• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA INVESTASI SUB – BIDANG AIR LIMBAH .1 PETUNJUK UMUM

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

4.4 RENCANA INVESTASI SUB – BIDANG AIR LIMBAH .1 PETUNJUK UMUM

4.4.1.1 UMUM

Berdasarkan pedoman dan sasaran sector air limbah adalah menurunkan angka penyakit dan kematian penduduk perkotaan dimana, setiap keluarga harus sudah memiliki sarana pembuangan air limbah yang baik dan sehat, baik berupa On Site Teknologi atau Off Site Teknologi, dengan perincian sebagai berikut :

 Kepadatan > 200 jiwa/ha dilayani menggunakan Sewerage (off atau on site teknologi)

 Kepadatan 150 – 200 jiwa/ha digunakan on site teknologi, MCK merupakan salah satu alternative

 Kepadatan < 150 jiwa/ha digunakan system konvensional

Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site teknologi) adalah system penanganan air limbah domestic melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Sistem pengelolaan air limbah setempat (on site teknologi) adalah system penanganan air limbah domestic yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber.

Berdasarkan data statistic Kabupaten Bungo Tahun 2007 tingkat kesehatan masyarakat menurun, hal ini terlihat dari perkembangan jumlah pasien yang terus meningkat selama 4 (empat) tahun terakhir ini. Untuk lebih jelasnya perkembangan jumlah pasien yang dirawat di RSU Muara Bungo berdasarkan jenis penyakit dari tahun 2004 sampai tahun 2007 disajikan dalam Talel 4.22 berikut ini

Tabel 4.22

Perkembangan Jumlah Pasien RSU Muara Bungo Tahun 2004 – 2007

No Ruangan Tahun 2004 2005 2006 2007 1 Kulit 392 706 364 328 2 Diare 419 493 731 1,141 3 Deman Berdarah 64 68 46 327 4 Kecelakaan 1,576 1,899 2,272 3,460 5 Keracunan 34 29 17 79 6 Malaria 80 153 60 487 7 Infeksi Saluran Pernafasan 514 786 497 292 8 Radang Telinga 92 436 207 452 9 Bronchitis Menahun 171 335 216 402 10 TBC dan Paru lain 263 2,959 329 621 11 Lainnya 18,157 24,395 30,633 23,885 Jumlah 21,762 32,259 35,372 31,474 Sumber : Kabupaten Bungo Dalam Angka Tahun 2007

4.4.1.2 PENCAPAIAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DALAM RENCANA KOTA

Terjadinya polusi pada saluran primer drainase dibeberapa kota Muara Bungo atau tercemarnya air tanah sebagai indikasi bahwa masih terdapat penduduk yang membuang limbah domestiknya ke saluran drainase dan tanah dibelakang rumah.

Terhadap beberapa fasilitas umum (MCK) yang telah dibangun ada sebagian yang belum dimanfaatkan secara baik, sebagai penyebabnya adalah kebiasaan membuang ke sungai, tidak adanya tanggung jawab, terlalu jauh atau tidak cukup dana untuk operasi dan pemeliharaan.

Untuk penanganan septic tank belum ada pihak swasta atau pemerintah yang menangani system air rlimbah di kota Muara Bungo. Penanganan dilakukan oleh keluarga itu sendiri. Sebagai upaya dalam perbaikan sanitasi lingkungan pada beberapa lokasi di Kota Muara Bungo yang memerlukan fasilitas pembuangan limbah, adalah dengan membangun tangki septik dan bidang resapan. Pada tangki septik ini limbah padat diuraikan dan bagian cair

dibuang ke bidang atau lubang resapan. Sistem tangki septik dapat digunakan bersama-sama dengan jamban tuang siram atau jamban dengan tangki pembilas.

Alternatif lain yang diusulkan konsultan dalam rencana sistem jaringan air limbah di Kota Muara Bungo ini dengan menggunakan sistem Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT). Limbah yang masuk ke IPLT dapat melalui sistem perpipaan atau memakai sarana pengangkutan dengan memakai truk tinja.

Sistem jaringan pipa air limbah yang direncanakan akan melalui jalur jalan yang ada, dengan sistem jaringan mulai dari jaringan pipa air kotor primer, jaringan pipa air kotor sekunder, dan jaringan pipa air kotor tertier.

4.4.1.3 KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DALAM RENCANA KOTA

Dalam kegiatan pengelolaan air limbah kota Muara Bungo beberapa kebijakan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,

2. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, 3. Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Panataan Ruang,

4. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.4.2 PROFIL RENCANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH

4.4.2.1 GAMBARAN UMUM SISTEM PENGELOLAAN

Sebagian besar daerah perkotaan yang tersebar di beberapa kelurahan, masih memerlukan fasilitas pembuangan limbah manusia yang baik dan sehat. Meskipun saat ini sistem pembuangan yang ada di kota Muara Bungo menggunakan tangki septik, namun di beberapa lokasi masih terlihat adanya penduduk yang membuang limbah langsung ke badan sungai, saluran drainase dan tanah kosong. Kondisi ini disebabkan oleh tingkat kesadaran terhadap sanitasi atau terhadap fasilitas sanitasi yang diberikan masih rendah.

4.4.2.2 KONDISI SISTEM SARANA DAN PRASARANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Sistem pengelolaan air limbah saat ini belum adanya unit pelaksana yang menangani masalah sanitasi kota. Kondisi ini menyebabkan sanitasi kurang memperoleh perhatian khusus, termasuk dalam pengurus septictank, pengadaan fasilitas sanitasi atau pemeliharaannya.

Mengingat sudah mulai tercemarnya badan air permukaan di kota Muara Bungo, khususnya pada parit yang melewati kawasan permukiman maka diperlukan suatu upaya perbaikan kualitas air permukaan dan lingkungan. Kondisi ini tentunya menjadikan wajah kota Muara Bungo menjadi kurang sedap dipandang, karena pencemaran badan air menjadikan berwarna hitam dan berbau tidak enak.

4.4.3 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

4.4.3.1 SASARAN PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA (PS)

AIR LIMBAH

Permasalahan sanitasi di Kota Muara Bungo dapat diuraikan sebagai berikut : a. Kurangnya Tingkat Kesadaran Masyarkat

Sebagian masyarakat kota, terutama yang berpengetahuan rendah dan sebagian yang belum memiliki kloset masih menggunakan sungai atau saluran drainase tenpat pembuangan limbah, terutama pada pemukiman yang berada di pinggiran sungai.

b. Belum adanya IPAL

Dalam waktu yang bersamaan dengan penyusunan RPIJM ini sedang direncanakan pula DED Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Kota Muara Bungo. Tetapi sampai laporan ini disusun Belum mempunyai gambaran system apa yang akan diterapkan dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kota Muara Bungo ini.

4.4.3.2 RUMUSAN MASALAH

Permsalahan sanitasi di Kota Muara Bungo dapat diuraikan sebagai berikut : a. Kurangnya Tingkat Kesadaran Masyarkat

Sebagian masyarakat kota, terutama yang berpengetahuan rendah dan sebagian yang belum memiliki kloset masih menggunakan sungai atau saluran drainase tenpat pembuangan limbah, terutama pada pemukiman yang berada di pinggiran sungai.

b. Kurangnya Koordinasi Pengelolaan

Hal ini terjadi untuk fasilitas umum yang diberikan, dimana pengoperasian tidak ada yang bertanggung jawab, akibatnya fasilitas yang ada tidak terpelihara dengan baik bahkan beberapa unit tidak dioperasikan.

c. Belum adanya IPAL

Dalam waktu yang bersamaan dengan penyusunan RPIJM ini sedang direncanakan pula DED Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Kota Muara Bungo. Tetapi sampai laporan ini disusun Belum mempunyai gambaran system apa yang akan diterapkan dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kota Muara Bungo ini.

4.4.4 ANALISIS PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI 4.4.4.1 ANALISIS PERSOALAN

Beberapa pemasalahan pengelolaan air limbah yang ada di kota Muara Bungo adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam sanitasi lingkungan dan system air limbah yang baik dan benar. Sehingga tingkat kesehatan srtiap tahunnya menurun. Sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan air limbah tersebut sudah saatnya kota Muara Bungo Kabupaten Bungo mempunyai Masterplan mengenai Sistem Pengelolaan Limbah Rumah Tangga Kota Muara Bungo.

4.4.4.2 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Untuk mengatasi permasalahan sanitasi di Kota Muara Bungo diperlukan beberapa upaya pemecahan masalah sebagai berikut :

a. Penyuluhan

Penyuluhan dibagi dalam dua bentuk yaitu : 1. penyuluhan umum

Pelaksanaan untuk pengenalan masalah sanitasi kepada seluruh lapisan masyarakat.

Pelaksanaan untuk masyarakat yang tidak meningkatkan fasilitas sanitasi, dan diharapkan ada pembangunan sarana baru setelah mengikuti penyuluhan tersebut.

b. Rehabilitasi

Diberikan untuk perbaikan fasilitas sanitasi yang telah dibangun, dan rekomendasi untuk pembentukan system penanggulangan operasi bagi fasilitas yang ada.

c. Pembangunan Sarana Baru

Dalam pembangunan sarana baru dibagi dalam beberapa hal yaitu :

1. Fasilitas pribadi (septictank + bidang resapan atau cubluk) yang diperhitungkan dari kemampuan dan kemauan membayar melalui system kredit.

2. Fasilits bersama (MCK atau jamban jamak) yang diperhitungkan dengan kemauan dan kemampuan membayar O & P.

d. Pengadaan mobil Penguras Septic Tank

Mobil penguras septic tank diperlukan di Kota Muara Bungo yang selanjutnya dibawa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

e. Pembentukan Institusi / Unit Khusus

Diperlukan seksi khusus untuk menangani masalah sanitasi sehingga masalah sanitasi ini mendapat perhatian khusus yang akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4.4.4.3 REKOMENDASI

Untuk masyarakat yang sudah mempunyai kloset tetapi dihubungkan langsung ke sungai diperlukan suatu fasilitas dalam pembangunan septictank sehingga limbah yang dihasilkan tidak dibuang langsung ke sungai.

Sarana sanitasi yang digunakan oleh masyarakat yang menggunakan jamban umum sebaiknya dibentuk pengelola sebagai penanggung jawab dalam hal operasional dan pemeliharaa.

4.4.5 SISTEM PRASARANA YANG DIUSULKAN 4.4.5.1 USULAN DAN PRIORITAS PROGRAM

Dalam pengembangan pelayanan prasarana sarana limbah sesuai dengan uraian di atas masing-masing kepadatan di tiap kecamatan Kota Muara Bungo disajikan dalam Tabel 4.23 berikut ini.

Tabel 4.23

Kepadatan Penduduk Menurut kecamatan Kota Muara Bungo Tahun 2007

No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan

1 Rimbo tengah 155,55 14.720 94,63

2 Bungo Dani 77,78 17.616 226,48

3 Pasar Muara BUngo 38,88 18.678 480,40

4 Bathin III 116,66 14.570 124,89

Sumber : Bungo Dalam Angka Tahun 2007

Maka prasarana sarana limbah yang diusulkan di masing-masing Kecamatan Kota Muara Bungo sesuai dengan kebutuhan masyarakat adalah sebagai berikut :

- Kecamatan bathin III dan Rimbo Tengah menggunakan system konvensional - Kecamatan Bungo Dani dan pasar Muara Bungo menggunakan system On Site Untuk lebih jelasnya Usulan dan prioritas Program Pengelolaan Air Limbah Kota Muara Bungo disajikan dalam Tabel 4.24 berikut ini.

Tabel 2.24

Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Air Limbah Kota Muara Bungo

4.4.5.2 PEMBIAYAAN PENGELOLAAN

Pembiayaan disusun berdasarkan klasifikasi tanggungjawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Klasifikasi pembiayaan pengelolaan air limbah dibagi menjadi anggaran APBD Kota/Kab, APBD Propinsi, APBN, Swasta dan masyarakat.

Satuan Harga Biaya

Satuan (Rp. Juta) 1 2 3 4 5

Perkuatan institusi dan SDM 5 Paket 50 250 50 50 50 50 50

1 Paket 300 300 300 Penyediaan sarana sanitasi sistem on site 31 unit 10 310 310 Pembangunan PS sanitasi on site skala komunitas

berbasis masyarakat 31 unit 15 465 465

Penyediaan Prasarana Pengumpulan Tinja (Tinja

Truk) 1 paket 80 80 80

Pembangunan IPLT 1 paket 1000 1000 1000 1000

5 tahun 25 125 25 25 25 25 25

Peningkatan Pendanaan

Pengembangan sistem pengelolaan air limbah 3 paket 50 150 50 50 50 Peningkatan mekanisme retribusi 3 paket 20 60 20 20 20

3 paket 15 45 15 15 15

Pengembangan Peraturan/Perundangan

Penyediaan Peraturan dan pedoman siap pakai 2 paket 20 40 40

Penerapan sanksi dan reward 2 paket 20 40 40

Peningkatan Peran serta masyarakat dan swasta

Pengembangan pelibatan swasta 3 paket 15 45 15 15 15

5 paket 15 75 15 15 15 15 15

5 paket 20 100 20 20 20 20 20

TOTAL PROGRAM 3,085

Penyuluhan/kampanye dan peningkatan partisipasi masyarakat

Pengembangan Promosi Pembangunan PS Air Limbah

Waktu (tahun ke)

Pengembangan perencanaan (masterplan, Feasibility Study, DED)

Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Pengelolaan Lumpur Tinja

Pengembangan Pengelolaan Sanitasi Sistem On Site

Vol Aspek pengelolaan Air Limbah

Peningkatan Kelembagaan Pengelola Air Limbah

Keterangan

Pengembangan mekanisme peningkatan sumber pembiayaan

Untuk lebih jelasnya Usulan Pembiayaan pengelolan Proyek Pengelolaan Air Limbah disajikan dalam Tabel 4.25 berikut ini.

Tabel 4.25

Usulan Pembiayaan Pengelolaan Proyek Pengelolaan Air Limbah

4.5 RENCANA INVESTASI SUB – BIDANG DRAINASE

Dokumen terkait