• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan Hasil Perubahan Faktor Ekonomi terhadap

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR EKONOM

7.2.10. Ringkasan Hasil Perubahan Faktor Ekonomi terhadap

Hasil simulasi masing-masing faktor ekonomi dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap variabel-variabel endogen yang dibangun dalam model. Berdasarkan hasil simulasi dapat dikemukakan bahwa penerapan setiap alternatif kebijakan direspon pada arah yang sama baik dalam produksi, permintaan, penawaran, ekspor maupun harga riil biji kakao domestik, meskipun dengan besar perubahan yang berbeda.

Kebijakan yang berdampak pada peningkatan luas areal tanam adalah penerapan pajak ekspor sebesar 15 persen, pemberian subsidi pupuk sebesar 15 persen, peningkatan harga ekspor biji kakao sebesar 15 persen, larangan ekspor biji kakao, penguatan rupiah terhadap dolar sebesar 15 persen, kombinasi pajak ekspor biji kakao sebesar 15 persen dan subsidi pupuk sebesar 15 persen, dan kombinasi kuota ekspor 75 persen dan subsidi pupuk 15 persen. Penurunan suku bunga kredit bank persero dan kuota ekspor 75 persen berdampak menurunkan luas areal tanam kakao.

Kebijakan yang dapat meningkatkan produksi cocoa butter adalah subsidi pupuk sebesar 15 persen, kuota ekspor 75 persen, serta kombinasi diantara keduanya. Penetapan pajak ekspor sebesar 15 persen, penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen, peningkatan harga ekspor biji kakao

Indonesia sebesar 15 persen, larangan ekspor dan peguatan nilai tukar rupiah berdampak menurunkan produksi cocoa butter.

Kebijakan yang dapat menurunkan volume ekspor biji kakao Indonesia adalah penetapan pajak ekspor biji kakao sebesar 15 persen, penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen, larangan ekspor, kuota ekspor sebesar 75 persen serta kombinasi keduanya. Subsidi pupuk sebesar 15 persen, peningkatan harga ekspor biji kakao Indonesia sebesar 15 persen, dan nilai tukar rupiah menguat sebesar 15 persen berdampak meningkatkan volume ekspor biji kakao Indonesia.

Kebijakan yang dapat meningkatkan harga riil biji kakao domestik adalah penerapan pajak ekspor biji kakao sebesar 15 persen, penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen, peningkatan harga ekspor biji kakao sebesar 15 persen, larangan ekspor, dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Tabel 35. Ringkasan Hasil Perubahan Faktor Ekonomi terhadap Penawaran, Permintaan, Harga Biji Kakao dan Produksi Cocoa Butter Indonesia

(%)

Variabel Satuan Nilai Dasar Perubahan

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 AKIN Ha 1 551 125.0000 0.3909 -0.0166 2.3675 0.8598 2.5333 -1.6413 0.3688 2.7575 0.7404 YKIN Ton/Ha 0.5375 3.3674 0.0186 -1.4139 6.8465 21.9907 -14.6605 2.4930 1.9348 -15.9442 QKIN Ton 832 388.0000 3.8224 -0.0068 0.8649 7.8569 25.6209 -16.1822 2.8754 4.7546 -15.5276 SKIN Ton 317 547.0000 36.1650 -0.0116 1.4262 12.0993 245.1363 -164.9110 3.9080 37.7109 -163.1990 MKIN Ton 47 733.2000 0.8283 0.0004 -0.0601 1.6971 5.4143 -3.6082 -2.6451 0.7648 -3.6350 XKIN Ton 562 574.0000 -14.6870 -0.0035 0.4694 4.9396 -100.0000 -25.0000 1.8241 -14.1862 -25.0000 DKIN Ton 342 032.0000 -0.1912 -0.0002 0.0122 -0.3607 -1.2519 0.8548 -0.1081 -0.1777 0.8589 DKINBU Ton 45 735.4000 -1.4282 -0.0006 0.0922 -2.6985 -9.3612 6.3939 -0.8087 -1.3293 6.4239 PKDR Rp/Kg 7 728.3000 7.9280 0.0038 -0.5395 15.5247 51.8949 -35.0724 5.1356 7.3534 -35.2781 PXINR $ US/ Kg 774.2000 50.5812 0.0000 -1.5600 15.0000 335.6497 -226.9570 -5.5799 48.9408 -226.9570 QKBU Ton 13 720.6000 -1.4285 -0.0007 0.0925 -2.6981 -9.3611 6.3940 -0.8083 -1.3293 6.4239 Keterangan:

S1 Penetapan pajak ekspor biji kakao 15 persen S2 Penurunan suku bunga kredit 15 persen S3 Subsidi harga pupuk 15 persen

S4 Peningkatan harga ekspor biji kakao 15 persen S5 Larangan ekspor biji kakao Indonesia

S6 Penetapan kuota ekspor biji kakao 75 persen

S7 Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar 15 persen

S8 Kombinasi pajak ekspor biji kakao 15 persen dan subsidi pupuk 15 persen S9 Kombinasi kuota ekspor biji kakao 75 persen dan subsidi pupuk 15 persen

80

7.3 Dampak Perubahan Faktor Ekonomi terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Biji Kakao Indonesia

Analisis distribusi kesejahteraan yang dilakukan mencakup surplus produsen, surplus konsumen serta penerimaan pemerintah. Kesejahteraan bersih merupakan penjumlahan dari perubahan surplus produsen, perubahan surplus konsumen, dan perubahan penerimaan pemerintah (Tabel 36).

Penerapan kebijakan pajak ekspor sebesar 15 persen dapat meningkatkan surplus produsen sebesar Rp 0.5197 milyar, sedangkan surplus konsumen menurun sebesar Rp 0.0278 milyar. Peningkatan surplus produsen disebabkan oleh peningkatan harga riil biji kakao di tingkat produsen yang menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi. Adanya pajak ekspor sebesar 15 persen menyebabkan pemerintah memperoleh penerimaan yang lebih tinggi yaitu meningkat sebesar Rp 10.7697 milyar, disebabkan persentase peningkatan harga riil ekspor biji kakao lebih tinggi dibandingkan respon penurunan ekspor biji kakao. Kebijakan penerapan pajak ekspor sebesar 15 persen cukup baik karena net surplus masih bernilai positif, kerugian konsumen masih dapat tertutupi oleh surplus produsen dan tambahan penerimaan pemerintah.

Penerapan kebijakan penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen berdampak positif terhadap harga domestik biji kakao sehingga surplus produsen kakao mengalami peningkatan sebesar Rp 0.0002 milyar, sedangkan surplus konsumen kakao mengalami penurunan sebesar Rp 0.0001 milyar. Penerapan kebijakan penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen mengakibatkan berkurangnya penerimaan pemerintah sebesar Rp 0.0431 milyar. Kebijakan penurunan suku bunga kredit bank persero tidak cukup baik karena net surplus bernilai negatif, kerugian konsumen dan berkurangnya penerimaan pemerintah belum dapat ditutupi oleh surplus produsen.

Penerapan kebijakan pemberian subsidi pupuk sebesar 15 persen mengakibatkan berkurangnya surplus produsen kakao sebesar Rp 0.0348 milyar. Berkurangnya surplus produsen disebabkan oleh penurunan harga riil biji kakao yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengurangi produksi. Di sisi lain, konsumen mengalami keuntungan akibat penurunan harga riil biji kakao sebesar Rp 0.0019 milyar. Adanya subsidi pupuk sebesar 15 persen menyebabkan

pemerintah memperoleh penerimaan yang lebih rendah yaitu menurun Rp 0.1278 milyar. Kebijakan tersebut belum baik karena kerugian yang diterima produsen dan pemerintah belum dapat ditutupi dengan keuntungan yang diperoleh produsen, nilai net surplus negatif sebesar Rp 0.1608 milyar.

Kebijakan perbaikan mutu kakao yang disimulasikan dengan peningkatan harga ekspor biji kakao sebesar 15 persen memberi keuntungan bagi produsen kakao sebesar Rp 1.0379 milyar, juga berdampak meningkatkan penerimaan pemerintah sebesar Rp 2.4027 milyar. Akan tetapi, mengakibatkan kerugian bagi konsumen kakao sebesar Rp 0.0541 milyar. Kebijakan peningkatan harga ekspor biji kakao masih cukup baik karena kerugian yang diterima konsumen lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh produsen dan peningkatan penerimaan pemerintah, terlihat dari nilai net surplus yang positif sebesar Rp 3.3865 milyar.

Pemberlakuan larangan ekspor biji kakao Indonesia dapat menurunkan surplus konsumen dan penerimaan pemerintah masing-masing sebesar Rp 0.1748 milyar dan Rp 11.6182 milyar. Sementara surplus produsen meningkat sebesar Rp 3.7660 milyar. Peningkatan surplus produsen disebabkan adanya peningkatan harga riil biji kakao domestik. Kebijakan ini belum cukup baik karena penurunan surplus konsumen dan penerimaan pemerintah belum dapat ditutupi oleh surplus produsen. Terlihat dari net surplus bernilai negatif sebesar Rp 8.0270 milyar.

Penerapan kebijakan kuota ekspor biji kakao sebesar 75 persen menurunkan surplus produsen biji kakao sebesar Rp 2.0736 milyar. Penurunan surplus produsen karena dibatasinya ekspor biji kakao yang keluar dari Indonesia, sehingga biji kakao yang ditawarkan di dalam negeri meningkat dan harga riil biji kakao di tingkat domestik menurun. Penerimaan pemerintah menurun sebesar Rp 22.6808 milyar. Di sisi lain, terjadi peningkatan pada surplus konsumen sebesar Rp 0.1279 milyar. Secara nasional, kebijakan tersebut belum cukup baik untuk diterapkan di Indonesia karena keuntungan yang diterima konsumen belum dapat menutupi kerugian yang diterima oleh produsen dan pemerintah, sehingga net surplus bernilai negatif sebesar Rp 24.6265 milyar.

Kebijakan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar berdampak pada penurunan surplus konsumen dan penerimaan pemerintah, masing-masing sebesar

Rp 0.0180 milyar dan Rp 0.4481 milyar. Sementara surplus produsen meningkat sebesar Rp 0.3351 milyar. Secara nasional kebijakan tersebut cukup baik untuk diterapkan di Indonesia karena net surplus bernilai negatif sebesar Rp 0.1311 milyar.

Kombinasi penerapan pajak ekspor biji kakao sebesar 15 persen dan pemberian subsidi pupuk sebesar 15 persen menyebabkan peningkatan surplus produsen dan penerimaan pemerintah masing-masing sebesar Rp 0.4842 milyar dan Rp 3.2312 milyar. Sementara surplus konsumen mengalami penurunan sebesar Rp 0.0258 milyar.

Tabel 36. Ringkasan Hasil Perubahan Faktor Ekonomi terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Biji Kakao Indonesia (Milyar Rp) No Skenario simulasi Perubahan surplus produsen Perubahan surplus konsumen Perubahan penerimaan pemerintah Net surplus 1 Penerapan pajak ekspor biji kakao Indonesia sebesar 15 persen 0.5197 -0.0278 10.7697 11.2616 2 Penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen 0.0002 -0.0001 -0.0413 -0.0410 3 Pemberian subsidi pupuk oleh pemerintah sebesar 15 persen -0.0348 0.0019 -0.1278 -0.1608 4 Peningkatan harga ekspor biji kakao Indonesia sebesar 15 persen 1.0379 -0.0541 2.4027 3.3865 5 Larangan ekspor biji kakao Indonesia 3.7660 -0.1748 -11.6182 -8.0270 6 Penetapan kuota ekspor biji kakao Indonesia sebesar 75 persen -2.0736 0.1279 -22.6808 -24.6265 7 Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika sebesar 15 persen 0.3351 -0.0180 -0.4481 -0.1311 8 Kombinasi penetapan pajak ekspor biji kakao 15 persen dan pemberian subsidi pupuk sebesar 15

persen

0.4842 -0.0258 3.2312 3.6897 9 Kombinasi kuota ekspor biji kakao Indonesia sebesar 75 persen dan subsidi pupuk oleh

pemerintah sebesar 15 persen

-2.0932 0.1286 -22.6808 -24.6453

Secara nasional kebijakan tersebut cukup baik karena net surplus yang diperoleh bernilai positif sebesar Rp 3.6897 milyar. Kombinasi penerapan kuota ekspor biji kakao sebesar 75 persen dan pemberian subsidi pupuk sebesar 15 persen menyebabkan penurunan surplus produsen dan penerimaan pemerintah masing-masing sebesar Rp 2.0932 milyar dan Rp 22.6808 milyar. Sementara surplus konsumen meningkat sebesar Rp 0.1286 milyar. Secara nasional kebijakan tersebut belum cukup baik karena net surplus yang diperoleh bernilai negatif sebesar Rp 24.6453 milyar.

Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa kebijakan yang cenderung berpihak kepada produsen kakao adalah penerapan pajak ekspor biji kakao sebesar 15 persen, penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen, peningkatan harga ekspor biji kakao sebesar 15 persen, larangan ekspor biji kakao, penguatan nilai tukar rupiah sebesar 15 persen, dan kombinasi pajak ekspor biji kakao sebesar 15 persen dan subsidi pupuk sebesar 15 persen. Kebijakan yang berpihak terhadap produsen kakao cenderung menguntungkan secara nasional karena kerugian konsumen kakao dapat tertutupi oleh kelebihan surplus produsen dan penerimaan pemerintah, kecuali penurunan suku bunga kredit bank persero sebesar 15 persen, larangan ekspor, dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kebijakan yang cenderung berpihak kepada konsumen kakao cenderung menurunkan kesejahteraan nasional. Besarnya surplus konsumen kakao belum dapat menutupi kerugian yang diterima oleh produsen dan pemerintah seperti pemberian subsidi pupuk sebesar 15 persen, kuota ekspor biji kakao sebesar 15 persen, dan kombinasi diantara keduanya.

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait