• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Return dan Risiko Saham

Telah disebutkan diatas bahwa hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Dua konsep ini, risiko maupun return, bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya dalam berinvestasi, di samping menghitung return yang diharapkan, investor harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier (Tandelilin, 2001). Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat

return yang paling tinggi.

2.4.1 Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi

yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized

return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan

data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) di masa datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

2.4.2 Risiko Saham

Menurut kamus, risiko merupakan kerugian yang dihadapi. Sehubungan dengan investasi, para investor menggunakan berbagai defenisi untuk menjelaskan makna risiko. Markowitz mengubah pandangan kaum investor mengenai risiko dengan jalan memperkenalkan konsep risiko secara kuantitatif. Beliau mendefenisikan risiko sebagai ukuran statistika yang disebut varians. Secara khusus, Markowitz mengkuantifisir risiko sebagai varians pengembalian diharapkan aktiva.

Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) mendefenisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Untuk menghitung risiko, menurut Suad Husnan (1998) metode yang banyak digunakan adalah deviasi standar (standar deviation) yang mengukur absolut penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya. Deviasi standar dan varians memiliki konsep yang sama, yaitu semakin besar

varians atau deviasi standar, semakin besar risiko investasi. Risiko terbagi dua, yaitu risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut risiko tidak sistematis dan risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut risiko sistematis.

Karena ada sebagian risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi, maka dalam suatu portofolio ukuran risiko sekarang bukan lagi deviasi standar (risiko total) melainkan risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Karena para investor umumnya tidak menginvestasikan semua dananya pada satu saham, mereka melakukan diversifikasi, mereka hanya akan berminat terhadap pengaruh masing-masing saham pada risiko portofolio mereka. Menurut Suad Husnan (1994) risiko dari portofolio yang didiversifikasikan secara baik tergantung pada risiko pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio tersebut. Artinya, jika investor ingin membentuk portofolio yang mempunyai risiko rendah, maka saham yang dipilih bukanlah saham-saham yang mempunyai deviasi standar yang rendah, tetapi saham-saham-saham-saham yang mempunyai covariance dengan portofolio yang rendah. Kalau portofolio tersebut mewakili semua kesempatan investasi yang ada, dengan proporsi sesuai dengan bobot investasi-investasi tersebut, maka portofolio tersebut disebut sebagai portofolio pasar. Dalam kenyataanya, membentuk portofolio yang terdiri dari semua kesempatan investasi adalah sulit. Karena itu, digunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri dari sejumlah besar saham atau indeks pasar. Di Bursa Efek Jakarta digunakan Indeks Harga Saham Gabungan.

2.5 Beta

Untuk mengetahui sumbangan suatu saham terhadap risiko suatu portofolio yang didiversifikasi dengan baik, kita harus mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan pasar. Kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar disebut sebagai beta investasi. Risiko sistematik merupakan hal penting yang dipertimbangkan investor sebelum melakukan keputusan investasi. Hal ini penting karena merupakan dasar untuk memperkirakan besarnya risiko maupun return investasi dimasa depan. Ukuran relatif risiko sistematik dikenal sebagai koefisien β (beta) yang menunjukkan ukuran risiko relatif suatu saham terhadap portofolio pasar. Menurut Jogiyanto (1998) beta merupakan ukuran volatilities return saham terhadap return pasar. Semakin besar fluktuasi return saham terhadap return pasar maka semakin besar pula beta saham tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil fluktuasi

return saham terhadap return pasar, semakin kecil pula beta saham tersebut.

Menurut Husnan (2001) penilaian terhadap Beta (β) sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu:

1. Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.

2. Apabila β > 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan dengan

risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham agresif.

3. Apabila β < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham defensif.

Dengan memperkirakan perilaku koefisien beta dari waktu ke waktu, maka investor dapat memperkirakan besarnya risiko sistematik dimasa depan. Suad Husnan (1994) menjelaskan bahwa beta tidak lain adalah merupakan koefisien dua variabel, yaitu kelebihan tingkat keuntungan portofolio pasar (excess return of

market portofolio) dan kelebihan keuntungan suatu saham (excess return of market portofolio). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, risiko yang

sistematik tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio dalam suatu investasi. Oleh karena itu, bagi seorang investor risiko tersebut menjadi lebih relevan untuk dipertimbangkan dalam memilih kombinasi saham dalam portofolio yang dibentuknya. Sehingga untuk menentukan tingkat keuntungan yang disyaratkan atau diharapkan (Expected Return) terhadap suatu saham, maka harus dikaitkan dengan risiko sistematik (yang tidak terhindarkan) dari saham yang bersangkutan.

Dokumen terkait