• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPLBK)

Agresi Permusuhan

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPLBK)

Kompetensi : Landasan Perilaku Etis

Sub kompetensi : Memahami dan mampu membuat keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai perilaku dalam masyarakat.

Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial Indikator/

Tujuan

: 1. Memahami nilai-nilai perilaku dalam masyarakat

2. Mampu untuk membuat keputusan yang tepat dan cepat, sesuai dengan nilai nilai yang berkembang di masyarakat

Topik : Jalan jalan ke Kutub Utara

Fungsi : Siswa dapat membuat keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sasaran : Siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Teknik : Ceramah, Diskusi dan Refleksi

Media yang digunakan

: Papan Tulis dan Spidol

Waktu : 1 x 40 menit

Tempat : Kelas VII

Langkah kegiatan Tahap Pembuka (5 menit):

1. Guru BK memberi salam dan mengkondisikan siswa untuk antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan.

2. Guru BK mengecek kehadiran siswa.

Tahap Peralihan (5 menit)

3. Guru BK menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan hari ini. Selain itu Guru BK juga menjelaskan tujuan dari materi ini.

Tahap Inti (20 menit):

4. Guru BK memberikan materi tentang Dilema Moral (Kapal Karam) dan Latihan keputusan kelompok

5. Melakukan diskusi.

Kegiatan Penutup (10 menit)

6. Melakukan refleksi.

7. Guru BK meminta siswa untuk menyimpulkan dari kegiatan

bimbingan “Dilema Moral dan latihan keputusan kelompok

85

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Guru BK memberikan kata-kata motivasi yang berhubungan dengan materi sebagai penutup materi yang disampaikan.

Evaluasi 1. Apakah siswa terlihat semangat dan antusias dalam melakukan klarifikasi dan diskusi yang dilakukan selama kegiatan dilakukan?

2. Apakah semua siswa telah memiliki perencanaan pribadi sosial yang akan ditempuhnya?

3. Apakah siswa mampu merefleksi dan mengambil hikmah dari kegiatan yang telah dilakukan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?

4. Apakah siswa dapat menentukan rencana untuk membuat keputusan baik pribadi maupun kelompok?

Tindak Lanjut : Melaksanakan konseling.

Lampiran : Pada suatu hari, kamu dan beberapa orang temanmu mendapatkan kesempatan untuk melakukan study tour ke kutub utara, untuk meneliti kehidupan di sana. Kalian akan pergi bersama dengan penumpang-penumpang lain dari berbagai Negara yang juga akan mengunjungi kutub utara, sehingga kalian tidak bisa membawa perbekalan yang sangat banyak, karena kapasitas kapal laut yang terbatas. Dari sekian banyak daftar benda di bawah ini, kalian hanya diperbolehkan membawa 15 macam benda saja sebagai perbekalan melakukan perjalanan ke kutub utara, yaitu:

1. Pakaian 2. Laptop 3. Handphone 4. Alat mandi 5. Alat makan 6. Baju hangat 7. Mie instan 8. Selimut 9. Make up 10. Alat shalat 11. Al-Qur‟an 12. Alat tulis 13. Sepatu highheels 14. Sepatu boat 15. Modem 16. Biskuit

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 17. Handuk 18. Kasur 19. Buku 20. Beras 21. Kamera 22. Susu 23. Kayu bakar 24. Televisi 25. Mantel 26. Syal 27. Kacamata 28. Baju renang 29. Baju tidur 30. Gaun 31. Foto keluarga 32. Jilbab 33. Sabun cuci 34. Magic jar 35. Sandal gunung

Nah, setelah kalian memilih 15 benda tersebut, kalian siap untuk berangkat.

----

Innalillahi, baru saja setengah perjalanan, ternyata kapal yang

kalian tumpangi mengalami benturan dan akan tenggelam, akhirnya para penumpang berlari dan berebut untuk menaiki rakit penyelamat. Sayangnya, rakit penyelamat ini tinggal satu buah lagi, dan hanya mampu menampung sebanyak 10 orang saja, akan tetapi terdapat 12 orang yang ingin naik ke atas rakit penyelamat ini. Keduabelas orang tersebut adalah kalian (5 orang), anak kecil bandel berusia 12 tahun, pensiunan guru berusia 69 tahun, atlit baseball terkenal berusia 35 tahun, ahli mesin berusia 22 tahun, kiyai berusia 52 tahun, dan seorang wanita hamil berusia 39 tahun. Menurutmu, siapa diantara mereka yang tidak boleh naik rakit?

87

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPLBK)

Kompetensi : Landasan Perilaku Etis

Sub kompetensi : Memahami dan mampu membuat keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai perilaku dalam masyarakat.

Indikator/ Tujuan

: 1. Siswa memahami pentingnya sikap-sikap sosial

2. Siswa dapat berinteraksi sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk sosial

Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial

Topik : Bersikap sosial

Fungsi : Siswa dapat memahami sikap sosial yang didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sasaran : Siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Teknik : Ceramah, Diskusi dan Refleksi

Media yang digunakan

: Papan Tulis dan Spidol

Waktu : 1 x 40 menit

Tempat : Kelas VII

Langkah kegiatan : Tahap Pembuka (5 menit):

1. Guru BK memberi salam dan mengkondisikan siswa untuk antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan.

2. Guru BK mengecek kehadiran siswa.

Tahap Peralihan (5 menit)

3. Guru BK menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan hari ini. Selain itu Guru BK juga menjelaskan tujuan dari materi ini.

Tahap Inti (20 menit):

4. Guru BK memberikan materi tentang sikap sikap sosial 5. Melakukan diskusi.

Kegiatan Penutup (10 menit)

6. Melakukan refleksi.

7. Guru BK meminta siswa untuk menyimpulkan dari kegiatan bimbingan “sikap sikap sosial ” yang telah dilaksanakan.

8. Guru BK memberikan kata-kata motivasi yang berhubungan dengan materi sebagai penutup materi

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang disampaikan.

Evaluasi : 1. Apakah siswa terlihat semangat dan antusias dalam melakukan klarifikasi dan diskusi yang dilakukan selama kegiatan dilakukan?

2. Apakah semua siswa telah memiliki perencanaan pribadi sosial yang akan ditempuhnya.

3. Apakah siswa mampu merefleksi dan mengambil hikmah dari kegiatan yang telah dilakukan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari? 4. apakah siswa dapat menentukan sikap sikap sosial?

Tindak Lanjut : Melaksanakan konseling.

Lampiran : SIKAP-SIKAP SOSIAL

1. Sikap respek terhadap orang lain

Sikap respek terhadap orang lain adalah sikap menghormati atau menghardai orang. Sikap didasarkan kepada kesadaran bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama dihadapan Tuhan.

Sikap saling menghormati antara sesama, merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kehidupan bersama yang sejahtera, dan mengeratkan rasa persatuan dan kesatuan. Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, sikap ini sangat penting dimiliki oleh sitiap warga, apalagi bila mengingat bahwa masyarakat kita terdiri dari multi (keragaman) etnis, ras, budaya, dan agama. Apabila sikap ini tidak dimiliki oleh setiap warga, maka akan berkembang sikap saling melecehkan, merendahkan, baik perorangan maupun perorangan. Kondisi ini akan memicu sikap permusuhan, dan saling mencurigai antar satu sama lain, yang pada akhirnya akan memporakporandakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Sehubungan dengan hal itulah, maka kita sebagai generasi penerus bangsa atau warga masyarakat dari negara yang memiliki keragaman suku, ras, agama dan budaya dituntut untuk memiliki sikap

89

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu respek ini.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat pada umunya, sikap respek terhadap orang lain itu dapat diwujudkan dalam perilaku sebagai berikut.

a. menghormati agama yang dianut teman atau orang lain

b. menjalin persahabatan dengan orang lain, tanpa melihat perbedaan suku, ras, agama dan budaya c. menghargai keadaan orang lain sebagaimana

adanya

d. menghargai pendapat teman (orang lain) e. bertutur kata yang sopan

f. tidak mencomoohkan atau melecehkan orang lain

2. Kepedulian terhadap Kepentingan orang lain (sikap altruis/kesetiakawanan sosial)

Agama mengajarkan bahwa “orang yang baik itu adalah orang yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain”. Dan “tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang dibawah”.

Keterangan di atas menunjukan bahwa agama sangat memuliakan orang yang memiliki sifat pribadi (watak) yang dermawan, sosiawan, yang memiliki kepedulian untuk mensejahterakan orang lain yang sedang berda dalam keadaan terjepit. Bagi yang beragama, termasuk kita, wajib hukumnya memiliki sikap ini. Dalam kehidupan atau pergaulan anda sebagai siswa, maka sikap ini seyogyanya terwujud dalam perilaku, seperti: a. mau menengok teman yang sakit

b. membantu teman yang memerlukan pertolongan (dalam hal yang baik, bukan memddbantu teman yang berkelahi)

c. saling memberi nasihat dalam kebenaran (seperti memotivasi teman yang malas belajar, atau memberikan nasihat kepada teman yang suka teler)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. mau menyisihkan uang, pakaian, atau barang-barang tertentu untuk diberikan kepada fakir miskin, yatim piatu atau yang ditimpa musibah (seperti bencana alam)

3. partisipasi aktif dalam kegiatan sosial

masyarakat kita dengan sikap “gotong royong”. Sikap ini menggambarkan kepedulian sosial warga masyarakat untuk memmelihara kepentingan bersama, dan menghindarkan diri dari sikap egois – individualistis.

Anda sebagai warga masyarakat seyogianya juga sudah mampuh mengembangkan sikap tersebut, yaitu kepedulian untuk memelihara kepentingan bersama, atau ikut terlibat aktivitas kemasyarakatan. Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan kampus atau masyarakat, anda sebagai remaja/pemuda seyogianya menampilkan perilaku sebagai berikut:

a. Memelihara kebersihan lingkungan, baik dirumah, sekolah, maupun di masyarakat. Contohnya: ikut terlibat dalam memelihara kebersihan rumah, kebersihan sekolah dan membuang sampah pada tempatnya.

b. Memelihara ketertiban dan keamanan lingkungan, baik di kampus maupun di masyarakat.

c. Memelihara kedisiplinan berlalu lintas.

d. Berpartisipasi aktif dalam acara, kegitan, atau kepanitiaan yang diadakan di kampus.

Berpartisipasi aktif dalam acara, kegiatan, atau kepanitiaan yang diadakan di lingkungan masyarakat

Sumber:

Yusuf, Syamsu & dkk. (2002). Pengembangan Diri:

Materi Bimbingan Bagi Mahasiswa. Bandung: UPT LBK

91

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPLBK)

Kompetensi : Kematangan Emosional

Sub kompetensi : Analisis pengaruh Emosi dan fisik sebagai substansi penyalahgunaan

Indikator/ Tujuan

: 1. Siswa dapat mengenal emosi yang dimilikinya 2. Siswa dapat mengelola emosinya

Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial

Topik : Ungkapkan Perasaanmu

Fungsi : Siswa dapat memahami dan mengelola emosinya

Sasaran : Siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Teknik : Ceramah, Diskusi dan Refleksi

Media yang digunakan

: Papan Tulis, kertas, balpoint dan Spidol

Waktu : 1 x 40 menit

Tempat : Kelas VII

Langkah kegiatan : Tahap Pembuka (5 menit): 1. Guru BK menanyakan kabar siswa

2. Guru BK memberikan ice breaking untuk menyemangati siswa.

3. Guru BK menanyakan siswa yang tidak hadir.

Tahap Peralihan (5 menit)

4. Guru BK menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan hari ini. Selain itu Guru BK juga menjelaskan tujuan dari materi ini.

Tahap Inti (10 menit):

5. Guru BK meminta siswa untuk menuliskan atau menggambarkan apapun yang mengungkapkan suasana hatinya saat itu

6. Siswa mulai mengungkapkan perasaan sesuai suasana hatinya

7. Guru BK meminta siswa menceritakan apa yang sedang atau telah ia gambar atau tuliskan

8. Jika siswa telah usai menggambar, Guru BK mengumpulkan seluruh tugas siswa.

Evaluasi (10 menit) 9. Apa yang anda Gambar ?

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10. Apa yang Anda rasakan dan pikirkan ketika sedang menggambar itu?

11. Apa yang ingin Anda ubah dari gambar tersebut (tema, warna, bentuk dll)?

Kegiatan Penutup (10 menit)

12.Melakukan refleksi.

13.Guru BK meminta siswa untuk menyimpulkan dari kegiatan bimbingan yang telah dilaksanakan.

14.Guru BK memberikan kata-kata motivasi yang berhubungan dengan materi sebagai penutup materi yang disampaikan.

Evaluasi : 1. Apakah siswa terlihat semangat dan antusias dalam melakukan klarifikasi dan diskusi yang dilakukan selama kegiatan dilakukan?

2. Apakah semua siswa telah memiliki perencanaan pribadi-sosial yang akan ditempuhnya?

3. Apakah siswa mampu merefleksi dan mengambil hikmah dari kegiatan yang telah dilakukan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari? 4. Apakah siswa mengenal emosi mereka?

Tindak Lanjut : Melaksanakan konseling.

93

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPLBK)

Kompetensi : Pengembangan Pribadi dan Sosial

Sub kompetensi : Pemahaman, pemaknaan, serta persepsi mengenai landasan perilaku etis.

Indikator/ Tujuan

: 1. Memiliki wawasan untuk mengetahui perilaku etis dengan orang lain.

2. Memiliki pemahaman, pemaknaan serta persepsi mengenai perilaku perilaku etis dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah dan perilaku etis dengan alam.

Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial

Topik : Yukk Sopan

Fungsi : Siswa mengenal berbagai hal yang harus dipahami dalam perilaku etis dengan lingkungan sosial

Sasaran : Siswa kelas X-9 SMA Negeri 9 Bandung

Teknik : Game, Diskusi dan Refleksi

Media yang digunakan

: Kertas, pulpen, papan tulis dan spidol

Waktu : 1 x 50 menit

Tempat : Kelas X-9

Langkah kegiatan : Tahap Pembuka (5 menit):

1. Guru BK memberi salam dan mengkondisikan siswa untuk antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan. 2. Guru BK mengecek kehadiran siswa.

Tahap Peralihan (5 menit)

3. Guru BK menjelaskan maksud kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan hari ini. Selain itu Guru BK juga menjelaskan tujuan dari materi ini.

Tahap Inti (30 menit):

4. Guru BK membagi siswa kedalam empat kelompok 5. Guru BK menugaskan kelompok pertama untuk

menuliskan perilaku-perilaku etis dalam keluarga. 6. Guru BK menugaskan kelompok kedua untuk

menuliskan perilaku-perilaku etis dalam lingkungan masyarakat.

7. Guru BK menugaskan kelompok ketiga perilaku-perilaku etis dalam lingkungan sekolah.

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Guru BK menugaskan kelompok keempat perilaku-perilaku etis dengan lingkungan alam.

9. Guru BK meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke seluruh siswa.

10.Siswa memberikan komentar tentang hasil diskusi dari kelompok lawan.

11.Melakukan diskusi.

Kegiatan Penutup (10 menit)

12.Melakukan refleksi.

13.Guru BK meminta siswa untuk menyimpulkan dari kegiatan bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan. 14.Guru BK memberikan kata-kata motivasi yang

berhubungan dengan materi sebagai penutup materi yang disampaikan.

Evaluasi : 1. Apakah siswa terlihat semangat dan antusias dalam melakukan klarifikasi dan diskusi yang dilakukan selama kegiatan dilakukan?

2. Apakah semua siswa telah mengetahui mengenai perilaku-perilaku etis dalam keseharian?

3. Apakah siswa mampu merefleksi dan mengambil hikmah dari kegiatan yang telah dilakukan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari? 4. Apakah siswa dapat menentukan rencana untuk

berperilaku etis dalam kesehariannya?

Tindak Lanjut : Melaksanakan konseling jika ada suatu permasalahan

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Akihiro, H., Emi, M., & Hiroshi, A. (2011). Television viewing and media use today: from “the Japanese and television 2010” survey. NHK Broadcating Studies. 9, hlm. 1-46

Anderson & Bushman. (2002). Human aggression. Annual Reviews Psychology, 53, hlm. 27-51.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bary, T. D. & Lochman, J. E. (2004). Aggression in adolescents: Strategies for

Parents and Aducators. National Association of Social Psychologists.

Berita Satu. (t.t). Orang indonesia 4-5 jam menonton TV setiap hari. [Online]. Diakses dari: http://www.beritasatu.com/budaya/19641-orang-indonesia-4-5-jam-menonton-tv-tiap-hari.html.

Bungin, H. M. B. (2009). Sosiologi komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. Bungin, H. M. B. (2013). Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana

Bushman & Huesman. (2009). Aggression. Handbook Social, hlm. 833-863. Buss & Perry. (1992). The aggression questionnaire. Journal of Personality and

Social Psychology, 63, 452-459.

Chaplin. (1993). Kamus lengkap psikologi. Jakarta. Rajawali Pers.

Cowie, H. & Jennifer, D. (2009). Penanganan kekerasan di sekolah. Jakarta: PT Indeks.

Creswell, J. W. (2010). Research design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Creswell, J. W. (2012). Educational research. Boston: Pearson

Departemen Pendidikan Nasional. (2014). Salinan lampiran peraturan menteri

pendidikan dan kebudayaan republik indonesia no. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: DEPDIKBUD

Desmita. (2010). Psikologi perkembangan. Bandung: Rosda.

Desti, S. (2005). Dampak tayangan film di televisi terhadap perilaku anak. Jurnal

Komunikologi. 2(1), 1-7.

Dion, L., S. Wimbarti, & Avin F. H. (1999). Pengaruh tayangan adegan kekerasan yang nyata terhadap agresivitas. Jurnal Psikologi. (1), 51-63.

Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2010). Theories of learning (Teori belajar). Jakarta: Kencana.

Hidayat, A. (2012). Program bimbingan kelompok dengan pendekatan mentoring

halaqah dalam meningkatkan kecerdasan moral siswa SMA. Tesis

Universtas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Huesmann & Taylor. (2006). The Role of Media Violence in Violent Behavior.

Annu. Rev. Public Health. 27, 393-415.

Huraerah, A. (2012). Kekerasan terhadap anak. Bandung: Nuansa Cendekia. Hurlock. (1992). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hutapea, B. (2010). Studi korelasi intensitas menonton tayangan yang mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pada anak. Jurnal

Ikon. III(2), 1-7.

Iriantara, Y. (2009). Literasi media. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana.

Koeswara, E. (1988). Agresi manusia. Bandung: PT. Eresco.

Komisi Perfilman Indonesia. (t.t). Anak indonesia kedapatan paling lama

menonton TV. [Online]. Diakses dari:

http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/30944-anak-indonesia-kedapatan-paling-lama-menonton-tv. Krahe, B. (2005). Perilaku agresif. Yogyakarta: Pustka Pelajar.

Lickona, Thomas. (2012). Educating for Character (Pendidikan Karakter). Jakarta. Bumi Aksara.

98

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Liputan 6. (2013). Remaja agresif dan berandal, akibat pengaruh teman sebaya. [Online]. Diakses dari: http://health.liputan6.com/read/575488/remaja-agresif-dan-berandalan-akibat-pengaruh-teman-sebaya.

Mahayoni & Lim, H. (2008). Anak versus media. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Makmun, A. S. (2012). Psikologi kependidikan. Bandung: Rosda

Mappiare, A. (2006). Kamus istilah konseling & terapi. Jakarta: Rajawali Pers. McQuail. (2011). Teori komunikasi massa jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika. Milla, M. N. (2007). Pengaruh terpaan kekerasan media audio-visual pada kognisi

agresif dan afeksi agresif studi meta analisis. Jurnal Psikologi. 2(33), hlm. 1-16.

Monks & Knoers. (2006). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muthmainah, L. (2012). Hubungan menonton tayangan kekerasan di televisi

dengan perilaku kekerasan yang dilakukan anak usai sekolah di SDN Margajaya IV Bekasi. Skripsi. Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.

Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Nando. (2011). Hubungan antara perilaku menonton film kekerasan dengan

perilaku agresi remaja. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: tidak diterbitkan.

Nevid J. F.,dkk. (2005). Psikologi abnormal jilid 2. Jakarta: Erlangga. Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Papalia, Old, & Feldmen. (2008). Human development (Psikologi perkembangan). Jakarta: Kencana.

Parkes A, et al. (2013). Arch dis child. Social and Public Health Sciences Unit, 98, hlm. 341-348.

Rachmani, Rizki. 2014. Rancangan teknik role playing untuk mereduksi perilaku

agresif siswa. PPB. FIP. UPI.

Rakhmat, J. (2012). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramirez, J. M. (1996). Aggression: causes and functions. Hiroshima Forum for

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reddy, R. & Sashidhar B. (2013). Television viewing habits and their effect among high school children in the urban field practice area of mamata medical college. International Journal of Reasearch in Health Sciene. 1 (1), hlm. 2-8.

Rina. (2011). Faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku agresif pada remaja kelas II, III di SMP Pahlawan Toha Bandung 18 September 2006 – 05 Januari 2007. Jurnal Kesehatan Prima. 3(2), hlm. 14-24.

Santrock, J. W. (2002). Life-span development. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan remaja). Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Sears, D.O., Peplau, L.A., Taylor, & Taylor, S.E. (2012). Psikologi sosial. Jakarta: Kencana.

Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2009). Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumarjo. (2011). Efek adegan kekerasan di televisi (kritik atas teori kultivasi gerbner). Inovasi. 3(2), hlm. 102-114.

Susantyo, B. (2011). Memahami perilaku agresif: sebuah tinjauan konseptual.

Jurnal Informasi, 16 (03), hlm. 189-202.

Syah, M. (2010). Psikologi pendidikan. Bandung: Rosda.

Syam, N. W. (2011). Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya

Syahadat, Y. M. (2013). Pelatihan regulasi emosi untuk menurunkan perilaku agresif pada anak. Jurnal Humanitas, X(1), hlm. 19-36.

Tamburaka, A. (2013). Literasi media. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Widiastuti, W. (2002). Dampak adegan kekerasan di televisi terhadap perilaku agresif remaja perkotaan. Jurnal Penelitian UNIB. VIII(3), 140-143

100

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia. (t.t). Anak agresif untuk membalas, ada anggapan konflik hal yang biasa. [Online]. Diakses dari: http://www.ykai.net/index.php?option=com_content&view=article&id=454:

anak-agresif-untuk-membalas-ada-anggapan-konflik-hal-yang-biasa&catid=117:terkini&Itemid=136.

Yusuf, S. (2009). Mental hygiene. Bandung: Maestro.

Yusuf, S. (2009). Program bimbingan & konseling di sekolah. Bandung: Rizqi. Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung: Rosda.