• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Review Kajian Terdahulu

Sebelum penulis melakukan penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan pembahasan yang serupa dengan penelitian penulis. Namun, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan meliputi:

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chicheu Melinda, Ramdan Fawzi dan Muhammad Andri Ibrahim yang membahas mengenai penetapan persyaratan pembiayaan pemilikan rumah sebagai strategi pencegahan pembiayaan bermasalah. Dalam penelitiannya, pelaksanaan pembiayaan pemilikan rumah Griya iB Hasanah dimulai dari nasabah menghubungi developer sesuai dengan rumah yang diinginkan. Lalu nasabah membayar uang muka sebagai tanda jadi membeli rumah maka developer akan memberikan kwitansi. Dari praktik pembiayaan pemilikan rumah tersebut terdapat masalah yaitu nasabah belum membayar full uang muka tetapiketika akad, developer mengakui sudah melunasi dan membuktikan kwitansi sebagai lunasnya uang muka nasabah. Setelah akad di bank, ternyata nasabah belum membayar uang juga lalu developer tidak ingin menyelesaikan bangunan rumah, dengan alasan nasabahnya tidak membayar uang muka dan nasabah pun tidak mau membayar uang muka dengan alasan bangunan belum selesai. Maka dari itu, alasan bank BNI Syariah menetapkan persyaratan dalam akad murabahah pada pembiayaan pemilikan rumah adalah untuk memperketat nasabah dan developer meminimalisir pembiayaan bermasalah.13

Perbedaannya terletak pada penanganan pembiayaan pemilikan rumah Griya iB Hasanah yang mengalami permasalahan dan ketidaksesuaian praktik pembiayaan Griya iB Hasanah khususnya perumahan inden pada ketentuan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Bagya Agung Prabowo yang membahas mengenai konsep akad murabahah pada perbankan syariah dalam

13Chicheu Melinda, Ramdan Fawzi, Muhammad Andri Ibrahim, “Analisis Penetapan Persyaratan Pembiayaan KPR terhadap Strategi Pencegahan Pembiayaan Bermasalah” 2019.

24

aplikasinya di Indonesia dan Malaysia.

Dalam penelitiannya, terdapat perbedaan yang signifikan dalam praktik akad murabahah antara Indonesia dan Malaysia. Fitur yang paling berbeda di antara mereka adalah adopsi Bai’ al-‘inah di Malaysia yang tidak berlaku di Indonesia. Dewan Syariah Nasional Indonesia melarang adanya kontrak seperti itu karena sebagai penipuan. Dalam kontrak ditetapkan menjadi dua lipatan, yaitu dari bank ke nasabah dan dari nasabah ke bank. Maka dari itu, hal tersebut termasuk riba yang terselubung. Sehubungan dengan jaminan fidusia (dhaman), tidak ada perbedaan antara kedua Negara tersebut. Adanya jaminan tersebut adalah prinsip kehati-hatian untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah.14

Akan tetapi, terdapat perbedaan dengan penulis yaitu penelitian akad murabahah di Bank BNI Syariah. Pada penelitian yang dilakukan tersebut memabahas studi komparatif penerapan akad murabahah antar kedua Negara serta keterkaitan adanya unsur riba dalam implementasi akad murabahah tersebut. Selain itu, penulis lebih membahas tentang pembiayaan pemilikan rumah inden pada produk Griya iB Hasanah dan ketidaksesuaian praktik tersebut pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Helmi Haris yang membahas mengenai inovasi pembiayaan pemilikan rumah di perbankan syariah yaitu akad Murabahah, akad Istishna, dan akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik.

Dalam penelitiannya, inovasi yang dilakukan oleh perbankan syariah di Indonesia dalam melakukan pembiayaan kepemilikan rumah terdapat pilihan akad. Ada beberapa akad yang digunakan untuk pembiayaan kepemilikan rumah syariah yaitu, akad Murabahah, akad Istishna, dan akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik. Akad Murabahah adalah jual beli barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati antara penjual dengan pembeli. Akad jenis ini adalah salah satu

14Bagya Agung Prabowo, “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis Terhadap Aplikasi Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)”, 2009.

25

bentuk akad bisnis yang mencari keuntungan bersifat pasti dan telah diketahui dimuka.15

Perbedaannya terletak pada pembiayaan kepemilikan rumah inden Griya iB Hasanah di Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati yang diteliti oleh penulis dan ketidaksesuaian praktik tersebut pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap pelaksanaan pembiayaan murabahah yang tidak sesuai dengan mekanisme pada ketetapan yang telah diatur dalam Surat Edaran OJK No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut serta pada penelitian yang dilakukan oleh penulis fokus membahas penerapan akad murabahah secara komprehensif, tidak lagi membahas akad Ijarah Muntahiya bi Tamlik (IMBT) seperti pada penelitian sebelumnya.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Moh. Ansyar yang membahas mengenai pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri KCP Palu Tadulako baik dari segi pelaksanaan maupun produk yang menggunakan akad murabahah.

Dalam penelitiannya, pembiayaan murabahah yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri KCP Palu Tadulako adalah BSM alat Kedokteran, Griya BSM, Griya Bersubsidi dan BSM Oto. Pembiayaan tersebut sudah dijalankan berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku dengan fitur dan dokumen yang diperlukan dengan tujuan agar dalam penyaluran dana di masyarakat sesuai dengan syariat islam melalui sistem murabahah. Akad yang terjadi di dalam kegiatan usaha operasional dalam BSM menggunakan kontrak baku yang telah dipersiapkan oleh bank, dimana pihak nasabah akan mengikatkan dirinya kepada bank. Kontrak standar ini dibuat atas dasar “take it or leave it” jadi pihak nasabah boleh menyetujui atau tidak perjanjian tersebut.16

Perbedaannya terletak pada objek bank yaitu Bank BNI Syariah. Penelitian yang dilakukan membahas secara spesifik tentang pembiayaan pemilikan rumah

15 Helmi Haris, “Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan Syariah)”, 2007.

16 Moh. Ansyar, “Analisis Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Palu Tadulako”, 2015.

26

inden Griya iB Hasanah dan ketidaksesuaian praktik tersebut pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut. Sehingga bukan penerapan yang didasarkan pada kontrak bakunya saja tetapi dari hasil wawancara dan penilaian nasabah terhadap KPR Inden yang terdapat pada Griya iB Hasanah tersebut.

Lalu penelitian yang dilakukan oleh Andhika Febrya Dharma membahas mengenai pembiayaan pemilikan rumah Inden baik mengenai mekanisme, konsep akad serta kesesuaian pembiayaan dengan Fatwa DSN-MUI.

Dalam penelitiannya, akad murabahah tidak perlu digunakan oleh PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah. Hal ini karena tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Kepatuhan prinsip syariah salah satunya dapat

dilihat apakah ketentuan akad dalam sebuah produk sesuai Fatwa DSN-MUI. Skema pembiayaan pemilikan rumah Inden yang menerapkan akad murabahah tidak termasuk ke dalam Ba’I Ma’dum. Oleh karenanya pembiayaan pemilikan rumah inden dengan menggunakan akad murabahah tidak memeliki dasar hukum, maka kesesuaian rukun dan syarat akad masih dipertanyakan termasuk perlindungan hukum bagi nasabah yang menandatangani akad tersebut jika terjadi wanprestasi antara pihak bank dengan pihak nasabah.17

Perbedaannya, penulis tidak membahas hal-hal yang menyangkut pada aspek ekonomi dan strategi pemasaran produk serta perlindungan hukum bagi nasabah yang menandatangani akad tersebut jika terjadi wanprestasi antara pihak bank dengan pihak nasabah. maka dalam penelitian penulis akan membahas mengenai aspek hukum dari penerapan praktik pembiayaan kepemilikan rumah inden. Serta pada penelitian sebelumnya tidak membahas akad murabahah, sedangkan penelitian ini menerapkan akad murabahah pada implementasinya. Selain itu, penulis juga akan menganalisis kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap pelaksanaan pembiayaan akad murabahah yang tidak sesuai dengan mekanisme pada ketetapan yang telah diatur dalam Surat Edaran OJK No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk

17 A F Dharma, “Pembiayaan Pemilikan Rumah Inden Prespektif Fatwa DSNMUI Pada Bank DKI Syariah” (Tangeran Selatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

27

dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut jika masih dijalankan.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syukri mengenai analisis produk pembiayaan pemilikan rumah BNI iB Griya baik mengenai mekanisme dan matrik SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Selain itu, penelitian ini membahas mengenai ancangan strategi untuk peningkatan pembiayaan pemilikan rumah BNI iB Griya.

Analisa SWOT produk KPR BNI iB Griya membandingkan antara Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) yaitu fatwa MUI bahwa “Bunga Bank Haram”, memiliki undang-undang yang mendukung bank syariah, memanfaatkan event dan acara pameran, pertumbuhan jumlah produk yang pesat, bisnis property yang diprediksikan akan terus membaik, promosi melalui media elektronik dan Ancaman (Threats) seperti banyak pesaing, masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan produk KPR yang berbasis syariah, dengan Faktor Intenal Kekuatan (Strengths) seperti merupakan anak perusahaan pemerintah yang memiliki brand yang cukup familiar,dan Kelemahan (Weakness) seperti kurangnya promosi kepada masyarakat, jaringan kantor yang terbatas, kurangnya pemahaman SDM yang professional dalam bidangnya.18

Perbedaanya terletak pada strategi SWOT untuk peningkatan pembiayaan produk pemilikan rumah BNI iB Griya. Maka penulis lebih membahas tentang pembiayaan pemilikan rumah inden Griya iB Hasanah dan ketidaksesuaian praktiknya pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut. Penulis tidak membahas terkait analisis SWOT sebagaimana pada penelitian sebelumnya, serta penelitian yang penulis lakukan lebih mengedepankan akad murabahah pada penerapannya .

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Achmad Subchan yang membahas mengenai proses pelaksanaan wakalah pada akad murabahah dan implikasinya terhadap akad murabahah di Bank BCA Syariah Cabang Semarang.

28

Dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa dalam prakteknya proses akad murabahah di bank BCA Syariah terbagi menjadi 2 skema yaitu Akad pembiayaan murabahah murni dan akad pembiayaan murabahah dengan wakalah. Di dalam pelaksanaan akad pembiayaan murabahah dengan wakalah kepada calon nasabah mengandung unsur non-syar’i, hal ini jika barang yang di akadkan tidak ada wujudnya, karena murabahah adalah akad jual beli. Implikasi akad murabahah dengan wakalah menjadi gugur, sehingga akad yang demikian ini lebih mendekati akad pinjam meminjam dan sistem pembiayaan murabahah dengan wakalah tidak sesuai dengan syariah Islam.19

Perbedaannya terletak pada adanya akad pembiayaan murabahah dengan wakalah dan ketidaksesuaian praktik pembiayaan Griya iB Hasanah khususnya perumahan inden pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut. Pada penelitian sebelumnya membahas terkait akad wakalah dan pada penelitian yang penulis lakukan fokus pada akad murabahah.

Lalu penelitian yang dilakukan oleh Puspa Arum Mufi Handayani yang membahas mengenai pembiayaan akad murabahah di BMT Amanah Insani, baik mengenai pelaksanaan maupun kesesuaiannya pada Fatwa DSN MUI.

Dalam penelitiannya, pelaksanaan pembiayaan akad murabahah merupakan produk pembiayaan dengan menggunakan akad jual beli sehingga berbeda dengan pembiyaan yang dipraktikan di lembaga keuangan konvensional dimana objek pembiayaan adalah uang, namun akad pembiayaan murabahah menjadikan objek pembiayaannya berupa barang atau komoditi. Mekanisme pengajuan pembiayaan murabahah mulai dari pengajuan sampai dengan pengikatan akad telah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. Namun dalam pelaksanaan akhir yaitu penyerahan objek jual beli tidak terdapat penyerahan barang atau komoditi, akan tetapi penyerahan uang.20

19Achmad Subchan, “Implikasi Wakalah Pada Akad Murabahah oleh Bank BCA Syariah Semarang (Studi di Bank BCA Syariah Semarang), 2015.

29

Perbedaannya terletak pada tidak adanya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mengatur mengenai karakteristik akad murabahah yang menyebutkan bahwa akad murabahah harus tersedia barangnya serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik pembiayaan tersebut. Penelitian sebelumnya lebih mempermasalahkan objek dari akad murabahah yang digunakan oleh BMT Amani Insani yaitu uang, yang seharusnya objek dari akad murabahah itu adalah berupa barang atau komoditi. Pada penelitian tersebut tidak membahas KPR Inden sebagaimana pembahasan yang dilakukan oleh penulis yang memfokuskan akad murabahah pada KPR Inden dan terdapat perbedaan objek penelitian yang dilakukan oleh penulis

Secara keseluruhan penelitian penulis akan fokus membahas mengenai pelaksanaan praktik pembiayaan kepemilikan rumah inden dengan menggunakan akad murabahah yang tidak sesuai dengan Surat Edaran OJK, serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik akad murabahah dalam pembiayaan Griya iB Hasanah.

khususnya perumahan inden. Dengan adanya fokus penelitian yang akan penulis lakukan, maka fokus penelitian ini menjadi pembeda antara penelitian sebelumnya yang sudah penulis lain lakukan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan.

BMT Amanah Insani Sukoharjo”, 2010.

30

Dokumen terkait