• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK

PERSEROAN TELAH MEMENUHI RASIO TOTAL LIABILITAS/JUMLAH EKUITAS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERJANJIAN UTANG YANG TELAH DIUNGKAPKAN PERSEROAN DALAM PROSPEKTUS INI, KECUALI RASIO DSCR

B. Risiko Usaha yang Berkaitan dengan Perseroan

Dalam menjalankan kegiatan usaha, Perseroan menyadari bahwa risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan operasionalnya dan dapat mempengaruhi hasil usaha dan kinerja Perseroan apabila tidak diantisipasi dan disiapkan penanganannya dengan baik. Risiko-risiko tersebut harus dikelola dengan baik dan akuntabel, untuk itu Perseroan berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko terbaik yang sejalan dengan arahan regulator. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing risiko yang dihadapi dan dapat berpengaruh besar terhadap Perseroan, dimana risiko-risiko berikut telah diurutkan berdasarkan risiko yang memiliki bobot tertinggi sampai terendah sebagai berikut:

1. Risiko Pembayaran

Risiko pembayaran dapat terjadi manakala pemberi pekerjaan menunda atau tidak membayar biaya proyek yang mengakibatkan cost of fund meningkat dan piutang bermasalah baik itu piutang usaha maupun piutang retensi yang pada gilirannya akan berdampak negatif terhadap kegiatan usaha Perseroan terutama dalam cash flow Perseroan. Adapun beberapa hal yang berdampak secara signifikan kepada Perseroan terkait dengan risiko pembayaran antara lain adanya pemberi kerja yang tidak kredibel dan tidak memiliki kemampuan pendanaan yang memadai, tidak adanya uang muka proyek, pelaksanaan pekerjaan dilakukan tidak sesuai dengan termin yang disepakati, tidak adanya kontrak yang kuat untuk melindungi kepentingan Perusahaan, tidak adanya strategi negosiasi yang baik untuk penyelesaian perselisihan dengan pemberi

117 kerja, serta tidak dapat digantinya pembayaran retensi. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Keuangan.

2. Risiko Perdagangan Internasional

Risiko sangat dimungkintan terjadi mengingat banyaknya material import yang digunakan terutama pada pekerjaan proyek-proyek EPC. Adapun konsentrasi identifikasi risikonya terutama pada:

a. Risiko terkait transaksi Letter of Credit (LC) b. Risiko terkait bea masuk material import c. Risiko terkait regulasi perpajakan luar negeri

Penyusunan perjanjian atau kontrak transaksi material impor dengan pemasok internasional memerlukan pemahaman yang handal dan menyeluruh untuk memitigasi risiko yang muncul. Dampak apabila terjadi risiko penyimpangan perjanjian ini adalah salah satunya kerugian keuangan yang akan menambah biaya yang perlu dikeluarkan oleh Perseroan, sehingga menambah biaya produksi dan mengurangi laba. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Manajemen Kontrak, Prosedur Pemasaran Traffic dan Prosedur Keuangan.

3. Risiko Tingginya Harga Bahan Baku/ Material serta Upah

Risiko tingginya harga bahan baku/material serta upah berdampak langsung pada harga pokok penjualan pada saat pelaksanaan proyek. Agar Perseroan beroperasi dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, Perseroan membutuhkan bahan baku/material serta SDM dengan kualitas yang memenuhi spesifikasi. Ketidakmampuan Perseroan dalam jangka panjang untuk mendapatkan bahan baku/material serta SDM yang sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan oleh Perseroan dapat memiliki dampak yang negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Procurement.

4. Risiko dalam Pemilihan Mitra Subkontraktor/Supplier

Kinerja mitra subkontraktor dan supplier merupakan risiko yang perlu menjadi perhatian dalam menentukan pemilihan mitra dalam pekerjaan proyek yang berdampak langsung pada kinerja proyek. Agar Perseroan beroperasi dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, Perseroan membutuhkan mitra kerja dengan kinerja yang sesuai dengan spesifikasi Perseroan. Perseroan mengadakan kontrak pembelian bahan baku/material dengan mitra kerja yang terdapat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM). Ketidakmampuan Perseroan dalam jangka panjang untuk memilih mitra kerja yang sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan oleh Perseroan dapat memiliki dampak yang negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja usaha dan prospek usaha Perseroan. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Pemasaran Prakualifikasi.

5. Risiko Kurs

Dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh Perseroan saat ini, Perseroan mempunyai kontrak dalam porsi valuta asing, pengadaan material, penerimaan pembayaran dan pendanaan dari pihak ketiga dalam bentuk valuta asing. Pemberlakukan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 dimana untuk kontrak pekerjaan didalam negeri wajib menggunakan mata uang Rupiah sementara pengadaan untuk pelaksanaan kontrak tersebut Perseroan harus melakukan pembelian equipment/material di luar negeri dengan pembayaran valuta asing, maka akan timbul resiko kurs pada Perseroan.

Risiko yang dihadapi Perusahaan dalam transaksi dengan valuta asing adalah fluktuatifnya nilai tukar mata uang asing. Dampak yang akan timbul dari risiko tersebut adalah tambahan biaya dan kerugian yang harus ditanggung oleh Perseroan dan mengurangi laba yang akan didapatkan oleh Perseroan. Pada kondisi ini apabila risiko tersebut tidak dimanajemeni dengan baik maka dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha Perseroan. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Keuangan.

6. Risiko Human Capital

Perkembangan bisnis Perseroan yang begitu cepat mengikuti tuntutan pasar menuntut Perseroan mengembangkan sumber daya manusianya baik secara kualitas (kompetensi) maupun kuantitas (jumlah karyawan) sehingga dapat secara optimal mendukung pertumbuhan Perseroan. Atas sumber daya manusia ini, risiko yang akan muncul adalah perubahan struktur organisasi serta tidak terpenuhinya kompetensi dan kebutuhan sumber daya manusia.

118 Jika tidak ada strategi percepatan pemenuhan kebutuhan human capital, maka akan terjadi kelangkaan human capital yang dapat dipekerjakan oleh Perseroan. Sementara apabila program pengembangan kompetensi karyawan tidak direncanakan dengan optimal, maka pertumbuhan perusahaan tidak berimbang dengan kompetensi karyawannya.

Dampak yang muncul apabila risiko ini terjadi adalah proyek-proyek yang akan dijalankan tidak didukung jumlah dan kompetensi karyawan yang memadai dan dapat menimbulkan kerugian maupun meningkatkan tingkat turnover karyawan. Risiko ini telah dimitigasi Perseroan dengan adanya prosedur Human Capital.

7. Risiko Engineering

Kemampuan menyusun basic design dan metode kerja, serta melakukan verifikasi desain dan validasi serta mampu mengkomunikasikan spesifikasi teknis material dengan fungsi procurement terkait mutlak diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya risiko gagal desain. Dampak dari risiko gagal desain ini adalah merubah desain yang sudah ditentukan di awal, menambah bahan baku/material dan sumber daya serta menambah biaya proyek. Hal ini akan merugikan Perseroan karena akan mengurangi laba yang akan diperoleh oleh Perseroan dan menambah waktu pelaksanaan proyek.

Saat ini Perseroan menerapkan Business Information Modelling (BIM) dalam setiap proyek yang dikerjakan untuk menjawab tantangan dunia konstruksi terutama dalam era digitalisasi. Pemanfaatan BIM ini membantu Perseroan dapat Menyusun perencanaan dengan lebih tepat dan meminimalisir risiko yang muncul dalam tahap pengerjaan proyek tersebut.

Dalam proses konstruksi atau pelaksanaan sampai dengan proses commissioning, diperlukan monitoring secara konsisten terhadap pekerjaan sesuai metode kerja yang telah disusun dilengkapi dengan kesesuaian checklist instruksi kerja pekerjaan dan material. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Engineering.

8. Risiko Pengembangan Usaha

Perseroan menjamin keberlanjutan bisnis dan operasi dengan mendiversifikasi usaha secara organik maupun anorganik melalui investasi pada bidang bisnis baru. Risiko yang dihadapi Perseroan dalam proses pengembangan usaha tersebut antara lain adalah kelancaran perolehan izin usaha, pembebasan lahan, pemotongan anggaran Pemerintah, keterbatasan teknologi serta keterbatasan informasi ataupun hal lain yang dapat memengaruhi sasaran atau tujuan utama pembukaan bidang bisnis baru. Dampak yang paling signifikan dari munculnya risiko ini adalah penurunan pendapatan Perseroan di masa yang akan datang akibat dari tidak tercapainya atau mundurnya rencana pengembangan bisnis Perseroan. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Pengembangan Usaha.

9. Risiko Investasi Proyek

Kebijakan Perseroan untuk melakukan investasi proyek dalam bentuk kerjasama operasi merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan Perusahaan. Nilai proyek investasi yang besar, pendanaan yang berasal dari ekuitas dan pinjaman, serta partner investasi yang beragam, mempunyai risiko yang cukup tinggi bagi Perseroan.

Risiko yang dapat muncul dari pelaksanaan proyek investasi ini adalah kesalahan perhitungan dalam analisis kelayakan investasi, mismatching pendanaan investasi, serta partner investasi yang tidak reliable. Dampak dari risiko-risiko ini bagi Perseroan adalah penambahan biaya investasi atau overhead di luar perencanaan yang dapat mengganggu arus keuangan Perseroan. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Pemasaran, Keuangan dan Investasi.

10. Risiko Hubungan Investor

Dengan status perusahaan yang terbuka maka hubungan dengan investor merupakan hal yang sangat perlu dibina dalam rangka memastikan bahwa investor menerima informasi yang cukup untuk membentuk persepsi yang positif terhadap Perseroan. Risiko yang dapat terjadi akibat hubungan yang kurang terbina antara Perseroan dengan investor adalah kesimpangsiuran informasi yang diterima oleh investor. Apabila informasi yang diterima bukan informasi yang benar mengenai Perseroan maka akan berdampak pada nilai

119 wajar Perseroan yang terefleksi dalam kinerja harga saham Perseroan serta juga reputasi Perseroan. Risiko ini telah dimitigasi oleh Perseroan dengan adanya Prosedur Investor Relation.