• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Kontrol

Hasil selisih Nilai

Sig. (2-tailed)

Keterangan Selisih kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 0,000 Berbeda

Hasil analisis statistik pada uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest

menunjukkan besar harga Sig. (2-tailed) adalah 0,000. Harga Sig. (2-tailed)

tersebut < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya terdapat perbedaan

selisih skor pretest dan posttest yang signifikan pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta.

Gambar 9. Selisih Skor pada kemampuan mencipta

4.1.2.4 Uji Perbedaan Besar Pengaruh Metode Inkuiri (effect size)

Uji besar pengaruh tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mencipta pada kedua kelompok. Besar koefisien

korelasi r pada kelompok eksperimen dihitung berdasarkan rumus:

dengan cara mengubah harga Z menjadi harga r (Field, 2009:550).

Diperoleh harga r sebesar 0,49. Sedangkan pada kelompok kontrol besar koefisien

0.2339 1.3456 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

selisih Kontrol Selisih Eksperimen Kemampuan Mencipta

Mean

�= �

korelasi r pada kelompok eksperimen yang dihitung berdasarkan rumus (Field,

2009:332):

dengan mengubah harga t menjadi harga r: 0,27. Berdasarkan kriteria r =

0,10 (efek kecil), r = 0,30 (efek menengah), dan r = 0,50 (efek besar) (Field,

2009:57,179), maka besar pengaruh (effect size) penggunaan metode inkuiri

kelompok eksperimen memiliki efek besar, sedangkan metode ceramah pada kelompok kontrol memiliki efek menengah.

Harga r pada kelompok eksperimen yaitu 0,49 sedangkan pada kelompok

kontrol yaitu 0,27. Besar persentase pengaruh penggunaan metode inkuiri pada kelompok eksperimen yaitu 24% sedangkan penggunaan metode ceramah pada kelompok kontrol yaitu 7%. Artinya metode inkuri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta sebesar 24%.

Tabel 20. Besar pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mencipta (lihat

lampiran 34)

No Kelompok t/Z df/N r R2 % Keterangan

1 Kontrol 1,571 30 0,27 0,07 7 Efek menengah 2 Eksperimen 3,924 31 0,49 0,24 24 Efek besar 4.1.2.5 Uji Retensi Pengaruh

Data uji retensi pengaruh diperoleh dari skor posttest I dan posttest II.

Tujuan uji retensi pengaruh ini yaitu untuk mengetahui apakah pengaruh yang ditimbulkan masih kuat seperti pada posstest I. Uji retensi dilakukan dengan cara

melakukan uji normalitas data terlebih dahulu. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil analisis statistik yang telah

dilakukan (lihat lampiran 27) baik data pada kelompok kontrol maupun eksperimen terdistribusi secara normal. Analisis statistik yang digunakan adalah

paired- samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hipotesis statistik yang diajukan adalah:

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan skor posttest II. Dengan kata lain tidak terjadi penurunan yang signifikan antara

skor posttest I ke skor posttest II pada kemampuan mencipta.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan skor posttest II.

Dengan kata lain terjadi penurunan yang signifikan antara skor posttest I

ke skor posttest II pada kemampuan mencipta.

Kriteria yang digunakan adalah:

1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan skor posttest II. Dengan kata lain tidak terdapat penurunan yang signifikan

antara skor posttest I dan skor posttest II pada kemampuan mencipta.

2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan skor posttest II. Dengan kata lain terdapat penurunan yang signifikan antara skor posttest I dan skor posttest II pada kemampuan mencipta.

Tabel 21. Perbedaan skor posttest I ke posttest II kemampuan mencipta (lihat

lampiran 35)

No Kelompok Mean (%)

Penurunan

Sig. (2-tailed) Keputusan

Posstest I Posttest II

1 Kontrol 2,41 2,39 0,83 0,931 Tidak berbeda 2 Eksperimen 2,72 2,65 2,57 0,719 Tidak berbeda

Berdasarkan hasil uji paired-samples t-test dengan derajat kepercayaan

95% pencapaian skor posttest I ke posttest II kemampuan mencipta pada

kelompok eksperimen yang menggunakan metode inkuiri ditunjukkan dengan harga M = 0,07844, SE = 0,2162, t(31) = 0,363, p = 0,719 atau > 0,05. Sedangkan

pada kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah memiliki harga M =

0,01613, SE = 0,18547, t(30) = 0,931 , p = 0,931 atau < 0,05.

Berdasarkan tabel 21 perbedaan skor posttest I ke posttest II kemampuan mencipta memiliki harga Sig. (2-tailed) pada kelompok kontrol 0,931 atau > 0,05

dan pada kelompok eksperimen 0,719 atau > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke

posttest II pada kelompok eksperimen. Dengan kata lain bahwa tidak terjadi

penurunan skor posttest I ke posttest II yang signifikan baik pada kelompok

kontrol maupun kelompok eksperimen. Perbedaan skor Pretest, Posttest I ke Posttest II dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 10. Hasil pretest, posttest I, dan posttest II kemampuan mencipta

4.1.3 Rangkuman Hasil Penelitian

Berikut ini rangkuman tabel dari analisis data yang telah dilakukan pada penelitian ini.

Tabel 22. Perbedaan skor pretest

No Variabel Nilai Signifikansi Keterangan

1 Mengevaluasi 0,390 Tidak berbeda

2 Mencipta 0,000 Berbeda

Tabel 23. Perbedaan skor pretest ke posttest

No Variabel Kelompok Rerata Test Peningkatan

(%) Signifikansi Nilai Keterangan

1 Mengevaluasi

Kontrol Pretest 2,31 13,41 0,000 Berbeda

Posttest 2,62

Eksperimen Pretest 2,42 20,83 0,000 Berbeda

Posttest 2,86

2 Mencipta

Kontrol Pretest 2,18 9,09 0,127 Tidak

Berbeda

Posttest 2,41

Eksperimen Pretest 1,38 92,86 0,000 Berbeda

Posttest 2,72 2.18 2.41 2.40 1.38 2.72 2.65 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Pretest Posttest 1 Posttest2

Kontrol Eksperimen

Tabel 24. Perbedaan selisih skor pretest ke posttest

No Variabel Nilai Signifikansi Keterangan 1 Mengevaluasi 0,346 Tidak berbeda

2 Mencipta 0,000 Berbeda

Tabel 25. Besar pengaruh metode inkuiri

No Variabel Kelompok t/Z df r R2 % Keterangan

1 Mengevaluasi Kontrol 4,094 30 0,60 0,36 36 Efek besar

Eksperimen 4,371 31 0,62 0,38 38 Efek besar

2 Mencipta Kontrol 1,571 30 0,27 0,07 7 Efek kecil

Eksperimen 3,924 31 0,49 0,24 24 Efek menengah Tabel 26. Retensi pengeruh

No Variabel Kelompok Rerata Test (%)

Penurunan Sig. (2-tailed)

Keputusan

Posstest I

Posttest II

1 Mengevaluasi Kontrol 2,63 2,60 1,14 0,880 Tidak

berbeda Eksperimen 2,87 2,81 2,09 0,677 Tidak

berbeda

2 Mencipta Kontrol 2,41 2,39 0,83 0,931 Tidak

berbeda Eksperimen 2,72 2,65 2,57 0,719 Tidak

berbeda

4.2Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan

Mengevaluasi

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal tersebut ditujukkan oleh

harga Sig. (2-tailed) 0,346 atau > 0,05 pada uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hal tersebut juga

dapat dilihat pada gambar 7 (selisih skor pada kemampuan mengevaluasi) terlihat

tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Persentase tidak terjadinya kenaikan pada kelompok eksperiman dimungkinkan oleh kemampuan mengevaluasi yang memadai telah dimiliki oleh

pembelajaran berlangsung. Salah satu contohnya adalah pada saat siswa melakukan eksperimen pada materi “cahaya dapat menembus benda bening”. Pada saat melakukan eksperimen, siswa mengumpulkan berbegai benda yang mereka miliki dan yang mereka jumpai. Benda-benda tersebut antara lain jaket, buku, kertas, plastik bening, plastik hitam, plastik putih susu, botol air mineral, kertas karton, kain bendera, baju, batu, potongan keramik, dan tissu. Berbagai benda yang telah dikumpulkan satu persatu disorot dengan lampu senter. Siswa dengan mudah mengelompokkan benda-benda tersebut sesuai dengan kelompoknya. Siswa mampu membendakan antara benda bening, benda buram, dan benda gelap.

Para siswa mempunyai kemampuan mengevaluasi yang cukup memadai

sehingga para siswa mampu memecahkan persoalan yang diberikan dengan tepat. Siswa mampu menjawab soal dengan tepat baik pada pretest maupun posttest

meskipun untuk menjawab soal harus memenuhi tiga kriteria yang telah ditentukan. Kriteria tersebut yaitu siswa mesti mampu memilih benda yang dapat meneruskan cahaya dengan sempurna, siswa mesti memilih kacamata yang paling efektif untuk melihat tulisan, dan siswa mesti membedakan dengan kacamata mana tulisan dapat dibaca dengan jelas atau tulisan sangat terlihat. Siswa tidak mempunyai rasa takut untuk bertanya. Siswa mengajukan pertanyaan mengenai istilah yang tidak dimengerti kepada guru mesti pada saat melakukan eksperimen. 4.2.2 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuri terhadap Kemampuan Mencipta

Hasil penelitian menujukkan bahwa penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal tersebut dapat ditujukkan oleh harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 atau < 0,05 pada uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest

kelompok kontrol dan posttest kelompok eksperimen. Hal tersebut juga dapat

dilihat pada gambar 9 (selisih skor pada kemampuan mencipta) terlihat ada

perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol grafik tidak mengalami peningkatan, tetapi pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan kreativitas siswa untuk membuat sesuatu yang baru. Berbeda

dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode inkuiri atau menggunakan metode ceramah. Dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri efektif untuk meningkatkan kemampuan mencipta dan metode ceramah kurang efektif

untuk meningkatkan kemampuan mencipta.

Para siswa kelompok eksperimen memperoleh skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mampu menjelaskan persoalan yang diajukan dengan runtut. Hal tersebut semakin didukung dengan proses pembelajaran inkuiri. Proses pembelajaran yang menyajikan langkah-langkah pembelajaran dengan runtut. Proses tersebut dapat dilihat dari lembar kerja siswa. Langka-langkah yang dilakukan selama belajar membuat siswa semakin memahami bagaimana cara berpikir yang terstruktur. Cara berpikir yang terstruktur, kritis dan objektif membuat siswa dengan mudah menyusun elemen-elemen menjadi suatu hal yang utuh. Siswa terlibat dalam proses pembelajaran sehingga seluruh siswa serius mengikuti pembelajaran. Saat melakukan eksperimen semua siswa tertib dalam melakukan langkah-langkah eksperimen. Hal ini membuat percobaan atau eksperimen yang dilaksanakan berjalan dengan baik. Siswa dapat memperoleh pemahaman yang baik dari eksperimen yang dilakukan. Penggunaan alat peraga yang sesuai dengan materi membuat siswa memiliki rasa penasaran dan tertarik untuk belajar.

Siswa sangat tertarik untuk melakukan eksperimen. Hal ini terlihat bagaiman saat siswa melakukan percobaan. Para siswa saling bekerja sama dalam kelompok dan sangat teliti. Salah satu contohnya adalah pada materi “cahaya dapat diuraikan”. Para siswa berusaha mencari posisi yang tepat untuk memperoleh sinar matahari yang paling terang dengan cara ke luar kelas dan berpendah-pindah tempat. Para siswa ingin mengetahui penguraian cahaya putih yang dipancarkan oleh sinar matahari. Para siswa benar-benar ingin membuktikan bahwa cahaya putih yang dimiliki matahari tersusun dari beberapa warna.

Materi sifat-sifat cahaya juga bisa memberikan jawaban mengenai beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Peristiwa pembiasan yang biasa dijumpai oleh siswa seperti dasar kolam yang airnya jernih nampak lebih dangkal atau tiang jembatan yang ada di dalam air nampak bengkok. Materi sifat-sifat cahaya menambah pengetahuan mereka mengenai cahaya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V ini akan dibahas kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian kesimpulan berisi tentang hasil penelitian. Bagian keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan-keterbatasan yang dialami dalam pelaksanaan penelitian ini. Bagian saran berisi saran bagi penelitian selanjutnya.

5.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hipotesis yang telah diajukan dari penelitian yang telah dilakukan di SD Kanisius Sengkan pada mata pelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode inkuiri sebagai berikut.

1. Penggunan metode inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat

cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis statistik pada uji selisih skor pretest ke posttest, besar harga Sig. (2-tailed) adalah

0,346. Harga Sig. (2-tailed) tersebut > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi

ditolak. Dengan kata lain metode inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi. Besar pengaruh metode

inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi ditunjukkan dengan harga

koefisien korelasi r = 0,62 yang memiliki pengaruh sebesar 38%. Retensi

pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen memiliki harga Sig. (2- tailed) 0,880, dan 0,677. Harga Sig. (2-tailed) tersebut > 0,05 maka Hnull

diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest I dan posttest II baik kelompok kontrol maupun kelompok

eksperimen.

2. Penggunan metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya,

siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis statsistik pada uji selisih skor rata-rata, besar harga Sig. (2-tailed) adalah 0,000. Harga Sig. (2-tailed) tersebut < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata

lain metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan

mecipta. Besar pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mencipta

ditunjukkan dengan harga koefisien korelasi r = 0,49 yang memiliki

pengaruh sebesar 24%. Retensi pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mencipta kelompok kontrol maupun kelompok

eksperimen memiliki harga Sig. (2-tailed) 0,931, dan 0,719. Harga Sig. (2- tailed) tersebut > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest I dan posttest II baik

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

5.2Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Instrumen menggunakan istilah yang kurang dikenal oleh siswa. Contoh istilah yang kurang dikenal oleh siswa pada soal yang mengukur kemampuan mengevaluasi adalah istilah “remang-remang” dan pada soal yang mengukur kemampuan mencipta adalah cahaya dapat “dibiaskan”. Kedua istilah tersebut belum dikenal dan masih asing bagi siswa. Hal tersebut diindikasikan dengan siswa bertanya kepada guru mengenai arti istilah tersebut pada saat dilakukan pretest.

2. Proses belajar mengajar berlangsung kekurangan waktu. Waktu yang disedikan dalam setiap pertemuan ialah dua jam pelajaran (80 menit). Dua jam pelajaran yang disediakan ini baru bisa mengakomodasi langkah pembelajaran inkuiri pada langkah ke-6 yaitu mempresentasikan hasil. Dua jam pelajaran ini belum mencukupi agar semua kelompok bisa mempresentasikan hasil eksperimen mereka.

3. Alat peraga yang dibutuhkan untuk penelitian tidak tersedia di sekolah. Materi sifat-sifat cahaya membutuhkan beberapa alat peraga untuk membuktikan pada siswa bahwa peristiwa ini sungguh terjadi dalam

peristiwa nyata. Beberapa sifat cahaya seperti memantulan dan menembus benda bening mungkin lebih mudah dibuat alat peraganya karena bisa menggunakan kaca pantul dan juga kaca bening. Namun sifat cahaya seperti penguraian cahaya dan pembiasan cahaya agak susah untuk diperagakan dalam suatu percobaan sederhana. Peristiwa penguraian dan pembiasan cahaya membutuhkan alat peraga khusus agar siswa benar- benar mengerti peristiwa tersebut. Pada peristiwa pembiasan cahaya siswa hanya bisa mengamati sedotan yang terlihat patah atau uang logam yang nampak lebih besar namun siswa tidak dapat mengamati secara langsung bagaiaman berkas-berkas cahaya yang datang dibiaskan oleh air. Alat peraga untuk melihat pembiasan cahaya dimana siswa sungguh melihat garis-garis cahaya yang membias cukup sulit diperoleh.

5.3Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013, peneliti menyampaikan beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yaitu:

1. Penggunaan istilah dalam instrumen penelitian mesti telah dikenal oleh siswa.

2. Lebih mengefektifkan waktu yang telah tersedia dengan cara peneliti membuat kelompok presentasi secara bergilir. Urutan kelompok presentasi hanya diketahui oleh peneliti.

DAFTAR REFERENSI

Anderson, L.W. & David R.K. 2001. Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan assesmen.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2009) Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Choiril, A., Wigati, H.O.& Rohana, K. (2008). IPA 5 saling temas untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemenn Pendidikan.

Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London:

Sage.

Ghozali, I. (2007). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.

Semarang: Undip.

Hadisubroto, T., Nuraini & Sumiarsih. (2001). Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA di kelas III SD melalui pengalaman langsung. Jurnal ilmu pendidikan, Mei 2001, Jilid 8, Nomor 2. Hal.

161-170.

Hamalik, O. (2003). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jacobsen, D.A., Paul, E. & Donald, K. (2009). Methodes for teaching metode- metode pengajaran meningkatkan belajar siswa TK-SMA Edisi ke-8.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jamaluddin. (2009). Pemberdayaan berpikir melalui pertanyaan dan strategi kooperatif untuk meningkatkan keterampilan metakognitif siswa.

Jurnal ilmu pendidikan jilid 16, Nomor 3, Oktober 2009. Malang:

LPTK dan ISPI. Hal. I91-206.

Jamaluddin. (2010). Kemampuan berpikir kreatif siswa SD dalam pembelajaran IPA. Jurnal ilmu pendidikan jilid 17, Nomor 3, Oktober 2010. Malang: LPTK dan ISPI. Hal. 202-209.

Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research, quantitative, qualitative, and mixed approaches, third edition. California: Sage

Publications.

Khafid, S. (2010). Pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok, gaya kognitif, dan hasil belajar geografi. Jurnal ilmu pendidikan, jilid 17, nomor 1, Februari 2010, hal:73-78.

Krathwohl,D.R. (1998). Methods of educational and social science research, an intregrated approach, second edition. Illinois: Waveland.

Kurnianingsih, D.I . (2011). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada matapelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta(tidak diterbitkan).Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas

Sanata Dharma.

Lestari, M.S. (2011). Pengaruh metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA SDK Wirobrajan(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Mulyasa. (2007). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatifdan menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Priyatno, D. (2012). Belajar praktis parametrik dan non parametrik dengan SPSS. yogyakarta: gava media.

Putriyana, S.N. (2012). Pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan menerapkan danmencipta pada pelajaran IPA di SDK Sengkan (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas

Sanata Dharma.

Ratri, I.D. (2011). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA SDK Demangan Baru 1 Yogyakarta(tidak diterbitkan).Yogyakarta:

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Roestiyah, N.K. (2001). Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Samatowa, H.S. (2001). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT

Indeks.

Sanjaya, W. (2011). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sarwono. (2010). Belajar statistik menjadi mudah dan cepat. Yogyakarta:Andi

Offset.

Setyosari, P. (2010). Metode penelitian pendidikan danpengembangan. Jakarta:

Kencana.

Soetjipto, B.E. (2001). Inquiry as a method of implementing active learning.Jurnal Ilmu Pendidikan, Agustus 2001, Jilid 8, Nomor 3.

Sudjana, N. (2009). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Evaluasi pendidikan: prinsip dan operasionalnya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sulistyowati, L.F. & Dodo, H. (2011). Ayo belajar ilmu pengetahuan alam kelas V SD. Yogyakarta: Kanisius.

Surapranata, S. (2009). Analisis, validitas, reliabilitas, daninterpretasi hasil tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tessier, J. (2010). Journal of college science teaching july/august 2010.

Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Redicta. (2007). Ensiklopedia ilmu pengetahuan alam fisika. Semarang:

Aneka Ilmu.

Trianto. (2010). Mendesain pembelajaran inovatif-progresif: konsep, landasan,

dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tunnicliffe, S.D.& Catherine, U. (2011). Early biology: the critical years for learning, Journal of biological education.USA: Department of

Biological Sciences, Northern Arizona University, Flagstaff AZ. Yuniarto, Y. (2007). Cahaya dan sifat-sifatnya. Jakarta: Ganeca Exact

Dokumen terkait