• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASYARAKAT LSM

VI. RENCANA STRATEGI PENGUATAN LEMBAGA KEAGAMAAN

Penguatan lembaga dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan, dan bimbingan dari organisasi-organisasi baru atau yang disusun kembali, mencakup (a) mewujudkan perubahan dalam nilai, fungsi, teknologi fisik dan atau sosial, (b) menetapkan, mengembangkan, melindungi hubungan normatif dan pola tindakan baru, dan (c) memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut (Esman,1971).

Penguatan kapasitas lembaga keagamaan merupakan suatu proses perubahan perilaku individu, organisasi/lembaga, dan sistem kemasyarakatan dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Pada proses penguatan lembaga terdapat tiga elemen yang mendukung yaitu; (a) meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap, (b) meningkatkan kemampuan kelembagaan organisasi, menajemen dan keuangan serta budaya, dan (c) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan serta mengantisipasi perubahan (Esman, 1971).

Atas dasar pemikiran tersebut di atas, hasil proses pemetaan sosial dan hasil evaluasi program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan di Kelurahan Kebonlega dipergunakan sebagai dasar pijakan untuk upaya penguatan lembaga keagamaan. Pengkaji berupaya mengajak stakeholders terkait yaitu: pengelola dan anggota lembaga keagamaan, pihak tokoh masyarakat, aparat pemerintah setempat untuk mencari faktor penyebab serta faktor akibat hingga perlunya upaya penguatan pada lembaga dan turut memberikan masukan bagaimana alternatif pemecahannya serta membuat program peningkatan kemampuan masyarakat mengantisipasi dan mencegah timbulnya masalah sosial termasuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA.

Dalam kajian ini, sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dengan mengutamakan partisipasi dari bawah bersama-sama dengan masyarakat mengembangkan kesadaran atas potensi, masalah dan kebutuhan

80 masyarakat melalui upaya-upaya penguatan lembaga keagamaan secara partisipatif. Dalam proses menyusun program penguatan lembaga keagamaan, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

6.1. Analisis Masalah dan Kebutuhan

Masalah merupakan suatu kesenjangan antara kondisi yang ideal dengan kondisi yang ada pada saat ini. Kondisi yang ideal bisa berupa kondisi yang diharapkan atau yang diidamkan atau dicita-citakan, bisa juga sesuatu yang sebenarnya bisa dicapai, tetapi karena sesuatu hal ternyata belum diwujudkan (Sumardjo dan Saharudin, 2003).

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pimpinan, pengelola dan sebagian anggota lembaga keagamaan telah terindentifikasi permasalahan-permasalahan yang dapat dikatagorikan sebagai berikut :

1. Masalah yang berkaitan dengan input yang tidak memadai meliputi: a. Terbatasnya pengetahuan.tentang NAPZA

Masih terbatasnya pengetahuan pimpinan, pengelolah dan anggota berkaitan dengan bahaya dari masalah penyalahgunaan NAPZA. Kondisi ini mengakibatkan sikap kurang peduli terhadap masalah penyalahgunaan NAPZA beserta dampaknya.

b. Terbatasnya sumberdaya manusia pengelola lembaga keagamaan. Kondisi ini berakibat pada lemahnya manajemen lembaga tersebut hingga pada gilirannya kurang memberikan kontribusinya terhadap masyarakat.

c. Keterbatasan waktu dan sosialisasi, kondisi ini berakibat pada kurang maksimalnya dalam melaksanakan program kegiatannya lembaga keagamaan

2. Hal-hal yang berkaitan dengan output, meliputi:

a. Terbatasnya kemampuan dalam menyusun program lembaga keagamaan.. b. Terbatasnya kemampuan dalam membangun jejaring sosial.

81 d. Belum diakomidirnya program khusus pencegahan penyalahgunaan

NAPZA.

Bertitik tolak permasalahan yang didentifikasi tersebut, melalui diskusi kelompok dirumuskan kembali permasalahan yang paling dirasakan responden, sehingga teridentifikasi masalah-masalah yang bermuara pada lemahnya kemampuan masyarakat dalam mencegah masalah penyalahgunaan NAPZA. Selanjutnya penulis berusaha menuangkan pada pohon masalah yang menggambarkan masalah inti, penyebab dan akibatnya seperti yang tergambar pada gambar berikut :

Gambar 6. Analisis Permasalahan dan Kebutuhan Penguatan Lembaga Keagamaan Di Kelurahan Kebonlega,2007.

Dari gambar 6, terlihat bahwa permasalahan yang ada yaitu kurangnya penguatan lembaga keagamaan disebabkan oleh berbagai hal antara lain mencakup; (a) rendahnya pengetahuan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan NAPZA. Hal ini dapat dibuktikan dengan pada umumnya belum mengenal berbagai jenis NAPZA yang beredar serta dampak yang ditimbulkan dari masing-masing jenis NAPZA tersebut. Kondisi ini menjadi salah satu sebab mengapa penyalahgunaan NAPZA dalam setiap watunya mengalami peningkatan baik dari sisi pemakai maupun sebagai pengedar gelap

A K I B A T

RENDAHNYA KEMAMPUAN LEMBAGA KEAGAMAAN DALAM PENCEGAHAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA BELUM DIAKOMIDIR PROGRAM ANTI NAPZA LEMAH DALAM MENGAKSES SISTEM SUMBER LEMAHNYA PENYUSUNAN PROGRAM TERBATAS DALAM HAL JARINGAN SOSIAL LEMAHNYA LEMBAGA KEAGAMAAN KETERBATASAN PENGETAHUAN NAPZA KETERBATASAN SUMBERDAYA MANUSIA S E B A B KETERBATASAN WAKTU DAN SOSIALISASI

82 NAPZA, (b) rendahnya sumberdaya manusia berkaitan pengetahuan dan pengalaman dalam manajemen kegiatan lembaga keagamaan, (c) lemahnya pemahaman fungsi dan peran lembaga keagamaan, hal ini diakibatkan rasa kurang memiliki sehingga berakibat pada keterbatasan dedikasi dan partisipasi terhadap keberadaan lembaga keagamaan, (d) keterbatasan waktu dan sosialisasi, menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan kegiatan yang dilaksananakan lembaga keagamaan.

Pada sisi yang lain, maraknya penyalahgunaan NAPZA seperti telah diutarakan sebelumnya, merupakan masalah sosial yang kompleks, kondisi ini dilatarbelakangi mulai dari adanya berbagai krisis baik ekonomi, krisis moral, dan krisis kepercayaan yang terjadi dalam kehidupan masayarakat. Diperburuk lagi dengan kondisi kehidupan masyarakat perkotaan yang sarat kompetensi, melembaganya nilai individualisme yang melunturkan nilai-nilai kesetiakawanan sosial, dan lemahnya dalam penegakan hukum. Kondisi tersebut secara langsung mengakibatkan lemahnya pengawasan sosial terutama berkaitan dengan masalah penyalahgunaan NAPZA.

6.2. Analisis Tujuan

Tahap ini dilakukan bersama responden untuk menganalisis masalah dan merumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai, menyusun informasi dengan sistematik sehingga bisa menghasilkan sebuah rencana strategi atau kegiatan.

Setelah responden menyepakati hal yang berkaitan dengan masalah, penyebab dan akibatnya dalam rangka menentukan tujuan yang menggambarkan suatu aksi. Dari analisis masalah, secara riil lembaga keagamaan menunjukkan adanya kebutuhan berupa perlunya penguatan beberapa variabel sehingga secara langsung dapat meningkatkan kemampuan masyarakat pada umumnya dalam mencegah masalah penyalahgunaan NAPZA.

Mengacu pada penjelasan tersebut, selanjutnya mulailah disusun analisis tujuan berupa rancangan tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang ada. Penulis berusaha menuangkan dalam bentuk tujuan seperti pada gambar berikut:

83

Gambar 7. Analisis Tujuan Penguatan Lembaga Keagamaan Di Kelurahan Kebonlega, 2007.

6.2. Analisis Alternatif Kegiatan

Tahap ini dilaksanakan setelah pihak lembaga keagamaan dan masyarakat pada umumnya menentukan sendiri apa permasalahan yang sedang terjadi, dirasakan, potensi-potensi apa yang dimiliki dan kebutuhan-kebutuhan apa yang mendesak.

Dari gambar 5, terlihat banyaknya rancangan tindakan yang bisa dilakukan lembaga keagamaan dalam mengatasi permasalahan yang ada. Dari analisis tujuan yang menghasilkan rancangan tindakan sebagai dasar penyusunan kegiatan alternatif yang akan dilakukan dalam upaya penguatan lembaga keagamaan. Dari hasil masukan responden tentang hasil alternatif masalah, kemudian penulis menuangkan hasil tersebut pada diagram alternatif kegiatan yang menggambarkan tindakan dan hasil. Analisis alternatif kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

H A S I L

MENINGKATNYA KEMAMPUAN LEMBAGA KEAGAMAAN DALAM PENCEGAHAN NAPZA

DITERAPKANNYA PROGRAM ANTI NAPZA MENINGKATNYA KEMAMPUAN MENGKASES SISTEM SUMBER MENINGKATNYA KEMAMPUAN DLM PENYUSUNAN PROGRAM TERWUJUDNYA JEJARING SOSIAL

MENGUATNYA LEMBAGA KEAGAMAAN

MENINGKATNYA PENGETAHUAN NAPZA MENINGKATNYA SUMBERDAYA MANUSIA KETERSEDIAAN WAKTU DAN SOSIALISASI T I N D A K A N

84 Tabel 10. Matrik Alternatif Kegiatan Dalam Penguatan Lembaga

Keagamaan ALTERNATIF

KEGIATAN

STRATEGI

(PROGRAM) HASIL YANG DIHARAPKAN

PENANGGUN G JAWAB ALOKASI DANA ASUMSI 1 2 3 5 1. PENINGKATAN KAPASITAS INDIVIDU Peningkatan pengetahuan tentang NAPZA Peningkatan kemampuan manajemen organisasi Penguatan Lembaga Keluarga Bimbingan moral dan sikap

Meningkatnya pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan moral pengurus dan anggota lembaga dalam:

a. teknik berorganisasi yang baik terutama dalam penyusunan program dan bidang administrasi b. tentang berbagai jenis

NAPZA dengan berbagai dampaknya c. teknik sosialisasi dan

koordinasi

d. terwujudnya moral dan sikap yang baik

Pimpinan, pengelola dan semua anggota serta tokoh masyarakat setempat Lembaga keagamaan DKM Al-Hudda dan kemitraan dgn lembaga terkait dan pemerintahan setempat Kapasitas pengurus dan anggota lembaga meningkat dan diharapkan memiliki kemauan dan kemampuan dalam partisipasi dalam menghadapi hambatan dan kendala 2. PENINGKATAN KAPASITAS MANAJEMEN LEMBAGA Peningkatan upaya pengaksesan sumber Peningkatan menciptakan jejaring sosial Peningkatan penyusunan Program Diterapkannya program anti NAPZA melalui

Menguatnya Kapasitas lembaga dengan

a.tergalinya sistem sumber sebagai upaya pencarian dana lembaga,

b.terwujudnya mitra kerja berupa pendampingan untuk kemandirian dan keberlanjutan , c.

Meningkatnya kepemilikan kelengkapan fisik berupa sarana dan prasarana penunjang d. diadopsinya program anti NAPZA dalam program kegiatan lembaga.

e. Menguatnya peran lembaga keluarga dalam mengantisipasi melalui penerapan pola asuh keluarga yang baik

Pimpinan, pengurus dan seluruh anggota serta tokoh masyarakat setempat Lembaga keagamaan DKM Al-Hudda kemitraan dgn lembaga terkait dan pemerintahan setempat Menguatnya kapasitas lembaga keagamaan sehingga mampu memberikan kontribusi berupa peningkatan kemampuan masyarakat dalam mencegah permasalahan sosial yang ada

6.4 Analisis Pihak Terkait

Analisis dilakukan agar alternatif kegiatan yang telah disusun dapat dijalankan, maka perlu adanya peran dari stakeholders baik formal maupun informal. Tahap ini dilakukan dengan diskusi kelompok, dimana setiap peserta mengidentifikasi stakehorders potensial yang memberikan kontribusi dalam pelaksanaan program. Selanjutnya secara bersama-sama mengidentifikasi kekuatan dan keterbatasan masing-masing stakeholders, serta menentukan upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan peran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka disusunlah analisis pihak terkait dalam penguatan lembaga keagamaan sebagaimana tersaji pada Tabel 11 berikut:

85 Tabel 11. Analisis Pihak Terkait Dalam Penguatan Lembaga Keagamaan

NO Peran Kekuatan Keterbatasan Upaya Peningkatan Peran

1. Pondok Pesantren Al-Hudda

- memiliki kapasitas dalam pendidikan agama dan penanaman nilai-nilai Memiliki tujuan yang berorientasi akan profit Meningkatkan kerjasama untuk menguatkan lembaga 2. Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Banceuy - Sebagai media pembelajaran bagi masyarakat terhadap kejahatan NAPZA Kurangnya kontribusi terhadap masyarakat sekitar Meningkatkan kerjasama dan membangun mitra kerja

3 Karang Taruna - Memiliki akses dalam kegiatan remaja/pemuda di Kelurahan - Rendahnya Pengetahuan ttg NAPZA Mengikuti penyuluhan sosial tentang NAPZA

4. Majelis Taklim setempat

Memiliki pengaruh dalam kehidupan beragama dan memiliki jejaring Terbatasnya pengetahuan tentang bahaya NAPZA Sosialisasi program pencegahan dan penyelahgunaan NAPZA 5. LembagaTerkait (Dinas Kesehatan, Kantor Agama,Dinas Pendidikan, Polsek setempat, BNP/BNK -Memiliki alokasi anggaran untuk penyuluhan NAPZA - Memiliki jejaring yang

lebih luas

Kurang Koordinasi antar lintas intansi dan kurang dlm kontribusi

Meningkatkan sosialisasi program Memilih program yang berpihak pada msyrkt.

6.5 Potensi Pendukung Program Penguatan Lembaga Keagamaan

Mengacu pada alternatif kegiatan yang telah tersusun sebelumnya dan dengan mempertimbangkan potensi-potensi yang dimiliki, maka bersama-sama responden yang hadir menentukan kegiatan yang diinginkan dalam penguatan lembaga keagamaan. Potensi-potensi yang dapat diidentifikasi adalah :

1. Secara Human Capital, adanya kemauan dari warga masyarakat untuk mengembangkan atau menguatkan lembaga keagamaan berdasarkan tingginya tingkat kepercayaan (trust) atas dasar kesamaan agama yang dianutnya, sehingga secara langsung dapat meningkatkan partisipasi.

2. Adanya Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Banceuy dapat dijadikan media pembelajaran kepada masyarakat dengan upaya membangun kerjasama sebagai mitra kerja yang dapat memberikan kontribusinya kepada masyarakat sekitarnya.

86 3. Adanya Pondok Pesantren Al-Hudda sebagai lembaga pendidikan dalam

bidang peningkatan nilai agama, aqidah agama yang secara langsung bisa memberikan pembelajaran kepada masyarakat sebagai upaya menangkal timbulnya permasalahan sosial.

4. Dukungan dari aparat kelurahan dan pemerintahan kota berupa penyediaan fasilitas, pendampingan dan pembiayaan.

6.6 Program Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA

Program pencegahan NAPZA yang disusun menempatkan lembaga keagamaan sebagai media untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan NAPZA sebagai tujuan program. Adapun nama rencana strategi yang akan dilaksanakan adalah “Program Penguatan Lembaga Keagamaan Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif “

A. Tujuan

1. Meningkatkan kemampuan masyarakat berupa keterlibatan dan perannya dalam kegiatan pencegahan masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

2. Mengurangi penyandang masalah penyalahgunaan NAPZA baik segi kualitas maupun kuantitas serta mempersempit gerak pengedar gelap NAPZA.

B. Sasaran

1. Anggota lembaga keagamaan yang pada umumnya dari unsur generasi muda, diharapkan dengan memiliki pengetahuan tentang bahaya NAPZA dan berbagai dampaknya, juga diharapkan memiliki kemampuan dalam tindakan preventif berupa upaya pencegahan masalah penyalahgunaan NAPZA untuk diri, keluarganya dan masyarakat pada umumnya.

2. Pengelola lembaga keagamaan, disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola lembaga sehingga diharapkan memberdayakan lembaga keagamaan yang dikelolanya. Pada sisi lainnya, dengan memiliki pengetahuan tentang bahaya NAPZA diharapkan akan

87 memberi masukan kepada lembaga keagamaan agar memiliki program khusus pencegahan penyalahgunaan NAPZA.

3. Pihak-pihak terkait di kelurahan Kebonlega, baik pemerintah , swasta dan masyarakat yang dijadikan sistem sumber dalam penguatan lembaga keagamaan sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam pencegahan masalah penyalahgunaan NAPZA.

Dokumen terkait