• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lisa Audina Eka Putri dilahirkan di Kuala Tungkal pada tanggal 25 Maret 1994 adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Syaiful Ikbal dan Legiah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SDN 66 Palembang, SMPN 8 Palembang, SMAN 5 Palembang. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor tanpa tes melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam kampus. Saat Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis aktif sebagai pengurus ISC Al-Hurriyyah, Forum Silaturrahim Dewan Mushalla Asrama (FSDMA) Div. Bina Baca Quran (BBQ), dan Club Ilmiah Asrama (CIA). Memasuki tingkat tiga di IPB, penulis aktif sebagai Senior Resident di Asrama Program Pembinaan Kompetensi Umum (PPKU) dan pernah menjadi Pembina Dewan Mushalla Asrama A1, Pembina BBQ, dan koordinator Senior Resident di Asrama Putri PPKU. Pengalaman kerja penulis adalah menjadi asisten dosen pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2012/2013 selama 2 semester. Saat ini penulis aktif mengajar tahsin di Lembaga Pengajaran Quran (LPQ) Al-Hurriyyah dan mengajar

Baca Tulis Quran (BTQ) di SMA Kornita IPB.Lampiran 2. Sketsa lokasi penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian Keterangan:

Nama Wilayah: Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor Batas-batas Geografis:

Utara : Desa Sipak

Timur : Desa Kalong Sawah

Selatan : Taman Nasional dan Perhutani Barat : Desa Jugalajaya

Lampiran 3. Jadwal kegiatan penelitian Tabel 1. Pelaksanaan penelitian tahun 2015

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal penelitian Kolokium Perbaikan proposal penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji petik Sidang skripsi Perbaikan skripsi

Lampiran 4. Daftar kerangka sampling No Kelompok Nama Penerima

PKH

No. Kelompok Nama Penerima PKH 1 1 Uc 43 3 Ar 2 Na 44 Ti 3 Ne 45 Ri 4 Su 46 Ob 5 Ju 47 Ar 6 Oc 48 Te 7 Ke 49 En 8 Ma 50 Mi 9 Ma 51 4 Mu 10 Pu 52 At 11 Na 53 De 12 Sa 54 Ru 13 Na 55 Mi 14 Nt 56 Nu 15 Su 57 Sa 16 El 58 Ar 17 At 59 NA 18 Op 60 Mi 19 Ri 61 At 20 2 Ri 62 Sa 21 Ka 63 SE 22 Ne 64 Ma 23 I 65 Ay 24 Su 66 Ru 25 Nu 67 Ii 26 So 68 Ap 27 En 69 Su 28 Ro 70 Ya 29 Mi 71 AU 30 Em 72 Sa 31 Yo 73 Li 32 Ed 74 NL 33 En 75 Ju 34 Su 76 5 Mi 35 NA 77 Im 36 Ne 78 En 37 3 Iv 79 Mu 38 Ne 80 Un 39 On 81 Er 40 En 82 SM 41 Ya 83 Uu 42 Nu 84 Hin

No Kelompok Nama Penerima PKH

No Kelompok Nama Penerima PKH 85 5 Uu 113 6 Iy 86 Aa 114 Su 87 Ra 115 Um 88 An 116 7 Ru 89 Ti 117 Nu 90 Ro 118 Ju 91 Ya 119 Ka 92 En 120 MS 93 Su 121 To 94 Mu 122 Un 95 Ne 123 Ta 96 Pa 124 Uc 97 Ma 125 Su 98 SA 126 At 99 En 127 De 100 6 Em 128 8 Iy 101 Li 129 At 102 Ar 130 Is 103 Wi 131 IM 104 Wa 132 Ke 105 An 133 Da 106 Nu 134 Sa 107 Ot 135 Id 108 Iy 136 Er 109 Ti 137 En 110 Ij 138 Su 111 Us 139 Su 112 Ne 140 SA

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Rank Spearman Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,916 76 Correlations Efektivitas Program Tingkat Pendampingan Spearman's rho Efektivitas Program Correlation Coefficient 1,000 ,424** Sig. (2-tailed) . ,001 N 60 60 Tingkat Pendampingan Correlation Coefficient ,424** 1,000 Sig. (2-tailed) ,001 . N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Efektivitas Program

Besar dan Struktur Keluarga Spearman's rho Efektivitas Program Correlation Coefficient 1,000 -,029 Sig. (2-tailed) . ,829 N 60 60

Besar dan Struktur Keluarga Correlation Coefficient -,029 1,000 Sig. (2-tailed) ,829 . N 60 60

Correlations Efektivitas Program Tingkat Pendidikan Spearman's rho Efektivitas Program Correlation Coefficient 1,000 -,035 Sig. (2-tailed) . ,788 N 60 60 Tingkat Pendidikan Correlation Coefficient -,035 1,000 Sig. (2-tailed) ,788 . N 60 60 Correlations Efektivitas Program Bantuan diluar PKH Spearman's rho Efektivitas Program Correlation Coefficient 1,000 ,116 Sig. (2-tailed) . ,378 N 60 60 Bantuan diluar PKH Correlation Coefficient ,116 1,000 Sig. (2-tailed) ,378 . N 60 60 Correlations Efektivitas Program Penerimaaan perkapita perbulan Spearman's rho Efektivitas Program Correlation Coefficient 1,000 -,025 Sig. (2-tailed) . ,849 N 60 60 Penerimaaan perkapita perbulan Correlation Coefficient -,025 1,000 Sig. (2-tailed) ,849 . N 60 60

Lampiran 5 Catatan lapang Profil desa

“...kalau dari total tanah pemukiman di sini, sekitar 40%nya punya orang

miskin. Tapi mereka hanya punya rumah aja. Jadi tanahnya udah abis buat

rumah jadi gak bisa dipakai buat pekarangan gitu...” (W, Pr, 37 tahun). “...disini harus naik ojek neng kalau gak punya motor. Ke pasar Jasinga

aja ongkosnya 20 ribu neng, kan pulang pergi...” (T, Pr, 35 tahun).

“...ya suka kadang dapet kadang enggak neng, kalau lagi musim panen buah, ya suka ikut ngangkutin buahnya dari kebon. Kalo lagi banyak bisa sampai Rp 50 000 sehari. Tapi biasanya sehari-hari cuman Rp 30 000 Kalau lagi musim kering agak susah...”(L, Pr, 37 tahun).

“...orang disini, mayoritas lulus SD, tapi ada juga yang gak tamat sekola. Sebenarnya mereka bisa kalau mau, tapi kendalanya sekolah SMP dan SMA jauh harus keluar desa. Jadi abis lulus SD, lebih memilih menikah karena alasan gak punya biaya sekolah...” (S, Pr, 57 tahun).

Profil PKH

“...awalnya, kita semua dapet surat dari kepala desa. Ada nama sama alamatnya gitu neng. Tapi pas pembagian surat, belum ada pemberitahuan mau dapet PKH. Pokoknya kalau dapet surat wajib ikut kumpul di balai desa..” (L, Pr, 35 tahun).

“..untuk lihat miskin atau tidak selain dari BPS juga dilihat dari ukuran orang sini, dia miskin kalau rumah gubuk, gak punya kendaraan, dan gak bisa beli baju baru dalam setahun. Tapi kalau punya rumah gubuk punya tanah hektaran ya masuknya gak miskin. Kalau hanya mengikuti ukuran BPS, paling hanya beberapa keluarga yang memenuhi itu...” (W, Pr, 37

tahun).

“...iya, dari awal memang sudah dilihat apakah penerima benar benar layak untuk menerima bantuan atau tidak. Meskipun tidak layak, mereka tetap memeroleh bantuan tersebut karena sudah terdaftar sebagai peserta. Kalau tidak dikasih nanti takut bermasalah dengan pihak lainnya. Untuk itu mau ada pendataan ulang tahun ini supaya mereka yang tidak layak tidak lagi mendapatkan bantuan...” (W, Pr, 37 tahun).

“...dari awal, sudah dikasih tau bu kalau perolehan tahap 2 akan ada tambahan Rp 200 000 dari bantuan tetap keluarga, makanya dana bantuan PKHnya bertambah. Tapi karena pada lupa, suka ada aja yang protes ke saya, kok uangnya berkurang ditahap ke tiga dan ke empat, gak sama kaya tahap kedua...” (A, Lk, 38 tahun).

“...PKH ini berlangsung untuk lima tahun bagi keluarga yang masih memenuhi syarat. Nah selama lima tahun ini ada pendataan, kalau masih memenuhi syarat sebagai penerima PKH, dia masuk ke golongan transisi. Kalau tidak, masuk ke golongan graduasi. Bagi keluarga yang masuk ke golongan graduasi, akan dialihkan ke program KUBE...” (A, Lk, 38 tahun).

Implementasi pemberdayaan masyarakat miskin

“...waktu itu, saya tau informasi kalau dinas perternakan dan disperindag punya dana hibah untuk meningkatkan ekonomi KSM (keluarga sangat miskin). Kemudian saya tawarkan ke Ibu W, aparat Desa Pangradin. Ibu W kemudian menawarkan ke penerima PKH dan mereka bersedia untuk ikut, barulah saya bersama mereka membuat proposal pengajuan...” (A,

Lk, 38 tahun).

“...pertama ada ternak lele, itu di dapat dari dinas pertanian. tapi karena yang ikut dalam kegiatan itu bapak-bapak jadi kordinasinya kurang berjalan dengan baik sehingga kegiatan berhenti. Setelah itu, ada pembentukan pelatihan kue in dari disperindag. Awalnya saya tawarkan ke desa lain karena Pangradin sudah pernah dapat kegiatan. Tapi desa lainnya menolak dan merasa keberatan sehingga saya menawarkan ke Pangradin lagi dan alhamdulillah antusiasmenya lebih tinggi dan bisa berjalan sampai sekarang...” (A, Lk, 38 tahun).

“...setiap pelaksanaan posyandu, memang kita catat siapa yang hadir dan tidak. Fungsinya ya untuk mengetahui siapa yang tidak hadir agar kita bisa menemui langsung kerumahnya untuk ditanyakan alasannya. Selain itu, kita bisa langsung merujuk ke pusat kesehatan apabila ternyata alasan tidak datang ke posyandu karena anaknya menderita penyakit yang tidak bisa ditangani posyandu...” (Y, Pr, 37 tahun).

Profil pendampingan PKH

“...dari Pak A memang mengingatkan supaya jangan mempersulit, atau dengan kata lainnya memudahkan si penerima PKH untuk bisa sekolah dan cek kesehatan. Kadang kita juga ngingetin mereka supaya anak- anaknya tetap sekolah...”. (W, Pr, 37 tahun).

“...waktu pelatihan kue itu neng, semua barang-barang dikasih sama pendamping. Dari tepung, telor, pelatih, sampai oven dan mikser juga gratis buat mereka. Mereka (penerima PKH) tinggal dateng dan belajar...” (W, Pr, 37 tahun).

memang saya melihat dulu potensi ibu-ibu penerima PKH. mereka bilang mau kalau ada pelatihan kue, ya saya coba ajukan proposal ke disperindag dan alhamdulillah dapat.” (A, Lk, 38 tahun).

“...saya mengadakan pertemuan dengan ketua kelompok setiap 1 bulan sekali. Pertemuan dengan ketua kelompok tersebut bertujuan sebagai

ruang diskusi antara saya dengan penerima PKH. Saya suka kasih penjelasan ulang kalau ada ibu-ibu yang protes karena jumlah dananya beda padahal jumlah anaknya sama. Pelatihan kue sendiri udah tiga kali. Di balai desa yang pertama, lalu di Jogja, dan di Puncak..” (A, Lk, 38

tahun).

“...setiap satu bulan sekali suka dicek sama pendamping PKH. dilihat daftar hadir anak-anak yang dapet PKH kurang dari 85% akan dicatet untuk ditindak lebih lanjut. Misalnya gak sempat datang ke sekolah, beliau nanti akan menghubungi via telepon...” (S, Pr, 57 tahun).

“...dari dana keseluruhan, sekitar Rp 80 000 000 pak A sudah membagi kedalam amplop uang-uang yang akan digunakan. Setiap kebutuhan memiliki amplop atau bagiannya tersendiri...”(W, Pr, 37 tahun).

Efektivitas PKH

“...rata-rata penerima PKH jarang yang masih nifas dan hamil. Paling punya balita karena hamilnya pas tahun pertama dapet PKH jadi udah lahir anaknya ..” (W, Pr, 37 tahun).

...dipertemuan itu dijelasin tujuan PKH, kewajibannya, sama hukuman kalau anaknya gak dimasukin sekolah. Trus sama cara dapet duitnya harus ambil di pos Jasinga kalau udah dapet kuitansi dari bapak A..

(LM, Pr, 42 tahun).

“...ya lumayan neng, uang PKH bisa buat alat sekolah, BSM bisa dipake untuk beli kacamata anak supaya bisa belajar. Kalau dulu mau beli buku aja susah apalagi kacamata neng....” (M, Pr, 40 tahun).

“...sekarang anak gizi buruk paling kurang dari 5 orang. kita selalu cek ke anak-anak RTSM baik penerima PKH atau bukan kehadirannya di posyandu. Kalau misalnya dia ga ke posyandu, kita datangi langsung ke rumahnya. Kita cek anaknya di rumahnya dan dikasih tau ke ibunya besok-besok wajib datang ke posyandu...” (Y, Pr, 37 tahun).

"...pas pembagian di pos, ada bapak A. ya abis kita dapat uangnya, sama dia gak ditanya uangnya dipake buat apa neng, ya cuma diingetin anak- anak harus tetep sekolah dan cek kesehatan..." (E, Pr, 35 tahun).

Peran pendamping

“...suka ditanya neng, alasan gak ke posyandu gitu. Nanti kalau udah berkali-kali gak dateng, akan dikunjungin sama Pak Azwar ke rumahnya. Di kasih pemahaman lagi...” (M, Pr, 34 tahun).

“...pas pertemuan pertama, dikasih tau uangnya harus dipake buat anak sekolah. Jadi uang yang kita dapet ini punya anak kita. Kalau kita pake uangnya untuk kebutuhan lain, dianggapnya kita lagi pinjem uang anak.

Jadi harus tetep dikembaliin dengan kita beliin anak alat-alat sekolah...

(L, Pr, 35 tahun).

“...ada 8 kelompok yang dibentuk, anggotanya dipilih yang rumahnya berdekatan agar informasi yang dikasih sama pendamping cepat sampai ke anggota lainnya. soalnya kamu tau sendiri, desa ini kan sinyalnya susah jadi sulit kalau menyampaikan pesan lewat sms atau telepon, mending ketemu langsung...” (W, Pr, 37 tahun).

“...anggota yang ikut kelompok kue itu dipilih sama ketuanya yang gak punya anak dan emang mau ikut pelatihan dan mau jualan kue. Kalau saya, gak ikut karena emang punya balita kan repot neng. Soalnya bikin kuenya pagi-pagi, supaya bisa jualan di kantin sekolah. Tapi kalo bikin kerajinan tangan gitu, saya mau ikut...” (M, Pr, 32 tahun).

“...pelatihan bikin kue udah tiga kali neng, yang pertama seluruh anggota ikut pelatihan bikin kue di Balai Desa. Kita belajar bikin donat, bolu kukus, brownies, dan kue lainnya. Terus yang kedua di Jawa Tengah, waktu itu ke Jogja tapi cuma beberapa aja dari Pangradin, katanya disana berkunjung ke pabrik olahan ketela, terus yang ketiga ke Puncak itu bikin pengemasannya supaya harga kuenya bisa lebih mahal dan bagus kemasannya. Kalo bagus kan bisa dijual ke luar desa gak disini-sini aja...” (L, Pr, 35 tahun).

“...sebelum ikut kelompok kue, saya memang udah jualan makanan neng setiap pagi. Saya jualan nasi uduk sama gorengan aja. Tapi semenjak gabung di kelompok kue lumayan, dagangan saya makin banyak dan makin banyak juga yang beli. Untungnya juga nambah ga kaya dulu neng...” (AP, Pr, 43 tahun).

“...jadi ketua ada enak dan enggaknya neng. Enggak enaknya kadang saya dituduh yang nggak-nggak seperti saya yang motong uang bantuan mereka, atau saya pilih kasih ngasih informasinya setengah-setengah. Kalau udah gak kuat ya saya kalau lagi ketemu Bapak A, saya cerita. Atau saya juga suka sms. Nanti sama dia dikasih saran, ya gak usah didengerin orang kaya gitu dan harus sabar kalau menghadapi masyarakat. Kadang juga diceritain kasus PKH di desa lain neng sama dia...” (M, Pr, 34

tahun).

“...Bapak A mah bisa pake komputer (laptop) neng, soalnya suka dibawa pas ketemu sama kita. Ngomongnya juga enak, bisa nyambung gak pake bahasa tinggi-tinggi padahal kan dia pinter. Suka pake bahasa sunda juga jadi akrab...” (M, Pr, 44 tahun).

“...orangnya baik neng, tapi gak pernah ngobrol sama kita (pribadi) gitu. Dia paling ngobrolnya kalo kita lagi kumpul rame-rame atau ketua kelompok. Jadi saya gak bisa cerita masalah sekolah anak saya ke dia

langsung. Paling saya ceritanya ke ketua atau temen saya yang sama- sama dapet PKH...”. (LM, Pr, 32 tahun).

“... ya gak pernah neng, malu kalau ketemu juga paling senyum aja. Kan ketemunya mah cuman pas bagiin uang di POS...” (U,Pr, 25 tahun).

Hubungan peran pendamping dengan efektivitas PKH

“...setau saya, di PKH desa lain di Jasinga gak ada yang bikin kue atau ada program-program kaya di Pangradin ini. Ya alhamdulillah, karena ada kelompok kue, kita ga cuma dapet uang bantuan dari PKH aja tapi juga bisa nambah-nambah uang jajan anak dari jualan kue..Trus kitanya jadi takut kalo ga nge-sekolahin anak karena rapot anak selalu dipantau sama dia...” (L, Pr, 37 tahun).

Karakteristik keluarga penerima PKH

“...dulu adik saya sama istrinya tinggal disini sampai punya anak bayi. Tapi pas adik saya itu udah kerja dia tinggal misah, tinggal saya sama anak-anak sama bapaknya (suami). Anak-anak lagi pada sekolah, bapaknya ke kebon. Ini bayi yang saya pegang anaknya adik saya, tinggalnya deket dari sini makanya suka main...” (E, Pr, 45 tahun).

“...istrinya baru meninggal pas tahun baru kemarin (2015), ya dia tetap dapat PKH meskipun seharusnya penerima PKH itu kan ibu-ibu. Cuman kita kasih uangnya ke neneknya aja soalnya ibu-ibu PKH lain itu gak percaya sama bapaknya. Itu aja kata tetangganya istrinya meninggal karena stres masalah ekonomi...” (W, Pr, 37 tahun).

“..ini rumah emak saya, saya harus tinggal disini sama anak-anak saya supaya bisa ngejagain emak saya neng, kasian emak udah tua ga bisa nyari duit lagi. Biarin gubuk juga yang penting bisa ngejagain orangtua neng...” (U, Pr, 40 tahun).

“...orang disini, mayoritas lulus SD, tapi ada juga yang gak tamat sekola. Sebenarnya mereka bisa kalau mau, tapi kendalanya sekolah SMP dan SMA jauh harus keluar desa. Jadi abis lulus SD, lebih memilih menikah karena alasan gak punya biaya sekolah...” (S, Pr, 57 tahun).

“...kondisi penerima PKH macem-macem neng, dari yang miskinnya parah banget kaya gak bisa tidur di rumahnya sendiri, sampai yang miskinnya biasa aja kaya ga bisa sekolahin anaknya gitu. Kalau cuma mengandalkan uang dari PKH pasti kurang karena mereka itu kan termasuk rumah tangga sangat miskin. Jadi dari desa, yang dapat PKH pasti dapat raskin dan jamkesmas. Kalau bantuan lainnya, tergantung gimana kondisi masing-masing keluarga...” (W, Pr, 37 tahun).

“...sehari-hari penghasilannya ya kadang dapet kadang enggak neng, hari ini aja saya belum dikasih uang sama suami. Paling 30 ribu sih. Pernah 50 ribu sehari tapi jarang banget. Ya gimana neng, saya juga gak bisa

bantuin nyari uang kan saya punya bayi. Kakaknya juga masih balita ga bisa ditinggal...” (K, Pr, 35 tahun).

Hubungan karakteristik keluarga penerima PKH dengan efektivitas PKH

“...ibu E, dia punya empat anak yang masih sekolah tapi aktif banget neng. Dia setiap pagi nyuruh anaknya berangkat sekolah bareng anak saya. Gak kaya ibu P, anaknya malah jarang sekolah padahal anaknya cuma satu...”

(K, Pr, 35 tahun).

...waktu sosialisasi pertama kali, kita memang tidak membedakan penerima PKH berdasarkan pendidikan kepala keluarga. Apapun tingkat pendidikannya, kalau memang penerima PKH mendengarkan dengan baik pasti menjalankannya dengan baik...” (W, Pr, 37 tahun).

... kita memberi bantuan sesuai kebutuhan. Kalau benar-benar miskin yang sampai tidur aja ditempat yang tidak layak, ya akan diberi bantuan RTLH. Kalau mau lihat keluarga paling miskin ya bisa dibilang yang banyak dapat bantuan. Karena memang tidak ingin miskin ya mereka aktif ngejalanin PKH ...” (W, Pr, 37 tahun).

“..dari awal memang sudah dilihat apakah penerima benar benar layak untuk menerima bantuan atau tidak. Meskipun tidak layak, mereka tetap memeroleh bantuan tersebut karena sudah terdaftar sebagai peserta…jadi udah tau sebenarnya yang mana yang tidak miskin, tapi justru yang saya

liat, yang tidak miskin yang menjalankan PKH dengan baik..” (W, Pr, 37 tahun).

...ketua PKH penting banget neng untuk membantu kita (aparat desa dan pendamping). Mereka kan tinggal dekat dengan penerima PKH lain yang jadi anggotanya, jadi otomatis dia yang lebih tau. Udah gitu, informasi jadi mudah disebar kalau ada informasi-informasi dari pendamping, sama mereka bisa mantau dan ngasih tau kita kalau ada masalah di lapang...”

(W, Pr, 37 tahun).

“...karena keinginan keluar dari kemiskinannya kuat, jadi yang miskin ngejalanin PKHnya bener-bener...” (W, Pr, 37 tahun).

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

7. Kegiatan pendampingan PKH di Balai Desa Pangradin

8. Pembagian bibit lele kepada kelompok lele penerima PKH tahun 2013

9. Pelatihan pengemasan kue kepada kelompok kue tahun 2014

10.Pelatihan kue tahun 2014

11.Kunjungan pendamping ke ketua kelompok PKH

12.Sosialisasi PKH di Balai Desa Pangradin tahun 2013

Lampiran 7. Riwayat hidup

RIWAYAT HIDUP

Raila Adnin dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 September 1993 adalah anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Dr Ir Dody Prayitno M.Eng dan Dra RR Susi Handayani. Pendidikan formal yang pernah dijalani baik didalam dan luar negeri adalah Tadika Ihsan Johor Bahru Malaysia tahun 1998-1999, Sekolah Kebangsaan Taman Sri Pulau, Johor Bahru Malaysia tahun 1999-2002, SDN Pengasinan 4 Kota Bekasi tahun 2002-2005. Pada masa Sekolah Menengah Pertama penulis bersekolah di SMPIT AL-Kahfi Bogor tahun 2005-2008 yang merupakan sekolah berasrama sehingga penulis belajar hidup berbagi. Hal inilah yang membuat penulis mulai tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai masyarakat miskin. Pada tahun 2008-2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 06 Kota Bekasi dan mulai aktif beroganisasi. Pada tahun 2011, penulis dinyatakan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor tanpa tes melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan didalam dan luar kampus. Penulis aktif sebagai pengurus Koran Kampus sejak tahun 2012 dan pengurus Forsia sejak tahun 2012. Penulis juga aktif mengikuti beberapa kepanitiaan didalam dan luar kampus. Penulis menjadi panitia Fema Berkurban pada tahun 2012 divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi, panitia Communication Day pada tahun 2013 divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi, panitia Education Day SMAN 06 Kota Bekasi pada tahun 2012 divisi Badan Pengurus Harian, dan panitia Masa Perkenalan Departemen tahun 2013 divisi Badan Pengurus Harian. Pengalaman kerja penulis adalah menjadi asisten dosen pada Mata Kuliah Sosiologi Umum tahun ajaran 2013/2014 selama 2 semester

Dokumen terkait