• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progaram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Anastasia Sriwahyuni 091134003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progaram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Anastasia Sriwahyuni 091134003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya saya ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus Sang Guru Sejati yang telah mengajarkan kepada setiap

orang segala kebijaksanaan.

Kedua orangtuaku yang telah mendidik, membesarkan dan senantiasa merawatku. Saudara-saduaraku, teman-teman seangkatan dan juga kepada para guru dan

(6)

MOTTO

Education is the ability to listen to almost anything

without losing your temper or your self-confidence. -

(Robert Frost)

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 03 Juli 2013

Penulis,

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Anastasia Sriwahyuni

NIM : 091134003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan (apabila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 03 Juli 2013 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Sriwahyuni, Anastasia. (2013). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap

kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental tipe

non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V SD kanisius Sengkan semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VA sebagai kelompok kontrol dan siswa kelas VB sebagai kelompok eksperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan soal pretest dan posttest kemudian diolah menggunakan program

IBM SPSS Statisctics 20 dengan tahap sebagai berikut. 1) Uji perbedaan skor pretest. 2) Uji perbedaan skor pretest ke posttest. 3) Uji perbedaan selisih skor pretest-posttest. 4) Uji besar pengaruh. 5) Uji retensi pengaruh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) metode inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) 0,346 atau > 0,05 dengan nilai Mdn = 0,2500 dan U = 428,50. Sehingga Hnull diterima dan Hi ditolak. Besar pengaruh metode inkuiri menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,62 atau 38%. Retensi pengaruh kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan harga Sig. (2-tailed) 0,880 dan 0,677 > 0,05. 2) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) 0,000 atau < 0,05

dengan nilai M = 1,3456, SE = 0,28507, t(51,179) = 3,900. Sehingga Hnull ditolak dan Hi diterima. Besar pengaruh metode inkuiri menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,49 atau 24%. Retensi pengaruh kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan harga Sig. (2-tailed) 0,931 dan 0,719 > 0,05.

(10)

ABSTRACT

Sriwahyuni, Anastasia. (2013). The Effect of method inquiry on the capabilities to evaluate and to create in the science in the Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

The research is aimed at identifying the effect inquiry method use on to on the capabilities to evaluate and to create in the science related with subject material of properties of light in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta academic year 2012/2013.

The type of research in this study is quasi-experimental type with non-equivalent control group design. The research population was all students in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta academic year 2012/2013. The sample of this research are students grade 5th A (VA) as a control group and grade 5th B (VB) as experimental group. Collecting data done by providing pretest and posttest questions and processed using IBM SPSS program Statisctics 20 with the following stage.. 1) pretest score difference test. 2) pretest posttest score differences test. 3) pretest-posttest differences deviation score test. 4) the influence test. 5) retention test

The results of the research showed that 1) there were no significant influence of the use inquiry method on the ability to evaluate. This was evidenced by the sig value of (2-tailed) 0.346 or > 0.05 with value Mdn = 0.2500 and U = 428.50. Hnull accepted then Hi rejected. Inquiry method influence shows great

effect at r value = 0.62 or 38%. Retention effect on the control group and experimental group showed sig value (2-tailed) 0.880 and 0.677 > 0.05. 2) inquiry method influence the ability to create. This was evidenced by the sig value. (2-tailed) 0.000 or <0.05 with a value of M = 1.3456, SE = 0.28507, t (51.179) = 3.900. So Hnull rejected, Hi acepted. Inquiry method influence shows

on r value = 0.49 or 24%. Retention influence of the control group and experimental group showed sig value (2-tailed) 0.931 and 0.719> 0.05.

(11)

PRAKATA

Puji syukur atas karunia yang Tuhan Yesus berikan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Suatu rahmat yang patut penulis syukuri bahwa penulis telah berhasil menyusun skripsi sebagai syarat bagi gelar sarjana strata satu yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Mengevaluasi Dan Mencipta Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta”. Untuk segala dukungan dan bantuan hingga terselesaikannya karya tulis ini, penulis menghaturkan limpah terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulismengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan berkat kesehatan, pendampingan dan juga pencerahan kepada penulis.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar sekaligus dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta perhatian untuk membimbing dan menuntun penulis dengan tekun dan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku Wakaprodi PGSD dan dosen pembimbing akademik.

5. Agnes Herlina D H, S.Si., M.T., M.Sc. selaku pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

6. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran kepada peneliti. 7. Ibu M. Sri Wartini, selaku kepala SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang

telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

(12)

9. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Sengkan Yogyakartaatas segala kerjasamanya dan juga kelucuannya yang telah memberi kesan sendiri bagi penulis.

10. Sekertariat PGSD yang telah membantu proses perijinan hingga skripsi ini selesai.

11. Kedua orangtua (Antonius Lasono & Yuliana Harmi) dan Kakak (Maria Sri Rahayu, Sr. M. Tadea, Fch dan Titus Sriono) yang telah mendukung dalam bentuk doa, motivasi dan materi untuk penyusunan skripsi ini. 12. Keluarga besar Mbah Sonto dan Mbah Marto Pairo atas segala doa dan

dukungan yang diberikan kepada penulis.

13. Teman-teman satu kelompok payung IPA (Ica, Yuni, Berek, Santi, Rita, Dita, Shiro, Pram, Erming, Ulin, Lia, Danang, Era, Ika) yang telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka.

14. Antonius Handoko yang telah setia menemani dan membatu memberikan saran dan ide kepada penulis.

15. Romo Amatus Sukadi, SCJ dan Romo Markus Tukiman, SCJ yang senantiasa mengingat penulis dalam setiap untaian doanya dan bersedia menjadi kurir untuk mengirimkan uang kuliah sehingga tepat waktu.

Penulis mengakui bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dan masih ada banyak hal yang perlu diperbaiki. Penulis juga berharap bahwa karya tulis ini dapat memberikan sedikit sumbangan pemikiran bagi para pengajar yang telah mendedikasikan dirinya untuk berbagi pengetahuan dengan para siswa. Semoga dengan rahmat dan karunia dari Tuhan Yesus membuat semua orang dimampukan untuk mencari, memperjuangkan dan mewujudkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan pada zaman ini.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

2.1.2.1 Materi Sifat-Sifat Cahaya ... 13

2.2 Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ... 16

2.2.1 Penelitiaan Tentang Inkuiri ... 16

2.2.2 Penelitian Tentang Kemampuan Proses Kognitif ... 18

2.2.3 LiteratureMap ... 19

2.3 Kerangka Berpikir ... 20

2.4 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Setting Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 24

3.4 Variabel Penelitian ... 25

3.5 Deinisi Operasional ... 27

3.6 Instrumen Penelitian ... 28

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

3.7.1 Uji Validitas ... 29

(14)

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.9 Teknik Analisis Data ... 32

3.9.1 Uji Normalitas ... 33

3.9.2 Uji Hipotesis ... 33

3.9.2.1 Uji Perbedaan Skor Pretest ... 33

3.9.2.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest ... 34

3.9.2.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest ... 34

3.9.2.4 Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (effect size) ... 35

3.9.2.5 Uji Retensi Pengaruh ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 37

4.1.1.1 Uji Perbedaan Skor Pretest ... 39

4.1.1.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest ... 40

4.1.1.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest ... 41

4.1.1.4 Uji Perbedaan Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) ... 43

4.1.1.5 Uji Retensi Pengaruh ... 44

4.1.2 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 46

4.1.2.1 Uji Perbedaan Skor Pretest ... 46

4.1.2.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest ... 48

4.1.2.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest ... 48

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) ... 51

4.1.2.5 Uji Retensi Pengaruh ... 52

4.1.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 54

4.2 Pembahasan ... 55

4.2.1 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 55

4.2.2 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 59

5.3 Saran ... 60

DAFTAR REFERENSI... 61

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa SD Kanisius Sengkan ... 24

Tabel 2. Jadwal Implementasi Pembelajaran dan Pengambilan Data ... 25

Tabel 3. Matriks Pengembangan Instrumen... 29

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 30

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Kemampuan Menevaluasi dan Mencipta ... 31

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 31

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen pada Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta ... 31

Tabel 8. Pengumpulan data ... 32

Tabel 9. Hasil uji Normalitas Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta ... 38

Tabel 10. Perbedaan Skor Pretest ke Posttest ... 40

Tabel 11. Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengevaluasi ... 41

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengevaluasi ... 42

Tabel 13. Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengevaluasi ... 42

Tabel 14. Besar Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 44

Tabel 15. Perbedaan Skor Posttest I ke Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 45

Tabel 16. Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Mencipta... 47

Tabel 17. Perbedaan Skor Pretest Ke Posttest Kemampuan Mencipta ... 49

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mencipta ... 49

Tabel 19. Perbedaan Selisih Skor Pretest ke posttest Kemampuan Mencipta ... 51

Tabel 20. Besar Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 52

Tabel 21. Perbedaan Skor Posttest I ke Posttest II Kemampuan Mencipta ... 51

Tabel 22. Perbedaan Pretest ... 54

Tabel 23. Perbedaan Pretest ke Posttest ... 54

Tabel 24. Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest ... 56

Tabel 25. Besar Pengaruh Mentode Inkuiri ... 56

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pemantulan Cahaya ... 14

Gambar 2. Pemantulan Teratur ... 14

Gambar 3. Pemantulan Baur ... 15

Gambar 4. Pembiasan Cahaya ... 15

Gambar 5. Literature Map dari Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 20

Gambar 6. Pemetaan Variabel Penelitian... 26

Gambar 7. Selisih Skor pada Kemampuan Mengevaluasi ... 43

Gambar 8. Hasil Pretest, Posttest I ke Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 46

Gambar 9. Selisih Skor pada Kemampuan Mencipta ... 51

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 64

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen ... 66

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Kontrol ... 75

Lampiran 4. Soal Esai ... 80

Lampiran 5. Kunci Jawaban Soal Esai ... 83

Lampiran 6. Rubrik Penilaian ... 85

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa ... 87

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas pada Keenam Kemampuan ... 106

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas pada Keenam Kemampuan ... 109

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas pada Kemampuan Mengevaluasi ... 109

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas pada Kemampuan Mengevaluasi ... 110

Lampiran 12. Hisil Uji Validitas pada Kemampuan Mencipta ... 110

Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas pada Kemampuan Mencipta ... 111

Lampiran 14. Rekap Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 112

Lampiran 15. Rekap Nilai Posttest I Kelompok Eksperimen ... 113

Lampiran 16. Rekap Nilai Posttest II Kelompok Eksperimen ... 114

Lampiran 17. Rekap Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 115

Lampiran 18. Rekap Nilai Posttest I Kelompok Kontrol ... 116

Lampiran 19. Rekap Nilai Posttest II Kelompok Kontrol ... 117

Lampiran 20. Rekapitulasi Nilai ... 118

Lampiran 21. Hasil Analisis SPSS pada Uji Normalitas Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta ... 119

Lampiran 22. Uji Perbedaan Skor Pretest pada Kemampuan Mengevaluasi ... 120

Lampiran 23. Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest pada Kemampuan Mengevaluasi ... 121

Lampiran 24. Uji Normalitas Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengevaluasi ... 122

Lampiran 25. Uji Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengevaluasi ... 122

Lampiran 26. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) ... 123

Lampiran 27. Uji Normalitas Retensi Pengaruh ... 124

Lampiran 28. Uji Retensi Pengaruh ... 124

Lampiran 29. Uji Perbedaan Skor Pretest pada Kemampuan Mencipta ... 125

Lampiran 30. Uji Perbandingan Skor Pretest ke Posttest kelompok kontrol Kemampuan Mencipta ... 125

Lampiran 31. Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest kelompok eksperimen Kemampuan Mencipta ... 126

Lampiran 32. Uji Normalitas Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest ... 126

Lampiran 33. Uji Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mencipta ... 127

Lampiran 34. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) ... 128

Lampiran 35. Uji Retensi Pengaruh. ... 129

(18)

Lampiran 37. Surat Izin Penelitian FKIP USD ... 133 Lampiran 38. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 134

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini akan dibahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1Latar Belakang Penelitian

Alasan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan di sekolah dasar (SD) adalah IPA melatih siswa untuk berpikir kritis dan objektif (Samatowa, 2011:4). Siswa yang telah terlatih untuk berpikir kritis dan objektif dapat membangun kembali pengalaman yang telah dialami menjadi pengalaman baru sehingga semakin tertarik untuk belajar. Ketertarikan belajar dapat memupuk rasa ingin tahu siswa sehingga pengalaman belajar yang telah dialami menjadi semakin bermakna (Samatowa, 2011:2). Rasa ingin tahu yang dimiliki siswa dapat terfasilitasi karena mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut yaitu: observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep (Trianto, 2010:141). Langkah-langkah pembelajaran IPA yang ada dapat berjalan dengan lancar jika siswa mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir akan berkembang dengan baik apabila telah direncana (Jamaluddin, 2009:191). Menurut teori Benjamin S. Bloom (Anderson dan Krathwohl, 2010:6) yang telah direvisi, keterampilan berpikir terbagi dalam 6 level meliputi: kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta. Menurut Jamaluddin (2010:203) kemampuan berpikir tingkat tinggi

(20)

masih menekankan pada pemahaman konsep, belum menggunakan langkah-langkah yang ada dalam pembelajan IPA. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berpusat pada guru dan kegiatan pembelajaran didominasi oleh ceramah. Sementara itu secara mendasar materi IPA ada di sekitar siswa (Hadisubroto, 2001:161). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 7 sampai 14 Januari 2013 di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta, guru menyampaikan materi pelajaran IPA dengan menggunakan metode ceramah. Siswa duduk mendengarkan penjelasan guru. Siswa mencatat materi pelajaran setelah mendapat perintah dari guru. Selama proses belajar tidak ada siswa yang bertanya. Pengalaman seorang guru kelas 3 SD Negeri Dukuh Menanggala IV kecamatan Gayungan Surabaya yang mengajar menggunakan metode ceramah menunjukkan hasil yang kurang memusakan. Guru ini sudah memiliki pengalaman mengajar selama 23 tahun dan mengajar kelas 3 selama 5 tahun. Selama mengajar ia selalu menggunakan metode ceramah termasuk untuk pelajaran IPA. Rerata yang diperoleh siswa pada cawu I adalah 6,06 dan rerata yang diperoleh pada cawu II adalah 6,38 (Hadisubroto, 2001:163).

(21)

Pengajaran dengan metode inkuiri dapat membantu siswa untuk belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran IPA yang ada. Secara otomatis dengan menggunakan langkah-langkah IPA kemampuan berpikir tingkat tinggi terlatih dan meningkat. Menurut Roestiyah (2001:76) inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi. Metode inkuiri merupakan metode yang mendapat penghargaan karena meningkatkan keterampilan ilmiah dan berpikir kritis. Penggunaan inkuiri dapat disesuaikan dengan perkembangan masing-masing siswa (Tessier, 2010:84). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sanjaya (2011:208) bahwa metode inkuiri memberikan ruang pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya dan dapat melayani kebutuhan siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Keunggulan metode inkuri dipaparkan oleh Roestiyah (2001:77) sebagai berikut. 1) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada proses belajar yang baru. 2) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka. 3) Mendorong siswa untuk berpikir berdasarkan keyakinan dan merumuskan hipotesisnya sendiri. 4) Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik. 5) Situasi proses belajar semakin merangsang. 6) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 7) Dapat menghindarkan dari cara-cara belajar tradisional.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat bahwa metode inkuiri memiliki banyak keunggulan dalam mengasah kemampuan kognitif siswa. Meski metode inkuiri memiliki banyak keunggulan namun belum banyak sekolah menerapkan metode ini dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Salah satu sekolah yang belum terbiasa menggunakan metode inkuiri adalah SD Kanisius Sengkan. SD Kanisius Sengkan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPA masih menggunakan metode ceramah.

Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang dapat melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan objektif. Jika dalam pelaksanaan pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, kemampuan berpikir kritis dan objektif tidak dapat berkembang. Maka pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode inkuiri. Metode inkuiri digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam hal ini adalah kemampuan

(22)

terbimbing, hal ini dikarenakan di SD Kanisius Sengkan belum terbiasa menggunakan metode inkuiri sehingga metode inkuiri bebas tidak dimungkinkan untuk digunakan. Metode inkuiri terbimbimbing merukan metode belajar yang dalam pelaksanaan pembelajaran siswa masih dipandu oleh guru.

Uraian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan yang perlu dimiliki dan dikembangkan melalui pembelajaran IPA SD dengan mengunakan satu metode belajar yaitu metode inkuiri. Kemampuan tingkat tinggi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Untuk mengetahui

pengaruh penggunaan metode inkuiri (inkuiri terbimbing) terhadap kemampuan

mengevaluasi dan mencipta maka dilakukan penelitian eksperimen ini. Penelitian

eksperimen dilakukan dengan cara membandingkan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol yaitu kelas VA dan kelas eksperimen yaitu kelas VB SD Kanisius (SDK) Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini meliputi orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengevaluasi pada mata pelajaran IPA siswa kelas VB SD Kanisius

Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013?

1.2.2 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mencipta pada mata pelajara IPA siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi pada mata pelajaran IPA siswa kelas VB SD Kanisius

(23)

1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi siswa

Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dengan menggunakan metode inkuri dan dapat mengembangkan kemampuan mereka pada level kognitif yang lebih tinggi.

1.4.2 Bagi guru

Guru memahami metode inkuiri dan dapat menerapkannya pada pembelajaran lain sehingga dapat menambah variasi mengajar.

1.4.3 Bagi sekolah

Sekolah mendapat sumber bacaan dan referensi baru sehingga warga sekolah dapat mengembangkan wawasan tetang pembelajaran dengan metode inkuiri.

1.4.4 Bagi peneliti

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian landasan teori ini akan dibahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka meliputi pembahasan yang berkaitan dengan teori yang relevan, dan hakikat IPA. Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori yang Relevan

Pembahasan teori-teori yang relevan ini ialah metode inkuiri, proses kognitif mengevaluasi dan mencipta, dan mata pelajaran IPA di SD. Seluruhnya

dibahas secara runtut sebagai berikut.

2.1.1.1 Metode Inkuiri

Driver (dalam Tunnicliffe & Catherine, 2011:174) menjelaskan bahwa anak-anak mengembangkan ide-ide tentang kejadian alam sebelum mereka menerima pelajaran di sekolah. Pengembangan ide semakin diperkuat ketika memperoleh pengarahan dalam pembelajaran. Hal serupa dijelaskan oleh Beauchamp (dalam Tunnicliffe & Catherine, 2011:174) yang menunjukkan bahwa pengarahan dalam pembelajaran sangat penting bagi anak. Ide-ide semakin berkembang ketika anak mengikuti pembelajaran. Pembelajaran akan lebih efektif apabila diselenggarakan melalui metode pembelajaran yang tergolong dalam pemrosesan informasi. Salah satu metode yang termasuk dalam metode pemrosesan informasi adalah metode pembelajaran inkuiri (Indrawati dalam Trianto, 2010:165).

(25)

proses berpikir kritis dan analitis untuk menjawab serangkaian pertanyaan yang diajukan. Lebih lanjut Hamalik (2003:220) mengungkapkan bahwa stategi inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memecahkan masalah dengan cara mencari jawaban dari pertanyaan melalui sebuah prosedur yang jelas dan runtut. Dalam penelitian ini strategi pembelajaran inkuiri merupakan metode belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari jawaban secara sistematis, kritis, dan logis dari permasalahan yang telah diajukan.

Macam-macam metode inkuiri menurut Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2007:109) dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Inkuiri terbimbing (guided inquiry): siswa dalam melakukan penelitian memperoleh panduan sesuai

dengan yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan pengalaman siswa. Perencanaan penelitian dilakukan oleh guru. Pendekatan ini digunakan bagi peserta didik yang belum terbiasa dengan metode inkuiri. 2) Inkuiri bebas (free inquiry): siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa

harus mampu mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diteliti. Setiap siswa memiliki tugas sesuai dengan yang dibutuhkan. 3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry): pada jenis inkuiri ini

guru memberikan permasalahan dan selanjutnya siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian yang telah ditentukan. Metode inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode inkuiri terbimbing. Siswa dalam belajar masih banyak menggunakan bimbingan dari guru. Panduan pertanyaan diberikan kepada siswa sesuai dengan yang dibutuhkan. Metode ini melatih siswa untuk melakukan penelitian sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Pengajaran diawali dengan pengajuan permasalahan dari sebuah topik permasalahan. Pengajuan permasalahan agar mudah dimengerti oleh siswa dapat dilakukan dengan data atau contoh-contoh (Jacobsen dkk, 2009:212).

(26)

2) Proses interaksi; pembelajaran merupakan proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur interaksi itu sendiri. 3) Prinsip bertanya; peran guru yang utama dalam pembelajaran dengan metode ini yaitu sebagai penanya. Guru mesti menguasai teknik-teknik bertanya. 4) Prinsip belajar untuk berpikir; belajar merupakan proses berpikir yang mengembangkan potensi seluruh otak. 5) Prinsip keterbukaan; segala sesuatu mungkin terjadi pada saat belajar. Kebebasan perlu diberikan pada siswa agar mencoba berbagai kemungkinan dari hipotesis yang harus dibuktikan (Sanjaya, 2006:198-201).

Peranan guru dalam pembelajaran inkuiri menurut Trianto (2010:166-167) sebagai berikut. 1) Motivator: memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir. 2) Fasilitator: menunjukkan jalan ke luar jika siswa mengalami kesulitan. 3) Penanya: menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. 4) Administrator: bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas. 5) Pengarah: memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6) Manajer: mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Reward: memberi

penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

(27)

berdasarkan data yang telah diperoleh. Membuat kesimpulan merupakan langkah penutup dari pembelajaran inkuiri.

Menurut Naylor dan Diem dalam (Soetjipto; 2001; 195-196) mengatakan bahwa proses inkuiri meliputi enam elemen. 1) Mengetahui dan mendefinisikan masalah: pada tahap ini guru memanfaatkan rasa ingin tahu siswa untuk mencari pemahaman akan situasi yang membingungkan. 2) Merumuskan hipotesis: hipotesis dirumuskan setelah siswa mengetahui permasalahannya. 3) Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis: siswa mengumpulkan data untuk menguji hipotesis. 4) Menganalisis dan mengevaluasi data: setelah data diperoleh dan diuji tahap selanjutnya adalah membedakan penjelasan yang mendekati masuk akal dan penjelasan yang cukup memenuhi. 5) Menggunakan data untuk menerima atau menolak hipotesis: seluruh proses inkuiri belum lengkap sampai siswa memahami dan mengevaluasi informasi namun mesti mengembangkan solusi pemecahan masalah berdasarkan bukti-bukti yang ada. 6) Merumuskan kesimpulan atau penjelasan sementara: pada proses ini siswa membuat keputusan mengenai percobaan mereka di mana mereka akan menghubungkan hipotesis yang mereka uji dengan kesimpulan yang mereka peroleh.

(28)

2.1.1.2 Proses Kognitif Mengevaluasi dan Mencipta

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah merupakan sebuah kegiatan yang disengaja dan beralasan. Pengajaran disengaja karena ada sebuah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari pengajaran yaitu untuk memfasilitasi siswa dalam belajar. Pengajaran mempunyai alasan karena apa yang diajarkan guru kepada siswa dianggap penting oleh guru dan berguna bagi perkembangan siswa. Tujuan yang ditetapkan guru bagi siswa dapat berupa tujuan yang mudah dipahami atau sulit dipahami, mudah diukur atau sulit diukur (Anderson dan Krathwohl, 2010:3).

Perumusan tujuan yang ditetapkan oleh guru bagi siswa menjadi jelas, mudah dipahami dan mudah diukur jika menggunakan tabel taksonomi. Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir secara spesifik. Tabel taksonomi membantu guru untuk melihat hubungan di antara tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh standar pendidikan. Tabel taksonomi dapat digunakan oleh guru untuk menerjemahkan standar pendidikan ke dalam kalimat sehari-hari selaras dengan apa yang ingin dicapai sesuai dengan proses kognitif siswa yang dituangkan dalam bentuk aktivitas (Anderson & Krathwohl, 2010:9).

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:6) dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi, proses kognitif dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta. Proses mengingat adalah mengambil atau memunculkan kembali

pengetahuan yang relevan dan dibutuhkan dari memori jangka panjang. Proses memahami adalah mengonstruksi makna dari sebuah materi pembelajaran baik yang diucapkan, dituliskan, dan digambarkan oleh guru. Proses mengaplikasi adalah melakukan sesuatu berdasarkan prosedur dalam situasi tertentu. Proses menganalisis adalah memilah-milah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan keseluruhan struktur atau tujuan. Proses mengevaluasi adalah mengambil keputusan tertentu

berdasarkan kriteria dan/atau standar. Proses mencipta adalah proses memadukan

bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan mempunyai hubungan untuk membuat suatu produk yang orisinal. Proses mengevaluasi dan mencipta

(29)

1. Proses kognitif mengevaluasi

Proses kognitif mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar tertentu (Anderson dan Krathwohl 2010:125). Proses kognitif

mengevaluasi memiliki 7 aspek yang meliputi aspek memeriksa, mengritik,

mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, menguji, dan menilai. Penelitian ini menggunakan aspek memeriksa, menguji, mengritik, dan menilai. Keempat proses kognitif tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Proses kognitif memeriksa yaitu proses menguji kesalahan berdasarkan kriteria yang berasal dari dalam produk atau operasi.

b. Proses kognitif mengritik yaitu proses penilaian suatu produk berdasarkan kriteria positif, negatif, atau keduanya.

c. Proses kognitif menguji yaitu proses untuk mengetahui ketepatan atau mutu dari suatu produk atau operasi.

d. Proses kognitif menilai yaitu proses memperkirakan, menganggap, memberi skor pada suatu produk.

2. Proses kognitif mencipta

Anderson dan Krathwohl (2010:128) menjelaskan bahwa proses kognitif

mencipta adalah proses menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu

hal yang utuh dan fungsional atau proses menyusun kembali unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu pola atau struktur baru. Proses kognitif mencipta

mencakup tujuan pembelajaran di mana semua siswa dapat dan akan melakukannya. Tujuan pembelajaran mencipta, dapat dicapai oleh siswa dengan

cara menyintesiskan informasi atau materi yang telah dipelajari untuk membuat suatu yang baru.

Proses kognitif mencipta mengajak siswa untuk mengumpulkan

bagian-bagian tertentu dan menggabungkannya menjadi sebuah struktur atau pola baru yang berhubungan dengan pengetahuan siswa sebelumnya. Proses kognitif

mencipta memiliki 6 aspek, yang meliputi aspek merumuskan, merencanakan,

(30)

a. Proses kognitif merumuskan yaitu proses menentukan masalah.

b. Proses kognitif membuat hipotesis yaitu proses merumuskan hipotesis pemecahan masalah berdasarkan kriteria tertentu. Hipotesis yaitu sesuatu yang dianggap benar meski kebenarannya masih harus dibuktikan.

c. Proses kognitif merencanakan (membuat desain) yaitu proses menemukan cara, menentukan langkah-langkah untuk memecahkan masalah.

d. Proses kognitif memproduksi (mengkonstruksi) yaitu proses melaksanakan rencana penyelesaian suatu masalah berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah direncanakan.

2.1.2 Hakikat IPA

IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains. Sains bermula dari rasa ingin tahu yang dimiliki manusia. Rasa ingin tahu inilah yang membuat manusia selalu melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alam yang ada dan mencoba memahami gejala-gejala tersebut. Gejala itu bisa berupa gejala alam yang mengundang manusia untuk mengetahuinya. Manusia bertanya dari mana datangnya hujan, dari mana pelangi muncul dan masih banyak pertanyaan lain. Hasil pengamatan selama kurun waktu ribuan tahun ini telah membentuk suatu cabang ilmu yang disebut dengan ilmu alam atau Ilmu Pengetahuan Alam. Secara teoritis IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan penggunaannya hanya pada gejala-gejala alam (Trianto, 2010:136-137). IPA mengupas tentang gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan manusia (Samatowa, 2011:3).

(31)

pengetahuan yang diajarkan di sekolah maupun di luar sekolah atau menjadi bahan bacaan untuk pengembangannya. IPA sebagai prosedur yaitu cara yang digunakan untuk mengetahui sesuatu (Trianto, 2010:137).

2.1.2.1 Materi Sifat-Sifat Cahaya

Cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya mempunyai sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan dan dapat diuraikan (Yuniarto, 2007). Sifat-sifat cahaya tersebut, selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Cahaya Merambat Lurus

Cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah nampak seperti batang putih yang lurus. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus. Pemanfaatan sifat cahaya merambat lurus seperti lampu senter, sinar laser, dan lampu kendaraan bermotor.

2. Cahaya Menembus Benda Bening

(32)

3. Cahaya dapat Dipantulkan

Berkas cahaya yang mengenai permukaan benda dan berbalik arah atau dikembalikan ke arah benda disebut cahaya pantul. Garis normal adalah garis yang posisinya tegak lurus pada permukaan benda. Sinar datang dipantulkan menjadi sinar pantul dengan sudut pantul sama besar dengan sudut datang (Tim Redicta, 2007: 141)

Gambar 1. Pemantulah cahaya (Sumber: Tim Redicta, 2007:141)

Pemantulan cahaya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur (difus). Pemantulan teratur yaitu pemantulan yang terjadi apabila berkas cahaya jatuh pada permukaan benda yang rata (datar), berkas cahaya akan dipantulkan secara teratur. Pemantulan teratur memberikan kesan silau pada mata. Contoh pemantulan teratur yaitu sinar yang mengenai cermin datar. Pemantulan baur (difus) yaitu pemantulan yang terjadi apabila berkas cahaya jatuh ke permukaan yang kasar atau tidak rata, berkas cahaya akan dipantulkan ke segala arah. Pemantulan baur memberikan kesan teduh pada mata. Contoh pemantulan baur yaitu permukaan jalan raya yang basah kemudian terkena sinar lampu kendaraan, dan cahaya bulan yang mengenai air kolam yang berombak.

(33)

Gambar 3. Pemantulan Baur

(Sumber: Tim Redicta, 2007:141)

4. Cahaya dapat Dibiaskan

Pembiasan cahaya adalah pembelokan berkas cahaya jika berkas cahaya tersebut melewati dua medium tembus cahaya yang berbeda kerapatannya. Medium adalah zat perantara yang dilalui oleh cahaya. Setiap zat memiliki kerapatan yang berbeda-beda. Jika cahaya merambat dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya dibiaskan mendekati garis normal (Gambar 1). Sebaliknya, jika cahaya merambat dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, misalnya dari air ke gelas bening, berkas cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal (Gambar 2). Garis normal adalah garis maya yang tegak lurus dengan bidang batas kedua medium (Yuniarto, 2007: 10).

Gambar 4. Pembiasan cahaya

(34)

Contoh-contoh pembiasan lainnya antara lain (Tim Redicta, 2007:147): a. Dasar air sungai tampak lebih dangkal.

b. Bintang tampak berkedip-kedip, sebab cahaya bintang yang sampai ke mata kita telah mengalami pembiasan oleh lapisan atmosfer.

c. Kacamata positif atau negatif dapat menolong rabun dekat atau rabun jauh karena peristiwa pembiasan cahaya.

5. Cahaya dapat Diuraikan (Dispersi)

Matahari memancarkan sinar yang berwarna putih, namun sebenarnya warna putih tersebut sesungguhnya terdiri dari bermacam-macam warna. Cahaya matahari terdiri atas beberapa macam warna cahaya yang disebut cahaya polikromatik. Cahaya yang dihasilkan dari peristiwa pembiasan adalah cahaya tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi di sebut monokromatik. Warna cahaya yang diuraikan dari warna putih tersebut yaitu merah, jingga, hijau, biru, kuning, nila, ungu. Komponen warna cahaya tersebut jika disatukan akan membentuk warna putih. Pelangi biasanya terjadi ketika turun hujan dan matahari bersinar. Cahaya matahari yang terkena butiran air hujan dan akan mengalami pembiasan, sehingga cahaya tersebut terurai menjadi spektrum warna.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

2.2.1. Penelitian tentang Inkuiri

Metode inkuiri yang diteliti dalam penelitian ini sebelumnya sudah pernah diteliti oleh peneliti-peneliti lain. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang berkaitan dengan metode inkuiri.

(35)

0,05. Peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif di tunjukkan

dengan harga Sig. (2-tailed) 0,000 atau < 0,05.

Ratri (2011) meneliti penggunaan metode inkuiri terbimbing pada mata

pelajaran IPA materi pesawat sederhana untuk meningkatkan prestasi belajar dan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada kategori afektif. Sampel dalam

penelitian ini adalah peserta didik kelas VA dengan jumlah 38 dan kelas VB

dengan jumlah 37 di SDK Demangan Baru I Yogyakarta pada semester genap

tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) metode inkuiri

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen. Hasil

tersebut ditunjukkan dengan hasil uji statistik dengan rumus Mann Whitney U Test

diperoleh harga sig (2-tailed)sebesar 0,004 < 0,05. 2) Metode inkuiri dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis kategori afektif umum. Hal tersebut

ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis dengan rumus independent-samples t-test dan

diperoleh harga sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05.

Kurnianingsih (2011) meneliti pengaruh penerapan metode inkuiri

terbimbing terhadap prestasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis pada

kategori kognitif pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana. Populasi

dari penelitian ini yaitu siswa SDK Sorowajan Yogyakarta pada semester genap

tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SDK

Sorowajan Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Hasil

penelitian menunjukan bahwa 1) ada peningkatan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan metode inkuiri. Hal ini dibuktikan dengan kenaikkan skor pretest

ke posttest pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan yang

ditunjukkan dengan hasil uji statistik dengan rumus Mann Whitney Test diperoleh

harga Sig (2-tailed) 0,004 < 0,05. 2) Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis

kategori afektif umum dengan menggunakan metode inkuiri. Hal ini dibuktikan

dengan kenaikan selisih skor pretest ke posttest berbeda secara signifikan karena

hasil uji statistik dengan rumus independent-samples t-test diperoleh harga Sig

(36)

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif

Putriyana (2012) meneliti pengaruh penggunaan mind map terhadap

kemampuan menerapkan dan kemampuan mencipta peserta didik kelas V SDK

Sengkan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 mata pelajaran IPA materi pelapukan batuan. Populasi pada penelitian ini yaitu peserta didik kelas V SD Kanisius Sengkan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VA yang berjumlah 24 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penerapan metode mind map terhadap

kemampuan menerapkan. Hal itu ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar

0,622 (atau > 0,05). Hasil kedua menunjukkan ada pengaruh penerapan metode

mind map terhadap kemampuan mencipta yang ditunjukkan dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 (atau < 0,05) pada selisih skor kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Rata-rata kenaikan skor meningkat sebesar 100% dan berbeda secara signifikan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

Khafid (2010) meneliti pembelajaran kooperatif, investigasi group, gaya kognitif, dan hasil belajar. Siswa kelas X SMA N I Sidayu, Greasik, Jawa Timur semester gasal tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah 256 orang merupakan populasi dari penelitian ini. 64 siswa yang terbagi atas 32 siswa dengan gaya kognitif field independent dan 32 siswa dengan gaya kognitif field dependent

merupakan sampel dari penelitian ini. Analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa 1) metode pembelajaran kooperatif model investigasi grup lebih unggul dibandingkan dengan metode konvensional dalam mempengaruhi hasil belajar geografi. 2) Hasil belajar siswa bergaya kognitif field independent

lebih baik hasilnya dibandingkan dengan siswa bergaya kognitif field dependent.

(37)

memiliki kemampuan akademik rendah. Rerata skor yang diperoleh siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi yaitu 78,81 sedangkan rerata skor yang diperoleh siswa yang berkemampuan rendah yaitu 72,27. Keterampilan metakognitif siswa yang dimiliki oleh siswa yang berkemampuan akademik lebih tinggi (8,84%) dari kemampuan siswa yang berkemampuan akademik rendah.

Pada penelitian terdahulu belum ada satupun penelitian yang meneliti pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta di SD Kanisisus Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran

2012/2013.

2.2.3 Literature Map

Variabel inkuiri dan proses kognitif mengevaluasi serta mencipta yang

akan diteliti dalam penelitian ini telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Berikut ini

(38)

Gambar 5. Literature map dari penelitian-penelitian terdahulu.

Beberapa penelitian tentang metode pembelajaran inkuiri dan proses kognitif yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa metode inkuiri efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir proses kognitif. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, belum ada yang meneliti tentang metode inkuiri terhadap kemampuan kognitif tingkat mengevaluasi dan mencipta pada siswa di tingkat

pendidikan dasar.

2.3 Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran inkuiri dipilih sebagai salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran inkuiri menekankan proses berpikir secara sistematis, logis dan kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang telah

Metode Inkuiri Proses Kognitif

Lestari (2011) group, gaya kognitif, & hasil belajar

Jamaluddin (2009)

(39)

diajukan. Kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa dapat diolah secara maksimal.

Hasil yang diharapkan dicapai dengan penggunaan metode inkuiri yang diterapkan pada pembelajaran IPA kelas VB SD Kanisius Sengkan khususnya pada kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Pencapaian proses kognitif yang diharapkan yaitu pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta.

Jika metode inkuiri diterapkan pada pembelajaran IPA kelas VB SDK Sengkan, keterampilan berpikir kognitif pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta kelompok eksperimen akan lebih tinggi dibandingkan dengan

pencapaian kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode inkuiri.

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Penggunan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi

pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013. 2.4.2 Penggunan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta pada

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian metode penelitian ini akan dibahas metode penelitian yang digunakan meliputi jenis penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, jadwal implementasi pembelajaran dan pengambilan data, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Seluruh bagian tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuasi eksperimental tipe nonequivalent control group design di mana kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono,

2010:116). Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu yang telah diberikan pada kondisi yang telah ditentukan (Sugiyono, 2010:107). Dalam penelitian yang memiliki dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan adanya perlakuan, maka penelitian ini disebut penelitia kuasi experiment

(Arikunto, 2010:207,209). Begitu juga dengan Johnson & Christensen (2008:329) berpendapat bahwa penelitian kuasi experimental tidak melakukan pemilihan

responden secara acak. Desain penelitian ini tidak memberikan kontrol penuh pada kelompok pembanding karena sampel tidak ditentukan secara acak.

Keadaan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada panelitian ini diketahui melalui hasil pretest yang telah diberikan. Keadaan awal

ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan dan apakah ada perbedaan kemampuan awal dari kedua kelompok. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan metode inkuiri dan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan metode ceramah. Setelah selesai diberi perlakuan kedua kelompok diberi posttest. Posttest

(41)

perlakuan dihitung dengan rumus (O2-O1)-(O4-O3). Rumus tersebut digambarkan dari design berikut (Sugiyono, 2010: 116):

(Sumber: Sugiyono, 2010: 116) Keterangan:

O1= Rerata skor pretest kelompok eksperimen

O2 = Rerata skor posttest kelompok eksperimen

X = Perlakuan (treatment) penggunaan metode inkuiri

O3 = Rerata skor pretest kelompok kontrol

O4 = Rerata skor posttest kelompok kontrol

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Sengkan dengan alamat Jl Kaliurang Km 7 Gg Sengkan 3 Condongcatur, Depok, Yogyakarta 55283 pada tanggal 11 Februari sampai 25 Februari 2013. SD Kanisius Sengkan mempunyai 12 kelas. Jumlah seluruh siswa yaitu 404 anak. Pembagian siswa pada setiap kelas dapat dilihat pada tabel 1. SD Kanisius Sengkan mempunyai 1 kepala sekolah, 21 guru dan 3 pesuruh. Pekerjaan orang tua siswa mayoritas adalah pegawai swasta.

Jumlah siswa kelas VB 32 orang. Siswa-siswa kelas VB kurang aktif untuk bertanya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pada saat ulangan harian siswa tenang dan mengerjakan sendiri. Siswa mau mengerjakan soal latihan atau ulangan bila pertanyaan dipahami. Siswa aktif mengerjakan soal latihan bila dinilai. Rata-rata usia 10-11 tahun. Jumlah siswa perempuan yaitu 17 orang dan jumlah siswa laki-laki 15 orang.

Jumlah siswa kelas VA 31 orang. Siswa-siswa kelas VA kurang aktif untuk bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa aktif mengerjakan soal latihan bila dinilai. Siswa mau mengerjakan soal latihan atau ulangan bila pertanyaan dipahami. Siswa memiliki usia rata-rata 10-11 tahun. Jumlah siswa perempuan yaitu 16 dan jumlah siswa laki-laki 15 orang.

O1 X O2

...

(42)

Tabel 1. Daftar jumlah siswa SD Kanisius Sengkan

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah geralisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Lebih lanjut Setyosari (2010:168) menjelaskan bahwa populasi adalah kesuluran anggota kelompok dari mana sampel itu diambil. Populasi pada penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013.

(43)

Tabel 2. Jadwal implementasi pembelajaran dan pengambilan data Eksperimen

Hari, tanggal Kegiatan Materi Senin, 11 Februari,

Pukul 07.40-09.00 Pretest Rabu, 13 Februari,

Pukul 07.00-08.20 Penelitian Cahaya dapat merambat lurus Jumat, 15 Februari,

Pukul 07.40-09.00 Penelitian Cahaya menembus benda bening Senin, 18 Februari,

Pukul 07.40-09.00 Penelitian Cahaya dapat dipantulkan Rabu, 20 Februari,

Pukul 07.00-08.20 Penelitian Cahaya dapat dibiaskan Jumat, 22 Februari,

Pukul 07.40-09.00 Penelitian Cahaya dapat diuraikan Senin, 25 Februari,

Pukul 07.40-09.00 Posttest

Kontrol

Hari, tanggal Kegiatan Materi Selasa, 12 Februari,

Pukul 08.20-09.20 Pretest Rabu, 13 Februari,

Pukul, 08.20-10 Penelitian Cahaya dapat merambat lurus Kamis, 14 Februari,

Pukul 08.20-10.00 Penelitian Cahaya dapat menembus benda bening Sabtu, 16 Februari,

Pukul 09.20-10.00 Penelitian Cahaya dapat dipantulkan Selasa, 19 Februari,

Pukul 08.20-09.20 Penelitian Cahaya dapat dibiaskan Rabu, 20 Februari,

pukul, 08.20-10 Penelitian Cahaya dapat diuraikan Kamis, 21 Februari,

Pukul 08.20-10.00 Posttest

3.4Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Lebih lanjut Setyosari (2010:108) menjelaskan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu:

1. Variabel independen atau variabel bebas

Sugiyono (2010:61) berpendapat bahwa variabel independen adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menyebabkan perubahan variabel

(44)

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel bebas.

Variabel independen yang digunakan adalah metode inkuiri dengan 7 langkah pembelajaran meliputi: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi. Variabel dependen yang digunakan yaitu kemampuan

mengevaluasi dan kemampuan mencipta. Kemampuan mengevaluasi memiliki 7

aspek yang meliputi aspek memeriksa, mengritik, mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, menguji, dan menilai. Penelitian ini menggunakan aspek memeriksa, menguji, mengritik, dan menilai. Kemampuan mencipta memiliki 6 aspek, yang

meliputi aspek merumuskan, merencanakan, memproduksi, membuat hipotesis, mendesain, dan mengkonstruksi. Penelitian ini menggunakan aspek merumuskan, membuat hipotesis, mendesain, memproduksi. Variabel dependen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga penelitian menjadi bias. Cara meminimalisir faktor-faktor lain (selain variabel independen yang diteliti) dilakukan dengan cara pemberian treatment dan pengambilan data dilakukan dalam waktu yang relatif pendek (Krathwohl, 1998:547). Oleh sebab itu treatment

dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 minggu. Pemetaan variabel tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Pemetaan variabel penelitian Variabel

Independen

Variabel Dependen

Kemampuan

Mengevaluasi

(45)

3.5 Definisi Operasional

1. Metode inkuri adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah.

2. Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuri yang digunakan oleh siswa dan dalam pelaksanaan pembelajarannya masih banyak membutuhkan bimbingan guru. Tuju langkah pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

3. Siswa SD adalah siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 63 siswa. 4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan tentang alam

yang dipelajari di Sekolah Dasar.

5. Sifat-sifat cahaya adalah sifat yang dimiliki oleh cahaya.

6. Proses kognitif adalah proses berpikir sesuai dengan teori Benjamin S. Bloom yang telah direvisi dan terbagi dalam 6 level meliputi kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta.

7. Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan membuat keputusan

berdasarkan kriteria dan standar yang ditentukan.

8. Kemampuan mencipta adalah kemampuan menyusun elemen-elemen

menjadi suatu hal yang utuh.

9. Kacamata hitam adalah kacamata mainan yang terbuat dari plastik berwana hitam.

(46)

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes esai (soal esai). Tes esai adalah bentuk tes tertulis yang susunannya terdiri atas item-item dan masing-masing pertanyaan mengandung permasalahan dan menuntut siswa untuk menjawab dengan cara menguraikan kata yang merupakan gambaran kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008:94). Soal esai digunakan karena dapat mengungkapkan aspek mental lebih tinggi yang tercermin dalam logika berpikir dan kemampuan bahasa tulisan. Meskipun demikian soal esai mempunyai kelemahan yaitu mengungkapkan aspek secara terbatas (Sudjana, 2009:36).

(47)

Tabel 3. Matriks pengembangan instrumen

No. Variabel Aspek Indikator No.

Soal

1

Mengevaluasi

Memeriksa Menentukan benda yang dapat meneruskan cahaya dengan sempurna.

5 Menguji Menentukan alasan benda bening dapat

meneruskan cahaya dengan sempurna. Mengritik Menentukan alasan benda bening dapat meneruskan cahaya dengan sempurna. Menilai Menilai kebaikan dan keburukan benda yang

dapat meneruskan cahaya dengan sempurna.

2 Mencipta

Merumuskan Merumusankan masalah percobaan cahaya

dapat dibiaskan 6

Membuat

hipotesis Merumuskan hipotesis percobaan cahaya dapat dibiaskan Mendesain Merancang percobaan cahaya dapat dibiaskan Memproduksi Membuat kesimpulan percobaan cahaya dapat

dibiaskan

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen merupakan alat pengumpulan data dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian mesti memenuhi syarat valid dan reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas adalah derajat sebuah tes yang sejauh mana dapat mengukur apa yang harus diukur (Sukardi, 2008:40). Reliabilitas merupakan sebuah keajegan atau konsistensi dari hasil evaluasi. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2008:43).

3.7.1 Uji Validitas

Validitas dalam pendidikan memiliki empat jenis yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan validitas prediksi (Sukardi, 2008:32). Validitas isi adalah suatu alat ukur yang dapat mengukur suatu sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur (Surapranata, 2009:51). Validitas konstruk adalah suatu alat ukur yang dapat mengukur setiap aspek yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus (Surapranata, 2009:53). Validitas konkuren (empiris) adalah suatu alat ukur yang menujukan derajat di mana skor dalam suatu test

(48)

dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dan validitas konstruk dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrumen pada dosen pembimbing secara lisan. Seperti yang diungkapkan oleh Guino (dalam Surapranata, 2004:53) bahwa validitas isi hanya dapat ditentukan oleh judgmen ahli.

Instrumen penelitian diujikan pada siswa kelas V di SD Negeri Denggung dengan jumlah siswa 37. SD Negeri Denggung beralamatkan di Jln. Candi Gebang, Tridadi, Sleman, Yogyakarta. Tujuan dari uji coba yaitu untuk memperoleh validitas dan reliabilitasnya, serta apakah soal yang telah dibuat bahasanya dan tujuan soal telah dipahami oleh siswa.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pearson Correlation. Instrumen dikatakan valid jika hasil Pearson Correlation

menunjukkan harga Sig (2-tailed) < 0,05 (Ghozali, 2007:45). Hasil uji validitas

instrumen dapat dilihat pada lampiran 8.

Tabel 4.Hasil uji validitas instrumen

No. Variabel Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Keputusan

1 Mengingat 0,613** 0,000 Valid

Hasil uji validitas instrumen pada kemampuan mengevaluasi memiliki

harga Sig. (2-tailed) 0,002. Hal tersebut berarti bahwa kemampuan mengevaluasi

memiliki Sig. (2-tailed) < 0,05 sehingga valid dan kemampuan mencipta memiliki

harga Sig. (2-tailed) 0,000 maka harga Sig. (2-tailed) kemampuan mencipta <

0,05 sehingga valid.

Uji validitas juga dilakukan pada setiap kemampuan. Penelitian ini meneliti kemampuan mengevaluasi dan mencipta maka uji validitas yang

dilakukan hanya pada dua kemampuan tersebut. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pearson Correlation. Instrumen dikatakan valid jika

hasil Pearson Correlation menunjukkan harga Sig. (2-tailed) < 0,05. Hasil uji

(49)

Tabel 5. Hasil uji validitas kemampuan menevaluasi dan mencipta

Memproduksi 0,568** 0,000 Valid

Hasil uji validitas instrumen pada empat aspek kemampuan mengevaluasi

dan empat aspek kemampuan mencipta memiliki harga Sig (2-tailed) < 0,05

sehingga valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan adalah teknik konsistensi internal. Menurut Nunnally (dalam Ghozali, 2007:42) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60. Hasil uji reliabilitas

dapat dilihat pada lampiran 9.

Tabel 6. Hasil uji reliabilitas seluruh instrumen

Alpha Cronbach Kesimpulan

,700 Reliabel

Tabel 7. Hasil uji reliabilitas instrumen pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta

Variabel Alpha Cronbach Kesimpulan

Mengevaluasi 0,818 Reliabel

Mencipta 0,887 Reliabel

Tabel di atas menunjukkan bahwa uji reliabilitas kemampuan

(50)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, dalam hal ini tes esai. Tes dilakukan dengan cara memberi soal pretest dan posttest yang sama pada kedua kelompok. Hasil pretest dan posttest dianalisis

dengan menggunakan uji hipotesis.

Untuk langkah pengumpulan data awalnya kedua kelompok diberi soal

pretest. Setelah itu kedua kelompok diberi treatment yang berbeda. Pemberian treatment yang berbeda inilah yang membedakan antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan metode inkuiri dan kelompok kontrol menggunakan metode tradisional yaitu ceramah. Setelah pemberian treatment selesai, selanjutnya kedua kelompok diberi posttest. Pengumpulan data tersebut dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Tabel 8. Pengumpulan data analisis data dengan menggunakan program komputer IBMSPSS Statistics 20 for Windows yang meliputi: uji normalitas dan uji hipotesis. Uji hipotesis meliputi: uji

perbedaan skor pretest, uji perbedaan skor pretest ke posttest, uji perbedaan

selisih skor pretest ke posttest, uji besar pengaruh metode inkuiri (effect size), dan

retensi pengaruh. Pengujian perbedaan selisih skor pretest ke posttest dilakukan

(51)

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak normal. Uji normalitas data digunakan untuk seluruh data yang akan diolah. Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

Penggunaan uji Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk menentukan jenis statistik

yang akan digunakan (Sarwono, 2010:27). Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang ada normal atau tidak normal sebagai berikut:

1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05, distribusi data normal. Jika data terdistribusi

secara normal, maka teknik statistik inferensial yang digunakan yaitu statistik parametrik uji t (independent-samples t-test dan paired- samples t-test)

dengan tingkat kepercayaan 95% (Priyatno, 2012:17).

2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, distribusi data tidak normal. Jika data

terdistribusi secara tidak normal, maka teknik statistik yang digunakan yaitu statistik nonparametrik dalam hal ini yaitu Mann-Whitney atau Wilcoxon

dengan tingkat kepercayaan 95% (Priyatno, 2012:141).

3.9.2 Uji Hipotesis

3.9.2.1 Uji Perbedaan Skor Pretest

Uji perbedaan skor pretest berfungsi untuk mengetahui apakah ada

perbedaan kemampuan awal dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji perbedaan skor pretest dilakukan dengan cara menganalisis hasil pretest yang

diperoleh baik dari kelompok eksperimen maupun dari kelompok kontrol. Syarat yang digunakan untuk uji perbedaan skor pretest yaitu (Priyatno, 2012:31):

1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05, tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil pretest kelompok kontrol dan hasil pretest kelompok eksperimen.

Hal tersebut berarti antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama.

2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan hasil pretest kelompok eksperimen. Hal

Gambar

Gambar 1. Pemantulah cahaya Sumber: Tim Redicta, 2007:141
Gambar 4. Pembiasan cahaya (Sumber: Yuniarto, 2007:10)
Gambar 5. Literature map dari penelitian-penelitian terdahulu.
Tabel 1. Daftar jumlah siswa SD Kanisius Sengkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dijangkau, calon mahasiswa akan mendapatkan informasi wilayah FT lebih cepat daripada harus datang ke kampus FT. Berbagai informasi wilayah FT bisa berisi mengenai

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Hasil belajar siswa mata pelajaran gambar teknik masuk dalam kategori tinggi 57 siswa

Dengan adanya Rancang Bangun Sistem Administrasi Pasien pada Puskesmas Jagir Surabaya, maka dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan membantu dalam pencarian data

K[ltrrAlAN UJr

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen yang telah diberikan tugas terstruktur dan kelas kontrol yang tidak diberikan

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III. Fakultas Ekonomi Universitas

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai ujian nasional SLTP dengan prestasi belajar mata pelajaran alat ukur siswa kelas X Mekanik Otomotif di

Untuk mencapai maksud tersebut akan dikaji secara mendasar (tinjauan instruksional khusus: TIK) tiga pokok bahasan (PB) yang menyangkut : pertama manajemen Iingkungan