BAB II GAMBARAN UMUM PT. MADJU MEDAN CIPTA
F. Rencana Kegiatan
1. Pembuatan naskah 2. Edit naskah
3. Print out naskah dan layout 4. Pembuatan film positif 5. Pembuatan pelat
BAB III
TOPIK PENELITIAN
A. Pengertian dan Fungsi Audit Internal 1. Pengertian Internal Audit
Suatu perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin banyaknya unit perusahaan yang beroperasi, meluasnya jaringan distribusi, dan meningkatnya laba perusahaan. Ketika perusahaan belum berkembang manajer masih dapat mengawasi seluruh kegiatan perusahaan, tetapi setelah perusahaan berkembang maka semakin banyak masalah yang dihadapi manajer. Salah satu masalah yang dihadapi manajer adalah masalah pengawasan. Pengertian pengawasan yaitu :
“Pengawasan (control) adalah pengaturan aktivitas organisasi agar elemen kinerja yang menjadi target tetap berada pada batas yang dapat diterima. Tanpa pengaturan ini, organisasi tidak memiliki petunjuk tentang seberapa baik kinerja dalam kaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
Bagian yang berhubungan dengan pengawasan intern adalah internal audit. Internal audit merupakan unsur dari pengawasan intern yang fungsi utamanya adalah menilai unsur pengendalian lainnya dalam perusahaan.
Personilnya disebut internal auditor, yang bertugas untuk membantu semua anggota manajemen dalam tugasnya untuk memberikan analisa, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diteliti. Oleh karena itu internal auditor harus mengawasi semua tahapan dari kegiatan perusahaan tempat ia bekerja.
21
Hal ini sesuai dengan yang diuraikan oleh Messier & kawan - kawan dalam Auditing Services & Assurance a Systematic Approach, (2005 : 514), mendefinisikan audit internal sebagai berikut :
“Internal auditing adalah Aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola.”
Internal auditor membantu manajemen dalam menyediakan informasi untuk :
a. Mengawasi dan menilai seluruh keputusan, rencana, dan prosedur yang ada benar - benar dijalankan.
b. Mengetahui apakah aktiva perusahaan berada apa keadaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan penyelewengan.
c. Mengamati kebenaran data akuntansi dan data lainnya dalam organisasi perusahaan.
d. Menilai kualitas pelaksanaan tugas - tugas yang telah diberikan kepada masing - masing anggota manajemen.
Untuk menjamin hasil kerja bagian ini, maka perlu diperhatikan kualifikasi yang baik dari pegawai bagian internal audit yang ada. Seperti yang dinyatakan oleh Agoes Sukrisno (2004 : 50), sebagai berikut :
“Auditor (pemeriksa) diharapkan menguasai berbagai bidang ilmu, yaitu:
ilmu ekonomi, manajemen, hukum, moneter, informasi, komunikasi,
tehnologi dan sebagainya. Maka dari itu seyogyanya sebagai pemeriksa bertindak sebagai tim yang sifatnya disipliner.”
2. Fungsi Internal Audit
Adapun yang menjadi ruang lingkup internal audit menurut Hiro Tugiman, (2001 : 47), adalah sebagai berikut :
a. ”Keandalan berbagai informasi finansial dan pelaksanaan pekerjaan atau operasi.
b. Sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, ketentuan perundang – undangan dan peraturan yang dimiliki.
c. Peninjauan berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi harta.
d. Menilai sumber daya ekonomis dan efisien.
e. Menilai pekerjaan, operasi atau program untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.”
Oleh karenanya internal auditor perlu merencanakan audit dengan baik, sehingga seluruh hal tidak terlewatkan. Rencana audit harus dapat menjelaskan secara sistematis langkah - langkah yang diperlukan dalam pelaksanakan secara menyeluruh. Kegiatan internal audit secara keseluruhan menyangkut dua hal, yaitu :
a. Audit Keuangan (Financial Audit)
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan menghasilkan pendapat (opini) pihak ketiga
23
mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.. Kewajaran data keuangan ini meliputi kewajaran aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya yang disajikan pada laporan keuangan. Kewajaran hendaknya didukung dengan pembuktian internal kontrol yang meliputi verifikasi atas keberadaan harta benda perusahaan dan meyakinkan bahwa pengamanannya (safeguarding) cukup memadai dan pencatatannya dilakukan dengan tepat.
b. Audit Operasi / Manajemen (Operasional Audit)
Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian kegiatan operasi suatu perusahaan terhadap prosedur operasi standar dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan.
Audit operasi dilaksanakan pada berbagai tingkatan manajemen (level of management) dan objek yang dinilai adalah aktivitas operasi kebijaksanaan dan efisiensi usaha. Audit operasi ini bermanfaat bagi manajemen dalam rangka pengambilan keputusan.
Dalam hal ini keterlibatan internal auditor diperluas sehingga meliputi keseluruhan sektor atau kegiatan yang menyangkut eksistensi dan kontinuitas perusahaan.
Fungsi internal auditor menurut Mulyadi, (2002 : 211), dapat digolongkan atas beberapa bagian, yaitu :
a. “Menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi.
b. Kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan
kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar – komentar penting terhadap kegiatan manajemen.”
Dengan demikian tugas dan tanggung jawab internal auditor meliputi audit keuangan dan audit operasi.Fungsi utama internal auditor adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Pengendalian
Kegiatan pengendalian membutuhkan banyak waktu untuk menyediakan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam pendekatan masalah – masalah yang berhubungan dengan fungsi pengendalian, internal auditor harus mempunyai pandangan luas dan menentukan prestasi kerja. Dalam menentukan prestasi kerja, auditor seharusnya mempunyai pertimbangan – pertimbangan.
b. Fungsi Audit
Internal auditor dalam fungsi pelaksanaan pekerjaannya memfokuskan pada penilaian dan pengkajian pengendalian intern.
Penilaian dari pengawasan intern bertujuan untuk memperoleh kepastian sistem yang ada telah dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh pelaksana operasi, juga untuk keandalannya agar dapat mencegah atau menemukan penyelewengan maupun kerugian lainnya bagi perusahaan. Dari penilaian dan pengkajian struktur pengawasan intern akan diperoleh hasil berupa keputusan, yang seterusnya disampaikan saran – saran dan usul – usul perbaikan.
25
Internal audit dalam pelaksanaan fungsinya, hanya merupakan fungsi staf karena ia tidak terlibat dalam aktivitas operasi perusahaan, seperti: pembelian atau penilaian persediaan, penagihan piutang, pembayaran hutang, pemasaran produksi dan lainnya. Internal audit sebagai staf yang berasal dari unit organisasi itu yang memberikan saran atau petunjuk. Akan tetapi nasehat yang diberikan itu bukan merupakan suatu keharusan yang diterima pimpinan, melainkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dari usulan – usulan fungsi internal audit diatas dapat diambil kesimpulan bahwa internal audit berfungsi untuk membantu pimpinan agar dapat bekerja lebih efisien, efektif, dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi intenal auditor merupakan salah satu alat pimpinan yang vital untuk keberhasilan pencapaian apa yang menjadi tujuan perusahaan.
Untuk mewujudkan apa yang menjadi fungsi internal audit, internal auditor haruslah memiliki sifat integritas yang tinggi.
Integritas merupakan kepribadian yang didasari rasa bijaksana, berani, serta rasa penuh tanggung jawab. Apabila hal ini dimiliki setiap internal auditor, maka internal auditor akan menjadi bagian yang vital bagi keperluan pimpinan untuk kemajuan unit organisasi secara keseluruhan. Disamping memiliki integritas yang tinggi, seorang auditor dalam pelaksanaan fungsinya memiliki kriteria tertentu agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga apa yang menjadi harapan pimpinan dapat dipenuhi.
c. Pelaporan
Laporan hasil audit digunakan untuk mengkomunikasikan hasil audit yang berupa temuan – temuan dan petunjuk – petunjuk yang dianggap perlu bagi pimpinan. Setelah laporan diberikan kepada pimpinan, pimpinan dapat mengetahui sampai seberapa jauh prosedur – prosedur, peraturan – peraturan dan kebijaksanaan yang dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik, berarti laporan hasil audit, menunjukkan apa yang telah dicapai, menjelaskan hal apa yang perlu diambil oleh pimpinan untuk mengetahui dan menjelaskan kebijakan yang akan diambil oleh pimpinan.
Oleh karena itu internal auditor dalam laporannya hendaknya menyajikan informasi yang cukup jelas dan menghindari informasi yang sulit dimengerti. Selain dari informasi yang berupa data, dalam laporan harus mencakup analisis dan kesimpulan – kesimpulan serta rekomendasi mengenai temuan, sehingga pimpinan memperoleh pengertian yang cukup mengenai persoalan yang dilaporkan. Data yang dilaporkan harus didukung oleh bukti – bukti yang objektif dan tidak memihak, agar laporan itu dapat dipercaya. Dengan demikian pimpinan dapat mengambil tindakan yang tepat dan objektif. Untuk menyusun suatu laporan, internal auditor tidak terikat pada suatu peraturan tertentu yang menjadi patokan yang harus dipenuhi.
27
Namun, internal auditor dalam menyusun laporan lebih baik memuat informasi yang sesuai dengan kebutuhan pimpinan perusahaan. Manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk menyusun laporan tersebut. Audit yang dilakukan secara teliti serta konstruktif akan sangat bermanfaat apabila penyusunan laporan dilakukan dengan baik. Laporan audit harus jelas, artinya laporan itu dapat menjelaskan pokok – pokok pemikiran yang sistematis sehingga mudah dipahami para pemakai laporan. Laporan disebut tepat waktu apabila data yang disajikan secepat mungkin dapat dipergunakan dalam rangka pengambilan tindakan oleh pimpinan, sehingga memungkinkan tidak tertundanya pengambilan keputusan. Laporan yang tidak disampaikan tepat pada waktunya mengakibatkan laporan tidak bermanfaat, bagaimanapun baiknya laporan tersebut.
B. Tanggung Jawab Internal Audit
Internal auditor sering disebut auditor fungsional, dan merupakan salah satu staf di dalam perusahaan. Internal auditor bertanggung jawab dan memberikan laporan audit kepada siapa dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Langsung bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris
Jika internal auditor berada langsung di bawah dewan komisaris, maka cakupan ruang lingkup auditnya semakin luas termasuk melakukan audit terhadap pimpinan perusahaan yaitu direktur utama. Tetapi tidak semua perusahaan menerapkan hal tersebut, karena informasi yang diberikan bukan sebuah keputusan melainkan sebuah pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2. Langsung bertanggung jawab kepada direktur utama
Dalam hal ini internal auditor mendapat tanggung jawab penuh dalam melakukan audit terhadap kinerja pimpinan perusahaan di bawah dewan direksi.
3. Langsung bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan
Internal auditor merupakan bagian dari Direktur Keuangan.
Direktur Keuangan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh beberapa Senior Manajer bagian dengan cara pendelegasian wewenang.
29
C. Mekanisme Kinerja Bagian SPI
1) Penyusunan Program Kerja Audit Tahunan (PKAT)
Siklus kerja SPI dalam 1 tahun dimulai dari penyusunan Program Kerja Audit Tahunan (PKAT) dan diakhiri dengan pembuatan laporan.
PKAT memuat antara lain : nama satuan organisasi yang diaudit, kegiatan yang diaudit, waktu audit, rencana mulai audit, rencana penerbitan audit, jenis audit, tujuan audit, personil audit, anggaran biaya audit.
Kegunaan PKAT bagi SPI antara lain :
a. Sebagai pedoman kerja SPI untuk satu tahun periode audit b. Sebagai bentuk dukungan direksi dalam pelaksanaan tugas SPI c. Sebagai dasar pengajuan anggaran bagi unit SPI
d. Sebagai alat kendali bagi pimpinan SPI untuk menilai kinerja bagian yang dipimpinnya
e. Membantu eksternal audit dan komite audit dalam menilai efektifitas sistem pengawasan intern dan manajemen risiko melalui rencana kerja SPI
SPI menetapkan kegiatannya dalam UPKAT, setelah melalui kajian dan pertimbangan terhadap beberapa hal antara lain :
1) PKAT tahun lalu yang tidak terealisir dikaji kembali apakah masih harus perlu dilanjutkan di tahun berikutnya dan menjadi prioritas utama atau dibatalkan karena tidak perlu lagi.
2) Periode audit yang terakhir telah dilaksanakan oleh SPI terhadap objek/
unit yang akan diaudit tahun berikutnya, sehingga tetap berkesinambungan dalam arti tidak ada satu periode atau bulan kegiatan
3) Masukan dan arahan dari direksi baik secara lisan maupun tulisan 4) Masukan atau arahan dari komisaris/komite audit baik secara lisan
maupun tulisan
5) Besar kecilnya organisasi /unit yang akan diaudit
6) Tingkat risiko pengelolaan organisasi/unit yang akan diaudit melalui hasil identifikasi dari tingkat risiko yang paling tinngi sampai terendah dan dikaitkan dengan tingkat urgensinya
7) Isu-isu yang beredar baik dari kalangan intern perusahaan atau sumber eksternal seperti pemerintah dan masyarakat
8) Hasil evaluasi terhadap sistem pengendalian internal perusahaan setiap tahun dan evaluasi manajemen risiko pada organisasi/unit yang akan diaudit
9) Hasil evaluasi tahun lalu atas atas penerapan GCG pada orgnisasi/unit yang akan diaudit
10) Kebijakan-kebijakan yang telah diterbitkan oleh perusahaan setiap tahunnya
11) Temuan-temuan audit SPI tahun sebelumnya dan temuan audit eksternal auditor.
31
2) Tahap Audit dan Evaluasi
a) Persiapan dan perencanaan audit
Berdasarkan jadwal audit yang akan telah jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam PKAT. Kepala SPI menetapkan personil tim yang akan ditugaskan terdiri dari Ketua tim anggota. Penentuan personil dan jumlahnya disesuaikan dengan jenis dan tujuan audit serta bidang kegiatan yang akan diaudit.
b) Pelaksanaan Audit dan Evaluasi (1) Audit Keuangan dan Operasional
Temuan hasil audit harus objekttif, jelas, ringkas, konstruksi, lengkap dan harus memenuhi 5 atribut temuan :
(1.1) Kondisi, yaitu fakta atau kejadian penyimpangan yang terjadi (1.2) Kriteria, yaitu yang kondisi atau kegiatan yang seharusnya
berdasarkan peraturan atau standar yang ditetapkan
(1.3) Penyebab, yaitu hal yang menyebabkan koondisi tidak sesuai dengan kriteria
(1.4) Akibat, yaitu dampak yang terjadi yang disebabkan ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria
(1.5) Rekomendasi, yaitu saran yang dapat dan harus dilaksanakan untuk menghilangkan penyebab atau meminjamkan kerugian atau mengambalikan kondisi sesuai denga krieria. Setiap hasil temuan hasil audit harus dibahas bersama dengan ketua tim sebelum dibahas dengan pimpinan objek yang diaudit dan kemudian dituangkan dalam daftar temuan audit final.
(2) Audit Investigasi
Sebelum melakukan audit, auditor melakukan pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan objek yang diaudit tentang tujuan audit dan bidang-bidang yang terkait dengan bidang yang diaudit, selanjutnya tim audit investigasi mengumpulkan dokumen, data dan informasi yang berkaitan dengan kasus yang dipermasalahkan dengan mengacu pada program audit yang telah ditetapkan.
Apabila tidak terdapat indikasi penyimpangan maka audit dapat dihentiakan kemudian disusun laporannya, namun jika terdapat penyimpangan maka audit harus diperdalam sehinnga dapat ditemukan jenis penyimpangan yang dilakukan, modus operasinya, karyawan yang terlibat, unsur memperkaya diri serta jumlah kerugian yang ditimbulkan.
D. Hubungan SPI dengan Beberapa Pihak 1) Hubungan SPI dengan Auditan
Hubungan antara unit yang melaksanakan audit dengan unit yang diaudit. Hubungan tersebut mengatur tata cara yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan audit, dalam masa audit maupun setelah audit selesai dilaksanakan. Hubungan SPI dengan auditan meliputi :
a. Setiap penugasan audit, tujuan audit dan ruang lingkup audit serta jangka waktu audit harus dibicarakan terlebih dahulu dengan pimpinan unit yang diaudit sekaligus meminta dukungan dari pimpinan audit.
b. Auditan wajib membantu proses audit dan bersifat terbuka dalam memberikan keterangan data yang diminta selama audit berlangsung
33
c. Membicarakan temuan hasil audit dan rekomendasi untuk memperoleh komentar maupun tanggapan baik lisan maupun tulisan dari pimpinan audit dan sekaligus meminta kesanggupan dari pimpinan unit unit pelaksanaan tindak lanjutnya
d. SPI wajib mempertahankan kemandiriannya terhadap auditan.
e. Auditan wajib melaksanakan rekomendasi SPI yang telah dibahas dan disetujui atas masalah-masalahnya yang memerlukan tindak lanjut
f. SPI wajib memonitoring hasil pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi yang dibuat.
2) Hubungan SPI dengan Auditor Eksternal
Dalam rangka untuk mengurangi kemungkinan duplikasi pekerjaan atau tumpang tindih ketika audit serta menjamin koordinasi yang baik, SPI harus menjalin kerjasama dengan auditor eksternal agar mencapai hasil kerja yang optimal. Selain itu, hubungan SPI dengan auditor eksternal harus dikoordinasikan dalam rangka menjamin kecukupan audit coverage.
Beberapa cara dalam melakukan koordinasi antara SPI dan auditor eksternal antara lain :
1) SPI sebagai pendamping dan penghubung bagi auditor eksternal dalam rangka pelaksanaan auditnya.
2) SPI membantu penyediaan data atas permintaan auditor eksternal
3) SPI memberikanakses kepada auditor eksternal tentang hasil pekerjaan SPI melalui kesediaan melakukan pertemuan / pembahasan dan rapat
4) SPI dan ekternal auditor saling menukarkan laporan hasil audit dan manajemen letter, dimana SPI memberikan laporan hasil audit kepada auditor eksternal apabila ada permintaan tertulis dari auditor eksternal kepada direksi dan permintaan tersebut disetujui direksi serta SPI menerima manajemen letter dari auditor eksternal melalui direksi. Saling tukar laporan hasil audit ini dapat dijadikan bahan analisa dan evaluasi sebagai bahan pertimbangan untuk mengurangi duplikasi dan tumpang tindih audit atau menentukan ruang lingkup audit yang dilaksanakan.
5) SPI memonitor hasil temuan auditor eksternal sekaligus mendorong pimpinan unit yang diaudit melaksanakan tindak lanjutnya.
6) SPI dan eksternal auditor harus sama-sama memahami teknik, metode dan terminologi audit yang dipergunakan masing-masing agar dapat berkomunikasi secara efektif.
3) Hubungan SPI dengan Komite Audit
SPI wajib membina hubungan dengan komite audit, karena komite audit adalah organ pendukung yang dibentuk untuk membantu komisaris dalam hal kegiatan pengawasan.
1) Dalam proses penyusunan program kerja audit tahunan, SPI dapat meminta masukan dan pertimbangan komite audit.
2) SPI memberikan laporan hasil audit kepada komite audit melalui direktur utama apabila terdapat permintaan tertulis dari komisaris kepada direksi dan permintaan tersebut mendapat persetujuan direksi. (pasal 3 keputusan menteri BUMN Nomor KEP.103/MBU/2002 tanggal 4 juni 2002
35
pembentukan komite audit bagi BUMN dan Pasal 68 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
3) Komite audit menelaah dan menilai hasil laporan audit yang dibuat oleh SPI
4) SPI meminta saran dan masukan dari komite audit dalam penyusunan internal audit charter, termasuk dalam hal terdapat perubahan atau revisi internal audit charter
5) SPI mealui direktur utama mengiformasikan kepada audit secara tepat waktu setiap tepat waktu setiap adanya indikasi fraud yang melibatkan manajemen atau pegawai yang terlibat secara signifikan, apabila ada permintaan tertulis dari komite audit melalui komisaris kepada direksi dan permintaan tersebut disetujui direksi.
6) Komite audit harus memastikan kemandirian fungsi SPI dan memastikan bahwa temuan hasil audit telah ditindak lanjuti secara wajar. Kepala SPI dapat menugaskan stafnya sebagai tenaga asisten dan bantuan bagi komite audit jika diperlukan pendalaman review berdasarkan permintaan tertulis melalui komisaris kepada direksi dan permintaan tersebut disetujui direksi. Disamping itu SPI juga dapat melakukan audit khusus terhadap area-area tertentu jika ada permintaan komite audit melalui direksi dan permintaan tersebut disetujui direksi.
4) Hubungan SPI dengan Direksi
Secara rinci bentuk dukungan direksi terhadap pelaksanaan kegiatan SPI agar dapat berjalan secara efektif dan berwibawa antara lain :
1) Mengalokasikan anggaran biaya yang cukup yang diperlukan SPI dalam melaksanakan kegiatannya sesuai denga PKAT, termasuk anggaran untuk kegiatan pengembangan unit SPI misalnnya untuk pendidikan dan pelatihan.
2) Menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan SPI secara berkala untuk membahas hal-hal yang perlu dibicarakan menyangkut bidang pengawasan atau hal-hal yang timbul dalam audit yang memerlukan tindakan segera.
3) Mendorong unit-unit yang diaudit untuk membantu SPI dalam pelaksanaan audit berupa penyediaan data yang diperlukan.
4) Menginstruksikan kepada unit-unit yang diaudit untuk melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi yang disampaikan oleh SPI , dan memberikan teguran kepada unit yang diaudit apabila terlambat atau tidak melaksanakan tindak lanjut rekomendasi SPI.
5) Memberikan sanksi kepegawaian, baik berupa teguran, penyetoran kembali ke kas perusahaan atau dilimpahkan kepada pengadilan jika direksi mempertimbangkan hal tersebut diperlukan berdasarkan laporan hasil audit dari pihak SPI
6) Komitmen direksi atas pengembangan mutu personil SPI dengan menikut sertakan dalam program pendidikan dan pelatihan sesuai bidang tugas SPI.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan berkembangnya suatu perusahaan, maka makin bertambah banyak dan rumit masalah yang dihadapi oleh manager. Oleh karena itu, perusahaan membentuk internal auditor yang berfungsi untuk mengaudit, meriview, dan membuat hasil laporan auditnya yang berisikan komentar dan saran – saran untuk perbaikan kinerja dari perusahaan tersebut.
2. Dalam melaksanakan audit pegawas intern selalu berdoman kepada Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang telah distandarisasi dan menuangkan hasil auditnya yang merupakan Laporan Hasil Pemeriksan (LHP).
3. Setiap Laporan Hasil Pemeriksaan yang dihasilkan oleh SPI disampaikan kepada Direktur Utama untuk diperiksa. Dengan laporan tersebut, maka Direktur Utama dapat mengambil keputusan dalam menentukan rencana untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
4. Satuan pengawasan internal yang ada pada PT. Madju Medan Cipta kinejanya sudah optimal dan konsisten dalam pelaksanaannya. Karena setiap kegitan operasional di perusahaan tersebut telah di atur oleh aturan – aturan yang jelas dan tegas.
B. SARAN
1. Khusus bagian satuan pengawasan intern seharusnya sedikit lebih berimprorisasi dan tidak monoton terhadap peraturan yang ada sehingga bisa ada pembaharuan dalam memberikan hasil audit.
2. Sebaiknya manajemen lebih sering mengadakan koordinasi bersama bagian satuan pengawasan intern agar satuan pengawasan intern tidak merasa jenuh dalam melakukan pekerjaannya dikarenakan kurangnya perhatian terhadap mereka.
3. Dengan melihat semakin kompleksnya masalah yang terjadi dalam sebuah perusahaan yang memiliki pendapatan yang cukup besar, perusahaan ini perlu menambah satu fungsi pengawasan intern secara khusus untuk aktiva tetap, dimana hal ini sangat membantu tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam perusahaan, mengingat aktiva yang merupakan faktor utama dalam menjalankan operasional perusahaan.
4. Sebelum memberikan laporan tertulis kepada Direktur Utama, satuan
4. Sebelum memberikan laporan tertulis kepada Direktur Utama, satuan