• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan faktor internal dari masing-masing individu anggota LMDH Rimba Mulya yang dibagi kedalam sembilan (9) variabel, yaitu: umur, pendidikan, jenis kelamin, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan, jumlah kepemilikan lahan persil sebelum PHBM, jumlah kepemilikan lahan persil sesudah PHBM, dan luas petak lahan PHBM. Pada sub-bab ini menguraikan sembilan (9) variabel karakteristik individu anggota LMDH Rimba Mulya.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan tertinggi responden adalah taman SMA, sedangkan pendidikan terendah responden adalah tamat SD, dengan mayoritas responden adalah taman SD. Peneliti mengkategorikan tingkat pendidikan berdasarkan tahapan pendidikan yang ditetapkan dari tingkat perkembangan peserta didik. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (BPS 2005).

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak tamat SD atau tamat SD disebut tingkat pendidikan rendah, tamat SMP atau sederajat disebut tingkat pendidikan sedang, dan tamat SMA dan perguruan tinggi digolongkan ke dalam tingkat pendidikan tinggi. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Tabel 23 Frekuensi tingkat pendidikan anggota LMDH Rimba Mulya yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015

Tingkat pendidikan Frekuensi

Jumlah (N) Persentase (%)

Rendah 35 87.5

Sedang 4 10.0

Tinggi 1 2.5

Total 40 100.0

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase yang besar pada tingkat pendidikan rendah sebesar 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan formal yang ditamatkan oleh responden rata-rata hanya tamat SD.

Umur

Pengkategorian umur berdasarkan selang umur produktif, yaitu 15-64 tahun dan non-produktif <15tahun, dan >64tahun (Rusli 2005).

Umur terendah responden pada penelitian ini adalah 27 tahun, sedangkan umur tertinggi adalah 72 tahun dengan rata-rata umur responden adalah 50 tahun. Peneliti menggolongkan umur responden berdasarkan rentang atau siklus lamanya hidup manusia. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut umur.

Tabel 24 Frekuensi umur anggota LMDH Rimba Mulya, Desa Kalimendong tahun 2015 Umur Frekuensi Jumlah (N) Persentase (%) Non-produktif 5 12.5 Produktif 35 87.5 Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden berada pada umur produktif. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase yang dominan pada umur produktif sebesar 87,5%.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden pada penelitian ini adalah sifat fisik responden seperti yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki oleh responden, yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut adalah jumlah dan persentase sebaran responden menurut golongan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin.

Tabel 25 Frekuensi jenis kelamin anggota LMDH Rimba Mulya yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015

Jenis kelamin Frekuensi

Jumlah (N) Persentase (%)

Perempuan 2 5.0

Laki-Laki 38 95.0

Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase yang besar pada kategori laki-laki sebesar 95,0%. Temuan di lapang menemukan adanya pesanggem perempuan yang mengikuti kegiatan PHBM, seperti yang diungkapkan ketua LMDH Rimba Mulya bapak NS (42 tahun).

“LMDH berkembang hingga sekarang anggota LMDH Rimba Mulya sudah memiliki 235 anggota. Mayoritas laki-laki sebanyak 230 orang tapi ada beberapa anggota kita yang perempuan sebanyak 5 orang, ya mereka yang perempuan ini single parent mas, atau suaminya merantau keluar, dan rata- rata anggota perempuan ini cuma punya kemampuan sebagai petani”.

Temuan di lapang menunjukkan pada seluruh anggota LMDH Rimba Mulya sebanyak 235 orang, memiliki sebaran anggota jenis kelamin laki-laki sebanyak 230 orang dengan persentase 97,87%, sedangkan jenis kelamin perempuan terdapat 5 orang dengan persentase 2,12%.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan responden pada penelitian ini adalah jumlah uang yang diterima individu dari bekerja pada kegiatan PHBM pada setiap bulannya. Hasil temuan lapang menunjukkan pendapatan responden dari PHBM bersumber dari kegiatan pemanenan salak, penyadapan pinus, dan kegiatan usaha mandiri LMDH. Pendapatan yang didapat dari kegiatan pemanenan salak dan penyadapan pinus diterima dua kali dalam satu bulan, sedangkan untuk usaha mandiri LMDH diterima ketika ada penjualan.

Umumnya responden tidak hanya melakukan kegiatan PHBM sebagai sumber pendapatannya, mayoritas responden juga mengelola lahan pribadi yang mereka miliki yang umumnya ditanami komoditas salak dan pohon sengon.

Penggolongan tingkat pendapatan dilakukan berdasarkan jumlah uang yang diterima dari hasil mengikuti kegiatan PHBM. Penggolongan dibedakan menjadi tiga golongan, tingkat pendapatan di bawah Rp1.000.000 digolongkan kepada tingkat pendapatan rendah, sedangkan tingkat pendapatan antara Rp1.000.000 sampai Rp2.500.000 digolongkan kepada tingkat pendapatan sedang, sedangkan tingkat pendapatan di atas Rp2.500.000 digolongkan kepada tingkap pendapatan tinggi.

Responden pesanggem memiliki pendapatan tertinggi sebesar Rp5.000.000 dan pendapatan paling rendah sebesar Rp300.000 dengan rata-rata jumlah pendapatan sebesar Rp1.737.500. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan.

Tabel 26 Frekuensi tingkat pendapatan anggota LMDH Rimba Mulya yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015

Tingkat pendapatan Frekuensi

Jumlah (N) Persentase (%)

Rendah 9 22.5

Sedang 19 47.5

Tinggi 12 30.0

Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendapatan yang sedang. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya

menunjukkan persentase tingkat pendapatan paling besar pada tingkat pendapatan sedang sebesar 47, 5%.

Jumlah Tanggungan

Perhitungan jumlah tanggungan responden didasarkan pada banyaknya jumlah individu yang beban penghidupannya ditanggung oleh responden pada saat penelitian ini dilakukan.

Penggolongan jumlah tanggungan dibedakan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Jumlah tanggungan tinggi lebih dari 4 orang digolongkan ke jumlah tanggungan tinggi, sedangkan jumlah tanggungan 2 sampai 4 orang digolongkan ke jumlah tanggungan sedang, serta jumlah tanggungan kurang dari 2 orang digolongkan ke jumlah tanggungan rendah. Jumlah tanggungan terbanyak adalah sebanyak 7 orang, jumlah tanggungan paling sedikit 1 orang, dan rata-rata jumlah tanggungan sebanyak 3 orang. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut tingkat jumlah tanggungan.

Tabel 27 Frekuensi jumlah tanggungan anggota LMDH Rimba Mulya yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015

Jumlah tanggungan Frekuensi

Jumlah (N) Persentase (%)

Rendah 8 20.0

Sedang 17 42.5

Tinggi 15 37.5

Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki jumlah tanggungan yang sedang. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase besar pada jumlah tanggungan sedang sebesar 42,5%.

Tingkat Kepemilikan Lahan Persil Sebelum PHBM

Tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM adalah besarnya lahan yang dikelola oleh responden saat sebelum PHBM diterapkan yang diukur dalam satuan hektar (Ha), jika terdapat lebih dari satu (sewa, sakap, dan hak milik) maka dihitung secara kumulatif. Kebanyakan dari responden sudah lupa mengenai luas lahan yang mereka miliki, sehingga penulis meminta bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan. Bukti tersebut dimiliki oleh semua responden karena mereka selalu menyimpan bukti-bukti tersebut.

Penggolongan tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM dibedakan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM digolongkan tinggi jika luas lahan lebih dari 1,1 Ha, sedangkan tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM digolongkan sedang jika luas lahan dari 0,3 Ha sampai 1,1 Ha, serta tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM digolongkan rendah jika luas lahan kurang dari 0,3 Ha. Rata-rata responden memiliki tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM dengan luas 0,76 Ha,

dengan jumlah terbanyak 4 Ha, dan jumlah paling sedikit adalah sama sekali tidak memiliki lahan. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM.

Tabel 28 Frekuensi tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM anggota LMDH Rimba Mulya yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015 Tingkat kepemilikan lahan

persil sebelum PHBM Frekuensi Jumlah (N) Persentase (%) Rendah 12 30.0 Sedang 23 57.5 Tinggi 5 12.5 Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa responden memiliki tingkat kepemilikan lahan persil sebelum adanya PHBM yang sedang. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase dominan pada tingkat kepemilikan lahan persil sebelum PHBM sedang sebesar 57,5%.

Tingkat Kepemilikan Lahan Persil Sesudah PHBM

Tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM adalah besarnya lahan yang dikelola oleh responden saat sesudah PHBM diterapkan yang diukur dalam satuan hektar (Ha), jika terdapat lebih dari satu (sewa, sakap, dan hak milik) maka dihitung secara kumulatif. Pengambilan data luas lahan dilakukan dengan cara meminta bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan. Bukti tersebut dimiliki oleh semua responden karena mereka selalu menyimpan bukti-bukti tersebut.

Penggolongan tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM dibedakan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM digolongkan tinggi jika luas lahan lebih dari 0,7 Ha, sedangkan tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM digolongkan sedang jika luas lahan dari 0,28 Ha sampai 0,7 Ha, serta tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM digolongkan rendah jika luas lahan kurang dari 0,28 Ha.

Rata-rata responden memiliki tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM dengan luas 0,52 Ha, dengan jumlah terbanyak 2,25 Ha, dan jumlah paling sedikit adalah sama sekali tidak memiliki lahan. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM.

Tabel 29 Frekuensi tingkat kepemilikan lahan persil anggota LMDH sesudah adanya PHBM yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015

Tingkat kepemilikan lahan persil sesudah PHBM Frekuensi Jumlah (N) Persentase (%) Rendah 18 45.0 Sedang 10 25.0 Tinggi 12 30.0 Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa responden memiliki tingkat kepemilikan lahan persil sesudah adanya PHBM yang sedang. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase rendah sebesar 45,0%.

Luas Petak Lahan PHBM

Luas petak lahan PHBM adalah besarnya lahan PHBM yang dikelola oleh responden saat penelitian dilakukan. Lahan tersebut berada di lokasi hutan PHBM dan dihitung dalam satuan Hektar (Ha).

Penggolongan luas petak lahan PHBM dibedakan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Luas petak lahan PHBM digolongkan tinggi jika luas lahan lebih dari 0,65 Ha, sedangkan luas petak lahan PHBM digolongkan sedang jika luas lahan dari 0,26 Ha sampai 0,65 Ha, serta luas petak lahan PHBM digolongkan rendah jika luas lahan kurang dari 0,26 Ha.

Rata-rata responden memiliki luas petak lahan PHBM dengan luas 0,46 Ha, dengan jumlah terbanyak 2 Ha, dan jumlah paling sedikit adalah 0,25 Ha. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut luas petak lahan PHBM.

Tabel 30 Frekuensi luas petak lahan PHBM yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015

Luas petak lahan PHBM Frekuensi

Jumlah (N) Persentase (%)

Rendah 20 50.0

Sedang 16 40.0

Tinggi 4 10.0

Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa responden memiliki luas petak lahan PHBM yang rendah. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase dominan pada luas petak lahan PHBM rendah yaitu sebesar 50,0%.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan yang dilakukan selain melakukan kegiatan PHBM. Jenis pekerjaan dibagi atas bidang pertanian dan non-pertanian. Bidang pertanian terdiri dari pekerjaan pertanian, perburuan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sedangkan bidang non- pertanian terdiri dari pekerjaan selain bidang pertanian.

Selain kegiatan PHBM, sebanyak 7 orang responden juga melakukan pekerjaan non-pertanian, diantaranya, berdagang, mengojek, dan Pejabat Desa Kalimendong. sedangkan 33 orang responden lainnya mengolah lahan milik pribadi. Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan.

Tabel 31 Frekuensi jenis pekerjaan responden yang terdapat di Desa Kalimendong tahun 2015

Jenis pekerjaan Frekuensi

Jumlah (N) Persentase (%)

Non-pertanian 7 17.5

Pertanian 33 82.5

Total 40 100.0

Dari tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki jenis pekerjaan pada bidang pertanian. Hal ini dapat dijelaskan karena sebaran frekuensinya menunjukkan persentase yang besar pada jenis pekerjaan pertanian sebesar 82,5%.

Hubungan Karakteristik Individu terhadap Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik

Pada pengujian statistik penelitian ini, terdapat dua hipotesis yang diasumsikan, yaitu:

H0: Tidak terdapat hubungan antara variabel karakteristik dan efektivitas PHBM

sebagai resolusi konflik.

H1: Terdapat hubungan antara variabel variabel karakteristik dan efektivitas

PHBM sebagai resolusi konflik.

Pengukuran efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik dengan menggunakan alat kuisioner sebagai pengumpulan data yang berisi 28 pernyataan. Proporsi pembagian pertanyaan adalah terdapat tujuh (7) pernyataan, pada setiap pernyataan tahap partisipasi pada kuisioner efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik.

Responden kemudian mengisi kuisioner tersebut sesuai dengan pembagian empat (4) kolom, yang terbagi menjadi sangat tidak setuju (STS) skor 1, tidak setuju (TS) skor 2, setuju (S) skor 3, sangat setuju (SS) skor 4. Sehingga akan diperoleh nilai minimum 28, dan nilai maksimum 112.

Setelah mengumpulkan semua jawaban dari responden kemudian akan diperoleh jumlah nilai pengisian kuisioner pada setiap individu responden. Jumlah nilai yang dimiliki oleh setiap responden tersebut kemudian akan digolongkan menjadi tiga (3) yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penggolongan tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus interval antar kelas, sebagai berikut:

Rumus interval antar kelas = � � ��− �

� �ℎ � �� =

− 8

= 8 = 28

Penggunaan rumus tersebut akan menghasilkan nilai interval dari ketiga golongan, sehingga diperoleh golongan rendah, jika jumlah skor 28-55, dan golongan sedang, jika jumlah skor 56-84, serta golongan tinggi, jika jumlah skor 85-112.

Tabel 32 Frekuensi efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik Desa Kalimendong tahun 2015

Efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik

Frekuensi Jumlah (N) Persentase (%) Rendah 0 0.0 Sedang 22 45.5 Tinggi 18 55.5 Total 40 100.0

Berdasarkan hasil temuan di lapang, nilai minimum dari efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik adalah 72, dan nilai maksimum efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik adalah 92. Hal tersebut kemudian menjadikan sebaran responden tidak ada yang berada pada golongan rendah, seluruh responden mengemukakan bahwa secara umum pelaksanaan efektivitas PHBM yang ada di Desa Kalimendong telah dapat secara efektif menjadi resolusi konflik. Penuturan serupa dikemukakan oleh salah tokoh masyarakat Desa Kalimendong, bapak PRK (59 tahun).

“yang masyarakat rasakan, adanya PHBM di Desa Kalimendong ini sangat amat dapat menyelesaikan konflik, dulunya kan banyak terjadi kasus antara masyarakat dan Perhutani, setelah PHBM ini ada, kasus yang dulu terjadi itu sudah engga ada lagi sekarang, PHBM ini efektif llah dalam menyelesaikan konflik disini, masyarakat jadi bisa ikut aktif mengelola dan menjaga hutan, tapi, PHBM kan bikin perselisihan baru tentang kenaikan sharing. Memang kenaikan itu hanya dirasakan segelintir orang saja. Kalau secara umumnya saya bisa katakan PHBM ini efektif banget lah dalam menyelesaikan konflik”.

Kuisioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data telah dilakukan uji reliabel pada 7 orang pesanggem, dan menghasilkan nilai Alpha Cronbach’s 0,6880 pada r tabel 0,6694. Berdasarkan hasil tersebut, maka nilai Alpha Cronbach’s > r tabel, sehingga kuisioner penelitian dapat dikatakan reliabel sebagai alat pengumpul data dalam penelitian.

Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Efektivitas PHBM sebagai Resolusi Konflik

Tingkat pendidikan responden anggota LMDH Rimba Mulya mempunyai peran penting dalam efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik. Karakteristik tingkat pendidikan tersebut bertujuan untuk menunjukkan distribusi data hasil temuan di lapang mengenai pendidikan anggota LMDH Rimba Mulya.

Tabel 33 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan terhadap efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik di Desa Kalimendong tahun 2015

No Tingkat pendidikan

Efektivitas PHBM Sebagai Resolusi

Konflik Total (%)

Rendah Sedang Tinggi

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Rendah 0 0.0 18 51.4 17 48.6 35 100.0

2 Sedang 0 0.0 3 75.0 1 25.0 4 100.0

3 Tinggi 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0

Total 0 0.0 22 55.0 18 45.0 40 100.0

Uji Spearman: Nilai Signifikansi = 0,232 ; Koefisien Korelasi -0,193

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa total persentase derajat efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik sedang dan tingkat pendidikan rendah menunjukkan persentase dominan sebesar 51,4%. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat hubungan antara karakterisitk tingkat pendidikan dengan efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik. Karena Nilai Signifikansi > 0,1 maka hipotesis yang diterima adalah H0.

Berdasarkan temuan di lapangan, mayoritas tingkat pendidikan masyarakat Desa Kalimendong memiliki tingkat pendidikan rendah namun efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik tinggi. Hasil temuan di lapangan, anggota LMDH Rimba Mulya yang memiliki pendidikan rendah lebih mudah untuk mengakomodasi kepentingan secara bersama, dikarenakan anggota memiliki kolektivitas yang tinggi, hal itu ditunjukkan dengan kekompakan masyarakat dalam merumuskan keputusan kolektif yang disepakati untuk kemudian diajukan ke Perhutani. Hal tersebut juga dituturkan oleh salah satu pesanggem, bapak MS (42 tahun).

“Kalau rapat, ya rata-rata pesanggem itu kan tamatan SD, jadi pada kompak, pesanggem ya sering ngasih usul kalo rapat dan teman-teman lainnya itu juga, jadi ga sulit nyari kesepakatan waktu rapat itu, paling cuma sebentar, asalkan kesepatakan itu ga merugikan ya kita ngikut, dan selama ini kita ga pernah kesulitan untuk sepakat bersama-sama”.

Tabel berikut menampilkan jumlah dan persentase tingkat pendidikan anggota LMDH Rimba Mulya.

Tabel 34 Tingkat pendidikan seluruh anggota LMDH Rimba Mulya

Tingkat pendidikan Frekuensi

Jumlah (N) Persentase (%) Tidak tamat SD 6 2.55 Tamat SD 207 88.08 Tamat SMP 4 17.00 Tamat SMA/SMK 18 7.65 Total 235 100.00

LMDH Rimba Mulya memiliki 235 anggota, dengan mayoritas pendidikan anggotanya adalah tamat SD, yaitu sebesar 88,08%, dan tidak ada pesanggem

yang memiliki pendidikan sampai pada jenjang Perguruan Tinggi.

Hubungan Tingkat Pendapatan terhadap Efektivitas PHBM sebagai Resolusi Konflik

Karakteristik tingkat pendapatan bertujuan untuk menunjukkan distribusi data temuan di lapang tentang jumlah pendapatan anggota LMDH Rimba Mulya.

Tabel 35 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan terhadap efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik di Desa Kalimendong tahun 2015

No Tingkat pendapatan

Efektivitas PHBM Sebagai Resolusi Konflik

Total (%)

Rendah Sedang Tinggi

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Rendah 0 0.0 6 50.0 6 50.0 12 100.0

2 Sedang 0 0.0 10 52.6 9 47.4 19 100.0

3 Tinggi 0 0.0 6 66.7 3 33.3 9 100.0

Total 0 0.0 22 55.0 18 45.0 40 100.0

Uji Spearman: Nilai Signifikansi = 0,488 ; Koefisien Korelasi -0,113

Dari tabel di atas diketahui bahwa total persentase derajat efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik sedang dan tingkat pendapatan sedang menunjukkan persentase dominan sebesar 52,6%.

Berdasarkan uji statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik. Karena Nilai Signifikansi > 0,1 maka hipotesis yang diterima adalah H0.

Berdasarkan temuan di lapangan, mayoritas tingkat pendapatan responden anggota LMDH Rimba Mulya sebanyak 47,5% memiliki tingkat pendapatan sedang. Temuan di lapang menunjukkan responden anggota LMDH Rimba Mulya adalah para pesanggem memiliki pendapatan tertinggi sebesar Rp5.000.000 dan pendapatan paling rendah sebesar Rp300.000 dengan rata-rata jumlah pendapatan sebesar Rp1.737.500.

Distribusi responden yang memiliki tingkat pendapatan sedang adalah sebanyak 19 orang. Para responden yang terdiri dari 19 orang tersebut adalah para

pesanggem yang memiliki petak lahan PHBM yang mengalami tebangan

penjarangan sengon pada tahun 2008. Sehingga hanya ada 19 dari 40 orang responden yang mengalami proses pemanfaatan hasil tebangan penjarangan kayu sengon bersama dengan perhutani pada program PHBM. Sedangkan 21 responden lainnya tidak ikut dalam pemanfaatan hasil tebangan penjarangan pada tahun 2008.

Hubungan Jumlah Tanggungan terhadap Efektivitas PHBM sebagai Resolusi Konflik

Jumlah tanggungan anggota LMDH Rimba Mulya mempunyai peran penting dalam efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik. Karakteristik jumlah tanggungan tersebut bertujuan untuk menunjukkan distribusi data hasil temuan di lapang mengenai jumlah tanggungan anggota LMDH Rimba Mulya.

Tabel 36 Jumlah dan persentase jumlah tanggungan terhadap efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik di Desa Kalimendong tahun 2015

No Jumlah tanggungan

Efektivitas PHBM Sebagai Resolusi

Konflik Total (%)

Rendah Sedang Tinggi

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Rendah 0 0.0 2 25.0 6 75.0 8 100.0

2 Sedang 0 0.0 9 52.9 8 47.1 17 100.0

3 Tinggi 0 0.0 11 73.3 4 26.7 15 100.0

Total 0 0.0 22 55.0 18 45.0 40 100.0

Uji Spearman: Nilai Signifikansi = 0,028 ; Koefisien Korelasi -0,374

Dari tabel di atas, diketahui bahwa total persentase derajat efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik sedang dan jumlah tanggungan tinggi menunjukkan persentase dominan sebesar 73,3%.

Berdasarkan uji statistik terdapat hubungan negatif antara karakterisitk jumlah tanggungan dengan efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik. Karena Nilai Signifikansi < 0,1 maka hipotesis yang diterima adalah H1. Nilai Koefisien

Korelasi yang bernilai negatif menghasilkan hipotesis semakin tinggi karakteristik jumlah tanggungan, maka semakin rendah efektivitas PHBM sebagai resolusi konflik.

Berdasarkan temuan di lapangan, mayoritas jumlah tanggungan responden anggota LMDH Rimba Mulya sebanyak 42,5% memiliki jumlah tanggungan sedang. Temuan di lapang menunjukkan responden anggota LMDH Rimba Mulya adalah para pesanggem yang memiliki jumlah tanggungan terbanyak yaitu 7 orang dan jumlah tanggungan paling sedikit adalah 1 orang, dengan rata-rata jumlah tangggungan sebanyak 3,075 orang (kategori sedang).

Banyaknya jumlah individu yang menjadi tanggungan oleh responden, kemudian menyebabkan responden untuk harus meluangkan waktu lebih banyak untuk tanggungan yang responden miliki, sehingga menyebabkan responden memiliki waktu yang lebih sedikit untuk berpartisipasi dalam PHBM. Adanya beban tanggungan yang tinggi kemudian menyebabkan responden kekurangan waktu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan PHBM. Hal serupa dituturkan salah satu

pesanggem yang memiliki jumlah tanggungan 5 orang, bapak BY (27 tahun).

“Kalau saya berangkat ke kebun salak itu agak siangan mas, paginya kan saya nganter anak dan istri sekolah, istri saya kan guru, jadi berangkat ke ladangnya itu jam sepuluhan, disana ngurus salaknya juga sebentar, cuma sampe jam setengah tiga sore, soalnya saya harus jemput anak-anak

sedangkan istriku ya istri, saya juga jarang ikut rapat mas, ga sempat, soalnya lebih banyak waktu buat ngurusin anak-anak”.

Penuturan sebaliknya disampaikan oleh salah satu pesanggem responden yang memiliki jumlah tanggungan hanya satu orang sehingga memiliki waktu lebih untuk berpartisipasi dalam kegiatan PHBM, bapak PY (60 tahun).

“Saya sehari-hari dari pagi jam 8 sampai magrib itu di kebun mas ya fokus ngurusin petak lahan saya, ngurus salak itu kan agak repot ya, jadi harus luangin banyak waktu di kebun. Di rumah ya berdua sama istri aja kan anak sudah kerja semua, sudah merantau. Kalau ada pertemuan ya saya selalu

Dokumen terkait