• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Citra Budaya Indonesia Dalam Iklan Garuda Indoonnesia Analisis semiotika mengekplorasi bagaimana makna yang terbangun oleh

PEMBAHASAN DATA 4. 1 Penyajian Data

4.3 Representasi Citra Budaya Indonesia Dalam Iklan Garuda Indoonnesia Analisis semiotika mengekplorasi bagaimana makna yang terbangun oleh

teks telah diperoleh melalui penataan tanda denganacara tertentu dan melalui pengunaan kode-kode budaya. Dalam analisis iklan Garuda Indonesia yang direpresentasikan adalah “Indonesia”. Representasi bukanlaah gambaran akurat tentang suatu nilai-nilai, melainkan arena perjuangan atas hal-hal yang disebut makna dengan tujuan untuk memperoleh pembenaran konvesi estetis yang jauh dari suatu realiatas dunia nyata. Untuk mempertahankan memerlukan penyebaran secara sosial yang diwujudkan dalam bentuk iklan.

138

Iklan kini telah masuk dalam tatanan signifikasi zaman modern, yang dapat mempengaruhi perilaku, gaya hidup tanpa disadari sehingga membuat kita bisaa memuaskan dorongan dan aspirasi terdalam melalui konsumsi.

Penggunan teknik utama yang digunakaan para kreator iklan untuk memasukkan iklan dalam tatanan pemikiran sosial disebut positioning dan penciptaan citra. Pengunaanya didasarkan pada segmentasi pasar kepada siapa suatu produk dijual. Pada iklan Garuda Indonesia ini positioning yang diterapkan mencakup segmentasi lokal dan Internasional. Terlihat dari gambar yang ditampilkan ada kedekatan imaji, bagi lokal bangga akan budayanya sedangkan bagi kalangan internasional ini sesuatu yang unik dan baru. Hal ini terlihat dari segi perlakuan terhadap gambar dimana memunculkan orang-orang Indonesia dan wisatawan asing. Garuda Indonesia mencoba mendekati pangsa pasar asing dengan menampilkan visualisasi gambar yang menunjukkan budaya dan alam Indonesia. Iklan ini diarahkan untuk kalangan menengah ke atas pengguna pesawat dengan konsep layanan full service, konsumen yang menginginkan pelayanan walau harga sedikit lebih tinggi.

Dalam upaya penciptaan citra untuk sebuah produk terdapat pembentukan sebuah produk terdapat pembentukan ‘kepribadian’ yang dengannya para konsumen tertentu bisa dengan mudah melakukan identifikasi produk. Nama, kemasan, logo, harga, kekuatan visualisasi gambar, dan seluruh penampilan sebuah produk menciptakan karakter yang bisa dikenali dengan maksud untuk menarik minat satu jenis konsumen tertentu.

139

Dengan menarik minat konsumen, pada suatu iklan memberikan segmentasi utama kepada siapa produk tersebut ditujukan, seperti pada iklan garuda Indonesia yang mengutamakan konsumen yang peduli akan suatu layanan. Secara umum para konsumen Garuda Indonesia berbeda dengan konsumen pengguna jasa penerbangan lainnya.

Gagasan dibalik penciptaan citra bagi sebuah produk adalah upaya untuk berbicara secara langsung ke satu jenis pribadi atau khalayak tertentu, bukan ke setiap orang sehingga para individu ini bisa melihat kepribadian mereka yang terwakili di dalam citra gaya hidup yang diciptakan oleh iklan demi satu produk tertentu.

Citra merek tertanam semakin dalam melalui teknik mitologisasi, Hal seperti ini merupakan strategi yang secara sengaja mengaitkan nama, logo, rancangan produk, iklan narasi, visualisasi gambar dengan makna mitis tertentu. Sebagai contoh dari pelbagai mitis yang ada, sudah lama terdengar bahwa Indonesia adalah negri yang indah. Hal ini kiranya tampak pada narasi-narasi yang diciptakan dalam iklan ini, seperti masih dengan mengangkat icon “Bali” pada sebagian iklan ini.

Strategi yang dipakai adalah dengan menampilkan model iklan yang menarik, seperti wanita yang cantik dan pria yang tampan. Dalam iklan ini, strategi ini secara harfiah sering terlihat didalam iklan komersil. Orang-orang yang tampil di iklan ini diceritakan adalah manusia yang cantik dan tampan senang mengunjungi Indonesia, Disini seolah-olah orang-orang yang memiliki

140

kulitas kecantikan dan ketampanan dianggap sebagai suatu yang agung atau dapat dikatakan nyaris seperti dewa.

Iklan televisi merupakan medan wacana untuk mempengaruhi konsumen, semiotika merupakan metode untuk menanamkan mitologi terhadap konsumen demi penguatan sebuah citra. Para pembuat iklan menciptakan nama merek, logo, rancangan kemasan visual, narasi cerita, teknik editing. Pewarnaan, komersialisasi, dibungkus dan disembunyikan di dalam teks iklan. Iklan dpat membangkitkan hasrat-hasrat dorongan dan motif mitis secara tidak sadar. Saat ini iklan komersial menawarkan bentuk janji-janji dan harapan yang dahulunya hanya dimiliki agama dan filsafat sosial-keamanan terhadap segala sesuatu yang dapat mengancam perubahan terhadap diri. Posisi yang lebih baik kini ditawarkan didalam kehidupan, popularitas dan prestise pribadi, kemajuan sosial, kesehatan yang lebih baik dan sebagainya.

Dengan kata lain, para kreator iklan modern tidak menekankan produk, melainkan keuntungan yang diharapkan datang bersama dengan pembelian produk tersebut. Para pengiklan ini cukup pakar dalam menancapkan kuku didalam daerah yang tidak disadari, pengalaman psikis yang dahulu hanya di eksplorasi oleh para filsuf, seniman, dan pemikir religius.

141 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dalam upaya menciptakan karakter suatu produk, para kreator iklan membuat sistem signifikasi. Hal yang pertama dan terutama dibuat para pengiklan adalah memberi nama merek, membuat simbol visual, narasi, dan penciptaan sebauh logoKetika sebuah produk diberi nama maka produk tersebut bisa dikenali Dalam semiotika dikenal tengan signifikasi tahap pertama “Denotasi”. Selanjutnya menciptakan signifikasi tahap kedua atau lebih dikenal dengan konotasi. Pada tahap ini mulai muncul pemaknaan yang akan ditafsirkan oleh pembaca iklan . Selanjutnya makna itu diperluas sehingga dikenal dengan konotasi, hal ini merupakan sistem signifikasi yang dibuat untuk memapankan citra suatu produk kedlam tatanan pemikiran sosial secara de facto. Ketika seseorang manaiki Garuda Indonesia, ia merasakan mengunjugi dan mengelilingi Indonesia.

2. Industri iklan adalah industri yang tak pernah mati, berbagai strategi dilakukan untuk menjadikanya sebagai yang terdepan, termasuk penanaman mitologisasi tentang Indonesia secara sosial. Mitos tersebut dikonstruksi dengan memanfaatkan visualisasi-visualisasi gambar dan simbol yang sebelumnya sudah ada dalam masyarakat. Suatu kode kultural dikemas dalam visualisasi gambar keindonesiaan yang menjadikannya semenarik mungkin dengan sentuhan teknologi grafis yang diwujudkan daalam bentuk iklan.

142 5.2 Saran

1. Garuda Indonesia dalam setiap iklanya terus mempertahankan karakter iklan yang berbudaya serta bernuansa indonesia, sebab dengan cara itulah seluruh masyarakat dapat melihat gambaran dan visualisai tentang Indonesia secara massal sehingga menambah kecintaan terhadap produk-produk lokal

2. Iklan Garuda tidak hanya untuk mencari keuntungan semata tetapi juga harus memperhatikan konsumen dalam iklan. Sehingga ada kesamaan persepsi antara produk yang diiklankan dengan keadaan yang nyata , sehingga konsumen merasa telah memilih produk yang tepat sesuai dengan gambarannya.

143 Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Barthes, Roland. 2007. Petualangan Semiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 1991. Mythologies. New York: The Noonday Press.

Berger, Arthur Asa. 2000. Tanda-tanda dalam kebudayaan Kontemporer.Penerjemah M. Dwi Marianto dan Sunarto. Yogyakarta: Penerbit PT Tiara Wacana.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

--- 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana. Christomy, T dan Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Jakarta: Pusat Kemasyarakatan dan Budaya UI.

Danesi, Marcel. 2010. Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra

Eco, Umberto. 2009. Teori Semiotika Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi – Tanda. Bantul: Kreasi Wacana.

Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press

Hoed, B.H. 2004. Bahasa dan Sastra dalam Tinjauan Semiotik dan Hermeneutik. Di dalam Semiotika Budaya. Ed. T. Christomy dan Untung Yuwono. Depok: Pusat Pe-nelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Indonesia.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset.

Morissan, M. A. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Medan: USU PRESS Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Kaarya.

Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga

Sihombing, Danton.2001.Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun dan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Soelaeman, Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Aditama Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya _________ . 2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Stoke,Jane. 2006. How To Do Media And Cultural Studies. Yogyakarta : Bentang. Usman, Ks. 2009. Ekonomi Media Pengantar dan Aplikasi. Bogor: Ghalia

144

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media