• Tidak ada hasil yang ditemukan

WISATA RITUAL

5) Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Persampahan

a. Eksisting Sistem Persampahan Di Kabupaten Polewali Mandar

Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Polewali Mandar ditangani oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Polewali Mandar. Siklus pengelolaan sampah pada Kabupaten Polewali Mandar yaitu dari tempat produksi sampah ke TPS. Keterbatasan pengelolaan persampahan untuk Kabupaten Polewali dengan tingkat produksi yang beragam, seharusnya memerlukan penanganan sejak dini, karena semakin tinggi intensitas perkotaan akan semakin banyak pula buangan sampah yang dihasilkan. Intensitas penanganan sampah di kabupaten ini harus dilakukan peningkatan dengan penambahan TPS, kontainer dan kelengkapan kendaraan angkut sampah. Adapun pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan menggunakan sistem open dumping yaitu dengan cara penimbunan sampah di atas tanah kosong.

Pengembangan prasarana persampahan diarahkan untuk peningkatan dan perluasan jangkauan pelayanan, sehingga permasalahan dapat ditekan secara dini dengan sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Disisi lain harus dikompensasikan melalui peningkatan budaya yang bersih masyarakat dengan kemampuan untuk mengelola sampah rumah tangganya sendiri, sedangkan pada wilayah lain yang belum mampu ditangani oleh Dinas Kebersihan, maka sampahnya

dikelola secara tradisional atau pemanfaatan sampah sebagai pupuk organik.

b. Analisis Sistem Persampahan di Kabupaten Polewali Mandar

Selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap seberapa besar produksi sampah yang dihasilkan di setiap wilayah kecamatan. Adapun standar yang digunakan untuk menghitung produksi sampah adalah bahwa dengan asumsi setiap orang menghasilkan 2-3 liter/orang/hari.

Dengan menggunakan standar tersebut, maka estimasi timbunan sampah yang dihasilkan seluruh Kabupaten Polewali Mandar hingga akhir tahun perencanaan 2011 adalah 910546 liter/hari, sedangkan estimasi kebutuhan produksi sampah pada tahun 2030 sebanyak 1102460 liter/hari. Untuk lebih jelasnya estimasi produksi sampah menurut wilayah Kec. sebagaimana pada Tabel berikut.

Tabel

Estimasi Produksi Sampah Tahun 2011-2031 di Kabupaten Polewali Mandar

Selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap seberapa besar produksi sampah yang dihasilkan di setiap wilayah kecamatan. Adapun standar yang digunakan untuk menghitung produksi sampah adalah bahwa dengan asumsi setiap orang menghasilkan 2-3 liter/orang/hari. Dengan menggunakan standar tersebut, maka estimasi timbunan sampah yang dihasilkan seluruh Kabupaten Polewali Mandar hingga akhir tahun perencanaan 2021 adalah 808.635 liter/hari, sedangkan estimasi produksi sampah pada tahun 2031 sebanyak 864.472 liter/hari.

Tabel

Estimasi Kebutuhan Prasarana Persampahan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2010-2031

Sistem penanganan sampah di kawasan perkotaan melalui suatu proses yang berkesinambungan adalah pengumpulan, pengangkutan, penampungan sementara dan pembuangan akhir. Pelayanan secara maksimal dengan sistem pengangkutan tersebut maka diestimasi kebutuhan gerobak, TPS, dan Kontainer sebagai wadah pembuangan sementara. Untuk menghitung kebutuhan prasarana persampahan, maka digunakan standar kebutuhan yakni gerobak 1 m3 untuk 200 KK, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) untuk 150 KK dan Kontainer sampah dengan volume 6 -8 m3 untuk 2000 KK.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kebutuhan prasarana persampahan berupa Gerobak, TPS, Kontainer di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2021dibutuhkan sebanyak 1108 unit, yang terdiri atas gerobak 455 unit, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) 607 unit, dan Kontainer 46 unit yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Selain itu, hingga tahun perencanaan 2031 terjadi penambahan prasarana sampah, seperti gerobak sebanyak 96 unit, TPS 128 unit, dan Kontainer 9 unit.

c. Rencana Sistem Persampahan di Kabupaten Polewali Mandar

 Tujuan Pengembangan

Mengelola persampahan Kabupaten Polewali Mandar secara terkoordinir dan terpadu dengan upaya efisiensi lahan dan pemanfaatan sisa sampah yang berguna untuk rehabilitasi kesuburan tanah.

 Rencana Pengembangan 1) Teknis Pengelolaan

Teknis pengelolaan sampah disarankan dilakukan oleh satu institusi tersendiri dengan fungsi, tugas dan tanggung jawab yang jelas, yaitu:

 Institusi pemerintah yang bertugas untuk operasi kebersihan di wilayah kota yang dipandang sebagai wajah kota, yaitu jalan- jalan utama perkotaan dan pengangkutan sampah pemukiman ke TPA, maupun yang

bertugas dalam wilayah-wilayah tertentu seperti pasar dan pertokoan;

 Organisasi Masyarakat dan Swasta.

 Operasi kebersihan lingkungan dapat dikelola oleh lembaga masyarakat yang bermitra dengan institusi pengelola. Sedangkan peran serta swasta dapat menangani kawasan pemukiman baru dan kawasan serta turut dalam kegiatan pengangkutan, pemindahan atau pembuangan akhir.

2) Teknis Operasional

Teknis operasional penanganan sampah dilakukan secara terpadu melalui perwadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir sampah. Berikut ini beberapa pilihannya;

 Pada lokasi pelayanan teratur berpenghasilan menengah ke atas yang berlokasi pada jalan- jalan utama, teknis operasional dilakukan

dengan ”Pola Individual Langsung (door to door)”.

 Pada daerah pelayanan teratur seperti permukiman, perindustrian, pergudangan dan pada lokasi lahan yang relatif datar, teknis

operasional dilakukan dengan ”Pola Pengumpulan Individual Tidak Langsung”.

 Pada daerah-daerah padat, kumuh dan kurang teratur dengan penghasilan rendah, teknis

operasional dilakukan dengan ”Pola Pengumpulan Komunal Langsung”.

 Pada daerah-daerah pelayanan yang teratur dengan jalan-jalan yang cukup lebar, relatif datar dan mudah dilalui oleh gerobak sampah dan armada pengangkut sampah, teknis

operasional dilakukan dengan ”Pola Pengumpulan Komunal Tidak Langsung”.

3) Peranserta Masyarakat dan Swasta

Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan kawasan, dilakukan melalui:

 Penyuluhan akan arti pentingnya kebersihan lingkungan;

 Membentuk mitra kerja dengan masyarakat sebagai partner di lapangan dan jenis kegiatan yang dapat dilakukan atau diserahkan kepada masyarakat;

 Perlakuan hukum dengan sosialisasi peraturan terlebih dahulu;

 Membentuk mitra kerja dengan swasta.

 Turut dalam kegiatan pengangkutan, pemindahan (transfer depo) atau pembuangan akhir.

 Turut dalam penanganan suatu kawasan pemukiman baru dan kawasan strategis.

4) Peraturan

Pengelolaan persampahan didukung oleh peraturan yang melibatkan wewenang dan tanggungjawab pengelola serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan.

6) Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem

Pengelolaan Air Limbah

Pengembangan jaringan air kotor/limbah domestik ditujukan untuk mengendalikan dan menanggulangi pencemaran akibat pembuangan air kotor/limbah cair rumah tangga melalui pengelolaan secara terpadu, serta non domestik diolah secara khusus melalui IPAL masing- masing industri sesuai dengan karakteristik industrinya.

Pemanfaatan ruang sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Polewali Mandar meliputi:

1. Pengelolaan air limbah domestik

a) Pengelolaan Limbah Cair Sistem Setempat (On Site Sanitation);

o Diterapkan pada kawasan dengan kepadatan relatif rendah, menggunakan tangki septik dan peresapan;

o Penyediaan prasarana jamban jamak/MCK pada kawasan permukiman transmigran dan berpenghasilan relatif rendah,dengan kriteria 1 unit jamban jamak / MCK melayani 5 KK.

b) Pengelolaan Limbah Cair Sistem Terpusat (Off Site Sanitation)

o Diterapkan pada kawasan permukiman atau kawasan dengan kepadatan penduduk yang relatif tinggi dengan menggunakan tangki septik komunal. Hingga tahun 2020 pengelolaan limbah domestik direncanakan mencapai 90% dari total limbah cair perkotaan.

o Kriteria kebutuhan prasarana air limbah dengan tangki septik komunal adalah 1 unit tangki septik komunal melayani 10–15 KK. c) Pembuangan air limbah rumah tangga lain (cuci,

mandi) masih dapat dibuang ke saluran drainase yang ada mengingat limbah yang terkandung belum begitu besar dan dapat diuraikan.

2. Pengelolaan air limbah non domestik

 Pengelolaan Limbah Cair Non Domestik direncanakan agar masingmasing industri yang ada di Kabupaten Polewali Mandar harus memiliki IPAL untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan sesuai dengan karakteristiknya;

 Perancangan peraturan yang mengatur serta mengelola air limbah dalam bentuk produk hukum.

 Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk meminimalkan tingkat pencemaran pada badan air dan tanah, serta meningkatkan sanitasi kota melalui pengaturan fungsi drainase;

 Memperluas pelayanan pengelolaan air limbah sistem perpipaan tertutup melalui pengembangan

sistem terpusat di kawasan permukiman, kawasan pusat bisnis, hotel dan restoran, dan kawasan perkantoran serta pengembangan sistem modular dengan teknologi terbaik yang dapat diterapkan

7) Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan

Drainase

a. Rencana Sistem jaringan drainase

Sistem jaringan drainase perkotaan menggunakan sistem terbuka yang berfungsi membuang kelebihan air permukaan serta buangan air limbah yang sesuai dengan baku mutunya dari sistem pengolahan setempat ke sungai atau laut dengan mengacu pada rencana induk drainase.

b. Kriteria Sistem jaringan drainase

1. Pemanfaatan sistem jairngan drainase yang ada secara maksimal, baik sungai, anak sungai maupun saluran-saluran pada jaringan jalan sebagai saluran pembuang.

2. Saluran-saluran primer yang direncanakan diusahakan mengikuti pengeringan (pematusan) alami sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola jaringan jalan.

3. Mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan drainase ke badan air terdekat, dengan demikian menghemat panjang saluran.

4. Menghindari pembongkaran saluran/bangunan yang ada dan pembebasan tanah berlebihan.

6. Mudah dilaksanakan.

8) Rencana Jalur Evakuasi Bencana merupakan jalur

Dokumen terkait