• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Rencana Umum Dan Panduan Rancangan 1) Rencana Peruntukan Lahan Makro

3) Rencana Sistem Pergerakan

a. Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan

Rencana fungsi jaringan jalan di kawasan rencana tidak mengalami perubahan yang signifikan, dalam arti beberapa fungsi jalan masih dapat dipertahankan sesuai dengan arahan dalam RTRW Kabupaten Tabalong. Rencana fungsi jalan yang dimaksud adalah sistem jaringan jalan kolektor primer.

c. Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum

Sistem sirkulasi kendaraan umum adalah rencana rancangan sistem arus pergerakan kendaraan umum formal yang dipetakan pada hierarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan. Sirkulasi kendaraan umum pada kawasan perencanaan khususnya angkutan kota dan angkutan bis pariwisata yang akan menuju Masjid Pusaka Banua Lawas melalui jalan dari sisi sebelah selatan sungai.

Sedangkan untuk jalur keluar kendaraan umum dari dalam kawasan perencanaan melalui jalan sebelah utara sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.12. Rencana Sirkulasi Kendaraan Umum di Kawasan RTBL Banua Lawas

d. Sistem Sirkulasi Kendaraan Pribadi

Sistem sirkulasi kendaraan pribadi adalah rancangan sistem arus pergerakan bagi kendaraan pribadi sesuai dengan hirarkhi/kelas jalan pada kawasan perencanaan. Pada umumnya kendaraan angkutan pribadi dapat melalui jaringan jalan utama dan juga jalan penghubung antar blok kawasan rencana. Jalan-jalan diperkampungan tetap dipertahankan sebagai areal pejalan kaki (jalur pedestrian) untuk mempertahankan kesan merakyat, ramah dan akrab. Kekuatan dan citra kawasan permukiman kampung justru ditimbulkan dari hubungan yang sangat intens antar penduduk dalam suatu ruang publik yang disebut jalan.

e. Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum Informal Setempat

Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat adalah rancangan sistem arus pergerakan bagi kendaraan umum dan sektor informal seperti ojek. Kendaraan umum informal setempat sangat berguna untuk membantu sistem sirkulasi internal

di kawasan rencana. Adapun tujuan dirancangnya sistem sirkulasi informal setempat bertujuan untuk :

 Mempermudah pencapaian dan sistem pengangkutan (khususnya barang) yang dilakukan oleh masyarakat setempat, selain angkutan kendaraan pribadi.

 Membantu terbentuknya sistem pergerakan yang menyeluruh dan sinambung bagi kendaraan umum informal baik sistem sirkulasi internal maupun eksternal.  Sebagai salah satu pelengkap sarana akomodasi pariwisata, yang

menghubungkan tempat-tempat penting di kawasan rencana. Hal ini dilaksanakan secara integral dengan kawasan lain, sebagai bagian dari perencanaan lingkage pariwisata.

f. Sistem Pergerakan Transit

Sistem pergerakan transit adalah rancangan sistem perpindahan arus pergerakan dari dua atau lebih moda transportasi yang berbeda yang dipetakan pada hierarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan. Sistem ini diwadahi dalam bentuk halte yang dapat digunakan sebagai tempat melakukan transit antar moda. Perpindahan moda transportasi di kawasan rencana adalah dari angkutan umum roda empat berpindah ke angkutan kendaraan umum informal setempat (ojek).

g. Sistem Parkir

Sistem parkir adalah rancangan sistem pergerakan arus masuk dan keluar kavling atau group kavling untuk parkir kendaraan didalam internal kavling. Sistem parkir yang direncanakan di kawasan rencana meliputi parkir diluar jalan (off street). Parkir ini mengambil tempat di pelataran parkir umum, tempat parkir khusus yang juga terbuka untuk umum dan tempat parkir khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri, misalnya kantor, ruko dan lain sebagainya. Sistem parkir ini dapat berupa pelataran, taman parkir, basement atau bangunan parkir.

Gambar 3.13

Standart Parkir Jalan (On-Street)

Gambar 3.14

h. Sistem Jalur Servis/Pelayanan Lingkungan

Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan lingkungan adalah rancangan sistem arus pergerakan dari kendaraan servis (seperti pengangkutan sampah, pengangkutan barang dan pemadam kebakaran) dari suatu kavling atau blok lingkungan tertentu yang dipetakan pada hierarki/kelas jalan yang ada pada kawasan rencana. Rencana jalur servis dikawasan rencana adalah sebagai berikut :  Jalur pengangkutan sampah

Detail rencana pengangkutan sampah akan dibahas dalam rencana utilitas. Untuk mengetahui jalur pengangkutan sampah, perlu diketahui rencana letak TPS.

Jalur mobil pemadam kebakaran

Akses mobil pemadam kebakaran juga merupakan bagian dari penataan jalur servis. Untuk bangunan-bangunan yang berada di tepi jalan, akses mobil pemadam kebakaran tidak terlalu sulit untuk menjangkau bangunan. Namun untuk kawasan permukiman yang mulai cukup padat, perlu disiapkan jalur akses mobil pemadam kebakaran. Beberapa jalan di kawasan rencana disiapkan untuk kepentingan akses kendaraan pemadam kebakaran.

i. Sistem Sirkulasi Pejalan Kaki

Sistem sirkulasi pejalan kaki adalah rancangan sistem arus pejalan kaki (termasuk penyandang cacat dan lanjut usia), yang khusus disediakan pada kawasan rencana. Dasar yang digunakan dalam menyususn rencana ini adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesbilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Adapun rencana jalur sirkulasi bagi pejalan kaki adalah berada di seluruh jaringan jalan yang ada di kawasan perencanaan. Sirkulasi pejalan kaki pada setiap trotoar tepi jalan dirancang untuk kenyamanan pejalan kaki dan penyandang cacat. Jalur bagi pejalan kaki harus dipisahkan antara jalur pedestrian dan sirkulasi kendaraan sepeda motor serta kendaraan lainnya. Mengingat keterbatasan ruang, maka jalur pedestrian ini akan dipisahkan secara fisik berupa perbedaan material dan dirancang pada dua sisi jalan, dengan lebar 120 cm.

Standar persyaratan sebuah jalur pedestrian adalah sebagai berikut: 1) Permukaan

Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm.

2) Kemiringan

Perbandingan kemiringan maksimum adalah 1 : 8 dan pada setiap jarak max 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

3) Area Istirahat

Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.

4) Pencahayaan berkisar antara 50 – 150 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

5) Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan. 6) Drainase

Drainase dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.

7) Ukuran

Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Dalam rancangan dibuat selebar 2,5 – 3 m. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang-tiang rambu, lubang drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang menghalangi.

8) Tepi pengaman / kanstin

Bagian ini penting untuk penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

Seluruh persyaratan bagi sebuah jalur pedestrian sebagaimana disebutkan di atas harus dipenuhi.

Gambar 3.15 Prinsip Perencanaan Jalur