• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH PER FASILITAS DI BWK I TAHUN 2008

Dalam dokumen rdtr bab 3 kota batu (Halaman 71-77)

No. Unit Lingkungan KEBUTUHAN 1 ORANG/HARI (80 Lt) 2008

1 UL I (Kelurahan Sisir) 1.708.640

2 UL II (Kelurahan Temas) 1.148.080

3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 529.760

4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 945.120

5 UL V (Desa Pesangrahan) 937.040

6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 635.360

Total 5.904.000

Sumber ; Hasil Rencana

TABEL 3.18

RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH PER FASILITAS DI BWK I TAHUN 2008

No.

Jenis Kebutuhan Kebutuhan Tahun 2008 (lt/hari)

1 Rumah Tangga 5.904.000

2 Komersial 1.180.800

3 Sosial dan Perkantoran 885.600

4 Industri 590.400

5 Cadangan 590.400

6 Pemadam kebakaran 590.400

Total 9.741.600

Sumber ; Hasil Rencana

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut, perlu pula dipertimbangkan adanya permasalahan yang akan datang yaitu dapat berkurangnya debit air yang dihasilkan oleh sumber air yang digunakan PDAM sekarang ini. Masalah tesebut terjadi karena semakin gundulnya hutan dan degradasinya fungsi lingkungan sehingga mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air dan konversi penggunaan lahan khususnya kawasan lindung menjadi perumahan dan villa.

Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan berkurangnya sumber air yang ada dengan pemanfaatan sumber mata air baru untuk mengantisipasi kebutuhan air bersih ke depan dan penghijauan serta rehabilitasi hutan dan

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 72 lingkungan yang mengalami degradasi. Pusat Kota Batu memiliki banyak

sumber air bersih yaitu sekitar 30 sumber air dan sangat ironis jika kesulitan air bersih pada masa yang akan datang.

Disamping permasalahan utama diatas, dalam pelayanannya PDAM menghadapi permasalahan yang khususnya di bidang teknis, yaitu :

1. Tingginya biaya operasional akibat adanya kenaikan tarif listrik dan kenaikan barang-barang kebutuhan PDAM.

2. Tingginya tingkat kehilangan air akibat masih dioperasikannya jaringan pipa distribusi lama dan kurangnya akurasi meter air yang dipasang pada pelanggan.

3. Rendahnya tingkat pelayanan.

4. Kurang efisiennya penyediaan air bersih dalam hal pemasangan jaringan, sehingga perlu adanya alternatif baru dengan adanya kerja sama dengan pihak-pihak lain yang terkait.

Dengan pertimbangan permasalahan yang terkait dengan pelayanan air minum/air bersih itulah, untuk masa mendatang diperlukan adanya terobosan baru dalam hal sumber air baru dan penanganan masalah teknis yang dihadapi. Upaya yang dilakukan dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan instansi/pihak terkait lainnya.

Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.13 arahan pengembangan air bersih.

3.8.3. Drainase

Drainase dan sanitasi sangat erat kaitannya dengan air buangan atau limbah. Air buangan atau limbah yang terbesar dalam suatu kawasan perencanaan, berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga). Umumnya dapat mencapai prosentase 80% dari limbah yang dihasilkan dari suatu kota, sedangkan sisanya adalah limbah non domestik.

Saat ini belum ada keluhan yang menyolok terhadap gangguan masalah drainase dan sanitasi, meskipun demikian perlu antisipasi dini untuk mencegah masalah-masalah yang akan timbul. Hal ini juga untuk menunjang Kota Batu

yang sedang dalam proses pemekaran untuk menjadi kota yang bercitrakan kota wisata dan bersifat agropolitan.

Berdasarkan hasil evaluasi rencana sebelumnya dapat diketahui bahwa ;  Saluran drainase eksisting di sepanjang ruas Jalan Panglima Sudirman

kurang besar dimensinya, sehingga di saat hujan aliran air hujan tidak dapat tertampung di dalam saluran tersebut.

 Saluran di Jalan Gajah Mada dimensinya kurang besar.

 Di sepanjang ruas Jalan Diponegoro, seharusnya aliran air hujan dapat tertampung di dalam saluran drainase eksisting, tetapi kemungkinan karena bentuk saluran ayng tertutup (berupa bis beton) maka dibutuhkan waktu untuk menuju saluran tersebut. Stret Inlet saluran harus diperlebar, agar air yang tergenang di ruas Jalan. Diponegoro cepat mengalir ke dalam saluran.

Untuk merencanakan pengembangan saluran drainase di BWK I harus dititik beratkan pada darah yang berpotensi terjadi genangan air sesaat yaitu di ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan. Gajahmada. Maka harus dilakukan normalisasi saluran. Normalisasi saluran dapat dilakukan dengan cara:

 Memperbesar dimensi dengan memperbesar saluran

 Memperdalam saluran dengan pengerukan sediment transport  Mengubah dimensi saluran dengan talud (dimensi trapezium)

 Mengubah cathment area dengan memotong arah aliran ataupun menyudet (by pass)

Pada perencanaan pengembangan kali ini, normalisasi saluran dilakuka dengan cara memperbesar dimensi saluran dengan memperbesar saluran eksisting yang berbentuk saluran segi empat. Secara estetika maupun jalannya arah aliran, memang lebih baik menggunakan saluran drainase yang berbentuk trapesium. Kekurangan dari saluran drainase yang berbentuk trapesium adalah memakan lahan yang luas (lebar), sementara daerah potensi genangan sesaat berada di tengah kota maka lahan yang harus disiapkan sebagai perluasan saluran drainase eksisting akan menjadi masalah.

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 73 3.13. rencana air bersih

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 74 Selain normalisasi saluran drainase eksisting di ruas Jalan Panglima

Sudirman dan Jalan. Gajahmada, untuk mengatasi masalah genangan air sesaat di ruas Jalan Dipongoro harus dilakukan:

 Memperbesar street inlet, terutama untuk saluran sebelah kanan jalan

 Pembersihan street inlet dari sampah maupun pasir yang dapat menghalangi masuknya aliran air dari jalan ke saluran tertutup tersbut

Pengembangan drainase terutama drainase sekunder diutamakan pada jalan-jalan utama yang berfungsi sebagai jalan arteri dan kolektor. Pengembangan drainase tersebut antara lain terdapat pada koridor Jalan Suropati, Jalan Sultan Agung, Jalan Abdul Gani, Jalan Hasanudin. Selain itu juga perlu pembangunan drainase terasering yang dimulai dari wilayah Temas. Untuk mengatasi masalah genangan air sesaat dapat diambil tindakan sebagai berikut:

 Melakukan pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan sekali pada seluruh saluran drainase yang ada

 Untuk menghindari masukknya sampah ke dalam saluran drainase dan pemanfaatan lahan bagian atas saluran sebagai trotoar, saluran tetap mengikuti pola aliran terbuka tetapi diberi tutup pada bagian atas saluran  Warga setiap bulan diajak berpartisipasi/gotongroyong untuk melakukan

pengerukan dan pembersihan saluran-saluran drainase

 Melakukan normalisasi saluran dengan memberbesar dimensi saluran eksisting di ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Gajah Mada dan street inlet setiap 2 meter panjang saluran

 Untuk ruas Jalan Diponegoro, dilakukan pembesaran stret inlet terutama untuk saluran sebelah kanan jalan serta pembersihan street inlet dari sampah maupun pasir yang dapat menghalangi masuknya aliran air dari jalan ke saluran tertutup tersebut

 Mengadakan penyuluhan pada masyarakat atau warga supaya ikut menjaga kebersihan aluran dan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase

serta tidak menutup street inlet yang telah dibangun di sepanjang saluran yang telah dinormalisasi

Untuk mengetahui lebih jelas tentang rencana drainase dan sanitasi ini, dapat dilihat pada peta 3.14 arahan jaringan drainase ;

3.8.4. Telepon

Telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting bagi masyarakat saat ini sehingga harus ditingkatkan kualitas pelayanannya di masa mendatang, terutama penyediaan sarana telekomunikasi dan pelayanan jaringan baru untuk pemukiman yang belum memiliki sambungan telepon. Perkembangan telekomunikasi ke depan juga berjalan sangat cepat sehingga perlu diantisipasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Penambahan fasilitas telepon untuk pelayanan umum berupa wartel, dan telepon umum juga perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sarana telekomunikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai fasilitas pelayanan umum, dimana dalam penempatannya dititikberatkan pada lokasi-lokasi yang merupakan pusat pelayanan dan juga didistribusikan secara merata sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat. Dalam penyediaan telepon umum ini digunakan standar, yaitu setiap kelompok penduduk dengan jumlah 1.000 jiwa perlu disediakan 20 unit telepon, setiap 200 penduduk disediakan 1 unit telepon umum dan setiap 1000 penduduk terdapat 1 unit wartel. Perkiraan kebutuhan sarana telekomunikasi ini disesuaikan dengan proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2008 seperti yang terdapat pada tabel berikut dan peta 3.15 arahan jaringan telepon ;

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 75 Peta 3.12 Jarigan Drainase

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 76 Peta 3.13 Jarigan Telepon

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 77 TABEL 3.19

RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI BWK I

Dalam dokumen rdtr bab 3 kota batu (Halaman 71-77)

Dokumen terkait