• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PEMBAHASAN

B. Serat Abimanyu Krama

B.2. Ringkasan Serat Abimanyu Krama

Diceritakan Lesmana Mandra Kumara, anak raja Ngastina memendam cinta terhadap Dewi Siti Sendari, putri Raja Kresna. Saking cintanya hampir seperti orang gila. Setiap yang dijumpai dirayu, dikira Siti Sendari. Sementara itu Dewi Banowati, ibu Lesmana Mandra Kumara, melahirkan putri diberi nama Lesmanawati.

Raja Duryudana prihatin terhadap penderitaan Lesmana anaknya. Durna menyarankan agar keinginan Lesmana putranya itu dituruti saja. Jika terjadi mengambil besan dengan raja Dwarawati tentu akan lebih baik. Untuk itu sebaiknya segera meminta kehadiran Raja Salya, Raja Baladewa dan Adipati Karna di Ngastina.

Selang beberapa hari yang diundang telah tiba. Raja Duryudana memberitahu kelahiran putrinya, kemudian ia meminta tolong kepada Raja Baladewa untuk meminangkan Siti Sendari untuk Lesmana. Semula Baladewa keberatan karena Siti Sendari sudah akan dikawinkan dengan Abimanyu, tetapi setelah Durna mengemukakan alasannya akhirnya Baladewa setuju. Usul Durna itu pada dasarnya adalah bentuk rekayasa yang tentu dapat dilakukan oleh Baladewa. Setelah sepakat Baladewa dengan diantar beberapa Kurawa berangkat ke Dwarawati.

Raja Kalasiya Raja Negara Batubarang ingin membalas dendam kepada Raja Kresna atas kematian orang tuanya. Ia telah mengutus patih untuk mempersiapkan prajurit perang untuk menyerang Dwarawati. Sebelum berangkat Raja Kalasiya sempat bermimpi diambil menantu oleh Raja Kresna, sehingga penyerangan ditangguhkan.

Digantikan surat lamaran kepada Raja Kresna, karena sang raja jatuh cinta kepada Siti Sendari putri raja Dwarawati. Utusan ke Dwarawati sudah berangkat diantar dua ratus prajurit raksasa.

Sepeninggal utusan ke Dwarawati, Raja Kalasiya makin menjadi jatuh cintanya. Selalu merayu, berkata sendiri menyebut nama Siti Sendari. Patih Batusrenggi mengusulkan agar Dwarawati diserang kalau kalah putrinya menjadi boyongan. Raja Kalasiya berkehendak lain, Siti Sendari akan dicuri saja. Setelah memberikan petunjuk dan pesan, Kalasiya berangkat terbang ke Dwarawati.

Bambang Irawan disertai dua orang punakawannya Gareng dan Petruk menghadap Begawan Lumperaga di pertapaan Wringin Sapta. Irawan menanyakan kepada Lumperaga neneknya, siapa ayahnya. Setelah diberitahu bahwa ayahnya adalah Raden Arjuna, Irawan minta ijin pergi untuk bertemu orang tuanya. Neneknya memberikan ijin, Irawan berangkat ditemani punakawan.

Para raksasa dari Negara Batubarang setelah berangkat dari negaranya dengan naik perahu telah mendarat di pesisir. Mereka kebingungan tidak ada yang mengetahui arah ke Dwarawati. Mereka mengetahui Irawan dan punakawan lewat. Setelah saling bertegursapa, raksasa Batubarang akan ikut bersama-sama Irawan berjalan ke arah barat supaya tidak bingung. Irawan tidak mau terjadilah perang, raksasa banyak yang mati sisanya berlari kembali ke perahunya, sedangkan Irawan melanjutkan perjalanan.

Raja Kresna di Dwarawati sedang di hadap Bomantara, anaknya. Tidak lama kemudian Patih Udawa melaporkan kedatangan Raja Baladewa. Kedatangannya di Dwarawati sebagai utusan raja Ngastina untuk meminta Siti Sendari akan dikawinkan dengan Lesmana Mandrakumara. Raja Kresna menjawab sambil mengingatkan Raja Baladewa kakaknya, bahwa Siti Sendari sudah terlanjur akan dikawinkan dengan Abimanyu. Mendadak ada laporan bahwa Siti Sendari hilang dicuri dari keraton, semua kebingungan. Raja Bomantara tanpa diperintah terbang mengendarai Wilmana kendaraannya, mencari hilangnya sang putri. Raja Kresna kemudian membuat sayembara, barang siapa yang dapat menemukan hilangnya sang putri akan dikawinkan.

Jayajrata dan Wangsatama disuruh memberitahukan hal itu kepada raja Ngastina, sedangkan Setiyaki diutus ke Madukara untuk membeberitahukan hal yang sama.

Jayajrata dan Wangsatama telah sampai di Ngastina, lalu melaporkan tentang sayembara Raja Kresna. Raden Duryudana meminta pendapat Durna apa yang perlu dilakukan. Durna menyarankan agar segera mengutus prajurit untuk mencari hilangnya Siti Sendari. Karna diutus mencari ke arah selatan sambil memberitahu Raja Salya di Mandaraka. Dua puluh lima orang Kurawa dipimpin Dursasana mencari ke arah barat, dua puluh lima orang Kurawa lainnya mencari ke arah utara. Dipastikan hilangnya sang putri dapat ditemukan, setelah sepakat semua berangkat.

Di Madukara, Raden Janaka bersama Sumbadra dan Srikandhi istrinya, dan dihadap Raden Sadewa adiknya, Raden Gathutkaca dan Raden Abimanyu. Setiyaki datang melaporkan perihal sayembara Raja Kresna. Raden Janaka setelah menerima laporan bersedia akan mencari, Setiyaki mohon diri pulang ke Dwarawati.

Sepeninggal Setiyaki Raden Sadewa diperintah untuk memberitahu ke Ngamarta. Mendadak kedatangan Raden Irawan dan punakawan. Setelah diterima oleh Raden Janaka, kemudian Raden Gathutkaca diminta memberitahu kepada Raden Wrekudara tentang hilangnya sang putri. Janaka meminta Semar dan Bagong untuk mengikutinya mencari pencuri Siti Sendari, sedangkan Abimanyu disuruh tinggal menunggu di rumah dengan Irawan adiknya. Raden Irawan menanyakan kepada Raden Janaka ayahnya perihal kepergiannya. Raden Janaka memberitahu hal ikwal perkawinan Abimanyu dengan Siti Sendari, hingga hilangnya Siti Sendari dibawa pencuri serta adanya sayembara Raja Kresna tentang Siti Sendari. Irawan kemudian meminta untuk menggantikan ayahnya mencari hilangnya sang putri. Raden Janaka merestui, Irawan berangkat ditemani Gareng dan Petruk. Sadewa dan Gathutkaca berangkat ke Ngamarta.

Di Ngamarta Raja Puntadewa dihadap Raden Werkudara, dan Nangkula kedatangan Raden Sadewa dan Gathutkaca dari Madukara. Ia diutus oleh Raden Janaka memberitahu perihal hilangnya Siti Sendari dan sayembara Raja Kresna. Werkudara meminta kepada Gathutkaca untuk membantu mencari hilangnya sang dewi, Gathutkaca berangkat.

Lesmana Mandra Kumara di Ngastina sedih hatinya mendengar hilangnya Siti Sendari. Ia bersama prajurit menyusul untuk mencarinya. Di jalan bertemu dengan Patih Sengkuni kakeknya. Sengkuni menyarankan agar Lesmana datang dan meminta petunjuk kepada Abiyasa kakeknya tentang hilangnya Siti Sendari. Mereka bersama-sama berangkat. Setelah sampai di Retawu tempat Abiyasa bertapa, Sengkuni menyampaikan maksud kedatangannya. Abiyasa memberi petunjuk bahwa Siti Sendari dicuri Prabu Kalasiya raja di Batubarang, Raja Raksasa yang sangat sakti. Lesmana senang mendapat petunjuk itu lalu pulang kembali ke pesisir dengan prajuritnya. Sengkuni menyarankan agar hal itu diberitahukan kepada Duryudana ayahnya.

Diceriterakan Irawan dengan punakawan yang mencari sang Dewi. Hutan-hutan sudah dijelajahi tetapi tidak ditemukan. Irawan merasa sedih, jika kembali merasa malu. Resi Abiyasa datang memberi bisikan tetapi tidak tampak wujudnya. Isi bisikan Abiyasa itu memberi petunjuk keberadaan Siti Sendari. Setelah mendengar bisikan itu Irawan merasa senang. Mereka segera berangkat mencari sang putri.

Siti Sendari setelah berasil diculik dan dibawa ke Negara Batubarang merasa sedih hatinya. Ia selalu memegang patramnya ingin bunuh diri. Prabu Kalasiya berusaha membujuk agar sang dewi mau meladeni, tetapi Siti Sendari tidak menanggapinya. Raja Kalasiya kecewa hatinya meninggalkan Siti Sendari sendirian. Sang prabu bersabar barangkali lain hari Siti Sendari akan menurut.

Raden Irawan datang di tempat Siti Sendari. Ketika itu sang dewi masih tidur nyenyak. Kemudian oleh Irawan dibawa dimasukkan ke dalam kancing gelungnya. Irawan dan punakawan pergi kembali ke Madukara, tetapi sebelum pergi ia menulis surat. Isi surat memberi tahu Raja Kalasiya untuk menyusul ke Madukara jika menginginkan Siti Sendari.

Raja Kalasiya sangat marah setelah mengetahui Siti Sendari sudah tidak berada di gedong mirah dan membaca surat yang ditinggalkan Irawan. Raja Kalasiya segera memanggil patih Batusrenggi dan Kala Bancana. Mereka diberitahu perihal hilangnya sang putri yang telah berhasil dicuri dari Dwarawati. Sang prabu segera memerintahkan memberangkatkan prajurit ke Dwarawati. Prabu Kalasiya segera menyusul Raden

Irawan. Raden Irawan di angkasa berhasil disusul Raja Kalasiya yang berusaha merebut Siti Sendari. Terjadilah perang di angkasa. Akhirnya Raja Kalisiya mati oleh panah Irawan.

Raden Irawan terbang melanjutkan perjalanan, lalu mendarat di pesisir Pulau Jawa, yang kebetulan prajurit Ngastina akan berangkat naik perahu. Mereka dilapori prajurit bahwa mengetahui Raden Irawan yang dikira Raden Abimanyu telah berhasil menemukan Siti Sendari. Patih Sengkuni segera memerintah prajurit agar mengepung Raden Irawan dari kejahuan. Patih Sengkuni dan Lesmana sudah berhasil menemui Irawan. Kurawa berusaha merebut Siti Sendari dari tangan Irawan. Terjadilah perang, Kurawa banyak yang terluka terkena panah Irawan.

Sementara itu Raja Bomantara yang juga mencari Siti Sendari menjelajah hutan dan gunung-gunung tidak menemukan. Diperjalanan bertemu dengan Gathutkaca, kemudian mereka mencari bersama-sama. Sampai di atas Gunung Pasundan melihat pesisir ada orang berperang, orang satu di keroyok orang ribuan. Gathutkaca memberitahu bahwa yang dikeroyok itu adalah Irawan adiknya, anak Raden Janaka pamannya yang disuruh mencari Siti Sendari. Mereka berdua lalu membantu menolong menyerang musuh. Kurawa lari tinggang langgang banyak yang terluka. Gathutkaca dan Boma menemui Irawan. Irawan melaporkan tentang pencariannya Siti Sendari sampai bertemu dan dapat membunuh Raja Kalasiya. Selanjutnya Bomantara minta agar Gathutkaca dan Irawan pulang ke Madukara melapor kepada Raden Janaka pamannya bahwa Siti Sendari sudah ditemukan dan agar segera mengantarkan calon pengantin ke Dwarawati adapun Siti Sendari dibawa pulang ke Dwarawati bersama Bomantara. Mereka berangkat ke tujuan masing-masing.

Bomantara sesampainya di Dwarawati melaporkan kepada Raja Kresna yang sedang duduk bersama dengan Baladewa kakaknya bahwa yang menemukan Siti Sendari adiknya adalah Irawan putra Janaka pamannya. Selain itu ia juga melaporakan bahwa Irawan dan Gathutkaca sudah diminta pulang ke Madukara untuk melapor kepada Janaka agar segera mengantarkan calon pengatin pria ke Dwarawati.

Raja Kresna menyetujuhi langkah yang ditempuh Bomantara itu, maka pada bulan depan pengantin akan dipertemukan. Selanjutnya Baladewa atas permintaan Kresna memerintahkan Patih Prabawa untuk pulang ke Mandura, serta meminta kedua anaknya Almuka dan Wisatha dipanggil ke Dwarawati sambil memberitahu raja Kumbina dan raja Lesanpura dimohon datang di Dwarawati untuk memberi restu perkawinan cucunya, utusan berangkat.

Di Madukara Raja Yudistira dan adik-adiknya membicarakan dan menanti kedatangan kedua orang putra yang diutus mencari hilangnya Siti Sendari. Gathutkaca dan Irawan datang melaporkan bahwa Siti Sendari sudah dapat ditemukan. Atas permintaan Bomantara Siti Sendari dibawa pulang ke Dwarawati bersamanya, sedangkan ia dan Irawan diminta pulang untuk melapor ke Janaka pamannya, serta segera diminta mengantarkan pengantin ke Dwarawati. Raja Yudistira dan adik-adiknya sangat senang mendengar laporan Gathutkaca. Kemudian sang prabu mengutus Patih Andakawana pergi ke Wiratha untuk memberitahu dan memohon restu Raja Wiratha serta memberitahu dan memohon kedatangan Raja Cempala ke Madukara untuk memberi restu pengantin.

Sementara itu di Ngastina Raja Duryudana menerima kedatangan Lesmana dan Patih Sengkuni. Sengkuni melaporkan bahwa pencarian Siti Sendari tidak berhasil. Duryudana menghibur Lesmana Mandrakumara, anaknya, bahwa bukan jodohnya. Selain itu sang prabu juga memberitahu anaknya bahwa Raja Kresna masih mempunyai seorang putri yang cantik, lain waktu akan dibicarakan, semoga menjadi jodohnya. Raden Lesmana merasa terhibur tidak sedih lagi.

Perhelatan pemberangkatan pengantin dari Madukara telah siap. Raja Cempala dan keluarganya telah sampai di Madukara. Iring-iringan pengantin berangkat, yang berada di depan Raden Gathutkaca dengan prajuritnya, kemudian Raden Trustajumena dengan prajuritnya, disusul Raden Pancawala beserta prajurit, kemudian Abimanyu dan Irawan. Janaka dan istrinya serta prajurit diserta upacara kebesarannya menyusul dibelakang Abimanyu, yang paling belakang Patih Sucitra, semua iring-iringan menaiki kereta. Singkat cerita iring-iringan pengantin telah sampai di Dwarawati, telah

dilaporkan kepada Raja Kresna. Raja Bomantara, Samba dan Setiyaki telah diperintah untuk menjemput pengantin, jalan-jalan sudah dihiasi. Raja Kresna duduk bersama-sama Raja Kumbina, Lesanpura dan Mandura telah menerima laporan bahwa pengantin sudah tiba di Dwarawati. Di perjalanan yang dilalui iring-iringan pengantin selalu dielu-elukan masyarakat. Pengantin laki telah dibawa masuk ke Istana selanjutnya diadakan upacara panggih pengantin. Kemudian semua duduk di depan kamar tengah. Raja Kresna dan para raja, para putra dan adipati kembali duduk di pendapa. Adapun pengantin dan para putri duduk didalam puri. Setelah upacara selesai mereka semua makan besar bersama-sama diiringi bunyi gamelan yang merdu.

Setelah lima hari pengantin akan dibawa ketempat mertua (diundhuh) ke Madukara. Mendadak kedatangan musuh raksasa dari Batubarang yaitu patih dan prajurit. Kedatangan mereka disambut perang oleh Bomantara dan Gathutkaca berserta prajuritnya, dan Raden Irawan sebagai pemuka prajurit. Perang besar terjadi, musuh raksasa dari Batubarang banyak yang mati, raksasa kecil-kecil lari tunggang-langgang mencari hidup. Boma dan Gathutkaca serta Irawan dan seluruh prajurit pulang ke Dwarawati. Bomantara melapor kepada Raja kresna bahwa musuh telah dapat dikalahkan. Raja Kresna merasa senang, kemudian melanjutkan pembicaraan tentang ngundhuh pengantin ke Madukara. Iring-iringan pengantin sudah berangkat, singkat ceritera rombongan pengantin telah sampai di Madukara. Raden Nangkula Sadewa yang menjemput pengantin. Raja Darmaputra dan Raden Werkudara serta Dewi Drupadi menerima kedatangan pengantin. Setelah upacara pengabekten, Semua lalu makan bersama baik di pendapa maupun di pagelaran, semua tamu dan prajurit.

Setelah lima hari pengantin berada di Madukara, kemudian diantarkan lagi ke Dwarawati. Iring-iringan pengantin sudah sampai di Dwarawati lalu diadakan makan besar bersama, setelah itu para tamu pulang ke negara masing-masing. Sementar itu Raden Nangkula dan Sadewa yang diutus mengantarkan pengantin ke Dwarawati juga sudah kembali ke Ngamarta, dan melaporkan perjalanannya sebagai utusan, Raja Yudistira sangat senang.

Raja Yudistira mendapat bisikan dari Abiyasa kakeknya, bahwa Raden Sena dan Janaka disuruh mengabdi ke Negara Wiratha lamanya satu tahun sedikitnya enam bulan. Hal itu dilakukan sebagai balas budi cinta kasih orang tua dan supaya Pandawa dikasihi Dewa. Sena dan Raden Janaka berangkat, hanya Irawan yang tinggal di Ngamarta, ia tinggal di tempat Pancawala.

Tersebutlah Negara Wiratha, dengan rajanya bernama Prabu Mangsahpati. Raja yang bijaksana dan adil. Sudah berusia lebih seratus tahun, tetapi masih kelihatan muda. Sang raja mempunyai empat orang anak yaitu Raden Seta yang tertua kemudian Raden Utara, Ratsaka dan yang bungsu putri bernama Dewi Utari. Utari adalah putri yang sangat cantik, tetapi masih belum birahi. Meskipun banyak pemuda Wiratha yang melamarnya, sang retna tidak mau karena belum cocok..

Sang raja dihadap putra-putranya dan Patih Kincaka. Sang Raja bertanya kepada patih ketika diutus merestui Pandawa cucunya pada waktu mendirikan Negara Ngamarta. Patih menjawab bahwa sampai saat itu sudah dua puluh enam tahun yang lalu. Berdirinya Ngamarta itu bertepatan dengan kelahiran Dewi Utari.

Di Pendapa Astina Prabu Duryudana dan Begawan Kala Sasra akan melihat jasad Raden Janaka, mereka berangkat. Akan tetapi mereka mendapatkan Raden Janaka tidur dengan Banowati di keputren. Duryudana sangat marah, mengamuk dan terjadi peperangan, Werkudara menendangnya, Duryudana dan Kurawa melarikan diri. Begawan Kala Sasra maju berperang dihadapi oleh Prabu Kresna yang membawa senjata Cakra. Kala Sasra beralih rupa Hyang Kala. Adapun Kuthana dan Kuthini berubah wujud menjadi siluman Setra Gandamanyu. Kemudian mereka dihalau pergi oleh Semar, lalu semua Pandhawa pulang ke Amarta.