• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana lanskap yang merupakan produk akhir dari penelitian ini dihasilkan dari beberapa rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, yaitu rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana interpretasi, rencana fasilitas, rencana tata hijau, dan rencana perjalanan wisata. Rencana lanskap akan ditampilkan pada Gambar 61 serta perbesaran gambar pada Gambar 62.

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan S. K. Gubernur Nomor Cb. 11/1/12/72, kawasan Kampung Tugu merupakan kawasan yang dilindungi dengan zona perlindungan dalam radius 600 meter. Namun, saat ini zona perlindungan tersebut tidak memungkinkan lagi untuk diterapkan. Hal tersebut dikarenakan keadaan peruntukan lahan sekitar kawasan Kampung Tugu yang telah berubah menjadi kawasan industri dan pemukiman padat penduduk. Beberapa elemen bersejarah yang terdapat pada kawasan tersebut, seperti Gereja Tugu dan rumah tua merupakan elemen yang perlu dilestarikan, karena memiliki karakter yang berkaitan erat dengan masyarakat Portugis. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pelestarian yang sesuai untuk mempertahankan karakter asli kawasan sebagai kawasan pemukiman masyarakat Portugis. Upaya pelestarian tersebut salah satunya dilakukan dengan membuat suatu perencanaan lanskap kawasan wisata sejarah yang efektif dengan tetap memperhatikan karakter asli kawasan Kampung Tugu.

Perencanaan pada kawasan Kampung Tugu didasarkan pada konsep pelestarian kawasan melalui kegiatan wisata sejarah. Kegiatan wisata yang dilaksanakan menonjolkan interpretasi terhadap perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep tersebut dicapai melalui perencanaan ruang, perencanaan jalur sirkulasi, perencanaan fasilitas dan aktivitas wisata, perencanaan tata hijau, dan perencanaan jalur interpretasi yang dikembangkan menjadi perencanaan jalur wisata.

Perencanaan ruang terbagi menjadi tiga ruang utama, yaitu ruang inti, ruang transisi/penyangga, dan ruang pengembangan. Pembagian ruang tersebut disesuaikan dengan hasiloverlaydari zonasi pelestarian dengan zonasi wisata sejarah. Peletakkan objek dan atraksi sejarah disesuaikan dengan keadaan perkampungan Portugis pada tahun 1940. Pada ruang inti terdapat objek dan atraksi utama yang dapat dinikmati pengunjung. Ruang penyangga merupakan ruang yang membatasi aktivitas wisata antara ruang pengembangan dengan ruang inti, pembatasan tersebut dimaksudkan

untuk menjaga kelestarian pada ruang inti. Pada ruang transisi terdapat fasilitas yang menghubungkan antara ruang inti dengan ruang pengembangan. Sedangkan, ruang pengembangan terdiri dari fasilitas penunjang aktivitas wisata maupun pengelolaan kawasan wisata.

Perencanaan sirkulasi terdiri dari sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier. Masing-masing sirkulasi tersebut memiliki fungsi yang akan menunjang kegiatan wisata. Sirkulasi primer merupaka akses utama menuju tapak, yang terdapat pada ruang penerimaan. Sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dan aktivitas wisata. Sirkulasi tersier merupakan sirkulasi yang terdapat pada ruang inti, sirkulasi ini memiliki pola loop untuk memudahkan pengunjung dalam menginterpretasikan kawasan.

Perencanaan tata hijau merupakan perencanaan tanaman dengan fungsi-fungsi khusus seperti penguat identitas atau karakter, pembatas, screen (tabir), peneduh, pengarah, penyerap polusi, dan estetika. Tanaman yang digunakan sebagai penguat indentitas dan karakter merupakan tanaman yang dipilih serta disesuaikan dengan kondisi perkampungan Portugis yang pernah ada pada kawasan Kampung Tugu seperti peletakan kebun, sawah, dan rawa. Adapun, tanaman yang digunakan sebagian besar merupakan tanaman endemik yang memiliki nilai sejarah khusus untuk mempertegas nilai sejarah yang terdapat pada kawasan Kampung Tugu.

Perencanaan jalur interpretasi dikembangkan menjadi jalur wisata baik bagi pengunjung yang datang secara individu, maupun pengunjung yang datang secara berkelompok. Perencanaan jalur wisata akan dikembangkan menjadi dua jalur wisata.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat menjadi refrensi bagi pengelola kawasan maupun pemerintah daerah, antara lain:

- Membuat aspek legal yang lebih tegas dan spesifik untuk dapat melindungi kawasan Kampung Tugu sebagai kawasan cagar budaya dan kawasan yang memiliki nilai historik.

- Memberikan dukungan terhadap masyarakat maupun kawasan Kampung Tugu untuk menerapkan upaya pelestarian, dimana dukungan tersebut dapat berupa dukungan aktif berupa tindakan nyata dan dukungan insentif.

- Perencanaan lanskap ini perlu dijabarkan lagi dalam bentuk desain lanskap yang sesuai dengan karakter Portugis.

- Mempromosikan kawasan Kampung Tugu sebagai salah satu daerah tujuan wisata di wilayah Jakarta Utara.

Bell, S. 2008. Design for Outdoor Recreation Second Edition. New York: Taylor & Francis Inc.

Catanese, A dan James C. Snyder. 1988. Urban Planning Second Edition. New York: McGraw-Hill Inc.

Chiara, J. D. dan L. E. Koppelman. Standar Perencanaan Tapak. 1989. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dinas Museum dan Sejarah. 1993. Kampung Tua di Jakarta. http://www.jakarta.go.id [03/05/2010].

Direktorat Permuseuman. 2000. Kecil Tetapi Indah: Pedoman Pendirian Museum. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Ditjenbud, Depdikbud. Ganap, V. 2006. Krontjong Toegoe Komunitas dan Musiknya di Kampung Tugu,

Cilincing, Jakarta Utara. [disertasi]. Jogjakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada.

Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Co.

Gunn, C. A. 1994. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. USA: Taylor and Francis.

Harris C.W. dan N.T. Dines. 1988. Times Saver Standard for Landscape Architecture. New York: Mc Graw Hill, Inc.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo.

(tidak diterbitkan). http://jelajahsitus.blogspot.com/2009/09/pelestarian-benda-cagar-budaya-dahulu.html [21 Juni 2010].

Law, C.M. 1993. Urban Tourism. Great Britain: Biddles Ltd.

Lestari, G. dan I. K. Puspita. 2008. Galeri Tanaman Lanskap. Jakarta : Penebar Swadaya.

Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2001. Perencanaan Kawasan Untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB (tidak dipublikasikan). Bogor. _______ 2003. Daya Dukung dalam Perencanaan Tapak. Departemen Arsitektur

Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB (tidak dipublikasikan). Bogor.

_______ 2009. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB (tidak dipublikasikan). Bogor.

Pendit, N.S. 2002. Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Benda Cagar Budaya. Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2004 Tentang

Kepariwisataan.

Ross, G.F. 1994. The Psychology of Tourism. Melbourne: Hospitality Press.

Suratminto, L. 2008. Bahasa Kreol Portugis Di Kampung Tugu : Warisan Budaya Kolonial Di Jakarta Di Ambang Kepunahan. http://www.fib.ui.ac.id [16 Nov 2009].

Pertambangan dan Direktorat Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya.

Undang Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya.

W, Surjamanto. 2000. Iklim dan Arsitektur Catatan Kuliah ITB. Bandung: Penerbit ITB.

Yoeti. 1996. Desain dan Perencanaan Kawasan Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dalam rangka penelitian skripsi saya yang berjudul ’’Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu, Jakarta Utara’’, saya mohon kesediaan bpk/ibu/sdr/i untuk berkenan memberikan jawaban pada angket pertanyaan di bawah ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Nama/NRP :Agnes Kristandi/A44061527 Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dokumen terkait