• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh:"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN GRIYA IB HASANAH INDEN DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG

FATMAWATI

(Ditinjau dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan dan Perspektif Hukum Islam)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

INDRA GUNAWAN 11160490000066

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

PENERAPAN AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN GRIYA IB HASANAH INDEN DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG

FATMAWATI

(Ditinjau dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan dan Perspektif Hukum Islam)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

INDRA GUNAWAN 11160490000066

Pembimbing:

Muhammad Mujiburrahman, M.A. NIP. 197604082007101001

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAK

Indra Gunawan. NIM 11160490000066. PENERAPAN AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN GRIYA IB HASANAH INDEN DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG FATMAWATI (Ditinjau dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan dan Perspektif Hukum Islam). Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2020 M.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan terkait penerapan pembiayaan Griya iB Hasanah inden dengan menggunakan akad Murabahah di Bank BNI Syariah. Dalam pelaksanaannya ditemukan bahwa akad Murabahah tidak tepat apabila diaplikasikan dalam produk pembiayaan Griya iB Hasanah inden. Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mengenai karakteristik akad Murabahah yang mengharuskan objeknya tersedia (ready stock), sedangkan objek dalam pembiayaan rumah inden belum tersedia.

Studi ini menggunakan normatif empiris dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus yang relevan dengan permasalahan yang diteliti atau melihat dari aspek normatif, kemudian dipelajari juga pengalaman dalam praktik pembiayaan Griya iB Hasanah inden dengan menggunakan akad Murabahah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan Griya iB Hasanah inden dengan menggunakan akad Murabahah di Bank BNI Syariah KC Fatmawati tidak sesuai dengan SEOJK mengenai karakteristik akad Murabahah. Selanjutnya, akibat hukum dari ketidaksesuaian akad Murabahah yang digunakan untuk perumahan inden dan tidak adanya dasar hukum yang mengatur tentang akad Murabahah diperuntukan untuk pembiayaan perumahan inden.

Kata Kunci : Griya iB Hasanah inden, Akad Murabahah Dosen Pembimbing : Muhammad Mujiburrahman, M.A.

(6)

v

ِمْي ِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِالله ِمــــــــــــــــــْسِب

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“PENERAPAN PEMBIAYAAN GRIYA IB HASANAH INDEN DALAM AKAD MURABAHAH DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG FATMAWATI (Ditinjau dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan dan Perspektif Hukum Islam)”. Sholawat serta salam senantiasa selalu tercurah

kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan keberkahan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat guna meraih gelar S.H di Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kelancaran dan kemudahan yang telah Allah SWT berikan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

3. Bapak Muhammad Mujiburrahman, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sangat berperan dalam memberikan bimbingan, arahan, koreksi, saran dan meluangkan waktu kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kesehatan kepada bapak. Aamiin.

4. Bapak Hidayatullah, M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaganya demi memberi dukungan dan kelancaran akademik selama penulis menjalankan masa perkuliahan.

(7)

vi

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kesehatan kepada bapak. Aamiin.

5. Kepada yang Terhormat Orang tua penulis, Bapak Syaiful Zeta dan Ibu Winani, beserta adik yang penulis sayangi, Yulia Anggraini dan Rifki Maulana yang senantiasa selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga pencapaian ini memberikan kebanggaan tersendiri dan keluarga.

6. Bapak Rudi Widodo selaku Kepala Sub Bagian Pengembangan Perbankan Syariah di Otoritas Jasa Keuangan dan Bapak Achmad Rivani Fauzi selaku bagian Administrasu Kredit di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati yang senantiasa sudah membantu penulis dalam melengkapi skripsi ini. 7. Kepada Ustad Arif yang senantiasa sudah membimbing dan memberi

dukungan kepada penulis dalam melakukan penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kepada teman baik penulis Nurul Laylan, Risky, Aji, Alvina, Aulia yang senantiasa selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta kepada teman-teman Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2016 beserta teman-teman KKN SHANKARA Desa Tegal Kunir Lor yang sudah memberikan pengalaman dan cerita yang berkesan.

9. Kepada seluruh pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan atas segala yang telah kalian berikan. Aamiin.

Jakarta, 28 September 2020

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... i

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 5 F. Manfaat Penelitian ... 6 G. Metode Penelitian ... 6 1. Jenis Penelitian ...6 2. Pendekatan Penelitian ...6

3. Sumber Bahan Hukum ...7

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ...7

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ...8

6. Teknik Penulisan ...8

H. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teoritis ... 10

1. Konsep Pembiayaan ... 10

2. Akad Murabahah ... 10

3. Pembiayaan Kepemilikan Rumah ... 21

(9)

viii

B. Review Kajian Terdahulu ... 23

BAB III PROFIL BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG FATMAWATI ... 30

A. Latar Belakang dan Sejarah Bank BNI Syariah ... 30

B. Visi dan Misi Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati ... 31

C. Struktur Organisasi Bank BNI Kantor Cabang Fatmawati ... 32

D. Produk Pada Perusahaan ... 33

1. Produk Pendanaan ... 33

2. Produk Pembiayaan ... 35

3. iB Hasanah Card ... 39

E. Mekanisme Akad Murabahah dalam Pembiayaan Griya iB Hasanah Inden.. ... 40

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN GRIYA IB HASANAH INDEN DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG FATMAWATI ... 47

A. Kesesuaian Praktik Akad Murabahah dalam Pembiayaan Griya iB Hasanah Inden di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati ... 47

B. Akibat Hukum dari Ketidaksesuaian Akad Murabahah dalam Pembiayaan Griya iB Hasanah Inden di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati.... 54 BAB V PENUTUP ... 61 A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 66

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank sebagai lembaga dengan fungsi Financial Intermediary, bank berbasis syariah memiliki kegiatan utama berupa penghimpunan dana dari masyarakat melalui bentuk simpanan dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito yang menggunakan prinsip wadi’ah yad al-dhamanat (titipan) dan Mudharabah (investasi bagi hasil) untuk kemudian menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk skema pembiayaan dalam bentuk skim jual/beli al-Ba’I (Murabahah, Salam, dan Istishna), sewa (Ijarah), dan bagi hasil (Musyarakah dan Mudharabah), serta produk pelengkap, yakni pendapatan berdasarkan jasa/pelayanan (fee based service), seperti Hiwalah (alih hutang piutang), Rahn (gadai), Qardh (utang piutang), Wakalah (perwakilan, agency), dan Kafalah (garansi bank).1

Bank syariah menjalankan produk Kredit Pemilikan rumah (KPR) dengan menggabungkan dan menggali skim-skim transaksi yang diperbolehkan dalam Islam dengan operasional perbankan konvensional. Adapun skim-skim yang banyak digunakan oleh perbankan syariah di Indonesia dalam menjalankan produk pembiayaan kepemilikan rumah adalah akad Murabahah, Istishna’ dan Ijarah, khususnya Ijarah Muntahiya Bi Tamlik (IMBT).

Salah satu produk pembiayaan yang menarik minat masyarakat adalah Griya iB Hasanah, produk ini merupakan pembiayaan kepemilikan rumah dari BNI Syariah dengan menggunakan akad murabahah yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam rangka implementasi produk pembiayaan berbasis akad murabahah yang memenuhi prinsip, ketentuan dan standar syariah, diperlukan suatu kerangka standar operasional produk yang komprehensif dan konsisten sejalan

1 Ah Azharudin Latif, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan syariah di

Indonesia, (Jurnal diakses

https://www.academia.edu/6497439/Konsep_dan_Aplikasi_Akad_Murabahah_pada_Perbank an_Syariah_di_Indonesia), h. 1. 2012.

(11)

2

dengan prinsip syariah termasuk dan tidak terbatas pada standar akad/kontrak perjanjian, standar manajemen risiko dan standar umum. Jenis pembiayaan ini dapat diaplikasikan pada pembiayaan kendaraan (KKB), maupun pembiayaan properti atau rumah. Standar produk Murabahah yang diuraikan dalam review ini masih terbatas pada pembiayaan murabahah untuk kepemilikan properti, khususnya rumah (Pembiayaan Pemilikan Rumah iB) dengan pertimbangan kebutuhan dan praktik di pasar industri perbankan syariah.

Pembiayaan kepemilikan rumah inden telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 06/DSN-MUI/VI/2000 Tentang Jual Beli Istishna’. Di dalamnya terdapat ketentuan bahwa kriteria barang sewa yang dideskripsikan harus jelas dan terukur spesifikasinya dan apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan kriteria atau cacat dengan kesepakatan, maka pemesan memiliki khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

Produk pembiayaan dalam perbankan syariah termasuk akad murabahah sudah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Regulasi tersebut menjadi landasan hukum bagi produk-produk yang ada dalam perbankan syariah yang termasuk didalamnya tentang akad murabahah.

Menurut Ashraf Usmani, dalam akad murabahah barang yang diperjualbelikan antara bank dan nasabah harus merupakan barang yang sudah menjadi milik bank ketika jual beli tersebut terjadi. Apabila bank menjual barang yang belum dimiliki oleh bank, maka jual beli tersebut menjadi batal demi hukum.2

Pembiayaan kepemilikan rumah inden merupakan program kepemilikan rumah yang dapat dipakai calon debitur untuk memiliki rumah yang belum sepenuhnya selesai.3 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat ingin melakukan pembiayaan kepemilikan rumah inden ini, rumah yang belum benar- benar selesai dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan serta kemungkinan

2 Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Syariah: produk-produk dan aspek hukumnya, Jakarta:

2014, hlm. 178.

(12)

3

tertunda penyelesaiannya atau bahkan gagal selesai.

Pada pelaksanaan ditemukan ketidaksesuaian praktik pembiayaan Griya iB Hasanah inden dengan menggunakan akad murabahah di Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati juga menjadi permasalahan, karena pembiayaan ini tidak sesuai dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mengharuskan dalam karakteristik pembiayaan dengan akad murabahah bahwa barang yang dibiayai harus berwujud dan sudah tersedia atau siap pakai (ready stock). Maka dari itu terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pelaksanaan pembiayaan Griya iB Hasanah inden dengan menggunakan akad murabahah di Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati terkait dengan kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan serta akibat hukum dari ketidaksesuaian akad pada produk tersebut.

Bahwa sebelum penulis melakukan penelitian ini, penelitian sejenis yang membahas penelitian yang serupa diantaranya Bagya Agung Prabowo yang membahas mengenai konsep akad murabahah pada perbankan syariah.4 Kemudian Chicheu Melinda, Ramdan Fawzi dan Muhammad Andri Ibrahim yang membahas mengenai penetapan persyaratan KPR sebagai strategi pencegahan pembiayaan bermasalah.5 Lalu penelitian yang dilakukan oleh Helmi Haris yang membahas mengenai inovasi pembiayaan pemilikan rumah di perbankan syariah yaitu akad Murabahah, akad Istishna, dan akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik.6 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Moh. Ansyar yang membahas mengenai pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri KCP Palu Tadulako baik dari segi pelaksanaan maupun produk yang menggunakan akad murabahah.7 Lalu

4 Bagya Agung Prabowo, “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis

Terhadap Aplikasi Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)”, Jurnal Hukum, No. 1 Vol. 16 (Januari 2009).

5 Chicheu Melinda, Ramdan Fawzi, Muhammad Andri Ibrahim, “Analisis Penetapan

Persyaratan Pembiayaan KPR terhadap Strategi Pencegahan Pembiayaan Bermasalah” 2019, http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/hukum_ekonomi_syariah/article/view/14029/pdf.

6 Helmi Haris, “Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan

Syariah)”, Jurnal Hukum, Vol. 1, No. 1, (Juli 2007).

7 Moh. Ansyar, “Analisis Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Palu Tadulako”, Universitas Tadulako, e-jurnal katalogis, Vol. 3 No. 10 (Oktober 2015).

(13)

4

Ahmad Syukri, membahas mengenai hal-hal mekanisme Pembiayaan pemilikan rumah BNI iB Griya, analisa Strength, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT).8 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Achmad Subchan yang membahas mengenai proses pelaksanaan wakalah pada akad murabahah dan implikasinya terhadap akad murabahah di Bank BCA Syariah Cabang Semarang.9 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Puspa Arum Mufi Handayani yang membahas mengenai pembiayaan akad murabahah di BMT Amanah Insani, baik mengenai pelaksanaan maupun kesesuaiannya pada Fatwa DSN MUI.10 Serta penelitian yang dilakukan oleh Andhika Febrya Dharma, dalam skema pembiayaan KPR-iB yang menerapkan akad murabahah ada jenis pemilikan rumah yang masih Inden dapat disimpulkan bahwa tidak termasuk ke dalam Ba’I Ma’dum atau sesuatu yang tidak atau belum dimiliki oleh penjual.11

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PENERAPAN AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN GRIYA IB HASANAH INDEN DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG FATMAWATI (Ditinjau dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan dan Perspektif Hukum Islam)”. Pada penelitian yang telah dilakukan Ahmad Syukri hanya sebagai referensi bagi penulis. Namun dalam penelitian yang akan penulis lakukan, penulis akan melanjutkan penelitian yang telah diteliti oleh penulis sebelumnya yaitu Analisis Produk Pembiayaan KPR BNI iB Griya Studi Pada PT. BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan. Selanjutnya akan meneliti Penerapan Akad Murabahah dalam Pembiayaan Griya iB Hasanah Inden di Bank BNI Syariah

8 Ahmad Syukri, “Analisis Produk Pembiayaan KPR BNI iB Griya Studi Pada PT. BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 25 (November

2010),

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2522/1/AHMAD%20SYUKRI- FSH.pdf.

9 Achmad Subchan, “Implikasi Wakalah Pada Akad Murabahah oleh Bank BCA Syariah

Semarang (Studi di Bank BCA Syariah Semarang), Universitas Negeri Semarang 25 (Desember 2014).

10 Puspa Arum Mufi Handayani, “Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Di BMT

Amanah Insani Sukoharjo”, Universitas Muhammadiyah Surakarta (Desember 2010).

11 Andhika Febrya Dharma, “Pembiayaan Pemilikan Rumah Inden Prespektif Fatwa DSN-

MUI Pada Bank DKI Syariah”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 23 (September 2016), http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/36053.

(14)

5

Kantor Cabang Fatmawati.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang maka permasalahan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Praktik akad murabahah dalam pembiayaan Griya iB Hasanah inden tidak

sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam SEOJK No.36/SEOJK.03/2015 bahwasanya akad murabahah objeknya harus tersedia (ready stock).

2. Akibat hukum jika praktik akad murabahah dalam pembiayaan Griya iB

Hasanah inden yang tidak sesuai dengan ketentuan SEOJK No.36/SEOJK.03/2015.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan persoalan yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah diatas yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah kesesuaian praktik pembiayaan Griya iB Hasanah inden dan status pembiayaan tersebut. Penelitian ini dibatasi pada praktik kepemilikan rumah inden yang dilaksanakan oleh Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati terhadap praktik akad murabahah dalam pembiayaan Griya iB Hasanah inden.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah kesesuaian praktik akad murabahah dalam pembiayaan Griya iB Hasanah inden di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah?

2. Apa akibat hukum dari praktik pembiayaan Griya iB Hasanah inden dengan menggunakan akad murabahah?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk Menjelaskan Kesesuaian Praktik akad Murabahah dalam Pembiayaan Griya iB Hasanah Inden di BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

(15)

6

2. Untuk Menjelaskan Keabsahan Praktik Akad Murabahah dalam Pembiayaan Griya iB Hasanah Inden.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan keilmuan yang berguna bagi pengembangan ilmu hukum khususnya dibidang Hukum Ekonomi Syariah.

b. mengembangkan pikiran serta memperluas informasi tentang pembiayaan Griya iB Hasanah inden, Diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan dan

c. Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi rujukan serta memberi masukan dalam mengevaluasi kesesuaian dalam parktik pada produk-produk pembiayaan yang dijalankan agar tetap berada dalam ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang dibentuk oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif empiris yaitu penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan dari berbagai unsur-unsur empiris. Dalam metode penelitian normatif empiris ini juga mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya di setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum

(16)

7

yang ditangani.12 Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

3. Sumber Bahan Hukum

Sumber data penelitian dibedakan menjadi data primer dan data sekunder:

a. Bahan Hukum Primer:

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. 2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24/POJK.03/2015 Tentang

Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. 3) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015

Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

4) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN- MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.

5) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 111/DSN- MUI/IX/2017 Tentang Akad Jual Beli Murabahah.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bersumber pada dokumen-dokumen tertulis yang berupa tentang pembiayaan kepemilikan rumah inden dalam akad murabahah yang diterapkan, jurnal-jurnal ilmiah, dokumen-dokumen, buku-buku, Peraturan Perundang-undangan, Fatwa DSN-MUI, Peraturan OJK, Surat Edaran OJK, dan berbagai referensi yang relevan dengan masalah penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Wawancara

Penulis melakukan teknik wawancara secara terbuka untuk mencari informasi lebih lanjut terkait penelitian mengenai Pembiayaan Griya iB Hasanah Inden dalam Akad murabahah di Bank BNI Syariah Kantor

(17)

8

Cabang Fatmawati. Penulis melakukan wawancara dengan:

1) Kepala Sub Bagian Pengembangan Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan.

2) Pimpinan Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati.

3) Pihak Account Officer Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati. 4) Pihak Legal Officer Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati. 5) Pihak Administration Credit Bank BNI Syariah Kantor Cabang

Fatmawati.

6) Pihak Sales Assistant Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati. 7) Pihak Nasabah Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati. b. Studi terhadap dokumen-dokumen tertulis

Adapun dokumen-dokumen tertulis itu meliputi: buku, jurnal- jurnal, Peraturan Perundang-undangan, Fatwa DSN-MUI, Peraturan OJK, Surat Edaran OJK, dan berbagai referensi yang relevan dengan penelitian ini. Selain dokumen-dokumen yang diminta secara langsung, penulis juga mengambil referensi dari brosur perbankan, browsing pada website Bank BNI Syariah dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Data yang diperoleh, diolah, dan dianalisis dengan menggunakan analisis pendekatan sosial legal, penggunaan metode tersebut akan menghasilkan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Hasil deskriptif didapatkan dari hal yang umum lalu dianalisis ke hal yang khusus.

6. Teknik Penulisan

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada prinsip-prinsip yang diatur dan dibukukan dalam buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

(18)

9 H. Sistematika Penulisan

Agar penulisan dalam penelitian ini menjadi lebih terarah dan sistematis, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut :

Pada Bagian Pertama, yaitu bab Pendahuluan berisi tentang gambaran umum penelitian yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Selanjutnya pada bagian kedua merupakan bab Kajian Pustaka. Pada bab ini akan membahas tentang pengertian pembiayaan, pengertian akad murabahah, pembiayaan kepemilikan rumah, dan pembiayaan kepemilikan rumah inden.

Kemudian pada bagian ketiga berisikan bab Tinjauan Umum mengenai Bank Negara Indonesia Syariah. Pada bab ini akan membahas sejarah singkat berdirinya Bank Negara Indonesia Syariah, profil, visi dan misi serta produk atau kegiatan dalam Bank Negara Indonesia Syariah.

Dibagian keempat merupakan Analisis dan Pembahasan berisi tentang analisis mengenai praktik dan akibat hukum ketidaksesuaian praktik pembiayaan Griya iB Hasanah inden dalam akad murabahah di Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Fatmawati.

Pada bagian terakhir yaitu bagian kelima, merupakan Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang berguna untuk perbaikan di masa yang akan datang.

(19)

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Konsep Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan Islam atau istilah teknisnya sebagai aktiva produktif. Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Islam baik dalam rupiah maupun valuta asing.1

2. Akad Murabahah

a. Akad Murabahah Menurut Fikih

Akad Murabahah dalam istilah fikih klasik merupakan suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang (al-tsaman al-awwal) dan tingkat keuntungan yang diinginkan.2 Murabahah merupakan produk pembiayaan perbankan syariah yang dilakukan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli (ba’i atau sale). Namun murabahah bukan transasksi jual beli biasa antara satu pembeli dan satu penjual saja sebagaimana yang kita kenal di dalam dunia bisnis perdagangan di luar perbankan syariah. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli terlebih dahulu barang itu dari pemasok barang dan setelah kepemilikan barang itu secara yuridis berada di tangan bank, kemudian bank tersebut menjualnya kepada nasabah dengan menambahkan suatu mark-up/margin atau keuntungan di mana nasabah harus diberitahu oleh

1 Veithzal Rivai, et al, “Islamic Banking”, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, h. 681.

2 Lihat Burhanuddin al-Marghinani, “Al-Hidayah Syarh Bidayah al-Mubtadi”, (Bayrut: Dar

(20)

11

bank berapa harga beli barang dari pemasok dan menyepakati berapa besar mark- up/margin yang ditambahkan ke atas harga beli bank tersebut.3 b. Akad Murabahah Menurut Fatwa DSN MUI

Dalam Fatwa DSN MUI No. 111 Tahun 2017 Tentang Akad Jual Beli Murabahah, akad murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya dan pembeli membayarnya dengan harga lebih

sebagai laba.4 Namun dijelaskan juga dalam Peraturan Bank Indonesia

No.7/46/PBI/2005 bahwa harga asal dan tambahan keuntungan sejumlah

yang disepakati bersama.5 Jadi dapat disimpulkan, bahwa Bank harus

menginformasikan harga perolehan dan atau harga asal barang yang dibeli lalu untuk kemudian menentukan tingkat keuntungan (margin) sebagai keuntungan.

1) Ketentuan terkait Hukum Bentuk Murabahah

Akad jual beli murabahah boleh dilakukan dalam bentuk bai’ murabahah ‘adiyyah maupun dalam bentuk bai’ murabahah li al-amir bi al-syira’.

2) Ketentuan terkait Shigat al-‘aqd

i. Akad jual beli murabahah harus dinyatakan secara tegas dan jelas serta dipahami dan dimengerti oleh penjual dan pembeli.

ii. Akad jual beli murabahah boleh dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat, dan perbuatan/tindakan, serta dapat dilakukan secara elektronik sesuai syariah dan peraturan perundang-undangan

3Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,

Jakarta: 2014, hal. 191.

4Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional, Fatwa Dewan

Syariah Nasional Nomor 111/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Jual beli Murabahah (Majelis Ulama Indonesia, n.d.).

5 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Mela (Bank Indonesia, Ayo ke Bank "Memiliki Rumah

Sendiri dengan KPR", 2020)ksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, tanggal 14 November 2005.

(21)

12

yang berlaku.

iii. Dalam hal perjanjian jual beli murabahah dilakukan secara tertulis, dalam akta perjanjian harus terdapat informasi mengenai harga perolehan (ra’s mal al-murabahah), keuntungan (al-ribh), dan harga jual (tsaman al-murabahah).

3) Ketentuan terkait Para Pihak

i. Jual beli boleh dilakukan oleh orang maupun yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ii. Penjual (al-Ba’i) dan pembeli (al-Musytari) harus cakap hukum (ahliyah) sesuai dengan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

iii. Penjual (al-Ba’i) harus memiliki kewenangan (wilayah) untuk melakukan akad jual beli, baik kewenangan yang bersifat ashliyyah maupun kewenangan yang bersifat niyabiyyah.

4) Ketentuan terkait Mutsman/Mabi’

i. Mutsman/mabi’ boleh dalam bentuk barang dan/atau berbentuk hak yang dimiliki penjual secara penuh (milk al-tam).

ii. Mutsman/mabi’ harus berupa barang dan/atau hak yang boleh dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwam) dan boleh diperjualbelikan menurut syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

iii. Mutsman/mabi’ harus wujud, jelas/pasti/tertentu, dan dapat diserahterimakan (qudrat al-taslim) pada saat akad jual beli murabahah dilakukan.

(22)

13

sebagaimana ditentukan dalam Fatwa MUI nomor 1/MUNASVII/5/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Ketentuan terkait Ra’s Mal al-Murabahah

i. Ra’s mal al-murabahah harus diketahui (ma’lum) oleh penjual dan pembeli.

ii. Penjual (al-ba’i) dalam akad jual beli murabahah tidak boleh melakukan tindakan khiyanah/tadlis terkait ra’s mal al-murabahah.

6) Ketentuan Tsaman

i. Harga dalam akad jual beli murabahah (tsaman al-murabahah) harus dinyatakan secara pasti pada saat akad, baik ditentukan melalui tawar menawar, lelang, maupun tender.

ii. Pembayaran harga dalam jual beli murabahah boleh dilakukan secara tunai (bai’ al-hal), tangguh (bai’ al-mu’ajjal), bertahap/cicil (bai’ bi al-taqsith), dan dalam kondisi tertentu boleh dengan cara perjumpaan utang (bai’ al-muqashshah) sesuai dengan kesepakatan.

7) Ketentuan terkait Produk dan Kegiatan

Murabahah yang direalisasikan dalam bentuk pembiayaan (al-tamwil bi murabahah), baik murabahah li amir bi syira’ maupun al-murabahah al-‘adiyah, berlaku ketentuan (dhawabith) dan batasan (hudud) murabahah sebagaimana terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.

c. Akad Murabahah Menurut Otoritas Jasa Keuangan

Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan

(23)

14

Unit Usaha Syariah, akad murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu untuk transaksi jual beli barang sebesar harga pokok ditambah margin berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan Nasabah yang mewajibkan nasabah untuk melunasi hutang/kewajibannya.

Persyaratan Akad Murabahah Menurut Otoritas Jasa Keuangan

1) Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam rangka membelikan barang dan nasabah sebagai pihak pembeli barang.

2) Barang yang menjadi aset murabahah hrus secara jelas diketahui kuantitas, kualitas, harga perolehan dan spesifikasinya.

3) Barang yang menjadi aset murabahah harus sudah wujud dan sudah tersedia atau siap pakai (ready stock) pada saat akad.

4) Harga perolehan aset murabah harus diberitahukan Bank kepada nasabah.

5) Jangka waktu pembiayaan ditetapkan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah.

6) Bank melakukan analisis atas permohonan pembiayaan dari nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa karakter (character) dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha (capacity), keuangan (capital), dan/atau prospek usaha (condition).

7) Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan dalam perjanjian tertulis atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

8) Bank menerapkan transparansi informasi produk dan perlindungan nasabah sesuai ketentuan yang berlaku.

9) Bank memiliki kebijakan dan prosedur untuk mitigasi risiko.

(24)

15

yang memadai.

Karakteristik Akad Murabahah Menurut Otoritas Jasa Keuangan

1) Bank dapat memberikan pembiayaan dalam mata uang rupiah atau valuta asing (khusus untuk pembiayaan dalam valuta asing hanya berlaku bagi bank yang telah memperoleh persetujuan untuk melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing).

2) Bank dapat memberikan pembiayaan untuk tujuan modal kerja, investasi, dan/atau konsumsi.

3) Aset yang menjadi obyek murabahah dapat berupa properti, kendaraan bermotor, atau aset lainnya.

4) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang.

5) Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah dari pihak ketiga untuk dan atas nama bank. Dalam hal ini, akad murabahah baru dapat dilakukan setelah secara prinsip barang tersebut menjadi milik bank.

6) Bank dapat meminta uang muka kepada nasabah sebagai bukti komitmen pembelian aset murabahah sebelum akad disepakati.

i. Apabila akad murabahah disepakati maka uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah.

ii. Apabila akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh bank. Apabila uang muka lebih kecil dari kerugian riil maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah.

7) Bank dapat memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan kepada kebijakan bank.

(25)

16

menggunakan metode anuitas atau metode operasional.

9) Bank dapat memberikan potongan harga (diskon) harga barang dari pemasok (supplier) dengan perlakuan sebagai berikut:

i. Apabila diberikan sebelum terjadi akad murabahah, maka potongan harga tersebut menjadi mengurangi harga jual murabahah

ii. Apabila diberikan setelah terjadi akad murabahah, maka dibagi sesuai kesepakatan dalam akad. Apabila tidak diatur dalam akad maka potongan harga menjadi hak bank.

10) Bank dapat memberikan potongan tagihan (cicilan) murabahah yang belum dilunasi apabila nasabah melakukan pembayaran cicilan tepat waktu dan/atau mengalami penurunan kemampuan membayar, dengan syarat tidak boleh diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan kepada kebijakan Bank. Dalam hal Bank memerikan potongan tagihan murabahah yang belum dilunasi karena nasabah membayar cicilan tepat waktu maka bank harus memiliki kebijakan dan kriteria mengenai nasabah yang membayar cicilan tepat waktu. Mekanisme pemberian potongan tagihan murabahah mengacu pada Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI)

11) Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah yang tidak dapat melakukan pembayaran angsuran piutang murabahah dengan indikasi antara lain adanya unsur penyalagunaan dana.

d.

Landasan Hukum Akad Murabahah a) Al-Qur’an (Q.S. Al-Baqarah: 282)

اَدَت اَذِإ ۟ا َٰٓوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي

ُهوُبُتْكٱَف ىًّمَسُّم ٍلَجَأ َٰٓ ىَلِإ ٍنْيَدِب مُتنَي

Artinya :

(26)

17

piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah...”

Ayat di atas menganjurkan bagi pelaku transaksi utang-piutang untuk jangka waktu yang sudah ditentukan. Karena mencatat transaksi utang-piutang itu lebih adil dalam pandangan Allah SWT, lebih kuat dalam menegakkan dan memberkan kesaksian, dan lebih besar kemungkinannya untuk menghilangkan keraguan tentang jenis, kadar dan waktu (jatuh tempo) pinjaman.

b) Hadits

ُهَّلَحَأَف ِعْيَبْلا ىِف ِناَب ْرُعْلا ِنَع َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُل ْوُسَر َلِئُس ُهَّنَأ

Artinya:

“Rasulullah SAW. Ditanya tentang ‘urban (uang muka) dalam jual beli, maka beliau menghalalkannya.”

Hadits di atas menjelaskan bahwa hukum jual beli dengan ‘urban (uang muka) diperbolehkan.‘urbun ini sebagai jaminan bagi si penjual dan uang muka tersebut dimasukkan sebagai bagian pembayaran. Jual beli dengan sistem uang muka ini agar dijadikan tanda jadi/adanya kepastian dari pembeli ke penjual. Akan tetapi, terdapat beberapa Ulama yang mengharamkannya dikarenakan terdapat syarat fasad (rusak) dan gharar (spekulasi).

c) Ijma’

Transaksi menggunakan akad Murabahah sudah dipraktikkan di berbagai tempat tanpa ada yang mengingkarinya. Mayoritas ulama membolehkan jual beli dengan cara Murabahah.6

d) Kaidah Fikih

اَهِمْي ِرْحَت ىَلَع ٌلْيِلَد َّلُدَي ْنَأ َّلاِإ ُةَحاَب ِلإْا ِتَلاَماَعُمْلا ىِف ُلْصَلأَا

Artinya :

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

(27)

18

e. Rukun dan Syarat Akad Murabahah a) Rukun Akad Murabahah terdiri dari:

1) Pihak yang berakad (Al-‘aqidain) i. Penjual (Bank)

ii. Pembeli (Nasabah) iii. Pemasok (Supplier)

Dalam Pasal 23 KHES menyebutkan bahwa syarat pihak-pihak yang berakad adalah orang, persekutuan, atau badan usaha yang memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum.

Selanjutnya, Pasal 2 KHES menyebutkan bahwa seseorang dipandang memiliki kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum dalam hal telah mencapai umur paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau pernah menikah. Sedang badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, dapat melakukan perbuatan hukum dalam hal tidak dinyatakan taflis/pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2) Objek yang diakadkan (Mahallul ‘Aqad)

i. Adanya wujud barang yang diperjualbelikan ii. Harga barang

Dalam Pasal 24 KHES menyebutkan bahwa objek akad adalah amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan oleh masing-masing pihak.

Selanjutnya, Pasal 17 KHES menjelaskan bahwa kepemilikan amwal pada dasarnya merupakan titipan dari Allah SWT untuk didayagunakan bagi kepentingan hidup. Oleh karena itu kepemilikan benda pada dasarnya bersifat individual dan penyatuan benda dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha atau koperasi. Di samping itu kepemilikan benda tidak hanya memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan hidup pemiliknya, tetapi pada saat yang sama di dalamnya terdapat hak masyarakat. Kepemilikan benda pada dasarnya diarahkan untuk memperbesar manfaat dan

(28)

19

mempersempit Mudharat. 3) Tujuan Akad (Maudhu’ul Aqad)

Tujuan akad harus menerapkan hal yang diperbolehkan oleh syariah. Adapun tujuan menurut Pasal 25 KHES yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan usaha masing-masing pihak yang mengadakan akad.

4) Akad (Sighat al-‘Aqad) i. Serah (Ijab) ii. Terima (Qabul)

Dalam Pasal 59 dan 60 KHES dinyatakan bahwa kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan, dan isyarat yang memiliki makna hukum yang sama. Kesepakatan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masing-masing pihak, baik kebutuhan hidup maupun pengembangan usaha.

Kecakapan hukum haruslah dipenuhi oleh para pihak dalam akad Murabahah. Sebab para pihak yang berakad akan melakukan suatu perbuatan hukum yang melahirkan adanya hak dan kewajiban. Terkait objek akad dalam hukum positif atau BW disebut dengan “sebab yang halal”. Maka dalam prinsip umum objek akad haruslah terbebas dari unsur yang dilarang secara syariah maupun hukum positif yaitu unsur magrib (maysir, gharar, dan riba).7

Sighat al-‘aqad adalah berupa ijab dan qabul. Syarat dalam ijab dan qabul ini meliputi:

1) Jala’ul ma’na yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki. 2) Tawafuq yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan qabul.

3) Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan qabul menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak terpaksa.8

7 Buku Standar Produk Perbankan Syariah – Murabahah, Otoritas Jasa Keuangan, 2016,

hlm.7.

8 Buku Standar Produk Perbankan Syariah – Murabahah, Otoritas Jasa Keuangan, 2016,

(29)

20

b) Syarat-syarat Akad Murabahah:

1) Pembeli harus mengetahui harga perolehan barang, dengan demikian pihak penjual harus memberitahukannya.

2) Pembeli harus mengetahui keuntungan yang akan diambil oleh penjual.

3) Harta yang nilainya selalu bertambah tidak dibolehkan untuk dijadikan sebagai alat tukar, seperti menukar emas dengan emas. 4) Akad jual beli pertama (penyediaan barang) harus sah.

f. Karakteristik Akad Murabahah

1.

Bank dapat memberikan pembiayaan dalam mata uang rupiah atau valuta asing.

2. Bank dapat memberikan pembiayaan untuk tujuan modal kerja, investasi, dan/atau konsumsi.

3. Aset yang menjadi obyek murabahah dapat berupa properti, kendaraan bermotor, atau aset lainnya.

4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang. 5. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang yang

dibutuhkan oleh nasabah dari pihak ketiga untuk dan atas nama bank. Dalam hal ini, akad murabahah baru dapat dilakukan setelah secara prinsip barang tersebut menjadi milik Bank.

6. Bank dapat meminta uang muka kepada nasabah sebagai bukti komitmen pembelian aset murabahah sebelum akad disepakati.

7. Bank dapat memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan kepada kebijakan bank.

8. Bank dalam melakukan pengakuan pendapatan murabahah dapat menggunakan metode anuitas dan metode proposional.

(30)

21 3. Pembiayaan Kepemilikan Rumah

a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah

Kredit pemilikan rumah adalah kredit yang diberikan oleh Bank kepada Debitur untuk digunakan membeli rumah dan/atau berikut tanah guna dimiliki dan dihuni atau digunakan sendiri.9 Kredit Pemilikan Rumah saat ini tidak hanya diberikan oleh bank konvensional saja, tetapi bank syariah juga menyediakan produk Pemilikan Rumah yang sesuai dengan syariah. Jika dalam bank konvensional, Pemilikan Rumah biasanya menggunakan bunga, pada bank syariah Pemilikan Rumah menggunakan skim jual-beli (Murabahah), sewa-beli (Ijarah Muntahiya Bittamlik), dan penyertaansewa (Musyarakah Mutanaqisah).

Menurut Bank Indonesia, KPR adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan salah satu jenis dari kredit konsumtif, yaitu fasilitas kredit untuk pembelian/pembangunan/renovasi rumah tinggal, rumah susun, ruko, rukan, apartemen, dan vila atau untuk pembelian kavling/tanah matang, atau untuk refinancing dengan jaminan berupa objek yang dibiayai.10 Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis Pembiayaan Kepemilikan Rumah:

a) Pembiayaan Kepemilikan Rumah Subsidi, yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa : Subsidi meringankan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur sendiri oleh Pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan oleh

9 Naskah Perjanjian Kredit Bank Tabungan Negara. 10 Bank Indonesia, Kredit Pemilikan Rumah.

(31)

22

pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.

b) Pembiayaan Kepemilikan Rumah Non Subsidi, yaitu suatu Pemilikan Rumah yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan Pemilikan Rumah ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.11

b. Keuntungan Pembiayaan Kepemilikan Rumah:

a) Nasabah tidak harus menyediakan dana tunai untuk membeli rumah. Nasabah cukup menyediakan uang muka.

b) Karena Pembiayaan Pemilikan Rumah memiliki jangka waktu yang panjang, angsuran yang dibayar dapat diiringi dengan ekspektasi peningkatan penghasilan.

4. Pembiayaan Kepemilikan Rumah Inden

a. Pengertian Kepemilikan Rumah Inden

Kredit Pemilikan Rumah Inden adalah sebuah program pemilikan rumah yang dapat dipakai calon debitur untuk memiliki rumah yang belum sepenuhnya selesai.12

b. Kelebihan Pembiayaan Pemilikan Rumah Inden

a) Salah satu keuntungan yang signifikan adalah rumah inden, umumnya ditawarkan dengan harga yang lebih ringan daripada rumah yang sudah jadi.

b) Karena rumah masih belum selesai, masih ada kesempatan untuk menyesuaikan desain rumah yang diinginkan.

c. Kelemahan Pembiayaan Pemilikan Rumah Inden

Selalu ada kemungkinan bahwa rumah yang dibangun tidak sesuai dengan keinginan. Lebih parah dari itu, rumah yang dibeli bisa jadi

11 Bank Indonesia, “Ayo ke Bank “Memiliki Rumad Sendiri dengan KPR”. 12 BTN Properti, “Segala Hal Tentang KPR Rumah Inden”.

(32)

23

tertunda penyelesaiannya atau bahkan gagal selesai.

B. Review Kajian Terdahulu

Sebelum penulis melakukan penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan pembahasan yang serupa dengan penelitian penulis. Namun, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan meliputi:

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chicheu Melinda, Ramdan Fawzi dan Muhammad Andri Ibrahim yang membahas mengenai penetapan persyaratan pembiayaan pemilikan rumah sebagai strategi pencegahan pembiayaan bermasalah. Dalam penelitiannya, pelaksanaan pembiayaan pemilikan rumah Griya iB Hasanah dimulai dari nasabah menghubungi developer sesuai dengan rumah yang diinginkan. Lalu nasabah membayar uang muka sebagai tanda jadi membeli rumah maka developer akan memberikan kwitansi. Dari praktik pembiayaan pemilikan rumah tersebut terdapat masalah yaitu nasabah belum membayar full uang muka tetapiketika akad, developer mengakui sudah melunasi dan membuktikan kwitansi sebagai lunasnya uang muka nasabah. Setelah akad di bank, ternyata nasabah belum membayar uang juga lalu developer tidak ingin menyelesaikan bangunan rumah, dengan alasan nasabahnya tidak membayar uang muka dan nasabah pun tidak mau membayar uang muka dengan alasan bangunan belum selesai. Maka dari itu, alasan bank BNI Syariah menetapkan persyaratan dalam akad murabahah pada pembiayaan pemilikan rumah adalah untuk memperketat nasabah dan developer meminimalisir pembiayaan bermasalah.13

Perbedaannya terletak pada penanganan pembiayaan pemilikan rumah Griya iB Hasanah yang mengalami permasalahan dan ketidaksesuaian praktik pembiayaan Griya iB Hasanah khususnya perumahan inden pada ketentuan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Bagya Agung Prabowo yang membahas mengenai konsep akad murabahah pada perbankan syariah dalam

13Chicheu Melinda, Ramdan Fawzi, Muhammad Andri Ibrahim, “Analisis Penetapan

(33)

24

aplikasinya di Indonesia dan Malaysia.

Dalam penelitiannya, terdapat perbedaan yang signifikan dalam praktik akad murabahah antara Indonesia dan Malaysia. Fitur yang paling berbeda di antara mereka adalah adopsi Bai’ al-‘inah di Malaysia yang tidak berlaku di Indonesia. Dewan Syariah Nasional Indonesia melarang adanya kontrak seperti itu karena sebagai penipuan. Dalam kontrak ditetapkan menjadi dua lipatan, yaitu dari bank ke nasabah dan dari nasabah ke bank. Maka dari itu, hal tersebut termasuk riba yang terselubung. Sehubungan dengan jaminan fidusia (dhaman), tidak ada perbedaan antara kedua Negara tersebut. Adanya jaminan tersebut adalah prinsip kehati-hatian untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah.14

Akan tetapi, terdapat perbedaan dengan penulis yaitu penelitian akad murabahah di Bank BNI Syariah. Pada penelitian yang dilakukan tersebut memabahas studi komparatif penerapan akad murabahah antar kedua Negara serta keterkaitan adanya unsur riba dalam implementasi akad murabahah tersebut. Selain itu, penulis lebih membahas tentang pembiayaan pemilikan rumah inden pada produk Griya iB Hasanah dan ketidaksesuaian praktik tersebut pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Helmi Haris yang membahas mengenai inovasi pembiayaan pemilikan rumah di perbankan syariah yaitu akad Murabahah, akad Istishna, dan akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik.

Dalam penelitiannya, inovasi yang dilakukan oleh perbankan syariah di Indonesia dalam melakukan pembiayaan kepemilikan rumah terdapat pilihan akad. Ada beberapa akad yang digunakan untuk pembiayaan kepemilikan rumah syariah yaitu, akad Murabahah, akad Istishna, dan akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik. Akad Murabahah adalah jual beli barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati antara penjual dengan pembeli. Akad jenis ini adalah salah satu

14Bagya Agung Prabowo, “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis

(34)

25

bentuk akad bisnis yang mencari keuntungan bersifat pasti dan telah diketahui dimuka.15

Perbedaannya terletak pada pembiayaan kepemilikan rumah inden Griya iB Hasanah di Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati yang diteliti oleh penulis dan ketidaksesuaian praktik tersebut pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap pelaksanaan pembiayaan murabahah yang tidak sesuai dengan mekanisme pada ketetapan yang telah diatur dalam Surat Edaran OJK No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut serta pada penelitian yang dilakukan oleh penulis fokus membahas penerapan akad murabahah secara komprehensif, tidak lagi membahas akad Ijarah Muntahiya bi Tamlik (IMBT) seperti pada penelitian sebelumnya.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Moh. Ansyar yang membahas mengenai pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri KCP Palu Tadulako baik dari segi pelaksanaan maupun produk yang menggunakan akad murabahah.

Dalam penelitiannya, pembiayaan murabahah yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri KCP Palu Tadulako adalah BSM alat Kedokteran, Griya BSM, Griya Bersubsidi dan BSM Oto. Pembiayaan tersebut sudah dijalankan berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku dengan fitur dan dokumen yang diperlukan dengan tujuan agar dalam penyaluran dana di masyarakat sesuai dengan syariat islam melalui sistem murabahah. Akad yang terjadi di dalam kegiatan usaha operasional dalam BSM menggunakan kontrak baku yang telah dipersiapkan oleh bank, dimana pihak nasabah akan mengikatkan dirinya kepada bank. Kontrak standar ini dibuat atas dasar “take it or leave it” jadi pihak nasabah boleh menyetujui atau tidak perjanjian tersebut.16

Perbedaannya terletak pada objek bank yaitu Bank BNI Syariah. Penelitian yang dilakukan membahas secara spesifik tentang pembiayaan pemilikan rumah

15 Helmi Haris, “Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan

Syariah)”, 2007.

16 Moh. Ansyar, “Analisis Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor

(35)

26

inden Griya iB Hasanah dan ketidaksesuaian praktik tersebut pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut. Sehingga bukan penerapan yang didasarkan pada kontrak bakunya saja tetapi dari hasil wawancara dan penilaian nasabah terhadap KPR Inden yang terdapat pada Griya iB Hasanah tersebut.

Lalu penelitian yang dilakukan oleh Andhika Febrya Dharma membahas mengenai pembiayaan pemilikan rumah Inden baik mengenai mekanisme, konsep akad serta kesesuaian pembiayaan dengan Fatwa DSN-MUI.

Dalam penelitiannya, akad murabahah tidak perlu digunakan oleh PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah. Hal ini karena tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Kepatuhan prinsip syariah salah satunya dapat

dilihat apakah ketentuan akad dalam sebuah produk sesuai Fatwa DSN-MUI. Skema pembiayaan pemilikan rumah Inden yang menerapkan akad murabahah tidak termasuk ke dalam Ba’I Ma’dum. Oleh karenanya pembiayaan pemilikan rumah inden dengan menggunakan akad murabahah tidak memeliki dasar hukum, maka kesesuaian rukun dan syarat akad masih dipertanyakan termasuk perlindungan hukum bagi nasabah yang menandatangani akad tersebut jika terjadi wanprestasi antara pihak bank dengan pihak nasabah.17

Perbedaannya, penulis tidak membahas hal-hal yang menyangkut pada aspek ekonomi dan strategi pemasaran produk serta perlindungan hukum bagi nasabah yang menandatangani akad tersebut jika terjadi wanprestasi antara pihak bank dengan pihak nasabah. maka dalam penelitian penulis akan membahas mengenai aspek hukum dari penerapan praktik pembiayaan kepemilikan rumah inden. Serta pada penelitian sebelumnya tidak membahas akad murabahah, sedangkan penelitian ini menerapkan akad murabahah pada implementasinya. Selain itu, penulis juga akan menganalisis kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap pelaksanaan pembiayaan akad murabahah yang tidak sesuai dengan mekanisme pada ketetapan yang telah diatur dalam Surat Edaran OJK No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk

17 A F Dharma, “Pembiayaan Pemilikan Rumah Inden Prespektif Fatwa DSNMUI Pada Bank

(36)

27

dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut jika masih dijalankan.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syukri mengenai analisis produk pembiayaan pemilikan rumah BNI iB Griya baik mengenai mekanisme dan matrik SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Selain itu, penelitian ini membahas mengenai ancangan strategi untuk peningkatan pembiayaan pemilikan rumah BNI iB Griya.

Analisa SWOT produk KPR BNI iB Griya membandingkan antara Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) yaitu fatwa MUI bahwa “Bunga Bank Haram”, memiliki undang-undang yang mendukung bank syariah, memanfaatkan event dan acara pameran, pertumbuhan jumlah produk yang pesat, bisnis property yang diprediksikan akan terus membaik, promosi melalui media elektronik dan Ancaman (Threats) seperti banyak pesaing, masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan produk KPR yang berbasis syariah, dengan Faktor Intenal Kekuatan (Strengths) seperti merupakan anak perusahaan pemerintah yang memiliki brand yang cukup familiar,dan Kelemahan (Weakness) seperti kurangnya promosi kepada masyarakat, jaringan kantor yang terbatas, kurangnya pemahaman SDM yang professional dalam bidangnya.18

Perbedaanya terletak pada strategi SWOT untuk peningkatan pembiayaan produk pemilikan rumah BNI iB Griya. Maka penulis lebih membahas tentang pembiayaan pemilikan rumah inden Griya iB Hasanah dan ketidaksesuaian praktiknya pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut. Penulis tidak membahas terkait analisis SWOT sebagaimana pada penelitian sebelumnya, serta penelitian yang penulis lakukan lebih mengedepankan akad murabahah pada penerapannya .

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Achmad Subchan yang membahas mengenai proses pelaksanaan wakalah pada akad murabahah dan implikasinya terhadap akad murabahah di Bank BCA Syariah Cabang Semarang.

(37)

28

Dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa dalam prakteknya proses akad murabahah di bank BCA Syariah terbagi menjadi 2 skema yaitu Akad pembiayaan murabahah murni dan akad pembiayaan murabahah dengan wakalah. Di dalam pelaksanaan akad pembiayaan murabahah dengan wakalah kepada calon nasabah mengandung unsur non-syar’i, hal ini jika barang yang di akadkan tidak ada wujudnya, karena murabahah adalah akad jual beli. Implikasi akad murabahah dengan wakalah menjadi gugur, sehingga akad yang demikian ini lebih mendekati akad pinjam meminjam dan sistem pembiayaan murabahah dengan wakalah tidak sesuai dengan syariah Islam.19

Perbedaannya terletak pada adanya akad pembiayaan murabahah dengan wakalah dan ketidaksesuaian praktik pembiayaan Griya iB Hasanah khususnya perumahan inden pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik tersebut. Pada penelitian sebelumnya membahas terkait akad wakalah dan pada penelitian yang penulis lakukan fokus pada akad murabahah.

Lalu penelitian yang dilakukan oleh Puspa Arum Mufi Handayani yang membahas mengenai pembiayaan akad murabahah di BMT Amanah Insani, baik mengenai pelaksanaan maupun kesesuaiannya pada Fatwa DSN MUI.

Dalam penelitiannya, pelaksanaan pembiayaan akad murabahah merupakan produk pembiayaan dengan menggunakan akad jual beli sehingga berbeda dengan pembiyaan yang dipraktikan di lembaga keuangan konvensional dimana objek pembiayaan adalah uang, namun akad pembiayaan murabahah menjadikan objek pembiayaannya berupa barang atau komoditi. Mekanisme pengajuan pembiayaan murabahah mulai dari pengajuan sampai dengan pengikatan akad telah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. Namun dalam pelaksanaan akhir yaitu penyerahan objek jual beli tidak terdapat penyerahan barang atau komoditi, akan tetapi penyerahan uang.20

19Achmad Subchan, “Implikasi Wakalah Pada Akad Murabahah oleh Bank BCA Syariah

Semarang (Studi di Bank BCA Syariah Semarang), 2015.

(38)

29

Perbedaannya terletak pada tidak adanya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mengatur mengenai karakteristik akad murabahah yang menyebutkan bahwa akad murabahah harus tersedia barangnya serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik pembiayaan tersebut. Penelitian sebelumnya lebih mempermasalahkan objek dari akad murabahah yang digunakan oleh BMT Amani Insani yaitu uang, yang seharusnya objek dari akad murabahah itu adalah berupa barang atau komoditi. Pada penelitian tersebut tidak membahas KPR Inden sebagaimana pembahasan yang dilakukan oleh penulis yang memfokuskan akad murabahah pada KPR Inden dan terdapat perbedaan objek penelitian yang dilakukan oleh penulis

Secara keseluruhan penelitian penulis akan fokus membahas mengenai pelaksanaan praktik pembiayaan kepemilikan rumah inden dengan menggunakan akad murabahah yang tidak sesuai dengan Surat Edaran OJK, serta akibat hukum dari ketidaksesuaian praktik akad murabahah dalam pembiayaan Griya iB Hasanah.

khususnya perumahan inden. Dengan adanya fokus penelitian yang akan penulis lakukan, maka fokus penelitian ini menjadi pembeda antara penelitian sebelumnya yang sudah penulis lain lakukan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan.

BMT Amanah Insani Sukoharjo”, 2010.

(39)

30 BAB III

PROFIL BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG FATMAWATI

A. Latar Belakang dan Sejarah Bank BNI Syariah

Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilar yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu, nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh . semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenui aturan syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan Perbankan Syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap

(40)

31

keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.1

B. Visi dan Misi Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati

1. Visi Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati

menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja.

2. Misi Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati

a) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan.

b) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.

c) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

d) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.

e) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

1https://www.bnisyariah.co.id/id-id/perusahaan/tentangbnisyariah/sejarah. Diakses 29

(41)

32

C. Struktur Organisasi Bank BNI Kantor Cabang Fatmawati 2

2https://www.bnisyariah.co.id/id-id/perusahaan/tentangbnisyariah/strukturorganisasi. Diakses

(42)

33 D. Produk Pada Perusahaan

1. Produk Pendanaan

a) BNI Giro iB Hasanah

Merupkan simpanan transaksional dalam mata uang IDR dan USD yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan pilihan Akad Murabahah Mutlaqah atau Wadiah Yadh Dhamanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek, Bilyet Giro, Sarana Perintah pembayaran lainnya atau dengan Pemindahbukuan.

b) BNI Deposito iB Hasanah

Merupakan investasi berjangka yang dikelola berdasarkan prinsip syariah yang ditujukan bagi nasabah perorangan dan perusahaan dengan menggunakan Akad Mudharabah.

c) BNI Tabungan iB Hasanah

1) BNI Dollar iB Hasanah

Tabungan yang dikelola dengan Akad Wadiah dan Mudharabah yang memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan bagi Nasabah Perorangan dan Non Perorangan dalam mata uang USD.

2) BNI SimPel iB Hasanah

Tabungan dengan Akad Wadiah untuk siswa berusia di bawah 17 tahun dengan persyaratan mudah dan sederhana serta fitur yang menarik untuk mendorong budaya menabung sejak dini.

3) BNI Baitullah iB Hasanah

Tabungan dengan Akad Mudharabah atau Wadiah yang dipergunakan sebagai sarana untuk mendapatkan kepastian porsi berangkat menunaikan ibadah Haji (Reguler/Khusus) dan merencanakan ibadah Umrah sesuai keinginan penabung dengan sistem setoran bebas atau bulanan dalam mata uang Rupiah dan USD.

(43)

34

4) BNI Prima iB Hasanah

Tabungan dengan Akad Mudharabah dan Wadiah yang memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan bagi Nasabah segmen high network individuals secara perorangan dalam mata uang Rupiah dan bagi hasil yang lebih kompetitif.

5) BNI Tunas iB Hasanah

Tabungan dengan Akad Wadiah dan Mudharabah yang diperuntukkan bagi anak-anak dan pelajar yang berusia di bawah 17 tahun.

6) BNI Bisnis iB Hasanah

Tabungan dengan Akad Mudharabah dan Wadiah yang dilengkapi dengan detil mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan bagi hasli yang lebih kompetitif dalam mata uang Rupiah.

7) BNI iB Hasanah

Tabungan dengan Akad Mudharabah atau Wadiah yang memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan dalam mata uang Rupiah.

8) BNI Tapenas iB Hasanah

Tabungan berjangka dengan Akad Mudharabah untuk perencanaan masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan sistem setoran bulanan yang bermanfaat untuk membantu menyiapkan rencana masa depan seperti rencana Liburan, ibadah Umrah, Pendidikan ataupun rencana masa depan lainnya.

9) BNI TabunganKu iB Hasanah

Produk simpanan dana dari Bank Indonesia yang dikelola sesuai dengan prinsip syariah dengan Akad Wadiah dalam mata uang Rupiah untuk meningkatkan kesadaran menabung masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, arsitektur penyembuhan adalah pendekatan yang tepat untuk mengatasi kecenderungan pengguna narkoba untuk menggunakannya dan merasa nyaman dalam

Suatu himpunan dikatakan terhitung jika himpunan tersebut hingga atau memiliki kardinalitas yang sama dengan. himpunan bilangan

Karena lingkungan dibersihkan oleh cacing dan bakteri baik, dan banyak ruang untuk pertumbuhan akar, dan kita tidak perlu membersihkan media tanam karena bersama dengan tanaman

sarana pembantu dalam pelaksanaan rukyat al-hilal. Beliau sebagai anggota Lajnah Falakiyah PCNU Tegal menuturkan bahwa pelaksanaan rukyat al-hilal dipantai alam indah Tegal

• Jika dalam sebuah program kita menggunakan nama class yang sama, maka import dua package tersebut dan gunakan nama class berserta maka import dua package tersebut, dan gunakan

Pelaporan hasil penelitian dibagi ke dalam tiga bahasan utama, yaitu karakteristik pasien yang diuraikan menjadi jenis kelamin dan usia, derajat anemia pasien,

Jaminan bebas cacat mutu ini berlaku sampai dengan 12 (dua belas) bulan setelah serah terima Barang. PPK akan menyampaikan pemberitahuan cacat mutu kepada Penyedia

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan hidayah-Nya lah kami dapat