• Tidak ada hasil yang ditemukan

2011-2016 STATUS PEKERJAAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016

£ Tenaga kerja

2011-2016 STATUS PEKERJAAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(NASIONAL) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Berusaha Sendiri 22,45 20,73 22,36 24,79 23,71 24,13 16,90 Berusaha dibantu

buruh tidak tetap/ tidak dibayar 16,56 13,36 13,66 12,56 13,11 14,24 16,43 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4,91 5,10 4,87 5,32 5,12 5,71 3,70 Buruh/Karyawan/ Pegawai 41,98 45,83 44,39 43,39 43,44 41,69 38,70 Pekerja Bebas 3,23 3,18 2,74 2,96 3,41 2,54 10,53 Pekerja keluarga/ tidak dibayar 10,88 11,80 11,99 10,98 11,22 11,70 13,74 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

£

Sektor Ekonomi Kreatif didominasi oleh buruh/

karyawan/pegawai baik pada periode 2011-2016

Berdasarkan perkembangan dari 2011-2016, gambaran umum pekerja ekonomi kreatif menunjukkan sebaran status pekerjaan utama yang sama dengan tahun 2016. Buruh/karyawan/pegawai merupakan status pekerjaan yang tetap dominan pada sektor ekonomi kreatif dan berada pada persentase tertinggi pada tahun 2012, yaitu mencapai 45,83 persen. Sementara itu pada 2016, sebaran status pekerjaan utama untuk keseluruhan sektor pekerjaan menunjukkan pola yang sama dengan sektor ekonomi kreatif, yaitu buruh/karyawan/pegawai merupakan pekerja dengan sebaran terbesar. Namun begitu, berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar merupakan pekerja dengan persentase terkecil pada status pekerjaan semua sektor, berbeda dengan yang ditunjukkan oleh pekerja ekonomi kreatif.

Gambar 3.16. Persentase Penduduk Bekerja dengan Pekerjaan Utama di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan Utama

dan Jenis Kelamin, 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

Jika dirinci menurut jenis kelamin, pada sektor ekonomi kreatif, baik laki-laki maupun perempuan paling banyak bekerja sebagai buruh/ karyawan/pegawai. Persentase laki-laki yang bekerja sebagai buruh/ karyawan/pegawai adalah 49,62 persen pada tahun 2015 dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 49,08 persen. Sementara itu, persentase perempuan berstatus buruh/karyawan/pegawai sebesar 38,11 persen pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 menjadi 41,69 persen. Hal yang menarik di sini adalah meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor ekonomi kreatif yang menunjukkan peningkatan peran perempuan sebagai pekerja penerima upah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain sebagai buruh/karyawan/pegawai status pekerjaan kedua yang paling banyak ditempati laki-laki adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 19,28 persen pada tahun 2015 dan turun menjadi 18,49 persen pada tahun 2016. Hal yang sama terjadi pada perempuan, dimana status pekerjaan terbanyak kedua adalah sebagai berusaha sendiri yaitu sebesar 27,53 persen pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 28,60 persen pada tahun 2016.

£

Tenaga kerja Ekonomi Kreatif, baik laki-laki maupun

perempuan paling banyak sebagai buruh/karya-wan/

Gambar 3.17. Perbandingan Persentase Penduduk Bekerja dengan Pekerjaan Utama Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin (Semua Sektor) dan di Sektor Ekonomi Kreatif, Tahun 2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2016

Pada tahun 2016, selain sebagai buruh/karyawan/ pegawai status pekerjaan kedua yang paling banyak ditempati laki-laki di sektor ekonomi kreatif adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 18,49 persen. Berbeda halnya dengan kondisi nasional, dimana status pekerjaan laki-laki terbanyak kedua adalah sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap yaitu sebesar 18,93 persen. Pada tenaga kerja perempuan, status pekerjaan kedua yang paling banyak di sektor ekonomi kreatif adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 28,60 persen. Namun pada kondisi nasional, status pekerjaan tenaga kerja perempuan terbanyak kedua adalah sebagai pekerja keluarga dengan persentase sebesar 26,17 persen.

Gambar 3.18. Persentase Penduduk Bekerja dengan Pekerjaan Utama di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan Utama

dan Daerah Tempat Tinggal, 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

£

Baik pada laki-laki maupun perempuan, status pekerjaan terbanyak kedua di sektor Ekonomi Kreatif adalah berusaha sendiri

Sama halnya dengan pengelompokan menurut jenis kelamin, penduduk yang bekerja pada sektor ekonomi kreatif baik di perkotaan maupun di perdesaan sebagian besar sebagai buruh/karyawan/ pegawai namun persentase perkotaan jauh lebih besar yaitu sebesar 48,07 persen pada tahun 2015 namun mengalami penurunan sebesar 2,60 persen poin di tahun 2016. Sementara itu persentase buruh/karyawan/pegawai Ekonomi Kreatif di perdesaan sebesar 31,37 persen dan mengalami peningkatan 1,38 persen poin di tahun 2016.

Penyumbang terbesar kedua di daerah perdesaan adalah mereka yang berusaha sendiri sebesar 30,89 persen pada tahun 2015 dan 29,99 persen pada tahun 2016. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah adanya perbedaan kontribusi pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar dan pekerja bebas di daerah perkotaan dan perdesaan dimana di daerah perdesaan pekerja keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan.

Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, pendudukyang bekerja

di sektor ekonomi kreatif maupun secara nasional (semua sektor), baik di perkotaan dan di perdesaan sebagian besar sebagai buruh/karyawan/ pegawai. Di perkotaan, status pekerja terbanyak kedua adalah sebagai berusaha sendiri yaitu sebesar 21,64 persen, lebih tinggi dibandingkan kondisi nasional yang sebesar 17,11 persen. Pada daerah perdesaan, status pekerja sebagai berusaha sendiri juga merupakan yang terbanyak kedua di sektor ekonomi kreatif. Berbeda halnya pada kondisi nasional, dimana status pekerja terbanyak kedua adalah sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap.

Gambar 3.19. Perbandingan Persentase Penduduk Bekerja dengan Pekerjaan Utama Menurut Status Pekerjaan Utama dan Daerah

Tempat Tinggal (Semua Sektor) dan di Sektor Ekonomi Kreatif, Tahun 2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2016

£

Baik di perkotaan maupun di perdesaan, mayoritas penduduk yang bekerja pada sektor Ekonomi Kreatif adalah buruh/kaya-wan/

5. Kegiatan Formal/Informal

Status pekerjaan juga merupakan tolok ukur yang relevan untuk menggambarkan sektor informal. Sektor informal sendiri identik dengan ketidakpastian tentang stabilnya pendapatan, serta kurangnya perlindungan dan jaminan sosial. Pendeinisian pekerjaan informal berkaitan erat dengan status usaha, dan juga kesepakatan hak dan kewajiban kerja antara pemberi kerja dan pekerjanya.

Penentuan kegiatan formal/informal secara sederhana bisa didekati dengan pengelompokan menurut status pekerjaan. Tenaga kerja berstatus Berusaha dibantu Buruh tetap/Buruh dibayar dan Buruh/ Karyawan/Pegawai masuk kategori formal, sedangkan kategori informal meliputi status pekerjaan lainnya (Berusaha Sendiri, Berusaha dibantu Buruh tidak Tetap/Buruh tidak dibayar, Pekerja Bebas, dan Pekerja Keluarga/Tak dibayar).

Tabel 3.9. Persentase Penduduk Bekerja dengan Pekerjaan Utama di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kegiatan Formal/Informal,

Tahun 2011-2016 KATEGORI KEGIATAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2016 (NASIONAL) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Formal 46,88 50,93 49,26 48,71 48,56 47,40 42,40 Informal 53,12 49,07 50,74 51,29 51,44 52,60 57,60 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Hasil Sakernas tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 16,91 juta orang yang bekerja pada ekonomi kreatif, sebesar 52,60 persen bekerja pada kegiatan informal dan 47,40 persen pada kegiatan formal.

Berdasarkan perkembangan dari tahun 2011-2016, persentase tenaga informal ekonomi kreatif hampir selalu lebih besar dari tenaga kerja formalnya, dengan sebaran 53,12 persen pada pada tahun 2011. Besaran tersebut menurun pada tahun 2012 menjadi 49,07 persen, namun kemudian secara perlahan meningkat hingga mencapai 52,60 persen pada tahun 2016.

Pada level nasional (sektor lapangan usaha keseluruhan), polanya mirip dengan ekonomi kreatif dimana tenaga kerja informal lebih tinggi dari tenaga kerja formal. Pada tahun 2016, persentase tenaga kerja pada kegiatan informal sebesar 57,60 persen sementara yang bergerak pada kegiatan formal sebesar 42,40 persen.

Gambar 3.20 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 dan 2016 pada ekonomi kreatif, perempuan lebih banyak bekerja di kegiatan informal, sedangkan laki-laki lebih banyak bekerja di kegiatan formal. Hal tersebut tidak secara langsung menunjukkan dominasi gender pada kegiatan formal maupun informal, tetapi lebih menunjukkan sebaran status pekerjaan pada masing-masing jenis kelamin.

£

Pada tahun 2016, sekitar 53 dari 100 orang tenaga kerja Ekonomi Kreatif bergerak pada Kegiatan Informal

Gambar 3.20.

Persentase Tenaga Kerja di Ekonomi Kreatif Menurut Kegiatan Formal/Informal dan Jenis Kelamin, Tahun 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

Pada ekonomi kreatif tahun 2015, tenaga kerja laki-laki pada kegiatan formal sebesar 57,04 persen dari total tenaga kerja laki-laki. Pada tahun yang sama, 58,75 persen perempuan bekerja di kegiatan informal dari total tenaga kerja perempuan. Hal yang tidak jauh berbeda terjadi pada tahun 2016, dengan 57,75 persen laki laki berstatus tenaga kerja formal, dan 60,82 persen tenaga kerja perempuan lebih banyak bekerja di kegiatan informal dibanding formal.

Gambar 3.21. Perbandingan Persentase Penduduk Bekerja dengan Pekerjaan Utama Menurut Kegiatan Formal/Informal dan Jenis Kelamin (Semua Sektor) dan di Sektor Ekonomi Kreatif, Tahun 2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2016

Gambar 3.21 menunjukkan perbandingan formal/informal antara tenaga kerja di seluruh sektor (nasional) dan tenaga kerja ekonomi kreatif pada tahun 2016. Pada sektor ekonomi kreatif, tenaga kerja laki-laki lebih

£

Dokumen terkait