• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Retribusi Daerah

1. Pengertian Retribusi

Definisi ataupun batasan pengertian retribusi banyak diberikan oleh para ahli dengan memberikan definisi yang berbeda. Perbedaan tersebut sebenarnya pada tekanannya saja. Pada umumnya dari berbagai definisi yang saling berbeda tersebut sebenarnya saling melengkapi. Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, retribusi didefinisikan sebagai “pengembalian, penggantian kerugian, pemungutan uang oleh pemerintah”.

Rochmad Sumitro (dalam Adrian Sutedi, 2008: 83) memberikan definisi retribusi sebagai “Pembayaran kepada daerah yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa daerah”.

Sedangkan S. Munawir (dalam Adrian Sutedi, 2008: 83-84) memberikan definisi retribusi :

“ Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik yang secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak

commit to user

merasakan jasa balik dari pemerintah, maka dia tidak dikenakan iuran itu.”

Dari pendapat di atas, terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi adalah : a. Retribusi dipungut oleh negara

b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis c. Adanya kontrapretasi yang secara langsung dapat ditunjuk

d. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan jasa-jasa yang disiapkan negara.

2. Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Mardiasmo (2006: 14), retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah “Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

Sedangkan menurut Azhari A. Samudra (1995: 273-274) memberikan definisi Retribusi Daerah :

“ Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena jasa yang diberikan daerah. Dalam hal ini kekecualian tertentu, yaitu pembayaran yang dipungut oleh daerah sebagai penyelenggara perusahaan atau usaha yang dianggap sebagai perusahaan tidak dimaksudkan sebagai retribusi daerah.”

Pengertian retribusi daerah menurut Pasal 1 ayat (26) Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yaitu, “ Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

commit to user

disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

Rohmat Sumitro (dalam Adrian Sutedi, 2008: 74) memberikan definisi retribusi daerah :

“ Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan, atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung.”

Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa setiap pungutan yang dilakukan pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keleluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi, retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah daerah kepada yang membutuhkan.

Menurut Davey (dalam Adrian Sutedi, 2008: 75) pembayaran retribusi harus memenuhi dua syarat, yaitu : 1) dasar untuk mengenakan retribusi biasanya harus didasarkan pada total cost daripada pelayanan-pelayanan yang disediakan; dan 2) dalam beberapa hal, retribusi biasanya harus didasarkan pada kesinambungan harga jasa suatu pelayanan, yaitu atas dasar mencari keuntungan. Menurut Josep Riwu Kaho, ada beberapa ciri retribusi, yaitu : 1) retribusi dipungut oleh negara; 2) dalam pungutan terdapat paksaan secara ekonomis; 3) adanya kontrapretasi yang secara langsung dapat ditunjuk; dan 4) retribusi dikenakan kepada setiap orang/badan yang menggunakan atau mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.

commit to user

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah merupakan pungutan sebagai pembayaran atas pemakaian jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Jadi, secara umum keunggulan utama sektor retribusi ialah karena didasarkan pada kontrapretasi, dimana tidak ditentukan secara limitatif, seperti halnya sektor pajak. Pembatas utama sektor retribusi ialah terletak pada ada atau tidaknya jasa yang disediakan Pemda. Oleh sebab itu, sebenarnya Pemda dapat saja mengusahakan retribusi selama ia dapat menyediakan jasa untuk itu.

3. Objek dan Penggolongan Retribusi a. Objek Retribusi

Menurut Mardiasmo (2006: 16-17) objek retribusi daerah terdiri dari : 1) Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2) Jasa Usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial.

3) Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

commit to user

b. Penggolongan Retribusi

Menurut Mardiasmo (2006: 15-16) jenis retribusi daerah dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

1) Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan tertentu;

b) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi;

e) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;

f) Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan

g) Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

commit to user

2) Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria sebagai berikut :

a) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan

b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

3) Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;

b) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan

c) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dari biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

commit to user

Dokumen terkait