• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 11 Maret 1992. Penulis merupakan anak tunggal dari Ayah Abd. Fatah dan Ibu Endang Kosminingsih. Penulis berasal dari Desa Malo Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Malo dan lulus pada tahun 2004, kemudian menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Malo tahun 2007. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMAN 4 Bojonegoro dan lulus tahun 2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2010 melalui Jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Selama pendidikan di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Kepanitiaan yang diikuti diantaranya OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Bojonegoro, MPD (Masa Perkenalan Departemen) Agronomi dan Hortikultura tahun 2013, Olimpiade Mahasiswa IPB, dan Agrosportment V 2013 serta menjadi pemandu di wisata pendidikan Agroedutourism IPB. Penulis sangat aktif pada bidang olahraga voli. Penulis meraih beasiswa prestasi BRI periode 2011-2013.

Beberapa penghargaan yang pernah diraih penulis selama menjadi mahasiswa di antaranya: Juara 2 Penyusunan Program Wisata Agroedutourism IPB (2012), Juara 1 Bola Voli Putri Seri-A Fakultas Pertanian (2012), Juara 1 Lompat Jauh Seri-A Fakultas Pertanian (2012), Juara 1 Sprint Putri Seri-A Fakultas Pertanian (2012), Juara 2 Marathon Putri Olimpiade Mahasiswa IPB (2012), Juara 1 Sprint Putri Olimpiade Mahasiswa IPB (2012), Juara 1 Bola Voli Putri Tim IPB Open Turnament GELORA CUP Leuwiliang se-Bogor Barat (2011), Pemain Terbaik Atletik Putri Olimpiade Mahasiswa IPB (2011), Juara 1 Bola Voli Putri Olimpiade Mahasiswa IPB (2011), Juara 1 Marathon Putri Olimpiade Mahasiswa IPB (2011), dan Juara 1 Marathon Putri TPB Cup IPB (2010).

ABSTRAK

SYAHRINA RAHMA DHANI. Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.

Tujuan kegiatan magang di PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro adalah untuk mempelajari kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit.Magang dilaksanakan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari bulan Maret-Juni 2014. Metode pelaksanaan magang terdiri atas aspek teknis dan manajerial dengan aspek khusus pengamatan manajemen panen dan transportasi. Aspek teknis di lapangan dilakukan pada saat menjadi karyawan harian lepas selama satu bulan, aspek manajerial dilakukan saat menjadi pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Hasil pengamatan menunjukkan kegiatan panen yang dilakukan kurang tepat sehingga menjadikan adanya losses panen. Losses panen disebabkan oleh kriteria matang panen yang kurang tepat oleh pemanen, kekurangan tenaga kerja, dan kapasitas pabrik yang kurang.

Pemahaman teknis pemanenan perlu sering disosialisasikan agar dapat menekan losses yang terjadi pada kegiatan panen.

Kata kunci: kelapa sawit, manajemen panen, kriteria matang panen, losses.

ABSTRACT

SYAHRINA RAHMA DHANI. Harvesting and Transportation Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Supervised by ADE WACHJAR.

The purpose in PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro of the internship bas is learning about the management activity of oil palm plantation. The internship was conducted at Division 3 of Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, in Central Borneo Province from March until June 2014. The method used in internship process consists of technical and managerial aspects with observation of harvesting and transportation as the specific aspect. Technical aspects in the field was conducted at a time when the employee becomes a freelance daily for a month, managerial aspects done today to become the escort foreman for one month and companion assistant for two months. The observations indicate that harvest activities do less precise so as to make the harvest losses. Crop losses caused by the ripe harvest criteria, less precise by harvesters, shortage of labor, and factory capacity less. The harvester technical knowledge needed to be socialized so that the yield losses can be reduced.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas kelapa sawit memiliki kegunaan baik bagi industri pangan maupun non pangan. Menurut Pardamean (2008) minyak yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam, yaitu minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) yang disebut crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit yang disebut palm kernel oil (PKO). Minyak kelapa sawit untuk industri pangan digunakan sebagai minyak goreng, margarin, dan makanan panggang, sedangkan untuk industri non pangan digunakan sebagai bahan bakar nabati, sabun, detergen, kosmetik, dan obat-obatan (Adi 2010). Minyak kelapa sawit mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lain dan merupakan tanaman tahunan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan perubahan agroklimat. Industri kelapa sawit merupakan kontributor penting dalam produksi di Indonesia, serta berpotensi menghasilkan perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan di Indonesia. Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan semakin meningkat, sehingga industri kelapa sawit menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar masyarakat miskin di pedesaan Indonesia.

Minyak kelapa sawit merupakan produk pertanian terbesar di Indonesia. Industri minyak kelapa sawit Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Perluasaan lahan kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 luas lahan kelapa sawit tercatat 6 766 836 ha, kemudian tahun 2012 lahan meningkat menjadi 9 572 715 ha (Ditjenbun 2013). Areal tanaman kelapa sawit seluas tersebut terbagi atas tiga bentuk pengusahaan, yaitu 4 137 620 ha diusahakan perkebunan rakyat (PR), 683 227 ha diusahakan perkebunan besar negara (PBN), dan 4 751 868 ha diusahakan perkebunan besar swasta (PBS). Perluasan areal kelapa sawit terjadi karena permintaan dunia akan minyak nabati semakin meningkat dan Indonesia mampu menghasilkan minyak nabati melalui kelapa sawit dalam bentuk crude palm oil (CPO). Hasil minyak kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan sehingga ekspor CPO juga semakin meningkat. Pada tahun 2007 Indonesia mampu mengekspor CPO sebanyak 5 701 286 ton dengan nilai US$ 3 738 652 000, kemudian tahun 2011 volume ekspor CPO Indonesia meningkat menjadi 10 428 085 ton dengan nilai US$ 10 960 993 000 (Ditjenbun 2013).

Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang ditanam pada saat ini baru akan dipanen hasilnya 2‒3 tahun kemudian, sehingga diperlukan investasi yang dapat menjamin hasil akhir yang maksimal. Investasi yang dapat menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik, dan faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas kelapa sawit yang unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan, penanaman, perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya

sampai perawatan terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi yang maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah pengelolaan pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik dan benar akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti.

Masalah yang sering terjadi di perkebunan kelapa sawit yaitu kehilangan hasil pada saat proses pemanenan. Brondolan yang tidak dikutip dan gagang tandan buah segar (TBS) lebih dari 1 cm dapat menyebabkan meningkatnya kehilangan hasil (Lubis 1992). Pahan (2006) menyatakan bahwa sumber-sumber kerugian produksi di lapangan sering terjadi dengan memotong buah mentah, buah masak tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri, serta buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) tidak terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Produktivitas kelapa sawit yang tinggi dengan minyak yang berkualitas dihasilkan dari manajemen panen yang baik, mulai dari persiapan panen hingga transportasi tandan buah segar (TBS) ke pabrik. Berdasarkan uraian di atas sangat penting mempelajari aspek manajemen panen dan transportasi kelapa sawit yang baik untuk menekan kehilangan hasil dan memperoleh hasil kelapa sawit yang berkualitas.

Tujuan Magang

Adapun tujuan magang sebagai berikut:

1. Mempelajari proses produksi kelapa sawit mulai dari penanganan pra panen, panen, dan pasca panen baik dari aspek teknis maupun aspek manajerial. 2. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan proses kerja yang nyata di

lapangan serta menambah pengalaman dan wawasan pengetahuan di bidang perkebunan kelapa sawit.

3. Mempelajari pengelolaan panen dan penanganan pasca panen secara mendalam serta mempelajari permasalahan dan upaya mengatasinya.

Dokumen terkait