• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ratu Sarah Indah Kusumawati dilahirkan di Jakarta pada 24 Agustus 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Elang Mulyaningrat dan Dessy Mawati. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Risanti IV pada tahun 1996-1997. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Meruya Selatan pada tahun 1997- 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 206 Jakarta Barat pada tahun 2003-2006, dan Sekolah Menengah Atas Negeri pada (SMAN) 65 Jakarta Barat tahun 2006-2009. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan, baik unit kegiatan mahasiswa (UKM) maupun kegiatan kepanitiaan. Penulis pernah aktif sebagai anggota UKM Gentra Kaheman masa kepengurusan 2010-2011, Anggota Capoeira Allegria IPB masa kepengurusan 2010-2011, Sekretaris Divisi Broadcasting HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) masa kepengurusan 2011-2012, Asisten Praktikum Komunikasi Bisnis, Asisten Praktikum Sosiologi Umum dan Direktur Broadcasting HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) masa kepengurusan 2012-2013.

ABSTRAK

RATU SARAH INDAH KUSUMAWATI. Analisis Hubungan antara Sikap terhadap Implementasi Otonomi Daerah dengan Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir. Dibimbing oleh RILUS A. KINSENG.

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah dengan tingkat kepuasan masyarakat di Desa Ciaruteun Ilir. Sampel penelitian ini adalah warga desa RT 01/03, RT 03/03, RT 02/05 dan RT 03/05 di Desa Ciaruteun Ilir pada usia 17-60 tahun yang berjumlah 60 responden. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang dilengkapi dengan data kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman

dengan taraf nyata 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki sikap yang netral terhadap implementasi otonomi daerah. Tingkat kepuasan masyarakat cenderung sedang atau cukup puas. Uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah dengan tingkat kepuasan masyarakat.

Kata Kunci: Implementasi Otonomi Daerah, Sikap, Tingkat Kepuasan Masyarakat

ABSTRACT

RATU SARAH INDAH KUSUMAWATI. Analysis of Corellation between Attitudes toward the Regional Autonomy Implementation with The Level of Rural Community satisfaction in Ciaruteun Ilir Village. Supervised by RILUS A. KINSENG.

This study aims to analyze the correlation between attitudes toward the implementation of regional autonomy with the level of community satisfaction in Ciaruteun Ilir village. The sample was villagers RT 01/03, RT 03/03, RT 02/05 and RT 03/05 in Ciaruteun Ilir village at the age of 17-60 years amounted to 60 respondents. This study uses quantitative data and supported by qualitative data. Quantitative data were collected by questionnaires, while respondents were selected through a multistage random sampling. The data were analyzed using Rank Spearman correlation test with the level 0.05. The results showed that people have a neutral attitude towards the implementation of regional autonomy. Community satisfaction levels tend to moderate or fairly satisfied. The test shows that there is a strong and positive correlation between attitude toward the implementation of regional autonomy and people satisfaction.

Keywords: Attitudes, Community Satisfaction, Implementation of Regional Autonomy

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Otonomi daerah di Indonesia dimulai dengan lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sekarang telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 25 tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Menurut Undang- Undang ini, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

Hakikat otonomi daerah adalah upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Kewenangan yang luas dan utuh meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan ini, pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah dan masyarakat. Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah berdasarkan manajemen keuangan yang sehat (Sinaga 2010).

Sinaga (2010) selanjutnya menjelaskan mengenai prinsip luas, nyata dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

Perkembangan otonomi daerah menuntut Pemerintah Pusat untuk semakin memperhatikan dan menekankan pembangunan masyarakat desa melalui otonomi daerah. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dan pembangunan desa harus mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat serta mewujudkan peran aktif masyarakat untuk turut serta bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan mengenai pengaturan hubungan keuangan pusat dan daerah, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara adil dan selaras. Dengan adanya UU No. 32 Tahun 2004 ini, merupakan kesempatan bagi desa untuk mengatur sendiri pembentukan, kedudukan, kewenangan serta tugas pokok dan fungsi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan desa, sehingga desa lebih leluasa dalam

menentukan dan memberikan kewenangan dalam rangka memenuhi tuntutan, keinginan dan kebutuhan masyarakat, terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa yang banyak berkaitan langsung dengan pemberian pelayanan publik. Kualitas pelayanan di desa diharapkan akan menjadi lebih baik dibandingkan pada saat pengaturan yang sentralistik, sehingga diharapkan mampu selalu dapat beradaptasi dengan kemajuan yang begitu cepat dalam memberikan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pelayanan publik yang positif dan berkualitas, akan menciptakan kepuasan, kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat, yang akhirnya dapat mewujudkan tujuan pembangunan masyarakat. Pelayanan publik menjadi salah satu indikator penilaian kualitas administrasi pemerintahan dalam melakukan tugas dan fungsinya. Baik tidaknya administrasi publik atau pemerintahan itu dapat dilihat dari seberapa jauh pelayanan publiknya sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan harapan masyarakat (Istianto 2010). Demikian halnya Desa Ciaruteun Ilir, urusan pemerintahan desa menjadi kewenangan yang harus dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 206 yaitu:

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

2. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi dan atau pemerintah kabupaten/kota.

3. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Pemberian urusan/kewenangan tersebut menurut Istianto (2010) tentunya dimaksudkan sebagai upaya menghadirkan pemerintahan ditengah masyarakat yang memerlukan perluasan jangkauan pelayanan atau dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan kata lain kebijakan ini membawa konsekuensi menjadikan organisasi desa sebagai unit pemerintahan otonom terdepan yang menyelenggarakan pembangunan desa yang dapat memberdayakan masyarakat, menyelenggarakan tata pemerintahan yang partisipatif, transparan, responsif dan akuntabel serta menyelenggarakan pelayanan publik secara ideal dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.

Realitas faktual yang berbeda, umumnya dapat kita lihat dalam praktek penyelenggaran pelayanan di desa yaitu masih banyak masyarakat kurang puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Kantor Desa, kesenjangan terjadi dari segi waktu maupun tuntutan-tuntutan komplain lainnya yang diajukan oleh pemohon untuk Pemerintah Desa, misalnya pada pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dirasakan sangat memakan waktu yang lama, pelayanan akta jual beli tanah yang dirasakan sangat berbelit-belit dan biayanya sangat mahal. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya keluhan masyarakat dari mulut ke mulut. Menurut (Mulyadi et al. 2012) Jika kondisi ini tidak direspon oleh Pemerintah Desa, maka akan dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap pemerintahan desa sendiri.

Sinaga (2010) menyatakan bahwa perlu pengenalan dan kajian lebih jauh untuk mengatasi persoalan yang dapat menghambat penyelenggaraan otonomi dan desentralisasi di desa. Pengenalan permasalahan di lapangan ditujukan untuk mengantisipasi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan fungsi desentralisasi dan otonomi daerah. Dengan teridentifikasinya permasalahan yang berkaitan

3

dengan fungsi otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah desa diharapkan semakin mampu mengelola semua persoalan dan harapan publik sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga otonom.

Pengenalan permasalahan ini salah satunya dapat dilakukan dengan melihat sikap dan persepsi masyarakat mengenai implementasi otonomi daerah di desa ini serta melihat tingkat kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah. Mulyadi et al. (2012) berpendapat bahwa sikap dan persepsi atau tanggapan yang baik dari masyarakat merupakan kunci keberhasilan bagi suatu organisasi dalam memberdayakan masyarakat terutama masyarakat miskin dan kaum marginal untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan bermartabat. Untuk itu diperlukan adanya suatu sistem pelayanan dan komunikasi yang baik antara Pemerintah Desa dengan masyarakat agar masyarakat dapat merasakan kepuasan dari pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, penelitian mengenai “Analisis Hubungan antara Implementasi Otonomi Daerah dengan Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir” menjadi sangat penting untuk dilakukan karena hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pemerintahan desa sehingga diharapkan dapat tercipta pelayanan yang semakin berkualitas, serta dapat digunakan sebagai modal informasi dalam memahami isu-isu penyelenggaraan otonomi daerah dan dapat menginspirasi untuk pengadaan program dan pelayanan publik yang mengarah pada peningkatan kepuasan dan kesejahteraan masyarakat.

Perumusan Masalah

Implementasi otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu pertama, dilihat dari segi wilayah (teritorial) harus berorientasi pada pemberdayaan dan penggalian potensi daerah. Kedua dari segi struktur tata pemerintahan berorientasi pada pemberdayaan pemerintah daerah dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya secara bertanggung jawab dan memegang prinsip-prinsip kesatuan negara dan bangsa. Ketiga dari segi kemasyarakatan berorientasi pada pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pembangunan di berbagai daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi otonomi daerah dapat dilihat dari sisi pembangunan, tata pemerintahan dan pelayanan publik.

Berangkat dari persoalan mempertanyakan kepuasan masyarakat terhadap apa yang diberikan oleh aparat desa dalam implementasi otonomi daerah adalah pemerintah itu sendiri dengan apa yang mereka inginkan, maksudnya yaitu sejauh mana masyarakat berharap apa yang akhirnya diterima mereka. Apabila tingkat kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir rendah, maka pemerintah desa diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar lebih teliti untuk peningkatan dari penyelenggaraan otonomi daerah dalam hal pembangunan desa, tata pemerintahan (good governance) dan kualitas pelayanan publik.

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam topik penelitian mengenai Analisis

Hubungan antara Sikap terhadap Implementasi Otonomi Daerah dengan Tingkat Kepuasan Masyarakat di Desa Ciaruteun Ilir, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir?

2. Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir?

3. Bagaimana korelasi antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah dengan tingkat kepuasan masyarakat Desa Ciaruteun Ilir?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir

2. Menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir

3. Menganalisis korelasi antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah dengan kepuasan masyarakat Desa Ciaruteun Ilir

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat berguna bagi berbagai lapisan dan pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi literatur untuk penelitian yang lebih dalam.

2. Bagi pemerintah desa

Bagi pemerintah desa penelitian ini dapat digunakan sebagai modal informasi dalam memahami isu-isu penyelenggaraan otonomi daerah dan dapat menginspirasi untuk pengadaan program dan pelayanan publik yang mengarah pada peningkatan kepuasan dan kesejahteraan masyarakat.

5

Dokumen terkait