• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON

TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI

TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

(Studi Korelasi pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

DESI WULANDARI NIM. 1100810

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN

BIMBINGAN

(2)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON

TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI

TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Oleh Desi Wulandari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Desi Wulandari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DESI WULANDARI NIM. 1100810

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA (Studi Korelasi pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran

2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Agus Taufiq, M.Pd NIP. 19580816 198503 1 007

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(4)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

(5)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Desi Wulandari (2015). Kontribusi Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Media Televisi terhadap Perilaku Agresif (Studi Korelasi pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif pada siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan yaitu metode korelasi, metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung yaitu sejumlah 348 siswa. Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik simple random sampling pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 139 siswa. Pada penelitian teknik pengumpulan data menggunakan teknis non-tes berupa angket yang mengungkap kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi dan perilaku agresif. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Secara umum waktu yang dihabiskan siswa kelas VII SMP N 29 Bandung untuk menonton tayangan kekerasan di televisi sebanyak 70 responden (50%) termasuk dalam kategori rendah; (2) pemilihan program acara dan ketertarikan siswa kelas VII SMP N 29 Bandung untuk menonton tayangan kekerasan di televisi sebanyak 75 responden (53.6%) termasuk dalam kategori sedang; (3) untuk kecenderungan perilaku agresif yang dimiliki siswa kelas VII SMP N 29 Bandung sebanyak 77 responden (55%) termasuk dalam kategori perilaku agresif sedang (4) hasil korelasi yang didapat bahwa pemilihan program acara dan ketertarikan dalam kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi memberikan pengaruh terhadap meningkatnya kecenderungan perilaku agresif. Penelitian ini terbatas pada kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif. Peneliti selanjutnya dapat mencoba menggunakan teknik untuk mereduksi perilaku agresif.

(6)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desi Wulandari (2015). Watching Habits contribution Impressions Media Violence on Television for Aggressive Behavior (Correlation studies in Class VII in SMP Negeri 29 Bandung Academic Year 2014/2015).

In general, this study aims to determine the contribution of the habit of watching violence on television media against aggressive behavior in class VII in SMP Negeri 29 Bandung academic year 2014/2015. The method used is the correlation method, this method is used to determine how much contribution the habit of watching violence on television media against aggressive behavior of students. The study population was all students of class VII SMP Negeri 29 Bandung, some 348 students. Research conducted using simple random sampling of members of the population sample was randomly without regard to strata that exist in the population. The sample used in the study a number of 139 students. In the research data collection techniques using non-test techniques in the form of a questionnaire that revealed the habit of watching violence on television and aggressive behavior. The results obtained are: (1) In general, the time spent seventh grade students of SMP N 29 Bandung to watch violence on television as much as 70 respondents (50%) included in the low category; (2) the selection of programs and interests of students of class VII SMP N 29 Bandung to watch violence on television as much as 75 respondents (53.6%) in medium category; (3) to the tendency of aggressive behavior of the students of class VII SMP N 29 Bandung total of 77 respondents (55%) are included in the category of aggressive behavior were (4) the correlation results were obtained that the selection of programs and interests in the habit of watching violence on television give effect to the increasing trend of aggressive behavior. This study is limited to the contribution habit of watching violence on television media against aggressive behavior. Researchers can then try to use techniques to reduce aggressive behavior.

(7)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Struktur Organisasi Skripsi... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Remaja ... 10

2.2. Konsep Perilaku Agresif... 15

2.3. Konsep Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi ... 30

2.4. Dampak Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi terhadap perilaku Agresif ... 37

2.5. Penelitian Terdahuli... 42

(8)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43

3.2. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian... 46

3.3. Definisi Operasional Variabel ... 48

3.4. Instrumen Penelitian ... 51

3.5. Proses Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data ... 52

3.6. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian….. ... 63

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

4.3. Implikasi ... 84

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan ... 95

5.2. Implikasi dan Rekomendasi ... 96

(9)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

(10)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi Peserta Didik Kelas Vii Smp Negeri 29

Bandung Tahun 2014/2015 ... 45 Tabel 3.2 Rentang Skala Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan Dan Perilaku

Agresif ... 52 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kebiasaan Menonton Tayangan

Kekerasan Di Media Televisi (Sebelum Uji Validasi) ... 52 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Agresif (Sebelum Validasi) ... 53 Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 56 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kebiasaan Menonton Tayangan

Kekerasan ... 56 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif ... 56 Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Kebiasaan Menonton Tayangan

Kekerasan (Setelah Uji Validitas Instrumen) ... 58 Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Perilaku Agresif (Setelah Uji Validitas

Instrumen) ... 57 Tabel 3.10 Kategori Perilaku Agresif ... 60 Tabel 3.11 Kategori Waktu Menonton Tayangan Kekerasan ... 60 Tabel 3.12 Kategori Pemilihan Program Acara Dan Ketertarikan Menonton

(11)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan Berdasarkan Aspek Waktu Menonton Siswa Kelas VII SMP Negeri 29

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 63 Grafik 4.2. Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan

Berdasarkan Aspek Pemilihan Program Acara dan Ketertarikan Siswa

Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 64 Grafik 4.3.Gambaran Genre Tayangan Di Televisi Siswa Siswa Kelas VII SMP

Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 64 Grafik 4.4.Gambaran Per Aspek Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di

Televisi Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 65 Grafik 4.5. Gambaran Per Indikator Berdasarkan Aspek Pemilihan Program Acara

dalam Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Siswa

Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 66 Grafik 4.6. Gambaran Per Indikator Berdasarkan Aspek Ketertarikan Menonton

dalam Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Siswa

Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 68 Grafik 4.7. Gambaran Umum Perilaku Agresif Siswa Kelas VII SMP Negeri 29

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 69 Grafik 4.8. Gambaran Per Aspek Perilaku Agresif Siswa Kelas VII SMP Negeri 29

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 69 Grafik 4.9. Gambaran Per Indikator Perilaku Agresif Siswa Kelas VII SMP Negeri

(12)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grafik 4.10. Korelasi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan Berdasarkan Aspek Waktu ... 75 Grafik 4.11. Korelasi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan

Kekerasan Berdasarkan Aspek Pilihan Acara ... 76 Grafik 4.12 Korelasi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan

(13)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Efek Psikologis Kekerasan di Media ... 41

Gambar 3.1 Desain Penelitian Kontribusi Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi terhadap Perilaku Agresif Siswa ... 48

Gambar 4.1 Diagram Genre Tayangan Di Televisi ... 65

Gambar 4.2 Diagram Pemilihan Program Acara & Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi ... 66

Gambar 4.3 Diagram Indikator Pemilihan Program Acara Tayangan Kekerasan di Televisi ... 67

Gambar 4.4 Diagram Indikator Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi ... 68

Gambar 4.5 Diagram Gambaran Per Aspek Perilaku Agresif ... 70

Gambar 4.6 Diagram Agresi Fisik ... 72

Gambar 4.7 Diagram Agresi Verbal ... 72

Gambar 4.8 Diagram Agresi Kemarahan ... 73

(14)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Data Penelitian

(15)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Dalam era transformasi budaya, individu dapat mengakses budaya lain dari berbagai perangkat media dengan mudah sehingga mendapatkan pengetahuan dan informasi dari budaya lain dengan cepat. Berbagai perangkat media menawarkan kelebihan dari setiap teknologinya sehingga individu tertarik menggunakannya. Televisi adalah salah satu perangkat media yang banyak digunakan masyarakat karena mudah dalam mengoprasikannya.

Hidayat (dalam Tamburaka, 2013, hlm. 67) mengemukakan bahwa, „Televisi adalah media istimewa yang menggabungkan unsur audio dan visual‟. Dalam hal ini ketika individu menonton televisi maka dua indra yaitu penglihatan dan pendengaran terstimulus bersamaan sehingga individu lebih cepat menyerap informasi yang didapatkannya.

Dalam masyarakat modern, televisi memiliki daya tarik yang besar keterlibatannya dalam pola-pola kehidupan masyarakat. Namun, di samping memberikan dampak positif, televisi juga memberikan dampak negatif bagi penontonnya, Rakhmat (2012, hlm. 240) menjelaskan bahwa “Televisi sering menyajikan adegan pembunuhan, pemerkosaan, perusakan”. Tayangan tersebut akan sangat mengkhawatirkan apabila ditonton oleh anak-anak dan remaja karena menurut Bandura (dalam Koeswara, 1988, hlm. 43) „Perilaku agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu-individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh individu lain atau model yang diamatinya, bahkan meskipun hanya sepintas dan tanpa perkuatan‟.

(16)

2

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

satu rumah antara 1 sampai 6 buah, lalu KPID Jawa barat juga mendapati bahwa 58% responden secara sengaja menonton siaran berita dan informasi, 32,9 % sinetron dan film, serta 22,7% infotainment dan reality show (www.kpi.go.id). Selanjutnya, hasil penelitian Perusahaan Riset Media Nielsen Indonesia tahun 2011 di sembilan kota besar Indonesia, dengan responden berusia 10 tahun ke atas menyebutkan sebagian besar penduduk Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 4,5 jam setiap harinya untuk menonton televisi. (www.beritasatu.com).

Banyak penelitian terhadap penggunaan dan respons anak-anak kepada media (terutama televisi). Menurut Wilson, dkk. (dalam McQuail, 2011, hlm. 299) „Terdapat tiga jenis utama efek menonton kekerasan di televisi yaitu mempelajari sikap dan perilaku agresif, tidak sensitif terhadap kekerasan, dan meningkatkan ketakutan akan menjadi korban kekerasan‟. Respon tersebut disebabkan media televisi sering mempresentasikan program kekerasan yang diperlihatkan secara berulang sehingga akan menciptakan representasi dalam diri penonton bahwa dunia ini berbahaya. Secara mendasar, menurut Huraerah (2012, hlm. 296-297)

Dampak tayangan kekerasan di TV mempengaruhi masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, dalam tiga aspek, yaitu: Pertama, dampak yang bersifat kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat. Tayangan kekerasan di televisi dapat memberikan pengetahuan tentang cara-cara melakukan tindakan kekerasan. Kedua, dampak yang bersifat afektif yang berhubungan dengan perasaan dan sikap masyarakat secara luas, misalnya perasaan marah, kesal, jengkel, dan sejenisnya. Ketiga, dampak terhadap perilaku (behavioral). Perilaku agresif pelajar dalam bentuk tawuran adalah salah satu sumbangan dari tayangan kekerasan televisi.

(17)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap meningkatnya perilaku agresif.

Sebuah penelitian di Harvard University pada tahun 1987 mengenai tindak kekerasan di sekolah menunjukan bahwa 59% guru di sekolah-sekolah perkotaan dan 40% di daerah pedesaan menyatakan bahwa mereka telah menerima berbagai perkataan kasar dan tindakan yang cenderung cabul dari para siswa mereka (Lickona,. 2012), seperti halnya di Indonesia juga mengalami terjadinya perilaku agresif dari kalangan siswa. Terdapat beberapa fenomena tersebut dalam dunia pendidikan. Aspek kekerasan di kalangan pelajar, tampak dari data Polda Metro Jaya di Jakarta tercatat 239 kali tawuran. Kemudian laporan Dinas Pendidikan Nasional DKI Jakarta tahun 2000 dalam kurun waktu satu tahun sebanyak 29 pelajar SLTP dan SLTA meninggal akibat tawuran dan 25% dari total pelajar di Jakarta pernah terlibat tawuran. Pada tahun 2009 terjadi perkelahian pelajar perempuan di salah satu SMAN di Tulungagung (dalam Hidayat, 2012, hlm. 5).

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh World Vision Indonesia dan bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) memperlihatkan 5% dan 15% dari anak-anak yang tinggal di Palu dan Poso cenderung melakukan perilaku agresif ketika terjadi suatu peristiwa konflik, misalnya anak marah dan tidak mau meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Selain itu 21,6% dan 22,5% anak-anak di Palu dan Poso akan membalas dengan berperilaku agresif jika ada temannya yang membuat marah karena menganggap bahwa perilaku agresif adalah hal yang wajar dan biasa (www.ykai.net).

(18)

4

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terluka, seperti yang diungkapkan oleh Krahe (2005, hlm. 15) “Perilaku yang memenuhi kualifikasi agresi harus dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap targetnya dan menimbulkan harapan bahwa tindakan itu akan menghasilkan sesuatu”.

Perilaku agresif pada seorang individu merupakan prilaku kompleks yang tidak dapat dijelaskan melalui penyebab tunggal, terdapat beberapa faktor yang dapat memicu perilaku agresif. Bushman & Huesman (2009, hlm. 841-852) mengkonsepkan:

Aggression is complex and multiply determined. We conceptualized aggression as the product of precipitating situational factors (unpleasant event, presence of weapons, situational stimuli that arouse, alcohol, anonymity) and predisposing personological factors (personality, psychopaty, narcissism, poor self-control, low arousal, low serotonin, high testosterone, executive functioning deficits and IQ, Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), genetic predispositions to aggress, family environment (coercive family interactions), peer environment (bullying), mass media environment (violent media and sexuality explicit violent media))

Hasil penelitian Rina (2011, hlm.14) pada remaja kelas II & III di SMP Pahlawan Toha Bandung mengungkapkan bahwa faktor eksternal yang melatarbelakangi perilaku agresif yaitu peringkat tertinggi pertama, ejekan dari teman; tertinggi kedua, media audiovisual; tertinggi ketiga yaitu keluarga yang berantakan dan lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan berada pada peringkat terendah yang melatarbelakangi perilaku agresif.

(19)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seorang individu akan terstimulus dan memiliki perasaan bermusuhan yang lebih besar setelah menonton tayangan yang mengandung kekerasan dibandingkan dengan tayangan yang bersifat menghibur. Selain itu, terdapat kecenderungan respon agresif dan emosional yang terganggu karena terpengaruh oleh tayangan yang mengandung kekerasan di media televisi. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Bushman (dalam Krahe, 2005, hlm. 163) „Ciri sifat agresif yang tinggi berkaitan dengan kebiasaan yang lebih tinggi dan preferensi yang lebih kuat untuk menonton tayangan media yang mengandung kekerasan‟. Kembali Bushman (dalam Krahe, 2005, hlm. 164) mengungkapkan bahwa „individu yang agresif lebih menyukai acara-acara yang mengandung kekerasan, yang kemudian menguatkan kecenderungan agresif mereka‟.

Perilaku agresif dapat dilakukan oleh siapa dan dimana saja. Terdapat pernyataan bahwa perilaku agresif lebih sering dilakukan oleh remaja khususnya pada perkembangan remaja awal. Seperti yang dikemukakan oleh Ormrod (2009, hlm. 15):

Agresi akan meningkat dalam waktu yang singkat setelah siswa beralih dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas. Selanjutnya perubahan penting pada pola perilaku agresif dari masa kanak-kanak ke masa remaja yaitu agresi dan kekerasan itu cenderung menjadi lebih terorganisasi secara sosial.

Salah satu perkembangan sosial remaja ditandai dengan berkembangnya sikap konformitas, menurut Yusuf (2009, hlm.13) “Pada masa remaja ditandai dengan berkembangnya sikap konformitas yaitu kecenderungan untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain”. Dampak negatif dari sikap konformitas yaitu jika remaja masuk dalam kelompok agresif, maka remaja cenderung mengikuti perilaku teman dalam kelompoknya.

(20)

6

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2014). Oleh karena itu, guru BK di sekolah dapat membantu peserta didik dari dampak negatif tayangan kekerasan di televisi yang dapat memicu perilaku agresif.

Studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 29 Bandung berdasarkan hasil observasi terkait perilaku agresif yaitu terdapat fenomena perilaku agresif yang terjadi pada siswanya. Perilaku agresif ditunjukan dengan sikap siswa yang memukul, menendang, dan mengeluarkan kata-kata kasar pada temannya. Hal ini sering ditemukan ketika siswa berinteraksi dengan teman-temannya.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu serta terdapatnya fakta mengenai keterkaitan kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif yang telah dipaparkan sebelumnya, khususnya di SMP Negeri 29 Bandung. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Kontribusi Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di

Media Televisi terhadap Perilaku Agresif Siswa” (Studi Korelasional terhadap Siswa Kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

1.2.Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

1.2.1.Identifikasi Masalah

Pemutaran program di televisi dengan tema atau adegan-adegan kekerasan, telah lama menjadi bahan polemik masyarakat. Banyak orang tua atau orang-orang berbagai kalangan yang khawatir terhadap akibat buruk yang mungkin timbul dari penayangan program kekerasan di media televisi, terutama bagi para penonton anak-anak dan remaja. Saat ini sangat mudah ditemui remaja yang menunjukan perilaku agresif. Bentuk perilaku agresif yang sering ditemui yaitu secara fisik dan verbal, misalnya remaja sering menggunakan kekuatan fisik untuk menyelesaikan masalah dan remaja juga sering menggunakan kata-kata kasar dalam berbicara.

Bandura (dalam Susantyo, 2011, hlm. 190) beranggapan bahwa „Perilaku agresif merupakan sesuatu yang dipelajari dan bukannya perilaku yang dibawa individu sejak lahir. Perilaku agresif ini dipelajari dari lingkungan sosial seperti

(21)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

interaksi dengan keluarga, interaksi dengan rekan sebaya dan media massa melalui

modelling (melihat dan meniru)‟. Berdasarkan hasil penelitian Bandura menyimpulkan bahwa „agresi bisa dipelajari dan terbentuk pada individu-individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh individu lain atau model yang diamatinya, bahkan meskipun hanya sepintas dan tanpa perkuatan. Hal ini berimplikasi bagi pemahaman pengaruh agresi yang tampil dalam kehidupan sehari-hari atau dalam tontonan terhadap pembentukan agresi dikalangan individu-individu pengamat atau penonton anak-anak dan remaja‟ (Koeswara, 1988, hlm. 43).

Remaja yang memiliki sifat agresif yang tinggi mengindikasikan lebih senang menonton tayangan yang mengandung kekerasan. Hal ini dijelaskan oleh Bushman (dalam Krahe, 2005, hlm. 163) ciri sifat agresif yang tinggi berkaitan dengan kebiasaan yang lebih tinggi dan preferensi yang lebih kuat untuk menonton tayangan media yang mengandung kekerasan.

Apabila kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terus dibiarkan, maka akan berdampak pada perkembangan anak selanjutnya. Seperti halnya, ketika individu yang memiliki perilaku agresif tersebut memasuki masa dewasa, maka akan kehilangan sensitivitas sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif yang lebih ekstrim atau termasuk dalam tindak kekerasan seperti membunuh, memperkosa, merampok, dan yang lainnya.

1.2.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi terhadap perilaku agresif siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?

(22)

8

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Seperti apa gambaran umum kebiasaan menonton tayangan kekerasan dalam media televisi siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?

2) Seperti apa gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?

3) Seberapa besar kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan dalam media televisi terhadap perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?

1.3.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dalam peneltian ini adalah untuk mengetahui kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif pada remaja awal.

Secara khusus tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris tentang:

1) Gambaran umum kebiasaan menonton tayangan kekerasan dalam media televisi siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

2) Gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

3) Kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan dalam media televisi terhadap perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat Teoritis

(23)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konseling di lapangan dengan mengetahui gambaran secara umum mengenai perilaku agresif yang disebabkan oleh kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi.

1.4.2.Manfaat Praktis

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

1) Bagi peserta didik dapat dijadikan bahan identifikasi dan refleksi terhadap tayangan televisi sehingga siswa dapat secara optimal memanfaatkan keuntungan dari tayangan televisi dan menambah pengetahuan untuk kepentingan di sekolah.

2) Bagi guru, dapat memberi kontribusi yakni guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah membantu siswa yang cenderung memiliki perilaku agresif untuk mereduksi perilaku agresifnya melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki konselor tengan perilaku agresif.

3) Bagi Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan menambah informasi mengenai gambaran kontribusi kebiasaan menonton kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif peserta didik kelas VII.

1.5.Struktur Organisasi Skripsi

(24)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandung yang bertempat di Jl. Geger Arum No.11 A, Telp. 022-2012579 Bandung 40154. Pemilihan lokasi penelitian di SMP Negeri 29 Bandung. Alasan memilih lokasi ini yaitu peneiliti melihat fenomena yang berhubungan dengan kebiasaan menonton tayangan kekerasan terhadap perilaku agresif yang ditampilkan oleh siswa di SMP Negeri 29 Bandung ketika dilakukan observasi awal pada bulan September 2014. Terdapat fenomena perilaku agresif yang terjadi pada siswanya. Perilaku agresif ditunjukan dengan sikap siswa yang memukul, menendang, dan mengeluarkan kata-kata kasar pada temannya. Hal ini sering ditemukan ketika siswa berinteraksi dengan teman-temannya.

3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian

1) Populasi Penelitian

Sugiyono (2010, hlm. 117) menyatakan bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Jumlah populasi penelitian ditampilkan dalam tabel 3.1 berikut ini. Pemilihan populasi terhadap kelas VII berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

(25)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(26)

45

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Siswa kelas VII SMP, menurut Krahe (2005, hlm. 81) perubahan penting pada pola perilaku agresif dari masa kanak-kanak ke masa remaja adalah bahwa agresif dan kekerasan itu cenderung menjadi lebih terorganisasi secara sosial

d. Belum ada yang meneliti mengenai kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung

TABEL 3.1

Jumlah Anggota Populasi

Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun 2014/2015

No. Kelas Anggota Populasi

1 VII A 39 Siswa

2 VII B 38 Siswa

3 VII C 39 Siswa

4 VII D 39 Siswa

5 VII E 39 Siswa

6 VII F 39 Siswa

7 VII G 39 Siswa

8 VII H 38 Siswa

9 VII I 38 Siswa

Total 348 Siswa

2) Sampel Penelitian

(27)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada

pendapat yang dipaparkan Arikunto (2006, hlm. 134) bahwa “Apabila subjek

penelitian kurang dari 100 maka diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan, jika jumlah subjek penelitiannya besar, maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, jumlah tersebut tergantung kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana. Agar sampel yang diambil dapat mewakili seluruh anggota populasi, maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

S = 15% +

(35%) S = 15% + (35%) S = 40%

Keterangan:

S = Jumlah sampel yang diambil N = Jumlah Populasi

Dari perhitungan sampel di atas, maka sampel yang diambil 40% dari jumlah populasi 348 siswa, yaitu sebanyak 139 siswa. Selanjutnya, dari setiap kelas diambil 14 atau 15 siswa dengan cara dikocok, sebagai sampel acak yang mewakili kelas masing-masing.

3.2 Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

3.2.1 Pendekatan Penelitian

(28)

47

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kekerasan di media televisi dan tingkat perilaku agresif siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Selanjutnya, data tersebut akan diolah secara statistik dan dideskripsikan untuk mengetahui gambaran mengenai kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi dan perilaku agresif dengan menggunakan metode korelasi.

3.2.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukmadinata (2013, hlm. 54) “Metode deskriptif adalah suatu metode yang ditujukan untuk menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”.

Dengan digunakannya metode ini diharapkan mendapatkan gambaran kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi dan perilaku agresif siswa.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik korelasi. Menurut Creswell (2012, hlm.338) “A correlation is a statistical test to determine the tendency or pattern for two (or more) variables or two sets of data

to vary consistently”. Teknik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif siswa. Serta menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila terdapat hubungan maka berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan tersebut.

3.2.3 Desain Penelitian

Desain penelitian kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi terhadap perilaku agresif siswa memiliki empat tahap, yaitu:

(29)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMP Negeri 29 Bandung; Judgement instrumen oleh para ahli sebelum instrumen disebarkan.

2) Tahap II yaitu tahap pengumpulan data, meliputi persiapan pengumpulan data, penyusunan proposal penelitian, pengajuan izin penelitian, pelaksanaan pengumpulan data.

3) Tahap III yaitu tahap pengolahan data, meliputi penyeleksian data, tabulasi data, penyekoran data, pengelompokan data, dan analisis data.

4) Tahap IV yaitu tahap penyelesaian, meliputi penyusunan hasil-hasil pengolahan data dan menyelesaikan penulisan skripsi.

Desain penelitian di atas dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Kontribusi Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi terhadap Perilaku Agresif Siswa

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Media Televisi

Menurut Reddy & Sashidhar (2013, hlm.3), “Television viewing habits is like time spent in viewing, distance from the television, and program selection”. Artinya, Kebiasaan menonton televisi adalah menghabiskan waktu untuk menonton, jarak dari televisim dan pemilihan program televisi yang ditonton.

Menurut Akihiro, Emi, & Hiroshi (2011, hlm.3), “Television viewing habits from a variety of angles, such as what time of the day they watch television,

what programs they watch, and their interest in television”., Artinya, Kebiasaan

menonton televisi dapat dilihat dari berbagai sudut, seperti jumlah waktu dalam Tahap I: Persiapan Tahap II: Pengumpulan Data

(30)

49

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehari untuk menonton televisi, apa program yang mereka lihat, dan ketertarikan untuk menonton televisi.

Berdasarkan pendapat yang dipaparkan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa kebiasaan menonton tayangan televisi dapat diukur dari kecenderungan penggunaan waktu menonton televisi, pilihan program televisi, tujuan menonton televisi, dan ketertarikan menonton televisi.

Menurut Tamburaka (2013, hlm. 188), “Tayangan kekerasan merupakan tayangan yang mengandung unsur kekerasan pada diri sendiri, kekerasan pada orang lain, dan kekerasan kolektif yang muncul secara fisik maupun verbal”. Dilengkapi oleh pendapat Sunarto (dalam Muthmainah, 2012, hlm. 15) bahwa

„Tayangan kekerasan adalah tayangan yang menempatkan tema anti sosial,

seksualitas, atau tema supranatural, tayangan yang menggunakan bahasa yang tidak pantas diucapkan dan didengar, dan tayangan yang tidak memperlihatlan batasan yang jelas antara yang baik dan buruk dan mana yang boleh dilakukan

dan tidak boleh dilakukan‟.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa tayangan kekerasan dalam penelitian ini adalah tayangan yang mengandung unsur kekerasan yang muncul secara fisik maupun verbal seperti kekerasan pada diri sendiri, kekerasan pada orang lain, kekerasan kolektif, tayangan yang bertema seksualitas, dan tema supranatural.

Secara operasional, kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kecenderungan penggunaan waktu menonton, pemilihan program acara, dan ketertarikan siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 untuk menonton tayangan yang mengandung kekerasan yang muncul secara fisik maupun verbal di media televisi..

Aspek perilaku kebiasaan menonton diukur dari waktu menonton dan pemilihan program televisi.

Variabel di atas dapat dioperasionalkan secara rinci sebagai berikut:

Variabel X Aspek Indikator

(31)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tayangan

Penelitian difokuskan dalam jenis acara yang mengandung unsur kekerasan, meliputi: 1. Tayangan yang menampilkan kekerasan

fisik

2. Tayangan yang menampilkan kekerasan verbal

3. Tayangan yang menampilkan kekerasan pada diri sendiri

4. Tayangan yang menampilkan kekerasan pada orang lain

5. Tayangan yang menampilkan kekerasan kolektif

6. Tayangan dengan tema supranatural 7. Tayangan dengan tema seksualitas Ketertarikan

Menonton Televisi

1. Atensi (tertarik untuk memperhatikan atau mengamati tingkah lakul)

2. Retensi (penyimpanan tingkah laku yang telah diamatinya di dalam ingatan)

3.3.2 Perilaku Agresif

(32)

51

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Buss dan Perry (1992) terdapat beberapa jenis yang termasuk dalam perilaku agresif yaitu Physical Aggression (agresi fisik), Verbal Aggression (agresi verbal), Anger (amarah), dan Hostility (permusuhan). Berikut ini adalah penjelasan dari keempat aspek perilaku agresif:

1) Physical Aggression (agresi fisik), yaitu perilaku agresif yang dapat

terlihat seperti dalam bentuk perkelahian, secara fisik menyerang individu lain dengan cara memukul, mendorong, menendang, berlaku kasar terhadap individu lain.

2) Verbal Aggression (agresi verbal), yaitu kecenderungan individu untuk

menyerang dengan cara memberikan stimulus yang merugikan dan menyakitkan kepada individu lain secara verbal. Bentuk dari perilaku verbal seperti cacian, ancaman, mengumpat, atau penolakan.

3) Anger (amarah), yaitu kecenderung individu untuk cepat marah dan

kesulitan untuk mengendalikan amarahnya. beberapa bentuk anger adalah perasaan marah, kesal dan sebal.

4) Hostility (permusuhan), merupakan perilaku agresi yang tidak terlihat.

Agresi ini didorong oleh kemarahan dan dilakukan dengan tujuan melampiaskan kemarahan itu sendiri, seperti cemburu dan iri terhadap orang lain, dan ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan proyeksi dari rasa permusuhan orang lain.

Berdasarkan pendapat ahli, maka secara operasional perilaku agresif dalam penelitian ini adalah suatu kecenderungan perilaku siswa yang

menunjukkan perilaku agresi fisik, agresi verbal, amarah, dan permusuhan”.

3.4 Instrumen Penelitian

(33)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menonton tayangan kekerasan di media televisi untuk mengungkap tingkat kebiasaan siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 menonton tayangan kekerasan di televisi.

Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Menurut Sukmadinata (2013, hlm. 219) kuesioner tertutup adalah suatu alat ukur yang di dalamnya terdapat pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang telah memiliki alternative jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh respoonden. Dalam penelitian ini siswa diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda checklist () yang setiap jawabannya telah ditentukan skor sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan.

Sedangkan untuk kuesioner pengungkap kebiasaan menonton tayangan

kekerasan di media televisi dan perilaku agresif yaitu menggunakan kuesioner dengan metode skala tiga. Responden diminta untuk memberikan skor yang sesuai pada setiap butir mulai dari skala 1 sampai dengan 3 dengan keterangan yaitu sering (S), kadang-kadang (KK), tidak pernah (TP).

TABEL 3.2 Rentang Skala

Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan dan Perilaku Agresif

Alternatif Jawaban Pemberian Skor

(+) (-)

Sering (S) 3 1

Kadang-kadang (KK) 2 2

Tidak Pernag (TP) 1 3

3.5 Proses Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data

3.5.1 Kisi-kisi Instrumen

(34)

53

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Media Televisi dikembangkan dari teori Reddy & Sahidhar (2013) dan

Akihiro, Emi, & Hiroshi (2011) (Sebelum Uji Validasi) 8. Tayangan yang bertema

Supranatural

21, 22, 23, 24,

25 5

9. Tayangan yang bertema

seksualitas 26, 27, 28 3

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan karakteristik perilaku agresif dikembangkan dari definisi operasional variabel berdasarkan terori Buss and Perry (1992, hlm. 452-459) dengan beberapa aspek pengungkap yaitu aspek fisik, verbal, kemarahan, dan permusuhan. Kisi-kisi instrumen disajikan pada tabel berikut

TABEL 3.4

(35)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (SUMBER: Rachmani (2014, hlm. 46))

(Sebelum Validasi)

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor item

+ -

Perilaku Agresif

Agresi fisik Memukul orang lain

(36)

55

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.3 Melakukan Penimbangan Butir Pernyataan (Judge Instrumen)

Penimbangan butir pernyataan atau judgment instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan isinya. Instrumen kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi telah dilakukan penimbangan oleh dosen ahli dari jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan yaitu Dr. Nurhudaya, M.Pd. dan Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. 3.5.4 Uji Keterbacaan Item

Instrumen kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi dan perilaku agresif sebelum diuji validitas terlebih dahulu dilakukan uji keterbacaan kepada responden yang yaitu tujuh orang siswa kelas VII. Uji keterbacaan berfungsi untuk mengukur sejauh mana pernyataan-pernyataan tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik seluruh item pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item baik dari segi bahasa dan makna yang terkandung dalam instrumen dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

3.5.5 Uji Validitas Butir Item

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan seluruh pernyataan yang terdapat dalam angket pengungkap kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010, hlm. 173).

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan layanan SPSS 20.0 for windows dan pengujian validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman Brown dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(37)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y n = Jumlah responden

∑xy = Jumlah hasil skor x dan y setiap responden

∑x = Jumlah skor x

∑y = Jumlah skor y

= Kuadrat jumlah skor x

= Kuadrat jumlah skor y

Untuk instrumen kebiasaan menonton tayangan kekerasan, hasil perhitungan terhadap 51 butir pernyataan kebiasaan menonton tayangan kekerasan menunjukan 51 butir pernyataan tersebut valid. Selanjutnya, instrumen kebiasaan menonton tayangan kekerasan, hasil perhitungan terhadap 50 butir pernyataan perilaku agresif menunjukkan 49 butir pernyataan valid, 1 pernyataan menunjukkan tidak valid. Data terlampir.

3.5.6 Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen bertujuan untuk menunjukan sejauh mana instrumen yang digunakan dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen ditunjukan sebagai derajat konsistensi skor yang diperoleh dari subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan memanfaatkan layanan program SPSS for windows 20.0.

Tabel 3.5

Kriteria Reliabilitas Instrumen

0,800 ≤ r ≤ 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0,600 ≤ r ≤ 0,800 Derajat keterandalan tinggi 0,400 ≤ r ≤ 0,600 Derajat keterandalan cukup 0,200 ≤ r ≤ 0,400 Derajat keterandalan rendah

0,000 ≤ r ≤ 0,200 Derajat keterandalan sangat rendah

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan

(38)

57

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Cronbach's Alpha N of Items

.845 50

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai instrumen sebesar 0,845. Dengan demikian, instrumen kebiasaan menonton tayangan kekerasan dinyatakan berada pada tingkat konsistensi yang sangat tinggi.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.919 51

Pada penelitian sebelumnya hasil uji reliabilitas instrumen pengungkap perilaku agresif sebesar 0,99. Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai instrumen sebesar 0,919. Dengan demikian, instrumen pengungkap perilaku agresif dinyatakan berada pada tingkat konsistensi yang sangat tinggi.

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Media Televisi dikembangkan dari teori Reddy & Sahidhar (2013) dan

Akihiro, Emi, & Hiroshi (2011) (Setelah Uji Validitas Instrumen) 8. Tayangan yang bertema

Supranatural

21, 22, 23, 24,

(39)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9. Tayangan yang bertema

seksualitas 26, 27, 28 3

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Agresif dikembangkan dari teori Buss & Perry (1992)

(Setelah Uji Validitas Instrumen)

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor item

+ -

Perilaku Agresif

(40)

59

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemarahan 30

3.6 Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

3.6.1 Verifikasi Data

Verifikasi data yaitu suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Adapun tahapan verifikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengecekan jumlah angket yang sudah terkumpul

2) Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data

3) Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan

(41)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang diperoleh dari instrumen kebiasaan menonton tayangan kekerasan dan perilaku agresif dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Pengelompokkan tiga kategori tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Rentang = Xmax - Xmin

Kelompok = Kategori konversi skor Interval =

Rumusan kategorisasi skala yang digunakan sebagai acuan dalam pengelompokkan skor perilaku agresif, waktu menonton tayangan kekerasan, dan pemilihan acara dan ketertarikan menonton tayangan kekerasan

TABEL 3.10 Kategori Perilaku Agresif

Kategori Rentang Skor

Rendah 53 – 66

Sedang 67 – 80

Tinggi 81 – 95

TABEL 3.11

Kategori Waktu Menonton Tayangan Kekerasan

Kategori Rentang Skor

Rendah 12 – 78

Sedang 79 – 145

Tinggi 146 – 212

TABEL 3.12

Kategori Pemilihan Program Acara dan Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan

(42)

61

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rendah 64 – 85

Sedang 86 – 108

Tinggi 109 – 132

3.6.3 Uji Asumsi Statistik

1) Uji Korelasi

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu koefisien

korelasi. Menurut Arikunto (2006, hlm. 270) “Koefisien korelasi adalah suatu alat

statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan setiap variabelnya”.

Analisis data yang akan dilakukan untuk melihat kontribusi yaitu dengan cara uji korelasi dan uji koefisien determinasi. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, berapa eratnya hubungan, dan berarti atau tidak hubungan antara dua buah varibel yaitu varibel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) sehingga diketahui berapa besar nilai kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Rank-difference correlation atau

rank-order correlation yang digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala

yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal

Keterangan:

= Koefisien korelasi Rank-difference correlation atau rank-order correlation = Difference. Sering digunakan juga B singkatan dari Beda. D adalah beda

antara jenjang setiap subjek N = Banyaknya subjek

Untuk memberikan petunjuk terhadap besar kecilnya koefisien korelasi yang dihasilkan, berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:

(43)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Koefisien Korelasi

Nilai Interpretasi

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Korelasi sangat lemah Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi

(44)

63

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Uji Koefisien Determinasi

Uji kedua yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji koefisien determinasi. Perhitungan koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y, rumus yang digunakan untuk koefisien determinasi adalah:

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi = Koefisien korelasi

(45)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB IV menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dijelaskan secara berurutan mengenai gambaran umum kebiasaan menonton tayangan kekerasan dalam media televisi siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung, gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung, dan kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan dalam Media Televisi Siswa Kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

Berikut ini gambaran umum kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan pengkategorian Tinggi, Sedang, Rendah yang secara umum dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan Berdasarkan Aspek Waktu Menonton Siswa Kelas VII

SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

1 Rendah 12-78 70 50

2 Sedang 79-145 55 39

3 Tinggi 146-212 15 11

Jumlah 140 100

(46)

67

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(47)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum waktu yang dihabiskan siswa kelas VII SMP N 29 Bandung untuk menonton tayangan kekerasan di televisi termasuk dalam kategori rendah.

Tabel 4.2

Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan Berdasarkan Aspek Pemilihan Program Acara dan Ketertarikan Siswa

Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

1 Rendah 64-85 37 26.4

2 Sedang 86-108 75 53.6

3 Tinggi 109-132 28 20

Jumlah 140 100

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kebiasaan menonton tayangan kekerasan di telvisi berdasarkan pada aspek pemilihan program acara dan ketertarikan, 37 siswa (26,4%) berada pada kategori rendah, 75 siswa (53,6%) berada pada kategori sedang, dan 28 siswa (20%) berada pada kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum pemilihan program acara dan ketertarikan siswa kelas VII SMP N 29 Bandung untuk menonton tayangan kekerasan di televisi termasuk dalam kategori sedang.

Tabel 4.3

Gambaran Genre Tayangan Di Televisi

Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No. Genre Tayangan Persentase

1 Sinetron 46

2 Komedi 7

3 Horor 7.6

4 Berita 3

5 Kartun 31.6

6 Talk Show 2.4

(48)

65

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.1 Diagram Genre Tayangan Di Televisi

Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 Menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi berdasarkan genre tayangan terungkap bahwa genre tayangan yang banyak terlihat adalah sinetron sebesar 46%, kartun sebesar 31,6%, horror sebesar 7,6%, komedi sebesar 7%, berita sebasar 3%, talent show sebesar 2,4%, dan talk show sebesar 2,4% . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum genre tayangan yang paling banyak ditonton siswa kelas VII SMP N 29 Bandung yaitu sinetron.

Tabel 4.4

Gambaran Per Aspek Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No. Aspek Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Persentase

1 Pemilihan Program Acara Di Televisi 56.93

2 Ketertarikan Menonton Televisi 43.07

46%

7%

8% 3% 32%

2% 2%

Genre Tayangan Di Televisi

Sinetron

Komedi

Horor

Berita

Kartun

Talk Show

(49)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.2 Diagram Pemilihan Program Acara & Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi

Berdasarkan hasil gambaran per aspek kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada tabel 4.4 dan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kecenderungan kebiasaan menonton tayangan kekerasan yang paling banyak terlihat adalah pertama pemilihan program acara sebesar 57%, kedua ketertarikan menonton televisi sebesar 43%. Persentase dipengaruhi oleh banyaknya indikator dari setiap aspek.

Tabel 4.5

Gambaran Per Indikator Berdasarkan Aspek Pemilihan Program Acara dalam Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No Indikator Persentase

1 Tayangan kekerasan secara fisik 19.52

2 Tayangan kekerasan verbal 10.05

3 Tayangan yang menampilkan kekerasan pada diri sendiri 12.62

57% 43%

Pemilihan Program Acara & Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi

Pemilihan Program Acara Di Televisi

(50)

67

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 Tayangan yang menampilkan kekerasan pada orang lain 14.39 5 Tayangan yang menampilkan kekerasan kolektif 14.21

6 Tayangan yang bertema Supranatural 19.48

7 Tayangan yang bertema seksualitas 9.732

Gambar 4.3 Diagram Indikator Pemilihan Program Acara Tayangan Kekerasan di Televisi

Berdasarkan hasil gambaran per aspek kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Tabel 4.4 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam pemilihan program acara yang paling banyak terlihat adalah pertama tayangan kekerasan secara fisik sebesar 20%, kedua tayangan yang bertema supranatural sebesar 19%, ketiga tayangan yang menampilkan kekerasan pada orang lain sebesar 14%, keempat tayangan yang menampilkan kekerasan kolektif sebesar 14% dan kelima tayangan yang menampilkan kekerasan pada diri sendiri sebesar 13%, keenam tayangan kekerasan verbal sebesar 10%, dan terakhir tayangan yang bertema seksualitas sebesar 10%.

(51)

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.6

Gambaran Per Indikator Berdasarkan Aspek Ketertarikan Menonton dalam Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi

Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No Indikator Persentase

1 Atensi 75.97

2 Retensi 24.03

Gambar 4.4 Diagram Indikator Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi

Berdasarkan hasil gambaran per aspek kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Tabel 4.4 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam ketertarikan menonton yang paling banyak terlihat adalah pertama atensi sebesar 76% dan kedua retensi 24%.

76% 24%

Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi

Atensi

(52)

69

Desi Wulandari, 2015

KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1.2 Gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

Berikut ini gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan pengkategorian Tinggi, Sedang, Rendah yang secara umum dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.7

Gambaran Umum Perilaku Agresif Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

1 Rendah 53-66 33 24.28

2 Sedang 67-80 77 55

3 Tinggi 81-95 30 21.42

Jumlah 140 100

Berdasarkan hasil gambaran umum perilaku agresif siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam perilaku agresif 33 siswa (24,28%) berada pada kategori rendah, 77 siswa (55%) berada pada kategori sedang, dan 30 siswa (21,42%) berada pada kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum perilaku agresif yang dimiliki siswa kelas VII SMP N 29 Bandung termasuk dalam kategori perilaku agresif sedang.

Tabel 4.8

Gambaran Per Aspek Perilaku Agresif Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No Aspek Persentase

1 Agresi Fisik 37

2 Agresi Verbal 26

3 Agresi Kemarahan 14

Gambar

TABEL 3.1 Jumlah Anggota Populasi
Gambar 3.1  Desain Penelitian Kontribusi Kebiasaan Menonton Tayangan
TABEL 3.2 Rentang Skala
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Samsung pada mahasiswa di kota Semarang dan faktor apa saja yang paling. dominan dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian

“alasan saya menggu nakan konseling individu dengan teknik REBT, atas dasar berlandaskan pada latar belakang masalah yang dihadapi konseli yang menunjukkan

Table 14: OECD Projections of Trade Balances: Cross-Section and Time Series Combined.

Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah peroses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik

Endorser: berperan serta dalam proses pengesahan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.. Inovator : menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis yang telah memberikan ilmu dan masukan kepada penulis selama masa perkuliahan di Program Studi Ilmu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta dilanjutkan dengan menganalisis data yang diperoleh, maka hasilnya adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET PADA SISWA MELALUI PENDEKATAN TAKTIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu