• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan percobaan adalah memperoleh tingkat penggunaan putak hasil fermentasi campuran (hasil terbaik percobaan 2) dalam konsentrat yang dapat menunjang pertumbuhan optimum ternak kambing yang diberi jerami padi sebagai hijauan tunggal. Ternak yang digunakan adalah 20 ekor kambing kacang (lokal) jantan periode pertumbuhan berumur antara 7 – 10 bulan. Semua petak kandang yang digunakan dilengkapi dengan harness untuk koleksi feses dan urin. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan

4 ulangan. Perlakuan terdiri dari 5 macam ransum dengan tingkat penggunaan putak fermentasi (PF) yang berbeda yaitu, R0, R1, R2, R3 dan R4. Sebelum

pelaksanaan penelitian semua ternak diberi obat cacing dan vitamin. Ransum perlakuan terdiri dari :

R0 = jerami padi + konsentrat yang mengandung 10% putak tanpa olah

R1 = jerami padi + konsentrat yang mengandung 10% putak fermentasi

R2 = jerami padi + konsentrat yang mengandung 20% putak fermentasi

R3 = jerami padi + konsentrat yang mengandung 30% putak fermentasi

R4 = jerami padi + konsentrat yang mengandung 40% putak fermentasi

Percobaan berlangsung selama 12 minggu yang terdiri dari dua minggu pra penelitian (preliminary period) dan 10 minggu pengumpulan data (collecting period). Pemberian ransum berdasarkan kebutuhan bahan kering ternak yaitu 3% bobot badan. Konsentrat disusun isoenergi–protein yakni protein 17% dan TDN 75% dengan ratio pemberian hijauan dan konsentrat 40 % : 60 %, hijauan adalah jerami padi sedangkan konsentrat adalah campuran jagung, dedak halus, bungkil kelapa, tepung daun gamal serta putak terfermentasi sesuai perlakuan. Komposisi bahan pakan konsentrat perlakuan hasil perhitungan disajikan pada Tabel 1 sedangkan kandungan nutrien hasil analisis proksimat disajikan pada Tabel 2.

Perubahan konsumsi pakan diamati secara berkala dari perubahan bobot badan melalui penimbangan pada setiap minggu. Jerami padi dan air minum diberikan secara ad libitum. Konsentrat diberikan sebanyak 60% dari kebutuhan BK yakni 3% bobot badan. Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot badan harian, efisiensi penggunaan ransum, konsumsi dan kecernaan nutrien serta retensi nitrogen.

Pembuatan Putak Fermentasi

Untuk pembuatan putak fermentasi dalam jumlah banyak yang akan digunakan sebagai bahan campuran konsentrat, dilakukan prosedur yang sama dengan tahap sebelumnya. Satu kilogram putak ditambah 1000 ml larutan nutrien (ammoniumsulfat, kaliumphosphat dan urea), dikukus 30 menit, setelah dingin dimasukkan baki plastik dicampur kultur T. reesei sebanyak 75g dengan ketebalan

media 4 cm, kemudian diinkubasi selama dua (2) hari, pada hari ketiga dicampur

lagi dengan 15 g kultur A. niger selanjutnya diinkubasi lagi selama 2 hari. Setelah masa inkubasi selesai putak fermentasi dikukus 15 menit untuk

menghentikan proses fermentasi selanjutnya dijemur matahari selama 2 hari kemudian digiling untuk dicampur dalam ransum.

Tabel 1. Komposisi bahan makanan konsentrat percobaan

Bahan (%) R0 R1 R2 R3 R4

Dedak padi 15.19 36.44 41.97 47.51 53.04

Jagung kuning 17 14 11 8 5

Putak tanpa olah 10 0 0 0 0

Putak fermentasi 0 10 20 30 40

Daun gamal kering 16.16 6.45 4.45 2.45 0.46 Bungkil kelapa 41.66 33.11 22.57 12.04 1.5

Jumlah 100 100 100 100 100

Vitamin 2 2 2 2 2

Tabel 2 Komposisi nutrien konsentrat percobaan

Nutrien (%) R0 R1 R2 R3 R4 Bahan kering 88.76 88.84 89.74 88.12 89.45 Bahan organik 81.35 80.43 81.05 81.47 82.74 Protein 17.38 17.73 17.21 17.11 17.05 Lemak 11.24 11.16 10.26 9.88 8.55 Serat kasar 8.67 9.28 9.08 8.81 9.61 Abu 7.41 8.41 8.69 8.65 8.71 Energi (kkal) 4228 4041 4043 3847 3601 Bahan Kering 88.7 88.4 89 89.5 90 Protein kasar 17 17 17 17 17 TDN 75 75 75 75 75 Pengukuran Peubah Fermentasi in vitro

Teknik fermentasi in vitro yang digunakan adalah metode batch culture

(GLP 1966). Sebanyak 3 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 24 ml cairan inokulum dari rumen kambing dengan menggunakan stomach tube dan 36 ml larutan penyangga McDougall lalu dikocok yang sebelumnya dijenuhkan dengan CO2 agar pH berkisar antara 6.8 - 6.9.

Sebelum difermentasi isi fermentor juga dialiri CO2 agar terjadi suasana anaerob

dan kemudian fermentor ditutup rapat dengan tutup karet berventilasi. Selanjutnya diinkubasi dalam shaker bath pada temperatur 40oC. Proses fermentasi dihentikan

dengan menggunaan 0.2 ml HgCl2 jenuh, kemudian sampel cairan rumen tersebut

diambil untuk dianalisis konsentrasi VFA dan NH3.

Pengukuran Asam Lemak Terbang (VFA) Total

Penentuan kadar VFA dengan cara penyulingan sesuai General Laboratory Procedure (1966). Sebanyak 5 ml supernatan dimasukkan ke dalam tabung khusus dan ditambahkan 1 ml H2SO4 15% lalu ditutup. Tabung dihubungkan

dengan labu pendingin tegak dan labu yang berisi air dan dipanaskan. Hasil distilasi ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N. Proses distilasi berakhir bila distilat yang ditampung mencapai volume 300 ml, kemudian ditambahkan 1 – 2 tetes indikator penopthalien dan dititer dengan HCl 0.5 N hingga warnanya berubah dari merah jambu menjadi bening. VFA Total dihitung dengan rumus :

VFA = { ( a – b ) x N HCl x 1000/5 mM } Dimana :

a = ml HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko ( 5 ml NaOH) b = ml HCl yang diperlukan unutk titrasi hasil distilasi

Pengukuran VFA partial ditentukan dengan metode gas kromatografi.

Pengukuran VFA Partial

Analisis konsentrasi VFA individual dengan menggunakan teknik kromatografi gas. Cairan rumen diambil dengan stomach tube segera disentrifuse pada kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit pada suhu 4oC kemudian diambil supernatannya. Sebanyak 2 ml supernatan dipipet ke dalam tabung plastik kecil

yang tertutup. Selanjtnya ke dalam tabung tersebut ditambahkan sebanyak 30 mg 5-sulphosalicylic acid (C6H3(OH)SO3H2H2O) lalu dikocok, selanjutnya

disentrifus 3000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC lalu disaring dengan milipori untuk memperoleh cairan jernih. Cairan ini kemudian diinjeksi sebanyak 1 ml ke gas kromatograph. Sebelum injeksi terlebih dahulu diinjeksikan larutan standar VFA. Kondisi alat : kolom (packing 10% sp-1200/1% H3PO4, 80/100 mesh

kecepatan grafik 0,5 cm/menit, laju aliran gas N2 30ml/menit, laju aliran gas H2

30 ml/menit dan laju aliran gas O2 300 ml/menit.

Perhitungan konsentrasi VFA sample menggunakan rumus :

C (cM) = Tinggi sampel / tinggi standar x konsentrasi standar

Pengukuran Kadar N-NH3

Kadar N-NH3 ditentukan dengan teknik Mikro Difusi Conway (General

Laboratory Procedure 1966). Cairan rumen diambil dengan stomach tube, masukkan dalam termos. Timbang 1 g sampel, masukan dalam tabung fermentasi (dibuat duplo), tambahkan larutan McDougall 12 ml (suhu 39oC, pH 6.6 – 6.8) selanjutnya tambahkan 8 ml cairan rumen lalu aliri gas CO2 selama 30 detik,

ditutup dengan penutup karet berventilasi, kemudian tabung dimasukkan dalam

waterbath bersuhu 39 – 40oC, fermentasi selama 1 jam. Setelah itu penutup tabung dibuka, ditambahkan HgCl2 dan disentrifus pada kecepatan 10 000 rpm.

Sebanyak 1 ml supernatan diletakkan pada salah satu sekat cawan Conway dan 1 ml Na2CO3 jenuh pada sekat yang lainnya. Pada cawan kecil bagian tengah

diisi asam borat (HBO3) berindikator merah methil, mulut cawan diolesi vaselin

dan ditutup selanjutnya digoyang-goyang agar kedua cairan bercampur, biarkan pada suhu kamar selama 24 jam. Selanjutnya amonia yang terikat asam borat dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai titik awal perubahan warna biru menjadi

kemerah-merahan. Kadar N-NH3 dihitung dengan rumus :

N-NH3 = ( ml titrasi x N H2SO4 x 1000) mM

Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Organik (KcBO)

Kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro dilakukan dengan metode Tilley and Terry (1966). Sebanyak 1 g sample dimasukkan dalam tabung fermentor, ditambah dengan saliva buatan (larutan McDougall) 12 ml pada suhu 39oC dan pH 6.5 – 6.9 dan cairan rumen 8 ml, diinkubasikan secara anaerob selama 24 jam dalam shakerbath. Setelah itu tutup tabung dibuka dan ditambahkan 0.2 ml HgCL2 jenuh untuk membunuh mikroba. Tabung kemudian

disentrifus pada kecepatan 10 000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dan endapan ditambahkan 20 ml larutan pepsin 0.2 % dalam suasana asam.

Inkubasikan dalam suasana anaerob selama 24 jam. Endapan disaring dengan kertas saring no. 41. Analisis kadar bahan kering dan organiknya dengan analisis proksimat (AOAC 1980). Sebagai blanko digunakan cairan rumen tanpa perlakuan.

Koefisien Cerna dihitung dengan rumus : BK awal – (BK residu – BK blanko)

KcBK = --- x 100 BK awal

BO awal – (BO residu – BO blanko)

KcBO = --- x 100 BO awal

Protein Murni

Nilai protein murni dianalisis dengan metode yang dimodifikasi dari metode Kjeldahl. Untuk mengetahui nilai protein murni dilakukan 2 macam analisis nitrogen, yaitu: kandungan nitrogen total (Kjeldahl) dan kandungan nitrogen terlarut, yaitu menentukan kandungan nitrogen yang terlarut dalam air, untuk mengetahui “nitrogen non-protein” yang mungkin berasal dari nitrogen anorganik yang tidak dimanfaatkan selama proses fermentasi. Protein sejati (murni) diperoleh dengan cara mengurangi protein kasar dengan protein terlarut.

Percobaan in vivo

Konsumsi Ransum dan Pertambahan Bobot Badan Harian

Konsumsi ransum diketahui dengan mengurangi jumlah pemberian dan sisa setiap hari, dan pertambahan bobot badan adalah selisih bobot minggu penimbangam dengan minggu sebelumnya. Penimbangan dilakukan tiap minggu.

Konsumsi Nutrien

Konsumsi nutrien diperoleh dengan menimbang pakan yang diberikan dikalikan dengan kandungan nutrien (BK, BO, PK) kemudian dikurangi sisa pakan dikalikan dengan kandungan nutrien sisa pakan tersebut.

Kecernaan Nutrien

Kecernaan ditentukan dengan mengurangi nutrien yang dikonsumsi dengan yang terdapat dalam feses dengan analisa proksimat, sedang energi diukur dengan Bomb kalorimeter. Feses dikoleksi total selama 24 jam selama 10 hari, diambil 5% sampel, dikeringkan dan dikomposit untuk analisis nutrien.

Kecernaan ransum/nutrisi ( metode koleksi total) KC = I – F / I x 100%

Dimana : Nutrien = BO, BK, Protein kasar, lemak kasar serat kasar I = Jumlah nutrien yang dikonsumsi

F = Jumlah nutrien yang terbuang dalam feses

Analisis Data

Semua data yang diperoleh diolah dan dianalisa keragaman menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan (Duncan’s Multiple Random Tests = DMRT) menurut petunjuk Gasperz (1991) serta Mattjik dan Sumertajaya (2006). Data dalam tabel disajikan dalam nilai rataan dan standar deviasi.

Percobaan I : Optimasi Proses Fermentasi Putak oleh Kapang Trichoderma

Dokumen terkait