapat memenuhi permohonan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001):

Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah 80% hingga 110%. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif).

Penyaluran dana dapat dinilai efektif terhadap kinerja keuangan, jika : 1. CAR dengannilai rasio minimal 8%.

2. NPL dengan nilai rasio maksimal 5%

3. ROA dengan nilai rasio makin tinggi atau positif (+)

4. BOPO dengan nilai rasio maksimal 90%

5. NIM dengannilai rasio minimal 6%

6. LDR dengan nilai rasio 80% -110%

NIM = Pendapatan Bunga Bersih X 100 % Rata-rata Aktiva Produktif

LDR = Jumlah Kredit yang diberikan X 100 % Dana Pihak Ketiga+KLBI+Modal Inti

c. Analisis terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah

Dalam menganalisis adanya perubahan peningkatan pendapatan nasabah masyarakat pesisir sebelum dan sesudah mendapatkan dana bergulir LPDB- KUMKM, analisis dilakukan dengan melihat kinerja non finansial dan kinerja finansial

Dokumen terkait