• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta."

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Wijonarko, Martinus Bayu. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

semester gasal tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia. Metode penelitian menggunakan quasi experimental tipe

non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

V SD BOPKRI Gondolayu sebanyak 59 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas V.2 sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa dan kelas V.1 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 29 siswa. Treatment yang diterapkan pada kelompok eksperimen adalah metode inkuiri. Ada 7 langkah dalam metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 (atau p < 0,05). Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hasil skor kelompok kontrol yaitu M = 0,79; SD = 1,03; SE = 0,18; n = 30; dan df = 57. Hasil skor kelompok eksperimen yaitu M = 1,71; SD = 0,88; SE = 0,16; n = 29; dan

df = 57. Besar pengaruh penerapan metode inkuiri adalah r = 0,44 atau sama dengan

(2)

ABSTRACT

Wijonarko, Martinus Bayu. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, the ability to evaluate, ability to create, natural science subject.

The background of this study was the concern of the low achievement in Science based on PISA 2009 and 2012 studies.The aim of the study was to find out the effect of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Yogyakarta Elementary School in odd semester 2015/2016.The research method was quasi experimental with nonequivalent control group design. The population of this study were 59 of the 5th grade students in BOPKRI Gondolayu Yogyakarta Elementary School. The samples were class V.1 as the controlling group contains of 30 students and class V.2 as the experimenting group with 29 students.The treatment for the experimental group was inquiry method. There were 7 steps in the inquiry methods including orientation, problem formulation, hypothesis formulation, experiment, conclusion, result presentation, evaluation.

(3)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Martinus Bayu Wijonarko NIM 121134016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Martinus Bayu Wijonarko NIM 121134016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

ii

(6)

iii

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sebagai sumber kekuatanku. 2. Kedua orang tuaku Antonius Ngadiran dan Rosalia Srikanti R. yang telah

memberikan doa dan mendidikku sepanjang waktu. 3. Sahabat dan penyemangatku.

(8)

v

MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu”.(Mat. 7:7)

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada meraka”. (Mat. 7:12)

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Januari 2016 Peneliti,

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

Nama : Martinus Bayu Wijonarko

Nomor Mahasiswa : 121134016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN

MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS

V SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Januari 2016 Yang menyatakan,

(11)

viii

ABSTRAK

Wijonarko, Martinus Bayu. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia. Metode penelitian menggunakan quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu sebanyak 59 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas V.2 sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa dan kelas V.1 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 29 siswa. Treatment yang diterapkan pada kelompok eksperimen adalah metode inkuiri. Ada 7 langkah dalam metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 (atau p < 0,05). Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hasil skor kelompok kontrol yaitu M = 0,79; SD = 1,03; SE = 0,18; n = 30; dan df = 57. Hasil skor kelompok eksperimen yaitu M = 1,71; SD = 0,88; SE = 0,16; n = 29; dan df = 57. Besar pengaruh penerapan metode inkuiri adalah r = 0,44 atau sama dengan 19% setara dengan efek sedang. (2) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Harga

Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 (atau p < 0,05). Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi

daripada kelompok kontrol. Hasil skor kelompok kontrol yaitu M = 0,77; SD = 0,85;

SE = 0,15; n = 30; dan df = 53,74. Hasil skor kelompok eksperimen yaitu M = 1,98; SD

(12)

ix

ABSTRACT

Wijonarko, Martinus Bayu. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, the ability to evaluate, ability to create, natural science subject.

The background of this study was the concern of the low achievement in Science based on PISA 2009 and 2012 studies.The aim of the study was to find out the effect of the implementation of inquiry method on the ability to evaluate and create in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Yogyakarta Elementary School in odd semester 2015/2016.The research method was quasi experimental with nonequivalent control group design. The population of this study were 59 of the 5th grade students in BOPKRI Gondolayu Yogyakarta Elementary School. The samples were class V.1 as the controlling group contains of 30 students and class V.2 as the experimenting group with 29 students.The treatment for the experimental group was inquiry method. There were 7 steps in the inquiry methods including orientation, problem formulation, hypothesis formulation, experiment, conclusion, result presentation, evaluation.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang

berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA

PELAJARAN IPA KELAS V SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA”

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mendukung dengan sabar dan bijaksana.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran.

5. Ester Markis Sarwo Rini, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

6. Agnita Kristi P, S.Si. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

7. Siswa kelas V.1 dan V.2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.

(14)

xi 9. Kedua orang tuaku, Antonius Ngadiran dan Rosalia Srikanti R. yang dengan sabar selalu menyertai perjuanganku melalui doa, kasih sayang, perhatian, nasihat, dan materi.

10. Kakakku Henrikus Febriyanto dan Anastasia Prima J. M. yang selalu menyemangati dan menasehatiku.

11. Keponakanku Hilaria Orlin Febrianna dan Macarius Walter Erland Febrian yang selalu menjadi penyemangatku.

12. Pamanku F.X Siswanto yang selalu mendoakanku.

13. Sahabatku penelitian kolaboratif payung Dea, Adi, Desti, Ami, Vega, Tira, Nindya, Wikan, Dewi, Andan, Agnes, dan Stepani yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

14. Sahabatku Sebastianus Insep Pitomo yang sudah memberikan bantuan selama menyelesaikan skripsi.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.

Yogyakarta, 22 Januari 2016 Peneliti,

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Teori-teori Yang Mendukung ... 8

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 8

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10

2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 11

1. Pengertian Metode Inkuiri... 11

(16)

xiii

3. Prinsip-Prinsip Metode Inkuiri ... 12

4. Jenis-Jenis Metode Inkuiri ... 13

5. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing ... 14

6. Langkah-Langkah Metode Inkuiri Terbimbing ... 15

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom ... 16

1. Kemampuan Mengevaluasi ... 17

2. Kemampuan Mencipta ... 18

2.1.1.5 Hakikat IPA ... 20

1. Materi Fungsi Organ Pernapasan Manusia ... 20

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 22

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta ... 24

2.3 Kerangka Berpikir ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Setting Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.4 Variabel Penelitian ... 34

3.4.1 Variebel Independen ... 34

3.4.2 Variabel Dependen ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.6 Instrumen Penelitian... 36

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 37

3.7.1 Validitas Instumen ... 37

3.7.1.1 Validitas Isi (content validity) ... 37

3.7.1.2 Validitas Muka (face validity) ... 38

3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) ... 38

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 40

(17)

xiv

3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ... 41

3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 41

3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 42

3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 43

3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 44

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ... 46

3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 46

3.8.2.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ... 47

3.8.2.3 Uji Korelasi Antara Rerata Pretest dan Posttest I ... 48

3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 49

3.8.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 50

3.8.4 Pembahasan Lebih Lanjut... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 53

4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 53

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 54

1. Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol ... 55

2. Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen ... 57

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 63

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 64

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 65

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 66

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 68

4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 69

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 69

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 72

3. Uji Korelasi Antara Rerata Pretest dan Posttest I ... 73

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 75

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 76

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 77

(18)

xv

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 79

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 82

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 82

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 82

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 85

3. Uji Korelasi Antara Rerata Pretest dan Posttest I ... 86

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 88

4.2 Pembahasan ... 89

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengevaluasi ... 90

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mencipta ... 92

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 93

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut... 98

BAB V PENUTUP ... 100

5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 101

5.3 Saran ...101

DAFTAR REFERENSI ... 102

LAMPIRAN ... 106

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 33

Tabel 3.2 Pemetaan instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen... 36

Tabel 3.4 Validitas Instrumen Semua Variabel ... 39

Tabel 3.5 Validitas Instrumen Semua Aspek Variabel Mengevaluasi dan Mencipta . 39 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 40

Tabel 3.7 Kriteria untuk Menentukan Besar Efek Perlakuan... 45

Tabel 3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 48

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan 51 Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan 51 Tabel 3.11 Pedoman Wawancara dengan Guru ... 51

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengevaluasi ... 64

Tabel 4.2 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ... 65

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Mengevaluasi ... 66

Tabel 4.2 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi .... 67

Tabel 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 69

Tabel 4.7 Hasil Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 70

Tabel 4.8 Penghitungan Persentase Gain Score Kemampuan Mengevaluasi ... 71

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 72

Tabel 4.10 Hasil Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest Ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 73

Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 74

Tabel 4.12 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II Kemampuan Mengevaluasi ... 75

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mencipta ... 77

Tabel 4.14 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ... 78

Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Mencipta ... 79

(20)

xvii Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta ... 80 Tabel 4.18 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mencipta ... 82 Tabel 4.19 Hasil Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Mencipta ... 83

Tabel 4.20 Penghitungan Persentase Gain Score Kemampuan Mencipta ... 84 Tabel 4.21 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan

Mencipta ... 85

Tabel 4.22 Hasil persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Kemampuan Mencipta ... 86 Tabel 4.23 Hasil Uji Korelasi Antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan

Mencipta ... 87

Tabel 4.24 Hasil Uji Pengaruh Perlakuan Posttest I ke Posttest II Kemampuan

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 27

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 30

Gambar 3.2 Desain Pengaruh Perlakuan . ... 31

Gambar 3.3 Variabel Penelitian ... 35

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 45

Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ... 45

Gambar 3.6 Rumus Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I ... 46

Gambar 3.7 Rumus Gain Score ... 46

Gambar 3.8 Rumus Persentase Uji Retensi... 50

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ... 68

Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Mengevaluasi ... 71

Gambar 4.3 Grafik Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengevaluasi ... 76

Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta ... 81

Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Mencipta ... 84

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 107 Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Soal ... 108 Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen ... 109 Lampiran 2.2 Silabus kelompok Kontrol ... 111 Lampiran 2.3 RPP Kelompok Eksperimen ... 113 Lampiran 2.4 RPP Kelompok Kontrol ... 125 Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 130 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 135 Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 139 Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement... 147 Lampiran 3.5 Hasil Uji SPSS Validitas Instrumen Semua Variabel ... 149 Lampiran 3.6 Hasil Uji SPSS Validitas Instrumen Semua Aspek Variabel

Mengevaluasi dan Mencipta ... 150

Lampiran 3.7 Hasil Uji SPSS Reliabilitas Instrumen ... 151 Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan

Mengevaluasi ... 152

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mencipta ... 156 Lampiran 4.3 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen ... 160 Lampiran 4.4 Tabulasi Nilai Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen ... 161 Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ... 162 Lampiran 4.6 Hasil Uji SPSS Perbedaan Kemampuan Awal ... 163 Lampiran 4.7 Hasil Uji SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 164 Lampiran 4.8 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 165 Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 166 Lampiran 4.10 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Rerata Pretest ke Posttest 1

(23)
(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional di Indonesia bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini diwujudkan melalui program pendidikan yang dilaksanakan baik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pada tingkat Sekolah Dasar (SD), siswa mulai dibekali dengan beragam kegiatan pengembangan kemampuan baca, tulis, hitung, mental, sosial, dan spiritual (Susanto, 2013: 72). Dalam proses pendidikan ini, anak akan belajar banyak hal untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadiannya melalui proses pembelajaran yang dilakukan.

(25)

2 objektif, dimulai dengan tahapan-tahapan yang paling sederhana sampai tahapan yang kompleks.

Kemampuan kognitif siswa menurut Benjamin Samuel Bloom (1913-1999) terdiri dari 6 proses yang berkaitan yaitu, kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwol 2010: 6). Proses kognitif mengingat yaitu proses mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Proses kognitif memahami yaitu proses mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Proses kognitif mengaplikasi yaitu proses menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Proses kognitif menganalisis yaitu proses memecah-mecah materi berdasar bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu serta hubungan-hubungan antara bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan. Proses kognitif mengevaluasi yaitu proses mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Proses kognitif mencipta yaitu proses memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal (Anderson & Krathwohl 2010: 99-102). Setiap proses kognitif dalam taksonomi Bloom, meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta saling berkaitan satu sama lain. Pencapaian proses-proses kognitif tersebut dilakukan secara sistematis dan berurutan. Dari keenam proses kognitif, diharapkan siswa mencapai tahapan yang paling kompleks yaitu mengevaluasi dan mencipta.

(26)

3 Kemampuan mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional (Anderson & Krathwohl, 2010: 126). Siswa dituntut untuk mereorganisasi sejumlah unsur atau bagian dari suatu pola yang tidak pernah ada sebelumnya untuk membentuk produk baru. Kemampuan mencipta dibagi menjadi tiga aspek, yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Peran guru sangatlah penting dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, terlebih ketika membimbing siswa mencapai proses kognitif mengevaluasi dan mencipta.

(27)

4 mengevaluasi dan mencipta. Salah satu metode pembelajaran tersebut adalah metode inkuiri.

Metode inkuiri, adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan sendiri jawaban terhadap permasalahan yang dipelajari sehingga metode ini efektif jika diterapkan bagi siswa SD. Piaget menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada suatu situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawabannya sendiri, dan menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, serta membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan oleh siswa lain (Mulyasa, 2007: 108). Langkah-langkah metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi. Marsh (dalam Ngalimun, 2012: 41) mengemukanan bahwa metode inkuiri memiliki manfaat, sebagai berikut: (1) Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan, hanya pengetahuan yang relevan dengan sebuah isu yang diamati. (2) Pendekatan ini memungkinkan siswa dapat memandang konten atau isi, dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena mereka dapat menganalisis dan menerapkan data untuk pemecahan masalah. (3) Secara intrinsik pendekatan ini sangat memotivasi siswa. (4) Pendekatan ini juga memungkinkan hubungan guru dan siswa lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan kurang mengarahkan aktivitas-aktivitas yang didominasi oleh guru. (5) Pendekatan ini memberikan nilai transfer yang unggul jika dibandingkan dengan metode-metode lain.

(28)

5 terbimbing tipe-A pada konsep Dinamika Partikel dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa kelas VII semester I SMPN 5 Seluma pada materi konsep kalor. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa SD.

Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan yang telah dijelaskan, dengan mengujicobakan metode pembelajaran inovatif yaitu metode inkuiri pada pembelajaran IPA untuk melihat pengaruhnya pada kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Peneliti memilih SD BOPKRI Gondolayu sebagai tempat penelitian, karena SD BOPKRI Gondolayu mempunyai kelas paralel sehingga tepat digunakan untuk penelitian eksperimen. Sekolah ini mempunyai 2 kelas paralel yaitu 1 dan 2 disetiap kelasnya. Selain itu, SD BOPKRI Gondolayu mempunyai prestasi yang banyak, baik dibidang akademik maupun non-akademik (lihat bab III halaman 30), sehingga kedua hal tersebut akan memudahkan peneliti untuk melaksanakan penelitian. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada Standar Kompetensi 1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan dan Kompetensi Dasar 1.1 Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia. Metode inkuiri dibatasi pada metode inkuiri terbimbing.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengevaluasi siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal

tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia?

(29)

6

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengevaluasi siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal

tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mencipta siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi siswa

Penelitian ini dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa dan mengonstruksi pengetahuannya dengan terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat belajar dengan membangun pengetahuannya sampai proses kognitif paling tinggi yaitu mencipta sehingga mereka lebih mudah dalam memahami materi. 1.4.2 Bagi guru

Guru mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran yang berbasis metode inkuiri pada pelajaran IPA. Guru dapat lebih memahami langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri.

1.4.3 Bagi sekolah

Sekolah dapat menambah referensi bacaan tentang metode pembelajaran inkuiri pada pelajaran IPA, yang bisa diimplementasikan pada pembelajaran.

1.4.4 Bagi peneliti

(30)

7

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Kemampuan adalah kekuatan atau kesanggupan untuk melakukan sesuatu. 1.5.2 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian

terhadap suatu hal atau teori tertentu berdasarkan kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi.

1.5.3 Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan merumuskan dugaan sementara, merencanakan penelitian dan memproduksi suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu.

1.5.4 Metode adalah langkah atau cara yang tersusun secara sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.

1.5.5 Inkuiri adalah tindakan untuk mengajukan pertanyaan secara bermakna untuk mendapatkan jawaban terhadap suatu permasalahan.

1.5.6 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk merumuskan sendiri permasalahan yang bermakna dan mencari jawabannya, dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah, yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi.

1.5.7 Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran dengan bimbingan dari guru secara intensif.

1.5.8 Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran dengan materi fungsi organ pernapasan manusia yang digunakan dalam penelitian.

(31)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini akan dibahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka terdiri dari tiga bagian, yaitu teori-teori yang mendukung, penelitian yang relevan, dan literature map.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-Teori Yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Perkembangan adalah suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan (Yusuf, 2013: 1). Teori perkembangan anak yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori perkembangan Lev Vygotsky (1896-1934). Peneliti menggunakan teori tersebut karena memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap mendasar perkembangan anak yaitu tahap perkembangan kognitif. Dalam perkembangan intelektual, ada tiga aspek yang diteliti oleh Piaget, yaitu struktur, isi, dan fungsi (Dahar, 2011: 134). Struktur atau skema merupakan organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Struktur yang terbentuk lebih memudahkan individu itu untuk menghadapi tuntutan-tuntutan yang makin meningkat dari lingkungannya. Isi merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. Fungsi merupakan cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-kemajuan intelektual (Piaget, dalam Dahar, 2011: 134).

Piaget mengelompokkan tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap sebagai berikut (Suparno, 2001: 24).

(32)

9 mendengar, membau, dan lain-lain. Pada tahap ini, anak belum bisa berbicara dengan bahasa. Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di dekatnya. Cara perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya rangsangan, atau kontak dengan pengalaman atau situasi yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa seorang anak berperan aktif dalam membentuk pengetahuannya (Suparno, 2001: 26-28). 2. Tahap pra-operasional (2-7 tahun). Tahap ini ditandai dengan adanya fungsi

semiotik. Fungsi semiotik adalah penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek. Cara berpikir simbolik ini, diungkapkan dengan penggunaan bahasa pada masa anak mulai berumur 2 tahun. Tahap ini juga ditandai dengan pemikiran intuitif anak. Dengan adanya penggunaan simbol, seorang anak dapat mengungkapkan dan membicarakan sesuatu hal yang sudah terjadi (Suparno, 2001: 49).

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun). Tahap operasional konkret ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu secara logis. Dalam tahap ini, anak mampu berpikir secara logis dan mampu melakukan operasi yang melibatkan objek-objek yang nyata tetapi belum mampu menyelesaikan persoalan yang terlalu abstrak (Suparno, 2001: 69).

4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif piaget. Hal ini terjadi sekitar 11 sampai dengan 12 tahun ke atas. Pada tahap ini, seorang anak sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proporsi, hipotesis, dan mengambil kesimpulan. Mereka juga telah mampu mengembangkan sebuah hipotesis dari sebuah permasalahan yang mereka hadapi (Suparno, 2001: 88).

(33)

10 konteks sosialnya. Ketiga, pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan. Keempat bahasa memainkan peran sentral dalam perkembangan mental. Di dalam memaksimalkan perkembangan dan pembelajarannya, anak-anak perlu menggunakan zona perkembangan proximal atau zone of proximal development (ZPD). Zona perkembangan proksimal adalah perbedaan antara kemampuan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri dan kemampuan anak untuk memecahkan masalah dengan dibantu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2009: 375).

Dari penggolongan perkembangan kognitif menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar (SD) pada kelas V yang rata-rata berumur 11 tahun, berada pada tahap operasional konkret yaitu usia 7 sampai dengan 11 tahun. Pada usia ini anak sudah mulai dengan penggunaan aturan logis yang jelas. Meskipun demikian, mereka harus melibatkan objek-objek yang nyata dalam menyelesaikan suatu persoalan, karena mereka akan mengalami kesulitan bila menyelesaikan persoalan yang terlalu abstrak. Anak akan lebih mudah memecahkan persoalan dengan menggunakan hal-hal yang konkret baik itu melalui media atau sumber belajar mereka. Proses belajar yang menggunakan hal-hal yang konkret, akan lebih bermakna dibanding dengan proses belajar yang abstrak. Selain itu, proses belajar yang bermakna akan memperpanjang ingatan siswa akan suatu hal.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

(34)

11

2.1.1.3 Metode Inkuiri 1. Pengertian Metode Inkuiri

Inkuiri berasal dari kata “inquiry” dalam bahasa Inggris, yang secara harafiah berarti penyelidikan (Mulyasa, 2007: 108). Carin dan Sund mengemukakan bahwa

inquiry adalah the process of investigating a problem (Mulyasa, 2007: 108). Piaget

menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada suatu situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawabannya sendiri, dan menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, serta membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan oleh siswa lain (Mulyasa, 2007: 108). Jadi, metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk merumuskan sendiri permasalahan yang bermakna dan mencari jawabannya, dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah, yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi. Dalam hal ini, metode inkuiri juga mengembangkan kemampuan berpikir, keterampilan, maupun sikap siswa melalui penyelidikan yang dilakukan. Pembelajaran dengan metode inkuiri lebih berpusat kepada siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

2. Keunggulan Metode Inkuiri

Marsh (dalam Ngalimun, 2012: 41) menyatakan keunggulan pendekatan inkuiri dalam 5 butir berikut ini.

a. Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan yaitu hanya pengetahuan yang relevan dengan sebuah isu yang diamati.

b. Pendekatan ini memungkinkan siswa dapat memandang konten (isi) dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena mereka dapat menganalisis dan menerapkan data untuk pemecahan masalah.

(35)

12 relevan dan membuat keputusan-keputusan yang sangat berguna bagi dirinya sendiri.

d. Pendekatan ini juga memungkinkan hubungan guru dan siswa lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan kurang mengarahkan aktivitas-aktivitas yang didominasi oleh guru.

e. Pendekatan ini memberikan nilai transfer yang unggul jika dibandingkan dengan metode-metode lainnya.

3. Prinsip-Prinsip Metode Inkuiri

Sanjaya (2006: 196) menjelaskan prinsip-prinsip metode inkuiri sebagai berikut.

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual atau pengembangan kemampuan berpikir, sehingga selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

b. Prinsip interaksi. Pada dasarnya interaksi yang dibangun adalah proses interaksi antarsiswa, interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi antara siswa dengan lingkungan.

c. Prinsip bertanya. Dalam hal ini guru berperan sebagai penanya, karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

d. Prinsip belajar untuk berpikir. Dalam hal ini belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta. Akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.

(36)

13

4. Jenis-Jenis Metode Inkuiri

Banchi dan Bell (2008: 26-27), menyatakan bahwa metode inkuiri dibagi menjadi 4 tahap secara berurutan sebagai berikut.

a. Confirmation inquiry. Pada tahap ini siswa disediakan pertanyaan penelitian,

prosedur, dan hasil penelitian yang diketahui terlebih dahulu. Confirmation inquiry sangat berguna ketika tujuan guru adalah untuk memperkuat ide yang diperkenalkan sebelumnya: untuk memperkenalkan siswa dengan pengalaman dari melakukan insvestigasi; atau melatih siswa untuk memiliki keterampilan inkuiri seperti mengumpulkan data dan merekam data.

b. Structured inquiry. Pada tahap ini pertanyaan penelitian dan prosedur masih disediakan oleh guru, namun siswa membuat penjelasan yang didukung oleh bukti-bukti yang telah mereka kumpulkan.

c. Guided inquiry. Pada tahap ini guru hanya memberikan siswa pertanyaan penelitian, dan siswa merancang prosedur untuk menguji pertanyaan serta menjelaskan hasil dari penyelidikan. Karena pada tahap ini lebih melibatkan siswa daripada tahap sebelumnya, maka tahap ini sangat baik ketika siswa memiliki banyak kesempatan untuk belajar dan berlatih cara-cara yang berbeda untuk merencanakan eksperimen dan mengumpulkan data.

d. Open inquiry. Pada tahap ini siswa memiliki kesempatan paling murni untuk

bertindak seperti ilmuwan, mereka membuat pertanyaan, merancang dan melaksanakan investigasi, serta mengomunikasikan hasil penyelidikan. Tahap ini membutuhkan penalaran paling ilmiah dan kemampuan kognitif terbaik dari siswa. Dengan banyaknya pengalaman dari tiga tahap pertama pada metode inkuiri, siswa pada tahap keempat akan berhasil melakukan open inquiry. Siswa bisa melakukan

open inquiry, ketika mereka telah menunjukkan bahwa mereka berhasil pada tahap

(37)

14 Pendapat lain diungkapkan oleh Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2007: 109) tiga macam metode inkuiri sebagai berikut.

a. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry). Dalam metode ini, peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutukan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum berpengalaman dalam belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan. Guru membimbing dengan rumusan masalah yang dimulai dengan kata tanya “apakah“ yang jawabannya hanya “ya” atau “tidak”.

b. Inkuiri bebas (free inquiry). Dalam inkuiri bebas, peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry). Pada inkuiri bebas yang dimodifikasi, guru memberikan permasalahan, kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

5. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

(38)

15 Dalam metode inkuiri terbimbing, peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan (Mulyasa, 2007: 109). Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Metode ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum berpengalaman dalam belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Dalam hal ini, guru memberikan bimbingan dan pengarahan. Pada tahap awal, bimbingan lebih banyak diberikan dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik. Peserta didik merumuskan permasalahan dengan bimbingan guru. Petunjuk tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru. Metode ini dapat membantu kemampuan siswa dalam mempelajari pelajaran IPA.

6. Langkah-Langkah Metode Inkuiri Terbimbing

Trianto (2009: 114) menjelaskan langkah-langkah kegiatan inkuiri sebagai berikut.

a. Merumuskan masalah.

b. Mengamati atau melakukan observasi.

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.

d. Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audensi yang lain.

Sanjaya (2006: 200-203) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan metode inkuiri terbimbing meliputi:

a. Orientasi. Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.

b. Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki, sehingga persoalan yang disajikan menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki.

(39)

16 d. Mengumpulkan data. Mengumpulkan data merupakan aktivitas untuk menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Peran guru di sini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis. Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis, yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan serta mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

f. Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Dari pendapat-pendapat yang telah diuraikan, peneliti merumuskan tujuh langkah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Ketujuh langkah tersebut, yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi. Langkah-langkah tersebut dipilih oleh peneliti karena kelengkapan serta penggunaannya dapat mengembangkan kemampuan ilmiah anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu, langkah-langkah tersebut akan membantu anak untuk lebih memahami pembelajaran IPA.

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom

Proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi terdiri dari 6 proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-102).

a. Proses kognitif mengingat yaitu proses mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Kategori proses kognitif mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali.

(40)

17 mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

c. Proses kognitif mengaplikasikan yaitu proses menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Kategori proses kognitif mengaplikasikan meliputi mengeksekusi dan mengimplementasikan.

d. Proses kognitif menganalisis yaitu proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian-bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Kategori proses kognitif menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

e. Proses kognitif mengevaluasi yaitu proses mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Kategori proses kognitif mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik.

f. Proses kognitif mencipta yaitu proses memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Kategori proses kognitif mencipta meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

1. Kemampuan Mengevaluasi

(41)

18 a. Memeriksa

Anderson dan Krathwohl (2010: 126) menyatakan bahwa memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Contoh dari proses memeriksa adalah ketika siswa menguji apakah suatu kesimpulan sesuai dengan premis-premisnya atau tidak, apakah data-datanya mendukung atau menolak hipotesis, atau apakah suatu bahan pelajaran berisikan bagian-bagian yang saling bertentangan. Nama-nama lain dari memeriksa adalah mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan menguji.

b. Mengkritik

Anderson dan Krathwohl (2010: 126) menyatakan bahwa mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Mengkritik adalah kemampuan berpikir kritis. Seorang siswa yang mampu mengkritik sebuah produk, berarti ia sudah mencapai kemampuan berpikir kritis. Mengkritik dalam hal ini contohnya adalah siswa mengamati suatu produk tertentu, kemudian ia akan mencatat ciri-ciri positif dan negatif yang dimiliki produk tersebut. Siswa akhirnya membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.

2. Kemampuan Mencipta

(42)

19 kognitif yang berada pada tingkat yang lebih rendah di bawah kemampuan mencipta. Kelima proses kognitif tersebut secara berurutan, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan mengevaluasi. Kemampuan mencipta dibagi menjadi tiga aspek, yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi yang dijabarkan sebagai berikut.

a. Merumuskan

Anderson dan Krathwohl (2010: 130) menyatakan bahwa merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Merumuskan berisi kegiatan menggambar ulang suatu permasalahan, kemudian menunjukkan solusi-solusi yang berbeda. Kegiatan merumuskan melampaui batas-batas pengetahuan lama dan teori –teori yang ada, sehingga inti dari merumuskan adalah berpikir kreatif. Siswa mendasarkan pemikirannya pada pengetahuan dan teori yang telah dimiliki untuk merumuskan hal-hal yang baru. Contohnya adalah guru memberikan sebuah pertanyaan agar siswa mampu menemukan permasalahan, kemudian siswa membuat dugaan sementara untuk menjawab pertanyaan guru tersebut. Nama lain dari merumuskan adalah membuat hipotesis.

b. Merencanakan

(43)

20 c. Memproduksi

Anderson dan Krathwohl (2010: 132-133) menyatakan bahwa memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Tujuan dari memproduksi adalah menghasilkan suatu produk yang orisinil, khas, dan didasarkan pada proses kognitif yang telah dipenuhi sebelumnya. Memproduksi adalah proses kognitif yang melibatkan kreativitas dan kemampuan berpikir paling tinggi dalam taksonomi Bloom. Produk yang dibuat pada tahap ini didasarkan pada desain yang telah dibuat sebelumnya.

2.1.1.5 Hakikat IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen (Powler, dalam Samatowa, 2011: 3). Winaputra (dalam Samatowa, 2011: 3) mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah. Materi IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi fungsi organ pernapasan manusia.

1. Materi Fungsi Organ Pernapasan Manusia

a. Alat pernapasan manusia

(44)

21 dioksida (CO2) yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Alat pernapasan manusia terdiri atas hidung, tenggorokan, dan paru-paru (Azmiyawati, 2008: 2-3).

1) Hidung

Hidung merupakan tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selaput lendir berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman. Dengan demikian, udara yang kita hirup bersih dari kotoran, debu, dan kuman penyakit. Di dalam hidung udara juga mengalami penyesuaian suhu dan kelembapan.

2) Tenggorokan (Trakhea)

Udara pernapasan dari hidung turun ke tenggorokan (trakhea). Tenggorokan merupakan sebuah saluran yang panjangnya kira-kira 9 cm. Pada tenggorokan terdapat bulu-bulu halus. Bulu-bulu halus berfungsi menyaring udara dari kotoran yang masih dapat lolos ke tenggorokan. Ujung trakhea bercabang menjadi dua bagian. Cabang-cabang ini disebut bronkus. Bronkus kanan menuju paru-paru kanan. Bronkus kiri menuju paru-paru kiri.

3) Paru-Paru

Paru-paru terdapat di dalam rongga dada di atas diafragma. Diafragma adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kiri dan paru-paru kanan. Paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang disebut pleura. Di dalam paru-paru terdapat cabang-cabang bronkus yang disebut bronkiolus. Bronkiolus juga memiliki percabangan yang jumlahnya sangat banyak. Cabang-cabang tersebut sangat halus dan tipis. Tiap-tiap ujung cabang membentuk kantung berdinding tipis yang disebut alveolus.

(45)

22 darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin (Hb) darah. Setelah itu, darah akan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Dalam tubuh, oksigen digunakan untuk proses pembentukan energi. Pada proses tersebut dihasilkan energi dan CO2. Karbon dioksida tersebut diikat kembali oleh hemoglobin darah. Setelah itu, darah akan membawa CO2 ke paru-paru. Karbon dioksida dari paru-paru menuju tenggorokan, kemudian ke lubang hidung untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.

b. Proses pernapasan manusia

Masuknya O2 dan keluarnya CO2 pada saluran pernapasan terjadi pada saat berlangsungnya proses pernapasan. Proses-proses ini diatur oleh otot diafragma dan otot di antara tulang rusuk. Pada saat menarik napas otot diafragma mengerut. Akibatnya, diafragma mendatar, rongga dada membesar, dan udara masuk paru-paru. Selain itu, paru-paru dapat pula terisi udara dengan mengerutnya otot antartulang rusuk. Otot antartulang rusuk yang mengerut menyebabkan rongga dada membesar dan udara masuk ke dalam paru. Proses masuknya udara pernapasan ke dalam paru-paru disebut inspirasi. Pada saat mengembuskan napas, otot diafragma dan otot antartulang rusuk mengendur. Akibatnya, rongga dada mengecil dan paru-paru mengempis sehingga CO2 dalam paru-paru terdorong keluar. Proses tersebut merupakan proses ekspirasi.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri

(46)

23 survei informasi pribadi, sedangkan metode kualitatif dilakukan dengan tindak lanjut siswa (follow-up), observasi, dan wawancara. Dalam penelitian, kursus yang diberikan kepada kelompok kontrol diajarkan dengan menggunakan metode tradisional, sedangkan yang diberikan kepada kelompok eksperimen menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri. Analisis data statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest dari kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil dari penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran inkuiri berpengaruh pada resistensi siswa dalam kursus sains dan teknologi. Skor rerata kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sementara temuan yang berasal dari tindak lanjut dan analisis wawancara guru menunjukkan bahwa proses eksperimental mengubah perilaku resistensi dari siswa dengan cara yang positif.

(47)

24 Sukamsyah (2011) melakukan penelitian tentang upaya peningkatan hasil belajar dengan penerapan metode inkuiri terbimbing tipe A pada konsep kalor siswa kelas VII SMP N 5 Seluma. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII SMPN 5 Seluma Pada Konsep Kalor melalui penerapan metode inkuiri terbimbing tipe A. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 5 Seluma Pada Konsep Kalor melalui penerapan metode inkuiri terbimbing tipe A. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII semester I SMPN 5 Seluma. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII semester I SMPN 5 Seluma. Penerapan metode inkuiri terbimbing tipe-A pada konsep Dinamika Partikel dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa kelas VII semester I SMPN 5 Seluma pada materi konsep kalor.

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta

Liberna (2012) melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui penggunaan metode improve pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan metode improve pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan analisis data menggunakan uji beda rata-rata atau uji-t. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII A dan kelas VIII B SMPN 248. Sampel penelitian diperoleh melalui teknik random sampling, yaitu teknik pengumpulan sampel secara acak. Hasil penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan metode improve lebih tinggi daripada dengan metode konvensional.

(48)

25 yaitu PBL, dan pembelajaran konvensional untuk materi segiempat kelas VII SMPN RSBI 1 Juwana di Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Populasi yang diteliti adalah semua siswa kelas VII SMPN RSBI 1 Juwana di Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel diambil menggunakan teknik

cluster sampling. Sampel yang diambil adalah siswa kelas VII B sebagai kelas

konvensional (kontrol), VII C sebagai kelas PBL dengan PSA (eksperimen I) dan VII F sebagai kelas PBL (eksperimen II) di SMPN 1 Juwana. Hasil penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara laki-laki dan perempuan secara umum. Respons positif ditunjukkan oleh siswa melalui tanggapan pada kuesioner yang diberikan. Sebagian besar siswa merasa senang, tidak terbebani oleh proyek-proyek yang diberikan. Siswa juga memperoleh manfaat yang berarti melalui penerapan peer and self assessment.

Istianah (2013) meneliti tentang meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik dengan pendekatan model eliciting activities(MEas) pada siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran biasa, baik ditinjau secara keseluruhan maupun ditinjau secara kelompok siswa (kelompok atas dan kelompok bawah). Penelitian ini adalah eksperimen dengan desain Pretes-Posttest Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa pada salah satu SMA Negeri di Bandung. Selanjutnya yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas X. Sampel diambil secara purposive sebanyak dua kelas dari delapan kelas yang ada di SMA ini yang mempunyai karakteristik dan kemampuan akademik setara berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi matematika, yaitu kelas X-A (kelas kontrol) dan kelas X-B (kelas eksperimen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang belajar dengan pendekatan MEAs lebih baik secara signifikan daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa.

(49)

26 tidaklah sedikit yang masih belajar dengan cara menghafal, sehingga siswa kurang menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Penelitian-penelitian yang relevan seperti yang telah dipaparkan, menggunakan populasi siswa SMP dan SMA. Dari penelitian yang relevan, terdapat penelitian yang banyak menggunakan metode inkuiri, maupun menggunakan variabel berpikir kritis (mengevaluasi) dan berpikir kreatif (mencipta). Banyak hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan setiap variabel yang diteliti setelah metode pembelajaran yang digunakan adalah metode inkuiri. Dari penelitian-penelitian yang relevan seperti yang telah dipaparkan, belum ada satu pun yang meneliti di SD. Selanjutnya, peneliti akan melakukan penelitian yang berbeda dari penelitian yang sudah dilakukan yaitu suatu penelitian eksperimen untuk melihat pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahan Alam (IPA) dengan menggunakan populasi penelitian siswa Sekolah Dasar (SD). Hal ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru terhadap bidang pendidikan. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi

experimental. Berikut ini adalah literature map dari penelitian yang relevan dan sudah

(50)

27

Gambar 2.3 Literature Map Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh siswa SD. Pentingnya mata pelajaran ini karena salah satu mata pelajaran wajib yang terdapat di SD, selain Bahasa Indonesia, Pkn, matematika, dan IPS adalah IPA. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia.

Server dan Guven (2014)

Pendekatan Inkuiri – Resistensi siswa

Liberna (2012)

Metode improve - Kemampuan berpikir kritis

Isa (2010)

Metode inkuiri terbimbing - Minat dan pemahaman siswa

Rusilowati (2011)

Project based learning dengan peer and self assessment - Kemampuan

berpikir kreatif siswa

Metode Inkuiri Kemampuan mengevaluasi dan

mencipta

Istianah (2013)

Pendekatan model eliciting

activities(MEas) - Kemampuan

berpikir kritis dan kreatif matematik Sukamsyah (2011)

Metode inkuiri terbimbing tipe A - Peningkatan hasil belajar penerapan

Yang perlu diteliti:

Metode inkuiri – Kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata

(51)

28 Pembelajaran IPA melatih anak untuk bepikir kritis dan logis. Materi IPA yang akan diteliti adalah materi fungsi organ pernapasan manusia. Materi tersebut tepatnya, ada pada Standar Kompetensi 1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Kompetensi Dasar 1.1 Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia.

Siswa SD dengan rentang usia 6–12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Tahap operasi konkret ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu secara logis. Dalam tahap ini anak mampu berpikir secara logis dan mampu melakukan operasi yang melibatkan objek-objek yang nyata tetapi belum mampu menyelesaikan persoalan yang terlalu abstrak. Siswa memerlukan metode pembelajaran yang dapat membantu dalam memahami permasalahan IPA. Metode pembelajaran tersebut, sebaiknya dapat memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan dilengkapi benda-benda konkret sebagai media untuk mempermudah memahami persoalan.

Metode inkuiri diharapkan mampu membantu siswa untuk memahami permasalahan IPA. Metode inkuiri adalah cara belajar yang menggunakan penyelidikan yang mengajarkan kepada siswa untuk mencari sendiri permasalahan dan menemukan pemecahan atas masalahnya. Dalam hal ini, metode inkuiri juga mengembangkan kemampuan berpikir, keterampilan, dan sikap siswa melalui penyelidikan yang dilakukan. Pembelajaran dengan metode inkuiri lebih berpusat kepada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Metode inkuiri ini tidak hanya memfasilitasi siswa pada level kemampuan mengingat dan memahami saja, tetapi dapat mendorong siswa sampai level tertinggi yaitu mengevaluasi dan mencipta.

(52)

29 dituntut untuk mereorganisasi sejumlah unsur atau bagian dari suatu pola yang tidak pernah ada sebelumnya untuk membentuk produk baru.

Dari uraian yang telah dipaparkan, untuk mengukur kemampuan

mengevaluasi dan kemampuan mencipta siswa dalam pembelajaran IPA dibutuhkan

metode inkuiri. Jika metode inkuiri diterapkan dalam pembelajaran IPA materi fungsi organ manusia, penerapan metode inkuiri akan berpengaruh terhadap kemampuan

mengevaluasi dan kemampuan mencipta siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu.

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia. 2.4.2 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mencipta siswa

(53)

30

BAB III

METODE PENELITIAAN

Bab III berisi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental tipe

nonequivalent control group design dengan kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol yang dipilih tanpa random assignment (Cohen, 2007: 282). Penelitian ini termasuk ke dalam jenis tersebut karena pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random, karena populasinya berupa kelas. Dari populasi yang ditetapkan, penentuan kelas yang menjadi sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diputuskan berdasarkan undian. Kedua kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberi perlakuan (treatment). Pretest untuk kedua kelompok tersebut diuji untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan skor di antara keduanya. Jika tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua pretest tersebut, dikatakan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang sama. Setelah diberi perlakuan (treatment), kedua kelompok tersebut diberi posttest. Data diambil melalui pretest dan posttest terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Cohen, 2007: 283)

Keterangan:

O1 : Rerata skor pretest pada kelompok eksperimen O3 : Rerata skor pretest pada kelompok kontrol

X : Perlakuan (treatment) yaitu penerapan metode inkuiri

Eksperimen O1 X O2

Gambar

Gambar 2.3 Literature Map Penelitian yang Relevan
Gambar 3.2 Desain Pengaruh Perlakuan (Cohen, 2007: 277).
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Gambar 3.3 Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencapai maksud tersebut akan dikaji secara mendasar (tinjauan instruksional khusus: TIK) tiga pokok bahasan (PB) yang menyangkut : pertama manajemen Iingkungan

Sebaiknya dalam memilih sepeda motor yang baik perlu memperhatikan hal- hal seperti bobot motor yang ringan, kestabilan motor dalam kecepatan tinggi, teknologi fuel injection ,

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Hasil belajar siswa mata pelajaran gambar teknik masuk dalam kategori tinggi 57 siswa

[r]

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III. Fakultas Ekonomi Universitas

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, sehingga melalui kepuasan itu

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai ujian nasional SLTP dengan prestasi belajar mata pelajaran alat ukur siswa kelas X Mekanik Otomotif di

[r]