• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selama 2011-2016, jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif cenderung terus mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar

4,69 persen per tahun. Sejalan dengan hal tersebut, share tenaga kerja

ekonomi kreatif juga cenderung mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2016 mencapai 14,28 persen (sekitar 14 sampai 15 orang dari 100 orang bekerja pada sektor ekonomi kreatif ). Dalam periode yang sama, dari empat belas subsektor ekonomi kreatif, subsektor kuliner paling banyak menyerap tenaga kerja, sedangkan subsektor desain paling sedikit menyerap tenaga kerja.

Berdasarkan karakteristik umur, pada tahun 2016 sebesar 19,02 persen tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berusia 15-24 tahun; 42,04 persen berusia 25-40 tahun; 32,35 persen berusia 41-59 tahun; dan 6,59 persen berusia 60 tahun ke atas. Sementara itu, menurut tingkat pendidikan, tenaga kerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) proporsinya paling besar yaitu sebesar 59,09 persen dan hanya sebagian kecil yang berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) yaitu sebesar 6,79 persen. Namun, terjadi hal yang cukup menggembirakan, selama periode 2011- 2016 persentase tenaga kerja ekonomi kreatif berpendidikan tinggi semakin meningkat.

Pada tahun 2016, dilihat dari 17 kategori lapangan usaha, share tenaga kerja ekonomi kreatif terbesar pada kategori I (penyediaan akomodasi dan makan minum) yaitu 82,06 persen. Sementara jika dilihat dari status pekerjaan, tenaga kerja ekonomi kreatif paling banyak berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai yaitu 41,69 persen. Sehingga proporsi penduduk bekerja sektor ekonomi kreatif di kegiatan formal kurang dari 50 persen. Berdasarkan jenis pekerjaan, tenaga kerja ekonomi kreatif paling banyak bekerja sebagai tenaga produksi operator alat angkutan dan pekerja kasar yaitu sebesar 53,93 persen, disusul oleh tenaga usaha penjualan dengan persentase sebesar 30,15 persen. Sehingga sektor

ekonomi kreatif lebih didominasi oleh tenaga kerja blue collar (93,09

persen).

Sakernas 2016, menunjukkan sebagian besar tenaga kerja ekonomi kreatif bekerja selama 35-48 jam seminggu. Kemudian, terdapat kecenderungan penurunan jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif dengan

jam kerja berlebih (excessive hours) terutama tahun 2011-2013 dan

terjadi luktuasi dari tahun 2014-2016. Selanjutnya, persentase setengah penganggur tenaga kerja ekonomi kreatif sebesar 4,60 persen (sekitar 5 dari 100 orang tenaga kerja ekonomi kreatif tergolong setengah penganggur).

PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang

Orientasi ekonomi telah mengalami berbagai pergeseran, berawal dari era ekonomi pertanian, lalu era industrialisasi, dan sekarang beralih ke era ekonomi informasi yang diikuti dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi komunikasi dan globalisasi ekonomi. Terjadinya pergeseran ekonomi tersebut mengantarkan peradaban manusia ke era yang baru yaitu era ekonomi kreatif.

Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya

buku The Creative Economy: How People Make Money from Ideas (2001)

oleh John Howkins. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997 Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 Miliar Dollar yang menjadikan HKI ekspor nomor 1 Amerika

Serikat. Howkins mendeinisikan Ekonomi Kreatif sebagai The creation of

value as a result of idea. Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai

kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.

Kelebihan dari ekonomi kreatif adalah menawarkan pembangunan yang berkelanjutan yaitu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki sumber daya yang terbarukan. Ekonomi kreatif merupakan peluang besar baik bagi negara maju maupun negara berkembang untuk terus mengembangkan perekonomiannya, karena sumber daya utama dari ekonomi ini adalah ide, talenta, dan kreatiitas. Tiga hal tersebut merupakan cadangan sumber daya yang selalu terbarukan dan tidak terbatas. Sehingga kajian-kajian mengenai ekonomi kreatif menjadi penting dan selalu menarik untuk dikembangkan.

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak yaitu menempati urutan ke-4 terbanyak di dunia. Sumber daya manusia (SDM) yang berlimpah apalagi masyarakat yang berjiwa kreatif (memiliki ide- ide, talenta, dan kreatiitas) adalah potensi besar bangsa ini. Apabila potensi ini dapat dimanfaatkan, difasilitasi, dan dikembangkan oleh pemerintah dapat menjadi sumber kekuatan perekonomian Indonesia. Dengan disadarinya potensi kreatiitas bangsa Indonesia yang sangat besar, hal ini menjadikan pemerintah semakin serius mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Bagaimana membangun kompetensi dan memanfaatkan potensi ini tentunya memerlukan kebijakan yang tepat dan menyeluruh. Perencanaan program-program, monitoring, serta evaluasi pemerintah dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan, tidak dapat dipisahkan dari adanya ketersediaan data dan

BAB I

PENDAHULUAN

£

Pergeseran ekonomi mengantarkan peradaban manusia ke era yang baru yaitu era Ekonomi Kreatif

informasi yang memotret perkembangan ekonomi kreatif. Untuk itu Badan Pusat Statistik membantu menyediakan data pendukung yang diperlukan guna pembangunan ekonomi kreatif, salah satunya adalah data ketenagakerjaan. Mengingat tenaga kerja adalah sumber daya utama yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan ekonomi kreatif.

1.2 Tujuan

Tujuan publikasi “Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011-2016” ini adalah untuk melihat perkembangan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2011-2016, dan mengetahui karakteristik tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, baik dari sisi demograi maupun karakteristik pekerjaannya pada tahun 2011-2016.

1.3 Ruang Lingkup

Data yang disajikan pada Publikasi “Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011- 2016” ini menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011-2016, dengan empat belas subsektor ekonomi kreatif yang dibentuk dari 223 kode Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015.

1.4 Sistematika Penyajian

Laporan ini disajikan dalam lima bab, dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan, sumber data, dan sistematika penyajian.

BAB II PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF, meliputi sejarah ekonomi kreatif di Indonesia (perkembangan kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif ), konsep dan deinisi ekonomi kreatif, serta metode pengukuran ekonomi kreatif.

BAB III PERKEMBANGAN TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016, meliputi:

• Gambaran umum ekonomi kreatif (jumlah dan pertumbuhan

tenaga kerja ekonomi kreatif tahun 2011-2016 serta share

pekerja ekonomi kreatif tahun 2011-2016).

• Proil tenaga kerja ekonomi kreatif.(struktur umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, dan jam kerja).

BAB IV PENUTUP LAMPIRAN TABEL

£

Potensi kreatifitas Bangsa Indonesia yang sangat besar mendorong pemerintah untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif di Indonesia

PEMAHAMAN

Dokumen terkait