• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2008-2028 DAN

BAPPEDA PROVINSI SULAWESI SELATAN

SULAWESI SELATAN SEBAGAI PILAR UTAMA PEMBANGUNAN NASIONAL DAN SIMPUL JEJARING AKSELERASI KESEJAHTERAAN

7. Meningkatkan perwujudan kepemerintahan yang baik dan bersih

3.3. REVIEW RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2008-2028 DAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

3.3.1. Review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Selatan

Pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan diarahkan dengan mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan guna mengembangkan Sulawesi Selatan sebagai simpul transportasi, industry, perdagangan, pariwisata, dan pertanian yang seiring dengan peningkatan kualitas lingkungan. Rencana struktur ruang Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik antara Pusat Kegiatan Nasional, dengan Pusat Kegiatan Wilayah maupun dengan Pusat Kegiatan Lokal yang didukung oleh peningkatan kualitas jaringan transportasi, energy, telekomunikasi, dan sumber daya air secara terpadu.

Pusat Kegiatan Nasional di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Kawasan Perkotaan Mamminasata yang meliputi seluruh wilayah Kota Makassar, dan Kabupaten Takalar serta sebagian wilayah Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan nasional dan pusat orientasi pelayanan berskala internasional serta sebagai penggerak utama di Kawasan Timur Indonesia. Pusat Kegiatan Wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan meliputi Kawasan Perkotaan Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone, Bulukumba, Barru dan Parepare, yang berfungsi mendukung peran Kawasan Perkotaan Mamminasata dengan mengemban fungsi sebagai pusat jasa pelayanan keuangan, pusat pengolahan dan distribusi barang, simpul transportasi serta pusat pelayanan publik berskala provinsi. Pusat Kegiatan Lokal di Provinsi Sulawesi Selatan meliputi Kawasan Perkotaan Bantaeng, Enrekang, Masamba, Belopa, Malili, Pinrang, Pangkajene, Benteng, Pamatata,

Sinjai, Watansoppeng, Makale, Rantepao dan Sengkang yang berfungsi sebagai pusat pengolahan dan distribusi barang dan jasa, simpul transportasi, pusat jasa pemerintahan kabupaten/kota serta pusat pelayanan publik berskala kabupaten.

Sistem jaringan transportasi Provinsi Sulawesi Selatan didukung oleh keberadaan jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan bebas hambatan, rencana pembangunan jaringan jalur kereta api antar kota lintas Pulau Sulawesi dan jaringan penyeberangan lintas antar provinsi di dalam wilayah Pulau Sulawesi. Jaringan transportasi di Provinsi Sulawesi Selatan juga didukung oleh jaringan transportasi laut yang meliputi: pelabuhan Internasional Makassar; pelabuhan pengumpul regional dan pelabuhan pengumpan serta jaringan transportasi udara yang meliputi: bandar udara (bandara) pengumpul Internasional Sultan Hasanuddin (Makassar); dan bandara pengumpan di Kabupaten Luwu Timur, Tana Toraja, Kepulauan Selayar, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu, dan Kabupaten Bone serta Kabupaten Bulukumba.

Dukungan jaringan energy guna mendukung pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan meliputi pengembangan depo bahan bakar minyak/gas bumi yaitu: Depo Makassar, Depo Parepare, Depo Luwu, Depo Selayar dan Depo Wajo, serta jaringan pipa gas Wajo - Makassar; pengembangan pembangkit tenaga listrik berupa PLTD di kabupaten/kota Bantaeng, Barru, Bone, Bulukumba, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Maros, Pangkep, Pinrang, Selayar, Sinjai, Takalar, Tana Toraja, Palopo, Parepare, dan Mamminasata; PLTU di kabupaten/kota Gowa, Bone, Jeneponto, dan Takalar; PLTA di Kabupaten Tana Toraja, Pinrang, Gowa, Enrekang, dan Sinjai; PLTG di kabupaten Gowa, dan Wajo; PLTM di kabupaten Luwu Timur, Sinjai, Luwu, dan Luwu Utara; serta pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energy di kabupaten Luwu Utara, Luwu, Toraja Utara, Tana Toraja, Pinrang, Sidrap, Wajo, Barru, Maros, dan Sinjai. Sedangkan jaringan telekomunikasi meliputi: jaringan terestrial yaitu: jaringan kabel laut Makassar - Martapura (Kalsel), Makassar Surabaya, Makassar

Ende (Flores), Makassar Ambon; pengembangan jaringan mikro analog yang meliputi jalur Makassar Palu, dan Parepare Kendari; dan pengembangan jaringan mikro digital di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra produksi pangan nasional didukung oleh peningkatan kualitas jaringan sumber daya air pada Daerah Irigasi (DI) di Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari DI kewenangan pusat lintas kabupaten/kota meliputi: DI Kampili/Bisua (Kabupaten Gowa dan Takalar), DI Bila Kalola (Kabupaten Sidrap), DI Kalola Kalosi (Kabupaten Wajo dan Sidrap), DI Awo (Kabupaten Wajo dan Sidrap), DI Saddang Sidrap (Kabupaten Sidrap dan Pinrang), DI Saddang Pinrang (Kabupaten Sidrap dan Pinrang), DI Lekopaccing (Kabupaten Maros dan Kota Makassar), DI Lamasi Kanan/Kiri (Kabupaten Luwu dan Luwu Utara), DI Jeneberang/Kampili (Kabupaten Gowa); DI kewenangan pusat utuh kabupaten meliputi: DI Bontomanai (Kabupaten Bulukumba), DI Bayang-bayang (Kabupaten Bulukumba), DI Kelara (Kabupaten Jeneponto), DI Pammukulu (Kabupaten Takalar), DI Bantimurung (Kabupaten Maros), DI Tabo-tabo (Kabupaten Pangkep), DI Sanrego, DI Pattiro, DI Palakka dan DI Ponreponre (Kabupaten Bone), DI Langkemme, DI Tinco Kiri/Kanan, DI Paddange, DI Lawo, dan DI Walanae (Kabupaten Soppeng), DI Wajo (Kabupaten Wajo), DI Bulucenrana, DI Bulutimorang, DI Gelirang, DI S. Baranti dan DI S. Sidenreng (Kabupaten Sidrap), DI Padang Sappa I, DI Padang Sappa II, DI Bajo, DI Kalaera Kiri dan DI Kalaera Kanan I (Kabupaten Luwu) , DI Kalaera II (Kabupaten Toraja), DI Rongkong/Malangke, DI Baliase dan DI Bungadidi (Kabupaten Luwu Utara), DI Kalaena dan DI Kalaena Kiri/Kanan (Kabupaten Luwu Timur); Daerah Rawa (DR) meliputi: DR Barebbo (Kabupaten Bone), DR Sajoanging (Kabupaten Wajo), dan DR Maros Utara (Kabupaten Maros); DI kewenangan Provinsi lintas kabupaten meliputi: DI Bilibili (Kabupaten Gowa), DI Cilallang (Kabupaten Wajo), DI Tubu Ampak (Kabupaten Luwu Utara); DI kewenangan Provinsi utuh meliputi: DI Bettu dan DI Bontonyeleng (Kabupaten Bulukumba), DI Jenemarung (Kabupaten Takalar), DI Aparang I,

DI Kalamisu dan DI Aparang Hulu (Kabupaten Sinjai), DI Padaelo dan DI Leang Lonrong (Kabupaten Pangkep), DI Matajang (Kabupaten Barru), DI Jaling, DI Salomeko, DI Unyi dan DI Selliccopobulu (Kabupaten Bone), DI Leworeng, DI Latenreng, DI Salo Bunne (Kabupaten Soppeng), DI Cenrana, DI Belawa, dan DI Cilellang (Kabupaten Wajo), DI Alekarajae, DI Torere dan DI Baranti (Kabupaten Sidrap), DI Padang Alipang, DI Kalaena, DI Lengkong Pini dan DI Makawa (Kabupaten Luwu), DI Bone-bone dan DI Kanjiro (Kabupaten Luwu Utara), DI Sunggeni dan DI Tomini (Kabupaten Luwu Timur).

Keberadaan daerah irigasi didukung oleh keberadaan air baku yang bersumber dari bendungan Batubassi, Bendungan Balambano dan Bendungan Karebbe (Kabupaten Luwu Timur); Bendungan Bilibili (Kabupaten Gowa), Bendungan Kalola (Kabupaten Wajo), dan Bendungan Sanrego (Kabupaten Bone) yang merupakan kewenangan pemerintah; dan pengembangan Bendung Taccipi di Kabupaten Pinrang dan Bendungan Sungai Batu Pute di Kabupaten Barru yang merupakan kewenangan pemerintah provinsi.

Pola ruang Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan distribusi peruntukan ruang yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya, kebijakan pengembangannya diarahkan pada pengembangan kawasan lindung melalui upaya pemulihan, peningkatan dan pemeliharaan fungsi pelestarian sistem ekologi wilayah dan pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, terutama sektor kehutanan, pertambangan dan kelautan, dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya melalui upaya perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya dan pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Kawasan lindung di Provinsi Sulaewsi Selatan meliputi: (1) kawasan lindung nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi meliputi: Suaka Margasatwa Ko mara (Kabupaten Takalar), Cagar Alam (CA) Faruhumpenai,

CA Kalaena, Taman Nasional (TN) Danau Matano dan Danau Mahalona, TN Danau Towuti (Kabupaten Luwu Timur), TN Bantimurung Bulusaraung (Kabupaten Maros dan Pangkep), TN Laut Takabonerate (Kabupaten Kepulauan Selayar), Taman Hutan Raya (Tahura) Bontobahari (Kabupaten Bulukumba), Taman Wisata Alam (TWA) Malino (Kabupaten Gowa), TWA Cani Sirenreng (Kabupaten Bone), TWA Lejja (Kabupaten Soppeng), TWA Laut Kepulauan Kapoposang (Kabupaten Pangkep), Taman Buru (TB) Ko mara, dan TB Bangkala (Kabupaten Jeneponto); dan (2) kawasan lindung provinsi meliputi: Rencana Pengembangan Hutan Lindung (HL) yang meliputi: Tahura Abdul Latief (Kabupaten Sinjai), Tahura Nanggala (Kota Palopo), Hutan Lindung (HL) Gowa, HL Takalar, HL Jeneponto, HL Bantaeng, HL Bulukumba, HL Selayar, HL Sinjai, HL Bone, HL Soppeng, HL Wajo, HL Barru, HL Sidrap, HL Pinrang, HL Enrekang, HL Tana Toraja, HL Toraja Utara, HL Luwu, HL Luwu Utara, HL Luwu Timur, HL Palopo, dan HL Parepare; serta (3) Kawasan Rawan Bencana Alam (KRB) yaitu: KRB Gunung Bawakaraeng (Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone); KRB Gempa Bumi meliputi Kawasan Pusat Taccipi dan sekitar Watampone (Kabupaten Bone), kabupaten Pinrang, kabupaten Tana Toraja, kabupaten Luwu, kabupaten Luwu Utara, dan kabupaten Enrekang; KRB Rawan Banjir Allu, Topa, Tamalatea, Binamu, Arungkeke, dan Batang (kabupaten Jeneponto), Maros Baru, Marusu, dan Bantimurung (kabupaten Maros), Labakkang dan Bungoro (kabupaten Pangkep), Bisappu, dan Bantaeng (Bantaeng), Gangking, Ujung Bulu, dan Ujung Loe (kabupaten Bulukumba), Sinjai Timur dan Sinjai Utara (kabupaten Sinjai), Kajuara, Cina, dan Sibulue (kabupaten Bone), Duampanua (kabupaten Pinrang), Baebunta dan Malangke Barat (kabupaten Luwu), dan Wotu dan Angkona (kabupaten Luwu Timur); KRB Gerakan Tanah meliputi Kelara dan Rumbia (kabupaten Jeneponto), Sinoa, Bulu Ere, Tompo Bulu dan Eremerasa (kabupaten Bantaeng), Rindang, Rilau Ale dan Bulukumpa (kabupaten Bulukumba), Sinjai Barat, Sinjai Borong, Sinjai Selatan, Tellu LImpoe, Sinjai Tengah dan Bulupoddo (kabupaten Sinjai), Buntucani dan Kajuara (kabupaten Bone),

Mangkutana dan Wasuponda (kabupaten Luwu Timur); dan KRB Tsunami meliputi kawasan sekitar pantai kabupaten Pinrang, kota Makassar, kabupaten Bulukumba, dan kabupaten Kepulauan Selayar.

Kawasan Budidaya Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki nilai strategis merupakan kawasan strategis yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Kawasan strategis di Provinsi Sulawesi Selatan meliputi kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, social budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kawasan Strategis dari sudut kepentingan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan meliputi Kawasan Strategis Nasional (KSN) yaitu Kawasan Perkotaan Mamminasata yang terdiri atas Kota Makassar, Kabupaten Takalar dan kawasan perkotaan kabupaten Maros dan Gowa, dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Parepare yang terdiri atas Kota Parepare, kabupaten Sidrap, kabupaten Enrekang, kabupaten Pinrang dan kabupaten Barru; dan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yaitu: KSP kawasan lahan pangan berkelanjutan khususnya beras dan jagung di kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang , Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur (Bosowasipilu), Pangkep, Maros, Gowa dan Takalar; KSP kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditi perkebunan unggulan kakao, kelapa sawit, kopi Robusta, jambu mete dan jarak di kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Barru, Pangkep, Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bulukumba, Enrekang, Tana Toraja, Toraja Utara dan Kepulauan Selayar; KSP kawasan pengembangan budidaya rumput laut di kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Luwu, Palopo, Luwu Utara, dan Luwu Timur; KSP Kawasan pengembangan budidaya udang di kabupaten Pinrang, Barru, Pangkep, Bone, dan Wajo; KSP kawasan pengembangan pusat distribusi kebutuhan bahan pokok Kawasan Timur Indonesia (KTI) Pamatata di Kabupaten Kepulauan

Selayar; KSP Kawasan terpadu pusat bisnis, sosial, budaya dan pariwisata Center Point of Indonesia (Pusat Bisnis Terpadu Indonesia) di Makassar; KSP Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Emas di Kabupaten Barru; dan KSP Kawasan Industri (KI) skala besar di KI Makassar, KI Maros, KI Gowa, KI Takalar, KI Parepare, KI Sorowako (Kabupaten Luwu Timur), KI Semen Tonasa (Kabupaten Pangkep), KI semen Bosowa (Kabupaten Maros);

Kawasan Strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi: KSN Kawasan Tana Toraja dan sekitarnya; dan KSP kawasan permukiman adat Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba. Sedangkan Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi meliputi: KSN kawasan stasiun bumi sumber daya alam Parepare di Kompleks LAPAN Kota Parepare; dan KSN Kawasan Sorowako dan sekitarnya; dan KSP Kawasan Migas terdiri atas: Blok Bone Utara (Kabupaten Luwu dan Kota Palopo), Blok Enrekang (Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang), Blok Sengkang (Kabupaten Wajo, Sidrap, Soppeng dan Bone), Blok Bone di Teluk Bone, dan Blok Sigeri di Selat Makassar, Blok Kambuno di teluk Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bulukumba, Blok Selayar di laut Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Kepulauan Selayar, Blok Karaengta di laut Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Kepulauan Selayar; KSP kawasan pusat-pusat pembangkit listrik teridiri atas PLTG Sengkang (Kabupaten Wajo), PLTU Punagaya (Kabupaten Jeneponto), PLTU Bakaru (Kabupaten Pinrang).

Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu: KSP Kawasan wisata bahari Mamminasata dan sekitarnya (Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Pangkep); KSP kawasan wisata bahari Takabonerate (Kabupaten Kepulauan Selayar); KSP kawasan Danau Tempe (Kabupaten Wajo) dan Danau Sidenreng (Kabupaten Sidrap); KSP Bendungan Batubassi, Bendungan Balambano dan Bendungan Karebbe (Kabupaten Luwu Timur);

Bendungan Bilibili (Kabupaten Gowa), Bendungan Kalola (Kabupaten Wajo), dan Bendungan Sanrego (Kabupaten Bone); KSP pengembangan Hutan Lindung (HL) yang meliputi: Tahura Abdul Latief (Kabupaten Sinjai), Tahura Nanggala (Kota Palopo), Hutan Lindung (HL) Gowa, HL Takalar, HL Jeneponto, HL Bantaeng, HL Bulukumba, HL Selayar, HL Sinjai, HL Bone, HL Soppeng, HL Wajo, HL Barru, HL Sidrap, HL Pinrang, HL Enrekang, HL Tana Toraja, HL Toraja Utara, HL Luwu, HL Luwu Utara, HL Luwu Timur, HL Palopo, dan HL Parepare; dan KSP Kawasan Rawan Bencana Alam (KRB) Gunung Bawakaraeng (Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone).

Kawasan Andalan yang merupakan bagian dari kawasan budidaya baik ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan dan wilayah sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan meliputi: Kawasan andalan darat meliputi: kawasan andalan Mamminasata dan sekitarnya dengan sektor unggulan : pariwisata, industri, pertanian, agroindustri, dan perikanan; kawasan andalan Palopo dan sekitarnya dengan sektor unggulan : pariwisata, perkebunan, pertanian, dan perikanan; kawasan andalan Bulukumba Watampone dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan , dan perdagangan; kawasan andalan Parepare dan sekitarnya dengan sektor unggulan : agroindustri, pertanian, perikanan, dan perkebunan; dan Kawasan Andalan laut yang meliputi: kawasan Andalan Laut Kapoposang dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan dan pariwisata; kawasan Andalan Laut Teluk Bone dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan dan pariwisata; kawasan Andalan Laut Singkarang Takabonerate dan sekitarnya dengan sector unggulan perikanan, pertambangan dan pariwisata; kawasan Andalan Laut Selat Makassar dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan dan pariwisata.

3.3.2. Review Kajian Lingkungan Hidup Strategis Provinsi Sulawesi Selatan Pergeseran paradigma pembangunan dari ekonomi oriented menjadi pembangunan berkelanjutan telah dianut oleh pemerintah pada dasawarsa belakangan ini. Hal tersebut telah diintroduksi mulai dari proses perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Dengan adanya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 maka pendekatan pembangunan berkelanjutan telah menjadi perhatian dari sisi perencanaan pembangunan dengan instrumen kajian lingkungan hidup strategis.

Bappeda sebagai institusi perencanaan telah menindaklanjuti Undang-undang tersebut dengan melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis terhadap RPJMD 2013-2018 lewat Pokja Pengendalian Lingkungan terkait dengan hasil KLHS RPJMD maka peran Bappeda dapat dibagi menjadi peran secara internal dan peran eksternal terhadap SKPD lainnya. Secara eksternal Bappeda bersama-sama dengan BLHD berperan mengawal proses pembangunan sehingga dapat melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Selatan, secara internal peran Bappeda terhadap KLHS adalah bagaimana memperhatikan dan mengakomodir rekomendasi yang telah dituangkan sebagai hasil kajian. Dari hasil kajian yang tertuang dalam KLHS, maka maka terdapat masalah yang perlu mendapat perhatian yaitu lemahnya sistem updating data dan informasi untuk menganalisis perencanaan dan hasil pembangunan. Di Bappeda, permasalahan tersebut akan diminimalisir lewat program pengembangan data dan informasi yang selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan kegiatan pengembangan data dan informasi spasial sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Tabel 3.10. Hasil Analisis terhadap KLHS Provinsi Sulawesi Selatan No. Hasil KLHS terkait tugas dan fungsi SKPD Permasalahan pelayanan SKPD Faktor Penghambat Pendorong 1. Data dan Informasi Data dan informasi khususnya yang terkait dengan data dan informasi spasial belum berjalan dengan baik Anggaran • Dukungan teknologi • Kecenderungan pengembangan spasial

3.4. TELAAHAN RENSTRA KEMENTRIAN/LEMBAGA DAN