• Tidak ada hasil yang ditemukan

WISATA RITUAL

3) Kriteria Sistem Perkotaan

3.1.2.4.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

1) Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan

Sumberdaya Air

Potensi sumberdaya air di Kabupaten Polewali Mandar sangat besar potensinya untuk dikembangkan, banyak terdapat sumber air baku berupa DAS yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini telah diidentifikasi potensi ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga, industri, pertanian, dan sebagainya. Keseluruhan DAS tersebut adalah DAS Mandar, DAS Maloso, DAS Matakali, DAS Binuang, DAS Silopo dan DAS Timbo.

Pola Pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA,

pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air.

Wilayah Sungai (WS) yang ada di kabupaten Polewali Mandar adalah WS Kalukku Karama yang merupakan wilayah sungai lintas provinsi dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai berikut:

a. DAS Mandar meliputi wilayah Kecamatan Alu, Kecamatan Balanipa, Kecamatan Limboro, Kecamatan Luyo, Kecamatan Tinambung, dan Kecamatan Tubbi Taramanu;

b. DAS Maloso, meliputi wilayah Kecamatan Alu, Kecamatan Bulo, Kecamatan Campalagian, Kecamatan Limboro, Kecamatan Luyo, Kecamatan Mapilli,

Kecamatan Matangnga, Kecamatan Tapango, Kecamatan Tubbi Taramanu, dan Kecamatan Wonomulyo;

c. DAS Matakali meliputi wilayah Kecamatan Anreapi, Kecamatan Binuang, Kecamatan Bulo, Kecamatan Mapilli, Kecamatan Matakali, Kecamatan Matangnga, Kecamatan Polewali, Kecamatan Tapango, dan Kecamatan Wonomulyo;

d. DAS Binuang, meliputi wilayah Kecamatan Anreapi, Kecamatan Binuang, dan Kecamatan Polewali;

e. DAS Silopo, meliputi wilayah Kecamatan Binuang; dan f. DAS Timbo, meliputi wilayah Kecamatan Balanipa,

Kecamatan Campalagian, Kecamatan Limboro, dan Kecamatan Tinambung.

Kabupaten Polewali Mandar juga memiliki Cekungan Air Tanah (CAT) Polewali seluas ±327,57 km2 yang merupakan cekungan air tanah yang terletak dalam satu wilayah kabupaten meliputi Kecamatan: Campalagian, Mapilli. Wanomulyo, Tapango, Matakali, Polewali, dan Binuang

Tabel

Wilayah Sungai di Kabupaten Polewali Mandar

PDAM Kabupaten Polewali Mandar. Wilayah pelayanannya terdiri dari:

1) Wilayah pelayanan BNA Polewali meliputi:

 Sebagian wilayah Kec. Binuang

 Seluruh wilayah Kec. Polewali

 Sebagian wilayah Kec. Matakali

 Seperlima wilayah Kec. Anreapi Sumber air baku adalah sungai yaitu:

a) Sungai Lemo dengan debit tertinggi 10 ltr/dtk dan terendah 2 ltr/dtk dimusim kemarau, sistem pengaliran gravitasi dengan menggunakan broncapetering, saat musim hujan air terkadang keruh. Kapasitas terpasang 3 ltr/dtk. Jarak kepelayanan terdekat 2 km dan terjauh 8 km.

b) Sungai Kunyi dengan debit tertinggi 2500-3000 ltr/dtk di musim hujan terendah 800 ltr/dtk di musim kemarau. Sistem pengaliran pompanisasi dan distribusi dengan system gravitasi. Instalasi ini memiliki 3 unit IPA (20 ltr/dtk, 2 unit dan 10 ltr/dtk, 1unit) total 50 ltr/dtk. Pada musim hujan air keruh, namun masih bisa memproduksi air bersih sampai kualitas 75% jarak kepelayanan terdekat 1 km dan terjauh kurang lebih 20 km.

2) Wilayah pelayanan IKK Wonomulyo / Campalagian

 Sebagian wilayah Kec. Tapango

 Dua pertiga wilayah Kec. Wonomulyo

 Sebagian wilayah Kec. Matakali

 Sebagian wilayah Kec. Campalagian

Sumber air baku adalah Sungai Riso dengan debet tertinggi di musim hujan 1000 ltr/dtk dan musim kemarau 100 ltr/dtk. Kondisi air dimusim hujan berlumpur sehingga sulit menjernihkan air yang mempunyai kapasitas IPA/Filter 30 ltr/dtk. Dari sumber jarak pelayanan terdekat kurang lebih 10 km dan terjauh kurang lebih 40 km. Pada jarak 18 km menggunakan reservoar tower dengan ketinggian 30m dan jarak 30 km menggunakan bosterpump terutama disiang hari.

3) Wilayah pelayanan IKK Tinambung

 Sebagian wilayah ke Tinambung

 Sebagian wilayah ke Limboro

a. Sumber air baku adalah sungai mandar, dengan debit tertinggi dimusim hujan 3000 ltr/dtk di musim kemarau 50 ltr/dtk. Kondisi air baku sangat memprihatinkan karena intake PDAM sering tertutup pasir yang menyebabkan air tidak mengalir ke sumur/intake. Sistem produksi menggunakan IPA 5 ltr/dtk dengan pompanisasi lalu didistribusi secara grivitasi ke pelayanan terdekat 200 m dan pelayanan terjauh 15 km.

b. Sumber air baku sungai piung dengan debit dimusim hujan 50 ltr/dtk dan dimusim kemarau kering. Kualitas air baku mengandung kapur. Sistem produksi menggunakan IPA kapasitas 10 ltr/dtk dengan sistem gravitasi.

Secara total kebutuhan air bersih untuk tahun 2009 dengan pelayanan perkotaan 80%, 162 ltr/dtk dan pelayanan

perdesaan 60%, 220 ltr/dtk, jumlah penduduk kota mencapai 92.833 jiwa dan di perdesaan 280.433 jiwa. Potensi sumber air mempunyai jarak yang cukup jauh antara 10 km – 40 km ke daerah pelayanan dengan rentang permukiman masih cukup renggang sehingga pengembangan pelayanan membutuhkan investasi cukup tinggi.

Upaya untuk mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim

hujan dan kemarau serta meningkatkan dan mempertahankan jaringan irigasi yang ada dalam rangka ketahanan pangan, pengembangan sistem sumberdaya air melalui program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan air baku dilaksanakan dengan kegiatan:

a. Pembangunan waduk untuk menyediakan air baku serta konservasi sumber air;

b. Pemanfaatan sumber air baku alternatif yaitu air bawah permukaan;

c. Pembangunan prasarana pengendali banjir; d. Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi; e. Normalisasi alur sungai;

f. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air;

g. Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai; h. Pembangunan sarana pengamanan pantai dan pemecah

ombak.

Pentingnya pengembangan sistem sumberdaya air di Kabupaten Polewali Mandar tidak boleh terlepas dari prinsip

utama pengelolaan sumberdaya air adalah pengelolaan wilayah sungai yang meliputi:

a. Pemeliharaan daerah hulu sungai melalui langkah- langkah pelestarian kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan sumber air, pencegahan erosi, serta pencegahan pencemaran air

b. Pengamanan daerah tengah sungai melalui langkah- langkah pelestarian air, pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan sungai, dan pencegahan banjir.

c. Pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah-langkah pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem drainase, pengendalian air bawah tanah, pencegahan pencemaran air, dan pengamanan daerah pantai.

2) Rencana Sistem Sumber Air dan Jaringan Irigasi

Pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu percepatan peningkatan produksi dan produktivitas lahan pertanian khususnya pertanian lahan basah (sawah) dan lahan kering potensial untuk dikembangkan dalam skala yang relatif besar.

Secara khusus pengembangan jaringan irigasi ditujukan untuk mendukung percepatan swasembada pangan beras yang diharapkan dapat dicapai, bahkan lebih jauh dapat membantu menopang ketahanan pangan nasional yang semakin hari cenderung semakin melemah diakibatkan terutama oleh terjadinya konversi lahan produktif sekaligus peluang tersebut.

Pengembangan sumberdaya air di Kabupaten Polewali Mandar dapat berhasil dilakukan dengan membuka lahan sawah baru di kawasan DAS-DAS tersebut di atas, maka untuk menggarap lahan sawah baru tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu (1) mendatangkan petani penggarap dari luar misalnya melalui program transmigrasi dengan asumsi satu KK (kepala keluarga) petani maksimal mampu menggarap 2 ha lahan sawah, dan (2) pola pengelolaan sawah dengan mekanisasi. yaitu pemanfaatan mesin-mesin pertanian modern mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pembersihan gulma, pemanenan dan lain-lain. Dengan pola tersebut maka tenaga kerja yang perlu didatangkan hanya tenaga -tenaga terlatih dan terdidik yang mampu menerapkan konsep manajemen dengan pengelolaan secara efektif dan efisien.

Pengembangan sistem irigasi mengacu pada keberadaan lahan pada sistem DAS, melalui:

a. Pengembangan daerah irigasi sederhana dan semi teknis menjadi irigasi teknis terutama pada Kecamatan Wonomulyo dan Campalagian;

b. Perluasan daerah irigasi potensial menjadi daerah irigasi fungsional;

c. Penanggulangan wilayah rawan genangan dan fungsi saluran irigasi ikembangkan untuk meningkatkan produktifitas dalam bentuk pembangunan/peningkatan konstruksi saluran termasuk sistem drainase pembuang sehingga menambah jumlah luas sawah yang dapat diairi; d. Pola tata tanam mengacu pada kondisi iklim setempat.

Peningkatan efisiensi pemakaian air irigasi pada daerah irigasi yang ada saat ini, sesuai dengan penelitian di lapangan perlu dilakukan langkah -langkah pokok berikut:

a. Peningkatan fungsi bangunan-bangunan irigasi melalui perbaikan kualitas maupun kapasitas bangunan-bangunan. b. Perbaikan kondisi saluran-saluran irigasi baik di tingkat

primer sampai pada jaringan tersier.

c. Peningkatan kualitas sistem operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

d. Penerapan pola tanam dan sistem pertanaman secara bergilir untuk meningkatkan intensitas tanam.

e. Introduksi varietas dan atau jenis tanaman pangan hemat air pada seluruh daerah studi.

Daerah Irigasi (DI) yang terdapat di Kabupaten Polewali Mandar, meliputi:

a. Daerah Irigasi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu daerah irigasi Maloso Sekkasekka di Kecamatan Mapilli, Campalagian, Tapango, Matakali, Wonomulyo dan Kecamatan Luyo

b. Daerah Irigasi kewenangan Pemerintah Provinsi, terdiri atas: 1. daerah irigasi Lakejo di Kecamatan Tapango; dan

2. daerah irigasi Tandung di Kecamatan Tinambung.

c. Daerah Irigasi kewenangan Pemerintah Kabupaten, terdiri atas:

1. Tandassura di Kecamatan Limboro; 2. Pulao di Kecamatan Binuang; 3. Kalakuring di Kecamatan Binuang; 4. Pappandangan II di Kecamatan Anreapi;

5. Kalimbua di Kecamatan Tapango; 6. Soreang di Kecamatan Anreapi; 7. Mangopi di Kecamatan Matakali; 8. Amola di Kecamatan Binuang; 9. Riso di Kecamatan Tapango;

10. Galunggalung di Kecamatan Matakali; 11. Kalumammang di Kecamatan Alu; 12. Matangnga di Kecamatan Matangnga; 13. Penanian di Kecamatan Binuang; 14. Tandakan di Kecamatan Binuang; 15. Barumbung di Kecamatan Matakali; 16. Palatta di Kecamatan Tapango;

17. Pappandangan I di Kecamatan Anreapi; 18. Teppo di Kecamatan Polewali;

19. Passembarang di Kecamatan Binuang; 20. Matakali di Kecamatan Matakali; 21. Lemo di Kecamatan Binuang;

22. Tibung di Kecamatan Tubbi Taramanu; 23. Alapahang di Kecamatan Tapango; 24. Mirring di Kecamatan Binuang;

25. Batu Wonosari di Kecamatan Tapango; 26. Nenebece di Kecamatan Matakali;

27. Besoangin di Kecamatan Tubbi Taramanu; 28. Lemogamba di Kecamatan Matakali; 29. Mambubatu di Kecamatan Tapango;

30. Lamase di Kecamatan Tinambung dan Limboro; 31. Lebani di Kecamatan Anreapi;

33. Sulewatang di Kecamatan Polewali; 34. Bungabunga di Kecamatan Matakali; 35. Kanang di Kecamatan Binuang; 36. Paku di Kecamatan Binuang; 37. Kunyi di Kecamatan Polewali; dan

38. Rappang/Curedde di Kecamatan Tapango dan Kecamatan Mapilli;

Dokumen terkait