• Tidak ada hasil yang ditemukan

rdtr bab 3 kota batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "rdtr bab 3 kota batu"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 1

BAB III

RENCANA DETAIL TATA

RUANG KOTA BWK I (PUSAT

KOTA BATU)

3.1. Rencana Struktur Ruang BWK I

truktur ruang dalam kaidah keplanologian adalah suatu sistem hirarki berjenjang yang mewadahi kegiatan kota baik itu secara spatial maupun non spatial. Pembentukan struktur ruang ini memerlukan beberapa preparat ukur antara lain yaitu ; kependudukan, kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas. Berdasarkan hal tersebut maka dihasilkan wilayah yang dijadikan pusat orientasi pergerakan dengan skala luas dan wilayah di bawahnya yang merupakan wilayah pengaruh. Struktur ruang yang ada di BWK I adalah sebagai berikut ;

3.1.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan BWK

Berdasarkan kondisi eksisting, pusat pelayanan yang sudah terbentuk di wilayah perencanaan terdapat di sekitar Alun – alun dengan konsentrasi di sepanjang koridor Jalan Diponegoro, Gajah Mada, dan Panglima Sudirman dengan adanya

(2)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 2 kegiatan perkotaan skala kota yang mengelompok di sekitar koridor jalan tersebut.

Pengembangan lebih lanjut pusat pelayanan yang ada saat ini dipertahankan dengan pengembangan pada kegiatan perkotan yang melengkapi dari yang ada.

Menyesuaikan dengan konsep pengembangan yang menggunakan konsep multiple nucklei maka untuk wilayah yang lain akan diarahkan sebagai Unit Lingkungan yang juga memiliki pusat. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai struktur pusat pelayanan BWK I adalah sebagai berikut ;

1. Kelurahan Sisir Unit Lingkungan I dengan Pusat di Krajan 2. Kelurahan Temas Unit Lingkungan II dengan Pusat Genengan

3. Kelurahan Songgokerto Unit Lingkungan III dengan Pusat di Songgoriti

4. Kelurahan Ngaglik Unit Lingkungan IV dengan Pusat di Ngalik Utara dan Selatan 5. Desa Pesanggrahan Unit Lingkungan V Pusat di Srebet

6. Desa Oro-oro Ombo Unit Lingkungan VI Pusat di Oro – Oro Ombo

Untuk lebih mengefesienkan struktur pelayanan dan juga dalam proyeksi kebutuhan nantinya, maka pusat Unit Lingkungan yang berdekatan dengan pusat kota/BWK peletakkannya diintegrasikan ke dalam pusat BWK tersebut. Adapun pusat yang dimaksud adalah pusat Unit Lingkungan I dan Unit Lingkungan IV. Hal ini dimungkinkan karena wilayah Krajan (UL I) dan Ngaglik Utara serta Selatan (UL IV) masih merupakan pusat BWK/kota. Tujuan dari arahan struktur pusat pelayanana ini ;

 Untuk lebih mengintegralkan wilayah BWK I ke dalam kesatuan ruang yang memilki

efesiensi pergerakan baik itu barang maupun manusia sehingga diharapkan akan relatif mampu untuk meminimalisasi konflik lalu-lintas.

 Memberikan arahan pengembangan kota yang disesuaikan dengan kemampuan daya dukungnya. Sehingga diharapkan akan relatif mampu untuk memberikan keseimbangan ekologis

 Relatif akan lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih merata, karena pusat – pusat pelayanan telah terdistribusikan sampai pada unit yang tekecil. Masyarakat akan lebih dapat mengakses dengan lebih mudah terhadap fasiltias yang ada pada pusat pelayanan tersebut.

 Dapat menjadi embrio bagi perkembangan wilayah tersebut baik dari segi spatial maupun dari segi non spatial.

 Mengurangi beban pusat kota sebagai pusat pelayanan skala kota, karena ada beberapa fungsi pelayanan yang telah ada pada tingkat lingkungan.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan struktur pelayanan dapat dilihat pada skema berikut dan peta 3.1.

Skema Struktur Pusat Pelayanan BWK I (Pusat Kota Batu)

Keterangan ;

I. Pusat BWK , Pusat Kota, dan pusat unit lingkugan I Krajan, Unit Lingkungan IV Ngalik Utara dan Selatan

II. Pusat Unit Lingkungan II Genengan III. Pusat Unit Lingkungan III Songgoriti

V. Pusat Unit Lingkungan V Srebet

VI. Pusat Unit Lingkungan VI Oro – Oro Ombo

Adapun luasan dari masing – masing desa dan kelurahan tersebut adalah sebagai berikut ; I II VI V III Ke Desa Beji Ke Desa Beji Ke Desa Sidomulyo Ke Desa Sumberejo Ke Pujon I IV

(3)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 3 Peta 3.1. rencana struktur ruang

(4)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 4 TABEL 3.1.

LUAS DESA DAN KELURAHAN DI BWK I

1

UL I (Kelurahan Sisir)

263.40

2

UL II (Kelurahan Temas)

461.05

3

UL III (Kelurahan Songgolerto)

566.86

4

UL IV (Kelurahan Ngaglik)

320.27

5

UL V (Desa Pesangrahan)

699.40

6

UL VI (Desa Oro-oro Ombo)

1691.63

4002.61

Total

No.

BWK/UL

LUAS

(Ha)

Sumber ; RTRW Kota Batu

3.1.2. Rencana Struktur Kegiatan Fungsional

Sebagai suatu pusat kota maka akan terjadi bayak konsentrasi atau aglomerasi kegiatan di dalamnya. Kegiatan ini jika tidak diberi arahan yang sistematis akan berpotensial menimbulkan inefesiensi keruangan. Dampak berikutnya lagi akan dapat menurunkan tingkat kemampuan pelayanan dari pusat kota.

Salah satu solusi yang ditawarkan disini adalah memberikan suatu arahan sistematis agar struktur fungsional kota dapat berjalan dengan baik sampai pada Unit Lingkungan. Arahan struktur kegiatan fungsional ini diupayakan untuk dapat terdistribusikan secara berjenjang disesuaikan dengan skala pelayanannya.

Adapun arahan terhadap rencana struktur kegiatan fungsional di wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai berikut ;

 F 1 (Fungsi Primer )  F 1.1. Pariwisata

 F 1.2. Perdagangan dan Jasa  F 1.3. Pendidikan

 F 1.4. Kesehatan

 F 1.5. Perkantoran  F 2 (Fungsi Sekunder )

 F 2.1. Perdagangan dan Jasa  F 2.2. Pendidikan

 F 2.3. Kesehatan  F 2.4. Permukiman  F 2.5. Transportasi

Pembagian menjadi dua fungsi pokok ini dimaksudkan agar terjadi pengkhususan fungsi dalam lingkup skala pelayanan yaitu skala kota / BWK dan skala pelayanan Unit Lingkungan. Aktualisasinya akan teraplikasikan pada arahan pengembangan fasilitas kegiatan fungsional yang tentunya akan terjadi pembedaan antara fasilitas skala pelayanan kota / BWK dengan fasilitas skala unit llingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan pengembangan kegiatan fungsional dapat dilihat pada peta 4.2 berikut.

Berdasarkan kegiatan dan pembagian Unit Lingkungan yang ada di BWK I Pusat Kota Batu maka arahan kegiatan fungsional masing – masing Unit Lingkungan dijabarkan dalam dua kegiatan utama, yaitu :

 Kegiatan Primer, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan pelayanan kota dan regional dengan didukung potensi, daya dukung lahan, sosial budaya dan sistem jaringan jalan yang ada maupun yang akan dikembangkan.

 Kegiatan Sekunder, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan pelayanan terbatas pada penduduk yang ada di kota maupun di Bagian Wilayah Kota (BWK) dan Unit Lingkungan (BWK).

Dari dua dua jenis kegiatan tersebut, pusat-pusat pelayanan yang telah ditetapkan dikembangkan kegiatan sebagai berikut :

 Kegiatan Primer

 Pasar Induk (F 1.2) arahan pada pasar induk ini berupa kegiatan perdagangan dengan skala aktifitas tingkat grosir dan juga eceran dengan jenis komoditi sembilan bahan pokok. Sentra pasar induk ini

(5)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 5 dikembangkan dengan mempertahankan eksistensi pasar di Jalan

Dewi Sartika.

 Pusat Perdagangan dan Jasa (Kawasan Komersial) (F 1.2) arahan fungsi ini berupa pengembangan kawasan komersial dengan komoditi jual berupa sandang, pangan dan papan, serta pelengkap. Konsentrasi kegiatan ini di sepanjang ruas jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman bagian bawah sebelum fasilitas pendidikan Yayasan Sang Timur.

 Obyek Wisata Rekreasi dan Pusat Pelayanan Usaha Jasa Wisata (F1.1) arahan fungsi ini berupa pengembangan kawasan wisata di lokasi Jatim Park, Agro Wisata, dan Songgoriti.

 Fasilitas Umum dan Sosial skala Kota dan BWK (F 1.3, F 1.4, F 1.5) arahan fungsi ini berupa pengembangan fasilitas umum yang diperuntukkan bagi warga Kota Batu secara keseluruhan termasuk wilayah BWK I. Konsentrasi fasilitas ini di Jalan Panglima Sudirman, Sultan Agung, Agus Salim, Samadi, Ikhwan Hadi, WR Supratman, dan seterusnya.

 Kegiatan Sekunder

 Perdagangan dan Jasa (F 2.1) arahan fungsi sekunder perdagangan dan jasa berupa pengembangan fasilitas ini dengan konsentrasi skala pelayanan hanya pada tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).

 Fasilitas Umum dan Sosial (F 2.2, F 2.3) arahan fungsi ini berupa pengembangan fasilitas antara lain berupa perkantoran permerintah (keluruhan/desa), pendidikan (TK, SD), Kesehatan (Balai Pengobatan, Praktek Dokter), dan fasilitas lain dengan skala pelayanan hanya pada tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).

 Sub Terminal (F2.5) arahan pengembanganya berupa pengembangan sub terminal baru di Songgorit (Jalan Arum Dalu) dan mengubah status terminal Batu menjadi Sub Terminal Temas.

 Permukiman Intensitas Rendah–Tinggi (F2.4) arahan pengembanganya berupa alokasi lahan bagi fasilitas ini di tiap unit lingkungan.

Sedangkan untuk pusat pelayanan Unit Lingkungan dikembangkan kegiatan sebagai berikut :

1. UL I (Kelurahan Sisir), pusat pelayanan di Krajan ditandai dengan keberadaan Kantor Kelurahan, tempat ibadah, pendidikan, dan perdagangan dan jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan I :

 Perdagangan dan Jasa Intensitas sedang-tinggi berada di sepanjang koridor Jalan Diponegoro, dan sebagian Gajah Mada.  Fasilitas Umum dan Sosial berada di Agus Salim, Sultan Agung,

Bromo, Semeru, Arjuno.

 Permukiman Intensitas Tinggi berada di wilayah Meduran dan Kaliputih.

 Wisata dan Rekreasi di Jatim Park, dan Alun - Alun

2. UL II (Kelurahan Temas), pusat pelayanan di Genengan ditandai dengan keberadaan pasar Induk Batu di Jalan Dewi Sartika, tempat peribadatan, perkantoran, terminal, dan perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan II :

 Pasar Induk berada di Jalan Dewi Sartika

 Perdagangan dan Jasa intensitas sedang - tinggi berada di Jalan Patimura, Dewi Sartika, Imam Bonjol.

 Fasilitas Umum dan Sosial berada di Jalan Wukir, Dewi Sartika.  Sub Terminal berada di Jalan Dewi Sartika.

 Permukiman Intensitas Sedang -Tinggi di wilayah, Raya Oro – Oro Ombo, Gelonggong, Besul, Temas Barat, Genting.

3. UL III (Kelurahan Songgokerto), pusat pelayanan di Songgoriti ditandai dengan keberadaan obyek wisata permandian, hotel, villa, pasar wisata,

(6)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 6 tempat ibadah, dan pendidikan. Pengembangan kegiatan di Unit

Lingkungan III :

 Wisata Songgoriti dan Pasar Wisata di Jalan Songgoriti.  Pendaratan Paralayang Gunung Banyak.

 Perdagangan dan Jasa intensitas sedang di Jalan Songgoriti, dan Arum Dalu

 Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Arum Dalu, dan Songgoriti  Usaha Jasa Wisata secara terbatas Intensitas sedang di Jalan

Arum Dalu, dan Jalan Songgoriti.  Sub Terminal di Jalan Arum Dalu.

 Permukiman dan Villa Intensitas sedang di Jalan Arum Dalu, dan Jalan Songgoriti.

4. UL IV (Kelurahan Ngaglik), pusat pelayanan di Ngaglik Utara dan Selatan ditandai dengan keberadaan fasilitas Kesehatan, Peribadatan, Pendidikan, Perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan IV :

 Perdagangan dan Jasa intensitas sedang-tinggi di Jalan Gajah Mada, sebagian Jalan Panglima Sudirman, Brantas.

 Wisata Rekreasi di Agro Wisata.

 Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Panglima Sudirman, Ikhwan Hadi.

 Permukiman dengan intensitas sedang-tinggi di wilayah Ngalik Utara, Ngalik Selatan, dan Ngemul.

5. UL V (Desa Pesanggrahan), pusat pelayanan di Srebet ditandai dengan keberadaan Kantor Desa, tempat peribadatan, dan pendidikan. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan V :

 Perdagangan dan Jasa intensitas rendah – sedang di Suropati, Hasanuddin,

 Usaha Jasa Wisata Intensitas sedang di Jalan Panglima Sudirman, Hasanuddin, dan Indragiri.

 Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Suropati, Samadi,

 Permukiman dan Villa dengan intensitas sedang di Jalan Anggrek dan Mawar.

6. UL VI (Desa Oro-oro Ombo), pusat pelayananan di Oro-oro Ombo di tandai dengan keberadaan Kantor Desa, pendidikan, dan tempat peribadatan. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan VI :

 Perdagangan dan Jasa intensitas rendah-sedang di Jalan Oro – Oro Ombo Raya, dan Dresel, serta Gondorejo.

 Obyek Wisata Coban Rais di Gunung Panderman

 Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Gondorejo, dan Oro – Oro Ombo raya sert Dresel.

 Permukiman dan Villa dengan intensitas rendah – sedang di Jalan Gondorejo, Dresel, dan Oro – Oro Ombo Raya.

Untuk lebih jelasnya mengenai struktur kegiatan fungsional dapat dilihat peta 3.2 berikut ;

(7)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 7 Peta 3.2 struktur kegiatan fungsional

(8)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 8

3.2. Rencana Proyeksi dan Distribusi Penduduk

Perkembangan suatu kota salah satu indkatornya adalah terlihat dari bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk di wilayah rencana sampai tahun akhir perencanaan 2008 sejumlah 73.800 jiwa. Distribusi terbesar sampai tahun 2008 teralokasikan di Unit Lingkungan Sisir sebesar 21.579 jiwa sedangkan yang terkecil di Unit Lingkungan Songgokerto sejumlah 6.622 jiwa.

Untuk kepadatan yang tertinggi diarahkan di Unit Lingkungan Sisir sejumlah 81 jiwa/ha, sedangkan yang terendah di arahkan pada Unit Lingkungan Oro-oro Ombo sejumlah 5 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ;

TABEL 3.2.

JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI BWK I TAHUN 2003 - 2008

2001 2003 2008 2003 2008

1 UL I (Kelurahan Sisir) 263.40 18,593 19,344 21,358 73.44 81.08 2 UL II (Kelurahan Temas) 461.05 12,493 12,998 14,351 28.19 31.13 3 UL III (Kelurahan Songgolerto) 566.86 5,765 5,998 6,622 10.58 11.68 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 320.27 10,285 10,701 11,814 33.41 36.89 5 UL V (Desa Pesangrahan) 699.40 10,197 10,609 11,713 15.17 16.75 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1691.63 6,914 7,193 7,942 4.25 4.69

4002.61 64,247 66,843 73,800 27.51 30.37 Jumlah Penduduk (Jiwa)

Total

Kepadatan (Jiwa/Ha)

No. BWK/UL LUAS

(Ha)

Sumber ; Hasil rencana

3.3. Rencana Penggunaan Lahan

3.3.1. Rencana Kawasan Lindung Non Budidaya

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan mempunyai fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa bagi kepentingan pembangunan berkelanjutan. Termasuk dalam fungsi kawasan lindung adalah kawasan yang memberi perlindungan bagi kawasan bawahannya (kawasan hutan lindung, kawasan resapan air); kawasan perlindungan setempat (kawasan sekitar sumber mata air, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar waduk atau danau, kawasan terbuka hijau); kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Kawasan tak terbangun dibagi dalam dua, yaitu kawasan lindung meliputi kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya (hutan dan gunung); Kawasan perlindungan setempat (sumber mata air dan kawasan sempadan sungai); kawasan rawan bencana (banjir, longsor dan letusan gunung berapi, kebakaran hutan); kawasan ilmu pengetahuan dan cagar budaya (nilai sejarah, balai penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan) dan kawasan budidaya tidak terbangun semak, sawah, tegalan, perkebunan, lahan kosong dan ruang terbuka hijau.

Berdasarkan kriteria yang telah dianalisa pada pembahasan sebelumnya, dan arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu maka kawasan lindung di wilayah perencanaan BWK I adalah sebagai berikut ;

3.3.1.1. Kawasan Perlindungan Bawahannya A. Kawasan Hutan Wisata

Kawasan hutan wisata merupakan fungsi hutan produksi atau hutan lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat berupa olahraga, penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan alam laiinya. Hutan wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini digunakan untuk pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan pegunungan. Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian menuju ke puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto, sebagai desa terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa pesanggrahan, Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.

Taman wisata Songgoriti sebagai daerah peristirahatan dan area rekreasi dimana daerah sekelilingnya sebelah Utara dan Barat merupakan kawasan hutan produksi sehingga memiliki kawasan alam yang indah, sedangkan sebelah Barat dan sekelilingnya merupakan kawasan pertanian hortikultura.

Kawasan Air terjun Coban Rais terletak di Desa Oro-Oro Ombo, termasuk area hutan wisata dimana kondisi sekitarnnya dapat digunakan untuk penelitian, olahraga dan camping. Kawasan ini sering digunakan untuk jogging dengan

(9)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 9 pemandangan hutan Pinus di sekitar area tersebut. Kesegeran dan nuansa

alami merupakan bagian dari ciri hutan wisata yang berfungsi sebagai daerah penyangga kawasan sekitarnya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan wisata alam.

Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu untuk kawasan Hutan Wisata di wilayah perencanaan di arahkan wilayahnya pada Kawasan Wisata Gunung Panderman.

Pemanfaatan kawasan hutan wisata pada saat ini merupakan fungsi hutan produksi atau hutan lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat berupa olahraga, penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan alam lainya. Hutan wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini digunakan untuk pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan pegunungan. Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian menuju ke puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto, sebagai desa terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa pesanggrahan, Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.

Permasalahan saat ini adalah penggunaan kawasan ini untuk budidaya pertanian sayuran dan perladangan. Hal ini dapat membahayakan karena jenis komoditi yang ditanam memiliki perakaran yang kurang kuat kuat sehingga pada musim penghujan akan rawan terjadi erosi.

Arahan Pengendalian dari kondisi ini perlu dilakukan pendekatan yang kontinu dan humanis mengingat petani yang menggarap lahan di kawasan ini menjadikannya sebagai mata pencaharian pokok. Sistem kerja sama yang saling menguntungkan antara petani, dan pemerintah dalam hal ini Perhutani, Dinas Pertanian, dan Pemda Kota perlu dilakukan. Langkah strategis seperti penerapan pola sistem tumpang sari antara tanama sayuran dengan tanaman yang memiliki perakaran kuat dapat dijadikan alternatif termasuk juga penerapan sistem bertani terasering yang relatif mampu memperlambat laju run off air hujan dengan harapan tingkat erosi dapat ditekan. Pola ini diharapkan akan merupakan solusi yang saling menguntungkan dimana petani mengarap

lahan tetapi pengawasan dan rehabilitasi lahan akan tetap berjalan seiring. Pembukaan areal baru untuk lahan budi daya dilarang dan arel yang telah ada diawasi dengan ketat. Pengawasan dan pengendalian ketat diberlakukan pada kawasan ini bekerja sama dengan pihak Perhutani sebagai lembaga teknis dan perangkat legalisasi Perda oleh Pemda Kota Batu.

B. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Hutan Lindung di wilayah berdasarkan kriteria diatas dan arahan dari RTRW Kota Batu dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I Pusat Kota Batu diarahkan pada wilayah ;

 Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum Perhutani) yaitu di kawasan Gunung Srandil, dan Gunung Panderman.

Kawasan hutan lindung terdapat di kawasan sekitar Gunung Panderman dan Gunung Srandil dengan kemiringan lahan > 40% dan ketinggian > 2000 M. Pemandangan di kawasan ini sangat indah karena dapat melihat Kota Batu secara keselurahan dengan pemandangan yang indah pada malam hari. Kawasan hutan lindung di Gunung Panderman termasuk Desa Pesanggrahan dan Desa Oro-Oro Ombo. Fungsi dan kedudukan kawasan hutan lindung mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kedudukan BWK Pusat Kota Batu karena sebagai daerah resapan, penyangga dan penyeimbang bahkan Kota Batu secara keseluruhan.

Permasalahan sama seperti kawaan hutan wisata, yaitu pemanfaatan kawasan untuk lahan budidaya pertanian berupa tegalan dengan komoditi saryuran dan juga digunakan sebagai areal villa estate Panderman Hill.

Arahan pengendalian untuk kegiatan perladangan sama seperti pada penanganan kawasan hutan wisata. Sedangkan untuk kawasan villa estate Panderman Hill akan dibatasi pengembangannya secara ketat, dan mewajibkan untuk melakukan penanaman vegetasi dengan perakaran yang kuat pada kavling yang belum dibangun. Mengingat pada saat ini banyak kavling yang belum dibangun dan dibiarkan kosong tanpa vegetasi penyanggaa. Pola

(10)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 10 penanaman vegetasi dapat diatur sinergi dengan rencana pertamanan villa

tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta 3.3 arahan kawasan lindung ; C. Kawasan Peresapan Air

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu dan berdasarkan kriteria kawasan peresapan air adalah kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Maka arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I Pusat Kota Batu untuk kawasan ini adalah ;

 Sebelah Barat Daya wilayah perencanaan di lereng Gunung. Srandil dan Gunung Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, dan Desa Oro-oro Ombo.

Permasalahan mengingat kawasan resapan air ini lokasinya integral dengan kawan hutan wisata, dan hutan lindung maka memiliki permasalahan yang sama. Untuk itu arahan pengendaliannya juga menerapkan pola yang sama dengan dua kawasan sebelumnya.

3.3.1.2. Kawasan Perlindungan Setempat A. Sumber Mata Air

Kawasan sekitar sumber mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian mata air. Kawasan ini ditentukan sekurangnya dalam radius 200 m sekitar mata air.

Sumber mata air yang ada di Pusat Kota Batu jumlahnya 27 sumber yang tersebar di seluruh kawasan ini. Untuk lebih spesifik sumber mata air ini dideskripsikan berdasarkana administrasi di BWK Pusat Kota Batu, yaitu :

1. Kelurahan Sisir

Sumber mata air yang ada tersebar di beberapa titik, yaitu Sumber Pingkan, Sumber Kauman, Sumber Pendem, Sumber Torong I, II, III. Sumber Pingkan dan Kauman berada di daerah permukiman penduduk di Krajan;

sedangkan Sumber Pendem, Sumber Belik dan Sumber Torong berada di daerah pertanian sawah, Kaliputih.

2. Kelurahan Temas

Sumber mata air terdapat di beberapa titik yaitu, Sumber Genting, Sumber Wunut, Sumber Tulus, Sumber Torongkubo, Sumber Ceprik, Sumber Trenggolan, Sumber Ledok, Sumber Kandang, Sumber Genenggal, Sumber Kampungteh, dan Sumber Reco

Sumber Genting, Wunut, Tulus, Torongtubo, Kampungteh, dan Ceprik berada di daerah pemukiman penduduk; sedangkan Sumber Trenggolan, Ledok, Kandang, dan Genenggal, di daerah pertanian sawah.

3. Kelurahan Nganglik

Sumber mata air di Kelurahan Ngaglik hanya satu, yaitu Sumber Belik Ciduk. Sumber air yang berada di daerah pemukiman dan dalam kondisi baik. Letaknya di Ngaglik Utara.

4. Kelurahan Songgokerto

Sumber mata air yang ada di daerah ada di beberapa titik, yaitu sumber Torengdadap, Sumber Kasinan, Sumber Torongbelok, dan Sumber Karang Wlico. Sumber Kasinan berada di daerah pertanian hortikultura, sedangkan Torongbelok, Torengdadap dan Karang Wlico berada di kawasan hutan. Sumber Karang wlico dan Kasinan dimanfaatkan untuk sumber air bersih bagi penduduk setempat. Debit dan kondisinya masih sangat baik sebagai sumber untuk kepentingan penduduk.

5. Desa Pesanggrahan

Sumber air yang terdapat di Unit Lingkungan ini ada 2, yaitu Sumber Seruk dan Sumber Belik Belur. Sumber Seruk berada di daerah pertanian hortikultura dan telah dibuatkan bak penampung air yang ada dan kadang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mandi. Kondisi debit air keduanya cukup baik.

(11)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 11

(12)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 12

6. Desa Oro-Oro Ombo

Sumber yang terdapat di unit linkungan ini ada 3, yaitu Sumber Andong, Gondorejo dan Sumber Dami. Sumber Andong dan Gondorejo berada di daerah tegalan Gondorejo; sedangkan Sumber Darmi di kawasan hutan Lindung dekat air terjun Coban Rais.

Sumber mata air yang ada di wilayah rencana, secara kaidah tata ruang akan ditetapkan memiliki sempadan seperti yang telah disebut diatas, apabila pada saat ini telah terdapat kegiatan budi daya pada areal sempadan tersebut maka perkembangnnya akan dibatasi secara ketat terutama untuk pengunaan lahan katagori areal terbangun. Sedang pada areal mata air yang masih alami kawasan sempadan akan berlaku secara mutlak.

B. Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan./kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Kriterianya adalah :

 sungai besar di luar kawasan pemukiman selebar minimal 100 m  anak sungai di luar kawasan permukiman selebar 50 m

 sungai di kawasan permukiman selebar 15 m

 sungai bertanggul sempadannya diukur dari kiri-kanan kaki tanggul bagian luar sempadan tanggul sungai.

 Sungai tidak bertanggul diukur dari titik banjir tertinggi ke arah darat.

Permasalahan di beberapa lokasi sungai seperti sungai Brugan, Clumprit, Curah Krikil dan Mranak ada sempadan yang digunakan sebagai permukiman. Untuk Sungai Brugan di wilayah Songgoriti, untuk Sungai Clumprit di wilayah Sukomulyo, Besul dan Glonggong, Sungai Curah Krikil di wilayah Glonggong, Sungai Mranak di wilayah Genengan.

Arahan pengendalian bagi kondisi ini adalah pengendalian ketat dengan membatasi secara ketat pembangunan di sekitar sempadan ini Sedangkan untuk

sempadan sungai yang penggunaan sempadannya masih didominasi oleh kegiatan non terbangun seperti di pinggir Sungai Brantas (batas Utara wilayah perencanaan) maka akan tetap dipertahankan dan pemberlakuan ketetapan sempadan sungai berlaku mutlak.

Adapun arahan pengendalian untuk pengaturan sempadannya adalah sebagai berikut ;

1) Sungai Brantas yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter untuk sempadan sungainya ditetapkan :

 Sungai Brantas yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai.

 Sungai Brantas yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

2) Sungai kecil yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter di wilayah BWK I Pusat Kota terdapat pada Kali Klumprit, Kali Mranak, Kali Brugan dan Kali Curah Krikil sempadan sungainya ditetapkan :

 Sungai yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai.

 Sungai yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

3) Untuk anak sungai yang mengalir ke sungai kecil yang biasanya dimanfaatkan untuk irigasi (pengairan) dan drainase sekunder untuk yang bertanggul ditetapkan garis sempadan 1 (satu) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul untuk yang berada di dalam kawasan permukiman. Dan 3 meter untuk yang tidak bertanggul dihitung dari tepi sungai.

C. Sempadan SUTT dan SUTET.

Keberadaan Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi yang berada di wilayah perencanan perlu mendapat perhatian mengingat cukup tinginya perkembangan penggunaan lahan yang dikhawatirkan dapat juga

(13)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 13 menggunakan lahan di bawah SUTT dan SUTET. Untuk mengatur hal tersebut

beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan adalah sebagai berikut ; TABEL3.3

JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET DENGAN TANAH DAN BENDA LAINNYA

No Lokasi SUTT 66 kV SUTT 150 kV SUTET 500 kV (m) (m) Sirkit-ganda (m) Sirkit- tunggal (m) 1. Lapangan terbuka pada luar

kota

6,5 7,5 10 11

2. Jalan raya 8 9 15 15

3. Pohon-pohon pada umumnya

3,5 4,6 8,5 8,5

4. Bangunan tidak tahan api dan

lapangan olah raga 12,5 13,5 14 15

5. Bagian bangunan yang tahan api

3,5 4,5 8,5 8,5

6. SUTT lainnya: penghantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi dan kereta gantung

3 4 8,5 8,5

7. Rek kereta biasa 8 9 15 15

8. Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar kereta

listrik terdekat dan sebagainya 3 4 8,5 8,5 9. Titik tertinggi tiang kapal pada

kedudukan air

pasang/tertinggi pada lalu lintas air

3 4 8,5 8,5

Sumber : Peraturan instalansi listrik tahun 1987

Jaringan SUTT/SUTET di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu berada dari arah Selatan melalui Kelurahan Temas (dusun Kampungteh), Kelurahan Sisir (dusun Genengan – jalan Sultan Agung – dusun Kampung Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (dusun Srebet).

Permasalahan terdapat sempadan SUTT/SUTET yang peruntukkannya digunakan sebagai lahan terbangun yaitu berada di wilayah Kampung Teh, Genengan dan Kampung Anyar.

Arahan Pengendalian untuk wilayah Kampung Teh, dan Genengan pelarangan pembangunan secara ketat terutama secara vertikal, maupun horizontal. Sedangkan untuk Kampung Anyar segera diupayakan semacam jalur larangan membangun mengingat masih ada lahan kosong di wilayah ini tepat di bawah jaringan. Penyusunan Perda oleh Pemda dan Peraturan dari PLN mengenai jalur larangan ini perlu segara di lakukan sebelum lahan kosong tersebut berubah fungsi. Selanjutnya setelah pembebasan areal tersebut dapat difungsikan dengan fungsi lahan non terbangun yang dikelola oleh Pemda ataupun oleh PLN. Sedangkan perlakuan fisik konservasi pada daerah yang dilalui SUTT/SUTET diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di jalan kembar Sultan Agung akan tetap dipertahankan. Sedangkan untuk SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya dibuat jalan diarahkan untuk dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri dari pulau-pulau taman. Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.4 arahan perlindungan setempat (kawasan konservasi)

3.3.2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di wilayah perencanaan BWK I terdapat di beberapa lokasi yaitu di Songoriti, dan Jalan Panglima Sudiman, serta WR. Supratman.

Dari dua lokasi tersebut dapat dibagi menjadi dua spesifikasi yaitu kawasan budaya peninggalan jaman kerajaan berupa keberadaan bangunan Candi di Songgoriti, dan kawasan budaya peninggalan jaman Kolonial Belanda yang dintandai dengan keberadaan bangunan arsitektural Kolonial.

Bila dilihat dari kriterianya suatu kawasan disebut memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan apabila ; kawasan yang dimaksud merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.

(14)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 14 peta 3.4 arahan perlindungan setempat (konservasi)

(15)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 15 Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu, untuk kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu diarahkan pada ; 1. Candi Songgoriti atau Candi Supo

2. Bangunan-bangunan Kuno peninggalan dari Belanda pada masa penjajahan yang ada di jalan Panglima Sudirman dan jalan WR. Supratman yang banyak terdapat bangunan tempat tinggal bekas kolonial Belanda.

3. Bangunan peribadatan seperti Gereja Katolik di Jalan Panglima Sudirman, Gereja GPIB di jalan Raya Trunojoyo yang bercorak gaya kolonial.

Permasalahan secara teknis fisik bangunan untuk Candi Suko perlu dilakukan konstruksi ulang agar tampilan candi secara utuh dapat dilihat, sedangkan untuk bangunan dengan corak kolonial adalah masih rentanya persepsi sejarah arsitektur bangunan oleh perubahan. Pemilik bangunan masih sebagian masih belum menyadari bahwa bangunanya merupakan cagar budaya sehingga jika pihak pemilik rumah ingin merenovasi secar total maka hal itu sah saja.

Arahan Pengendalian Pemerintah Kota Batu perlu segera menetapkan Perda yang berkaitan secara spesifik lokasi kawasan cagar budaya, berikut pedoman peraturan yang bersisikan larangan, dan tindakan disintensif bagi pelanggaran dan intensif bagi pihak yang telah mengikuti peraturan. Hal ini perlu dilakukan agar salah satu identitas wajah Kota Batu tidak hilang, dan contoh kasus di Kota Malang yaitu kawasan Jalan Ijen (kawasan konservasi bangunan) dimana perlahan tapi pasti banyak rumah yang berganti total arsitekturalnya dari gaya Kolonial ke gaya Mediteran serta Romawi tidak terjadi di Kota Batu.

3.3.3. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana dikategorikan seperti rawan longsor, kebakaran hutan dan rawan banjir. Kawasan yang rawan bencana dikarenakan gundulnya hutan dan degradasi lingkungan, berada pada kawasan konservasi dan berada pada cekungan jurang jika dipandang dari ketinggian dan kemiringan Kota Batu.

Secara keseluruhan gundulnya hutan dan kawasan sekitarnya menjadikan rawan bencana.

Kawasan rawan bencana longsor, berada di Dusun Toyomerto, Panderman Hill, Songgoriti, Flamboyan dan Dresel, jalan sepanjang kawasan Payung. Jika ditinjau dari kemiringan lahan kawasan ini berada pada ketinggian 15-40% dimana berada pada kawasan penyangga dan pengendalian ketat. Ditambah lagi keberadaan kawasan hutan sekitarnya telah gundul dan mengalami degradasi lingkungan yang parah. Adapun kawasan rawan bencana tersebut terdapat pada :

 Kawasan berlereng di sekitar Gunung Panderman yaitu di Dusun Toyomerto, Oro-Oro Ombo (kawasan Villa Paderman Hill dan sekitarnya).

 Payung

Permasalahan pada kawasan ini kondisi hutannya terjadi pengundulan dan beberapa lokasi dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian sayur, tanaman pangan dan kegiatan permukiman terutama villa.

Pengendalian pada kawasan ini berupa penghutan kembali atau reboisasi dengan vegetasi yang memiliki perakaran kuat tetapi memiliki waktu tumbuh yang relatif cepat. Sedangkan untuk kawasan yang telah dibudidayakan harus diawasi dengan ketat perkembangannya, dan berupaya dilakukan pendekatan kepada para petani agar pola tanam memanfaatkan juga komoditi tanaman yang memiliki sifat perakaran kuat. Sistem pola tanam tumpang sari dimana tanaman komoditi ditamam dengan tamanan dengan perarakaran kuat juga sangat dianjurkan. Pembuatan terasiring dapat juga dilakukan dikombinasikan penanaman tanaman pelindung dengan sistem tumpang sari.

3.3.4. Rencana Kawasan Budidaya

Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya meiliputi pemukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, kesehatan, pariwisata, pertanian, perindustrian, dan fasum dan fasos serta ruang terbuka hijau. Penggunaan lahan yang paling dominan adalah untuk pertanian dibandingkan

(16)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 16 penggunaan lahan lainnya. Wilayah budidaya dibedakan dalam dua karakter di

wilayah perencanaan, yaitu karakter pedesaan dan perkotaan. Karakter penggunaan lahan pedesaan ada di Unit Lingkungan V dan Unit Lingkungan VI, sedangkan karakter perkotaan ada di Unit Lingkungan I, II, III dan IV. Jelasnya Kawasan permukiman dijabarkan sebagai berikut ;

3.3.4.1. Rencana Kawasan Permukiman

Berdasarkan kriteria dan arahan dari RTRW Kota Batu maka permukiman di wilayah perencanaan masuk dalam katagori karakter perkotaan berlokasi antara lain di ;

 UNIT LINGKUNGAN I (Sisir), yaitu : Jalan Diponegoro, Jalan Minwarso, Jalan Kapten Ibnu, Jalan Sultan Agung, Jalan Diman, Jalan Masowari, Jalan Basket, Jalan.Kartini, Jalan Tenes, Jalan Sudiro.

 UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : Jalan Dewi Sartika, Jalan Dewi Sartika Atas, Jalan Imam Bonjol, Jalan Patimura.

 UNIT LINGKUNGAN III (Songgokerto), yaitu : Jalan Trunojoyo, Jalan Flamboyan, Jalan Terusan Flamboyan, Jalan Mawar.

 UNIT LINGKUNGAN IV (Ngaglik), yaitu : Jalan Panglima Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Ikhwan Hadi, Jalan Suropati, Jalan Kasiman, Jalan Hadi, Jalan WR. Supratman, Jalan Mustari, Jalan Sudarso, Jalan Kasan Kaiso, Jalan Terusan Kasiman, Jalan Kasan Kaiso, Jalan Abdul Rachman, Jalan Darsono, Jalan Abdul Jalil, Jalan Abdul Gani, Jalan Abdul Gani Atas, Jalan Gajah Mada.

 UNIT LINGKUNGAN V (Desa Pesanggrahan), yaitu : Jalan Panglima Sudirman, Jalan Samadi, Jalan Sareh, Jalan Sajid, Jalan Suropati, Jalan Kamboja, Jalan Anggrek, Jalan Seruni, Jalan Sakura dan Jalan Melati.

Dan permukiman dengan karakter perdesaan antara lain berlokasi di ;  UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : di Dusun Temas Barat, Putuk dan

Babatan

 UNIT LINGKUNGAN V (Pesanggrahan), yaitu : Dusun Toyomerto dan Srebet

 UNIT LINGKUNGAN VI (Oro-Oro Ombo), yaitu : Daerah Dresel, Gondorejo Oro-Oro Ombo atas dan Oro-Oro Ombo Raya

Permasalahan berdasarkan kriterianya akan dibagi menjadi dua bagian yang pertama Permukiman Perkotaan yaitu ;

 Permukiman padat di wilayah perencanaan yang berada di Klumusan, Pesantren, Ngaglik Utara, Krajan, Genteng, Putuk, Klerek, Babatan, Besul Meduran, Toyomerto, Dresel dan Kaliputih. Jika perkembangan permukiman padat ini tidak segera dikendalikan dan ditata, maka dikhawatirkan akan berkembang menjadi permukiman kumuh.

 Pada wilayah permukiman padat ini utilitas berupa drainase dan sistem persampahannya masih perlu mendapat pembenahan.

 Wilayah permukiman padat ini juga miskin akan tata hijau sehingga terkesan kurang asri.

 Pembangunan kawasan permukiman mewah dalam hal ini villa yang semakin mendesak kawasan konservasi yaitu Panderman Hill, Villa Songgoriti, Villa Batu Permai dan keberadaan villa di Jalan Flamboyan.

 Masih adanya minat untuk membangun permukiman skala besar di wilayah perenanaan BWK I oleh developer karena letaknya yang strategis.

 Perlahan tapi pasti akan terjadi peningkatan areal kawasan permukiman di wilayah perencanaan sehingga akan berpengaruh pada semakin kecilnya areal resapan hujan.

Arahan penanganan dan pengendalian adalah sebagai berikut ;

 Penerapan program perbaikan kampung pada wilayah – wilayah ini yang langsung diintegralkan dengan penanganan masalah drainase dan persampahan.

 Meneruskan program P2KP sebagai salah satu akses untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin kota yang nota bene tinggal di wilayah padat

(17)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 17 sehingga memiliki pendapatan lebih dengan harapan sebagian dapat

digunakan untuk melakukan perbaikan lingkungan dan bangunannya.

 Mengupayakan penghijauan dengan koordinasi tiap RT dan RW menggunakan bahan-bahan yang sederhana misalnya kaleng bekas dijadikan sebagai pot tanaman, ataupun swadaya dengan pengadaan pot konvensional.

 Membatasi secara ketat perkembangan villa estate dengan perangkat Perda antara lain Perda Tata Ruang, dan Perda lainnya yang lebih teknis lagi dan mendetail mengenai pengaturan di kawasan ini.

 Pemberlakuan pelarangan pembangunan villa estate di wilayah sekitar kawasan konservasi.

 Melakukan pola disinsentif bagi kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan villa misalnya dengan tidak mengeluarkan ijin peruntukan bangunan dan tidak menyediakan akses maupun fasilitas dan uttilitas penunjangnya.

 Arahan untuk pembangunan permukiman perkotaan skala besar oleh developer diarahkan ke luar wilayah perencanaan BWK I untuk itu perlu Perda yang menjadi landasan kuat bagi pengaturan hal ini.

 Untuk pengembangan permukiman masih dapat dilakukan di wilayah BWK I dengan syarat ; sedapat mungkin menghindari kawasan pertanian irigasi teknis, kawasan konservasi, dan kawasan lindung lainnya. Arahan pengembangan kawasan permukiman di wilayah perencanaan diarahkan ke arah arah Krajan Timur dan Desa Genting, Temas Barat, Besul, Ke Selatan Oro-Oro Ombo, Sukoarjo Utara, Jalan Indragiri dan ke arah Desa Gondorejo.  Pembuatan sumur resapan air hujan pada tiap lokasi perumahan yang baru

akan dibangun.

Untuk Permukiman dengan karakter perdesaan yang masih terdapat di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu Permasalahan adalah ;

 Kondisi lingkungan dan bangunan yang masih kurang memenuhi standar kesehatan seperti ada beberapa rumah yang masih berdekatan dengan kandang ternak seperti di Desa Toyomerto dan di Dresel Desa Oro-Oro Ombo.

 Masih kurangnya utilitas berupa jaringan drainase, dan masih kurangnya tingkat kebersihan yang terkait dengan penanganan persampahan.

 Beberap unit rumah di Toyomerto dan Dresel menempati lokasi yang rawan seperti di bawah tebing curam.

Arahan penanganan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut ;

 Penerapan program pembangunan khusus untuk desa yang memiliki ketertigalan. Dengan program ini percepatan pembangunan di wilayah desa yang dimaksud dapat dipacu denga lebih cepat lagi. Keterlibatan peran serta masyarakat dalam setiap aktifitas pembangunan dapat dimasukan dalam program ini sehingga rasa memiliki terhadap apa yang telah dibangun lebih tinggi.

 Untuk lokasi rumah yang berada di daerah rawan pihak pemerintah desa dengan pemerintah kota dapat bekerja sama dalam melakukan relokasi bila kondisinya sudah benar – benar mengkhawatirkan.

 Segera melakukan sosialisasi bekerja sama dengan pihak pemerintah desa mengenai lokasi yang tidak boleh diperuntukkan bagi bangunan.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan kawasan permukiman dapat dilihat pada peta 3.5 berikut ;

(18)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 18

(19)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 19

3.3.4.2. Kawasan Perdagangan dan Jasa A. Perdagangan

Pada kawasan perdagangan dan jasa yang telah ada merupakan kawasan perdagangan dan jasa campuran antara lain supermarket (hanya di depan Alun-alun), pertokoan, rumah makan/restauran, show room, bengkel, bank, salon, dan lain sebagainya di Kota Batu saat ini didominasi disekitar jalan-jalan utama antara lain di sekitar jalan-jalan Diponegoro, jalan-jalan Gajah Mada, Panglima Sudirman bawah, WR Supratman, Kartini, Imam Bonjol, Sudiro, Dewi Sartika, KH. Agus Salim

Arahan pengklasifikasian kawasan perdagangan jasa berdasarkan komoditi yang dijual adalah sebagai berikut ;

 Komoditi Sembako (Sembilan Bahan Pokok)

o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu Jalan Dewi Sartika. o Eceran di arahkan di Jalan Dewi Sartika, Oro – Oro Ombo Raya ke arah

Jalan Agus Salim.  Komoditi Sandang

o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu.

o Eceran di arahkan di Gajah Mada, dan Panglima Sudirman.  Komoditi Papan (bahan bangunan)

o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu Jalan Dewi Sartika. o Eceran di arahkan di Jalan Diponegoro dan Patimura.

 Komoditi Pelengkap (alat listrik, kosmetik, restoran, alat tulis/perkantoran, pecah belah, furniture, hiburan, alat elektronik dan komunikasi untuk grosir dan eceran berada di sepanjang jalan utama.

Pola kecenderungan kuat untuk perkembangan perdagangan dan jasa, adalah ke arah Utara Jalan. Brantas, ke selatan Jalan. Oro-Oro Ombo Raya dan ke Selatan arah Jalan. Patimura menuju Beji. Pola kecenderungan perkembangan untuk perdagangan dan jasa biasanya mengikuti koridor jalan utama atau pusat kegiatan kota. Beberapa jenis perdagangan dan jasa yang ada di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut ;

TABEL 3.4

JENIS PERDAGANGAN DAN JASA DI BWK I TAHUN 2003

No. Unit Lingk Ruas Jalan Jenis Peruntukkan

1 Kel Temas Patimura Restoran Sate Kelinci, Wartel, pembuatan batako, panti pijat Rini Jaya, restoran Bebek Kwali, cuci mobil, wisma Madura Jaya, toko bangunan

Sumber Rejeki, bengkel las, warung makan, Koperasi Citra Abadi, showroom, meubel Sejati counter HP Booam Cell, meubel makmur, pecel Madiun, bengkel motor Awang, Koperasi Pertanian Batu, Koperasi Mandiri, Yulianto Las warung Soto Medan, warung sate hot plate, wartel Tiara, wisma Nala

Dewi Sartika Toko eceran Family, warung, Koperasi Kusuma Jaya, bengkel, BPR Bumi Rinjani, Bank Krisna Mandala, Bank BRI Unit Batu I, meubel sejati, Dermaga Kencana motor, kios buah, bengkel Honda, toko listrik cahaya abadi, dealer Kanzen toko listrik santoso, Bank Jatim, BNI,Columbia kredit, Pegadaian, Krisna Motor, Bank Danamon toko besi sumber jaya, Koperasi simpan pinjam Arta Karya, bank Mandiri, toko alat rumah tangga surya kencana, depot, sanjaya motor, kios oleh-oleh kripik kentang super, wisma Nala,

Imam Bonjol Hotel Imam Bonjol, toko Ismaniya, warung, bengkel, toko kain Barokah, bengkel motor, wartel kios buah, toko kain Mulyo, salon Liana

Oro-oro Ombo Toko kayu Kalimantan, warung, bengkel Raya

Sukoharjo Warung, bengkel Wukir Warung, bengkel

2 Kel. Sisir Diponegoro Pembibitan kaktus, depot rejeki, BPR Pancada na Batu, toko material 27, BRI Kacab Batu, toko keramik Anugerah, bengkel Diponegoro, kios oleh-oleh, toko oli mobil Diponegoro 86, restoran rawon brintik, persewaan alat pesta komando, warung amanda, toko oli sinar terang wijaya motor, SPBU, restoran ayam kalasan, subur motor, notaris Roy Pudyo,bougenville café resto, restoran mesir, bank Lippo, depo material rejo agung

Agus Salim Warung, bengkel, BPR Tripakarti, Koperasi Pegawai Negeri,wartel, salon, BPR Artorejo toko meubel Olympic, pangkas rambut Sultan Agung Koperasi Distribusi Langgeng, Imam Bonjol Atas Fitri Catering

Abdul Gani Atas Lesehan Pondok Bambu, Hotel Paleran Soerabaya Gajah Mada Batu Plaza

Sudirno Pedagang Kaki Lima makanan dan minuman WR Supratman Asuransi Jiwa Sraya, bengkel, warung, toko

onderdil,

3 Kel. Ngaglik Gajah Mada Toko baju, toko alat tulis dan kantor, restoran Bang Mari'e, toko emas Anda, toko emas Ratna Sarie, warung nikmat, toko alat tulis Pelajar, toko listrik Terang, toko tekstil Santoso, toko sepatu, Bank Sudirman BCA, restoran Pelangi, Showroom Suzuki Hero Sakti, BPR Dwi Cahaya Nusaperkasa, restoran Metro, foto klasik, toko material Tunggal Jaya Makmur, warung Asri, Salon Kawi, Salon Lili, toko Surya Indah, Pelangi motor, Kurnia Motor, Bumi Putera, BTPN, warung

4 Desa Pesangrahan Sudirman SPBU, Mutiara Batu hotel, Metropole hotel, Apple Green hotel, Asida hotel, Kartika Wijaya hotel, BPR Sumber Dana Makmur,

Indragiri Orchid hotel Hasanudin Batu Permai hotel

5 Kel. Songgokerto Trunojoyo Nirwana hotel, Batu Inn, SPBU, PKL Payung Palem hotel, showroom, warung, bengkel losmen wisata indah, Aster hotel

Songgoriti Kartika Raya hotel, Kami Sato hotel, permandian air panas Songgoriti, Tirtanirwana,

6 Desa Oro-Oro Ombo Oro-Oro Ombo Raya Warung, bengkel

(20)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 20

Permasalahan kawasan perdagangan dan jasa adalah ;

 Masih kurangnya areal parkir off street di lokasi ruas jalan Kartini, Gajah Mada, WR. Supratman, Panglima Sudirman Bawah, Diponegoro, Imam Bonjol dan Dewi Sartika.

 Sudah tingginya intensitas pemanfaatan lahan pada kawasan di sepanjang koridor jalan tersebut diatas.

Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;

 Keberadaan perdagangan dan jasa ini tetap dipertahankan dan dapat dikembangkan intensitasnya dengan ketentuan perdagangan dan jasa yang banyak menimbulkan bangkitan dan tarikan kendaraan diwajibkan memiliki parkir sendiri di dalam bangunan perdagangan itu sendiri (parking off street).  Pembagian pengembangan intensitas pemanfaatan lahan untuk kawasan

perdagangan dan jasa ini adalah sebagai berikut ;

o Sekitar koridor jalan Patimura, Diponogoro, Dewi Sartika, Imam Bonjol, diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang - tinggi dengan ketentuan apabila perdagangan dan jasa tersebut menimbulkan tarikan kendaraan cukup besar harus mempunyai parkir sendiri ( parking off street)

o Sekitar koridor jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, jalan Abdul Gani, jalan Hasanudin, jalan Brantas, jalan Bromo, jalan Semeru, dan jalan-jalan utama lainnya di kawasan pusat kota diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang -rendah.

o Sekitar koridor jalan Panglima Sudirman dan Jalan Sultan Agung pengembangan perdagangan dan jasa dibatasi dan dikendalikan secara ketat dan diarahkan untuk kegiatan permukiman dan fasilitas umum serta sosial. Sedangkan perdagangan dan jasa yang diarahkan intensitasnya rendah dengan lingkup pelayanan lokal.

 Arahan bagi pengembangan areal perdagangan dan jasa yang baru diarahkan ke arah Utara Jalan. Brantas, ke selatan Jalan Oro-Oro Ombo Raya dan Jalan Patimura menuju Beji. Intensitas yang direncanakan adalah

sedang dan kecil o Pasar Induk

Pasar Induk di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini berada di Jalan Dewi Sartika. Pengembangan lebih lanjut mengenai Pasar Induk Kota Batu tetap dipertahankan pada tempat ini dan perlu peningkatan mengenai kondisi bangunan dan lingkungannya yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya musholla, parkir, TPS dan lain sebagainya.

o Pasar Wisata

Pengembangan pasar wisata di Kota Batu diutamakan pada perdagangan hasil kerajinan (souvenir) masyarakat Kota Batu, makanan dan minuman khas Batu, hasil pertanian (terutama tanaman hias dan bunga potong). Pengembangan pasar wisata selain dekat dengan obyek dan kawasan wisata juga pada kawasan strategis yang ada ada di pusat Kota Batu untuk memudahkan para wisatawan mengunjunginya. Adapun lokasi pasar wisata diarahkan pada :

 Pasar Songgoriti

 Pasar Wisata di jalan Sudiro.

Permasalahan dari pengembangan pasar wisata ini adalah sebagai berikut ;

 Pasar Songgoriti masih perlu pembenahan terutama pada penyediaan areal parkir dan areal disekitar pasar yang masih ada yang belum mendapat perekerasan.

 Saluran drainase yang masih kurang penyediaanya  Tempat sampah yang masih kurang.

 Penataan kios yang masih kurang rapi.

 Untuk pasar wisata di Jalan R.A Kartini masih kurang dalam penataan pedangangnya dan tempat sampah.

Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;

(21)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 21  Membangun saluran drainase di sepajang jalan lokasi pasar wisata

Songoriti

 Menyediakan tempat sampah di kedua lokasi pasar

 Penataan kios di kedua pasar agar lebih menarik dan artistik misalnya dengan menggunakan warna tenda dan bervariasi, penataan barang dagangan yang lebih variatif.

 Membangun pasar wisata di jalan Sudiro

Untuk melaksanakan hal tersebut maka kerja sama antara Pemda Kota dengan Paguyuban pedagang setempat diperlukan.

o Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pedangang kaki lima terkonsentrasi sebagian besar di ruas Jalan Sudiro, Munif, R.A Kartini dan disamping Taman Makam Pahlawan. Kondisi saat ini untuk lokasi PKL di sekitar Alun-Alun adalah ; PKL siang hari berlokasi di depan Gedung Ganesha berjualan dari pukul 08.00 - 17.00. Pada malam hari lokasinya dialihfungsikan sebagai areal parkir untuk pengunjung PKL di Jalan Munif dan Sudiro.

Permasalahan dilokasi ini adalah ;

 Adanya APK dokar/delman yang jaraknya berdekatan dengan lokasi PKL di depan Gedung Ganesha sehingga bau dari aktivitas APK ini menggangu pengunjung.

 Masih kurangnya fasilitas drainase di Jalan Sudiro sehingga pada saat hujan air limpasan dengan deras menggenangi lokasi PKL di depan Gedung Ganesha.

 Masih kurangnya tempat sampah di semua lokasi PKL.

 Masih dapat ditingkatkan tampilan dari PKL sehingga lebih menarik lagi Arahan Penanganan lokasi PKL Alun – Alun secara garis besar adalah ;  Pertama Menyekat antara lokasi APK dokar dengan lokasi PKL dengan

tanaman penghalang. Tanaman ini dapat di tempatkan dalam pot dengan dimensi agak besar dan berisikan tanaman yang memiliki morfologi dedaunan yang rimbun serta mampu meyerap bau secara maksimal.

Kedua merelokasi APK agak menjauh dari PKL kearah mendekati Alun-Alun.

 Membangun saluran drainase di Jalan Sudiro yang kemudian menyatu dengan saluran bawah tanah yang ada di depan Gedung Ganesha.

 Menyediakan tempat sampah yang merata di tiap lokasi PKL

 Menata tampilan PKL dengan tenda yang lebih variatif dan cara penyajian makanan yang lebih unik serta papan nama/daftar menu yang lebih variatif pula.

C. Jasa

Jasa merupakan suatu bentuk layanan kepada konsumen dalam bentuk non fisik. Untuk aktifitas jasa bisanya memiliki kecenderungan untuk menyatu dengan kegiatan perdaganganl karena memiliki tipikal yang cenderung sama.

Arahan pengembangan kawasan jasa di BWK I adalah sebagai berikut ;  Jasa Kursus/Pendidikan (mengemudi, computer, bahasa) diarahkan pada

Jalan Imam Bonjol, WR. Supratman, Jendral Sudirman.

 Jasa Komunikasi (wartel, Warnet) diarahkan sepanjang koridor jalan utama untuk wartel dan Jalan WR Supratman, Jalan Agus Salim, serta Jalan Panglima Sudirman untuk Warnet.

 Jasa Percetakan (foto kopi, afdruk foto, sablon) diarahkan pada Jalan Panglima Sudirman, Gajah Mada, dan Brantas.

 Jasa Kecantikan (salon, pangkas rambut) diarahkan pada Jalan Gajah Mada, Agus Salim, dan Diponegoro.

 Jasa Hiburan (rental VCD, Play Station, Billyard) diarahkan pada Jalan Gajah Mada, Diponegoro.

 Jasa Kesehatan (fitness, panti pijat, pengobatan alternatif) diarahkan pada Jalan Patimura, Diponegoro.

 Jasa Perbengkelan mobil, motor dan alat pertanian, diarahkan pada Jalan Patimura, Diponegro, dan Jalan Dewi Sartika.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.6. arahan kawasan Perdagangan dan jasa.

(22)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 22 Peta 3.6. arahan kawasan Perdag dan jasa

(23)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 23

3.3.4.3. Pendidikan

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu pengembangan pendidikan dilihat dari spatialnya di wilayah perencanaan tidak direncanakan dalam bentuk kawasan melainkan menyebar sesuai dengan kebutuhannya terutama untuk jenis pendidikan TK dan SD. Sedangkan pendidikan jenis SLTP dan SMU/SMK negeri direncanakan tiap BWK terdapat pada fasilitas jenis ini

Arahan bagi pengembangan fasilitas pendidikan di wilayah perencanan BWK I Pusat Kota Batu adalah ;

 Menetapkan keberadaan fasilitas pendidikan yang telah ada sekarang.

 Lebih mengarahkan pada penambahan sekolah kejuruan yang mengkhusus pada bidang – bidang aplikatif sesuai tuntutan pasar. Fasilitas ini diarahkan pada lokasi jalan Sultan Agung.

 Pengembagan BLK – BLK yang berkonsentrasi pada perbengkelan dan pertukangan, pariwisata dan sebagainya yang lokasinya dapat menyebar sesuai dengan kondisi lahan yang ada di unit – unit lingkungan.

Pengembangan fasilitas pendidikan perguruan tinggi di wilayah perencanaan BWK I tidak direncanakan, karena faktor kedekatan wilayah rencana dengan Kota Malang yang merupakan kota pendidikan dengan keberadaan berbagai jenis pendidikan perguruan tinggi di Kota Malang.

3.3.4.4. Perkantoran

Arahan pengembangan perkantoran adalah sebagai berikut ;

 Mempertahankan aglomerasi perkantoran yang telah ada sekarang bagi kantor pemerintahan yang telah memiliki fasilitas gedung. Kawasan ini berada di jalan Sultan Agung dan Panglima Sudirman.

 Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu bagi instansi pemerintah yang belum memiliki fasilitas kantor diarahkan di luar BWK I yaitu di wilayah Junrejo.

3.3.4.5. Peribadatan

Fasilitas peribadatan yang ada di BWK I Pusat Kota Batu secara umum telah memadai baik dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk skala pelayanan BWK dan Kota memusat di alun-alun, Jalan. Panglima Sudirman, Jalan. Trunojoyo dan koridor jalan utama lainnya. Juga untuk peribadatan selain Masjid pada umumnya ada di kawasan strategis, karena jumlah umatnya tidak banyak dan terbatas. Sedangkan untuk Masjid dan Langgar hampir tersebar di seluruh permukiman penduduk.

Arahan bagi kawasan peribadatan tidak perlu dikelompokkan dalam satu kawasan, dirahakan untuk terdistribusikan secara merata di tiap unit lingkungan dan diarahkan berdekatan dengan pemukiman masyarakat.

3.3.4.6. Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan berupa Rumah Sakit Paru – Paru, dan Rumah Sakit Hasta Brata yang masing – masing berlokasi di jalan A.Yani dan Puskesmas Batu di jalan Samadi. Serta beberapa balai pengobatan swasta lainnya. Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu pengembangan lebih lanjut mengenai fasilitas kesehatan di wilayah perencanaan BWK I sebagai berikut :

 Pengembangan Rumah Sakit Umum (RSU) dapat berlokasi di Jalan Sultan Agung

 Pengembangan Puskesmas yang didalamnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana inap dan operasi yang memadai.

 Pengembangan prakter dokter bersama pada kawasan permukiman baru terutama pada perumahan baru yang dapat didistribusikan di tiap unit lingkungan.

 Penetapan keberadaan dan peningkatan kualitas pelayanan puskesmas pembantu, BKIA dan posyandu.

(24)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 24  Pengembangan jumlah apotek yang akan didistribusikan di tiap unit

lingkungan

3.3.4.7. Perindustrian dan Pergudangan

Kawasan industri di wilayah perencanaan lokasinya menyebar di beberapa tempat antara lain ; Industri Indofood Sukses Makmur di Jalan Sukoharjo, di Jalan Panglima Sudirman yaitu industri tektil Wastra indah, Jalan Moh Sahar industri minuman, di Jalan Sudiro industri pembuatan kompor minyak tanah, di Jalan Agus Salim industri penyamakan kulit, industri tegel di Jalan Brantas, industri genteng dan batu bata di Jalan Abdul Gani, di Jalan Darsono industri makanan ringan Double G dan industri tusuk gigi terletak di Jalan Abdulgani.

Untuk pergudangan terkonsentrasi di Jalan Dewi Sartika, Sudiro berupa gundang Bawang, Moh Sahar, jalan Abdul Gani Atas, dan jalan WR. Supratman.

Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah ;

 Menyatunya lokasi industri dengan permukiman seperti industri makanan ringan di Jalan Darsono, industri kompor di Jalan Sudiro.

 Menyatunya lokasi industri dengan perkantoran seperti industri Wastra Indah dengan Kantor Walikota Batu.

 Kedekatan lokasi ini akan rawan menimbulkan pencemaran bagi kawasan padat disekitarnya

 Lokasi yang berdekatan juga rawan bencana misalnya kebakaran Arahan pengedalian adalah sebagai berikut ;

 Tidak memperpanjang ijin usaha bagi PT. Wastra Indah dan direlokasi di luar BWK I.

 Mempersiapkan relokasi industri ke luar wilayah BWK I dalam hal ini berdasarkan arahan RTRW berlokasi di Giripurno.

 Membatasi perkembangan industri yang sudah menyatu dengan permukiman atau fasilitas yang lain.

 Mengawasi secara ketat limbah buangan dari industri dan segera merespon jika terjadi peningkatan limbah dalam jumlah yang besar.

 Merekomendasikan dan mewajibkan penyediaan fire safety yang memadai di tiap industri.

3.3.4.8. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya

Fasilitas umum dan sosial disini merupakan fasilitas yang memiliki skala pelayanan kota, adalah beberapa arahan yang terkait adalah :

 Alun-alun Kota

Bila dilihat dari tipologi kota yang ada di dunia maka keberadaan Alun - Alun tidak dapat dilepaskan dalam konteks keruangan kota. Kota Batu memiliki sebuah Alun – Alun yang menjadi landmark atau tengaran kota. Lokasinya yang berada di tengah Kota Batu menjadikan Alun – Alun sangat strategis. Mengingat hal tersebut maka arahan bagi Alun – Alun ini adalah mempertahankan keberadaanya dengan melakukan beberapa pendekatan perencanaan berupa upaya penyatuan dalam konsep Identitas Kawasan Pusat Kota. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada bahasan Idenitas Kawasan.

 Gedung Olah Raga (Ganesha)

Gedung olah raga Indoor di wilayah perencanaan (Kota Batu) terdapat di Jalan R.A Kartini (sebelah Barat) dan Jalan Sudirno (Utara). Kondisi bangunan saat ini sudah perlu mendapat renovasi terlebih bila dikaitkan dengan upaya penataan Alun – Alun dalam Konsep Identitas Kawasan. Penampilan kesan arsitektural yang lebih kuat lagi sehingga identitas gedung olah raga dapat muncul merupakan alternatif pertama yang dapat diupayakan dalam renovasi gedung ini.

(25)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 25  Stadion Brantas

Stadion Brantas berada di Jalan Stadion Barat, merupakan fasilitas umum skala kota yang ada di BWK I. Arahan bagi fasilitas ini berupa pelengkapan fasilitas yang ada di dalamnya berikut renovasi dan perbaikan gedung. Lahan terbuka di sekitar stadion dapat dimanfaatkan sebagai taman atau areal penanaman vegetasi, sehingga kesan hijau dan asri yang identik dengan kawasan olah raga dapat diinterprestasikan secara baik.

 Gedung Kesenian

Gedung kesenian tempat dimana dilakukannya acara – acara pementasan budaya baik tradisional maupun modern sudah selayaknya mulai dikembangkan. Gedung ini diarahkan memiliki daya tampung yang cukup banyak serta dilengkapi dengan panggung untuk pementasan, work shop dan fasilitas pelengkap lainnya. Lokasi Gedung Kesenian ini diarahkan berada ditempat yang strategis untuk mempermudahkan dalam pencapaiannya, seperti di sekitar jalan Sultan Agung.

3.3.4.9. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang terbuka hijau yang ada di wilayah BWK I Pusat Kota Batu adalah sebagai berikut ;

 Alun – alun Kota Batu

 Boulevard jalan Sultan Agung  Stadion Brantas

 Lapangan Olah Raga

 Taman pulau di perempatan Jalan Agus Salim, Sultan Agung, dan Imam Bonjol.

 Makam yang ada di wilayah perencanaan (terutama Makam Pahlawan, Makam Cina Temas, Makam Gang Karate, makam di Jalan Agus Salim, makam Jalan Sakura, makam di Jalan Arum Dalu, makam di belakang Wastra Indah, makam di Kaliputih).

Permasalahan yang terkait adalah ;

 Kondisi boulevard di Jalan Sultan Agung masih perlu peningkatan lagi terutama dari segi masih kurangnya vegetasi dan pengaturan pola tamannya. Hal ini perlu ditindaklanjuti mengingat ruas jalan ini dilalui oleh rute angkutan antar kota sehingga dapat menjadi representasi tampilan keasrian Batu.

 Ruang terbuka di sekitar Stadion Brantas masih perlu peningkatan terutama karena masih kurangnya pengaturan pertamanan dan vegetasi tambahan misalnya tanaman hias.

 Masih kurangnya taman – taman di wilayah perencanaan BWK I

 Masih kurangnya perawatan taman yang ada sehingga memiliki kesan kurang terawatt dan tampil apa adanya.

 Koridor Jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo perlu di tempatkan boulevard sebagai representasi wajah Kota Batu yang asri, indah dan tertata rapi.

 Pada permukiman yang padat masih sangat jarang dijumpai ruang yang masih hijau.

Arahan penanganannya adalah sebagai berikut ;

 Mempertahankan lokasi ruang terbuka hijau yang telah ada.

 Mengembangkan boulevard di Jalan Sultan Agung dengan penataan taman yang lebih artistik lagi, dengan penambahan vegetasi dan pengatuan pola pertamanan sehingga mampu memberikan kesan visual yang asri dan indah.  Mengembangkan ruang terbuka yang ada disekitar Alun-Alun dengan taman

– taman bervegetasi tanaman hias dan bunga – bunga.

 Mengembangkan boulevard di sepanjang Jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo dengan penempatan vegetasi tanaman hias yang banyak dibudidayakan di Kota Batu. Juga sekaligus menjadi tempat promosi bagi komoditi tanaman hias Kota Batu.

 Perawatan yang intensif dan kontinu dari semua taman sehingga tampilan asri, terawat dan alami tetap terjaga.

Gambar

Tabel 3.7  1 P a n g l i m a   S u d i r m a n 1 8 . 5 2 0 . 5 2 5 . 5 2 B r a n t a s 1 6

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya pada penelitian makanan dan minuman maupun layanan halal, peneliti dapat menambahkan faktor–faktor lain yang berhubungan dengan makanan dan minuman juga

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan: 1) prosedur penilaian, 2) relevansi penilaian dengan tujuan dan 3) pemanfaatan hasil penilaian di TK Negeri Pembina Kecamatan

Ini ditunjukkan dengan hasil pengisian kuesioner karyawan di hotel berbintang Kota Batam yang merasa kurang setuju dengan pertanyaan kuesioner “Saya tidak percaya diri

Percobaan pada hewan tidak ada kaitan dengan efek pada manusia, tetapi mungkin ada sedikit resiko apabila steroid yang mencukupi di absorbsi di kulit memasuki aliran darah

Pada titik TS3, lapisan akuifer yang berupa lapisan pasir lempun- gan yang terdeteksi pada kedalaman kurang dari 34,5 m se- bagai akuifer dangkal sedangkan lapisan akuifer dalam

Dalam tugas akhir ini akan dihitung critical clearing time (cct) pada banyak generator menggunakan metode energy function untuk menentukan metode Controlling

Prinsip dasar dari reaksi Jaffe adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana alkali tanpa deproteinasi, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga

Guna mencegah penularan Covid-19 kepada dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya serta pasien yang berkunjung ke rumah sakit, Kementerian Kesehatan menghimbau rumah sakit