• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate PT Windu Nabantindo Abadi, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate PT Windu Nabantindo Abadi, Kalimantan Tengah"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA

SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.

) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,

PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

SYAHRINA RAHMA DHANI

A24100081

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Syahrina Rahma Dhani

(4)

ABSTRAK

SYAHRINA RAHMA DHANI. Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.

Tujuan kegiatan magang di PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro adalah untuk mempelajari kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit.Magang dilaksanakan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari bulan Maret-Juni 2014. Metode pelaksanaan magang terdiri atas aspek teknis dan manajerial dengan aspek khusus pengamatan manajemen panen dan transportasi. Aspek teknis di lapangan dilakukan pada saat menjadi karyawan harian lepas selama satu bulan, aspek manajerial dilakukan saat menjadi pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Hasil pengamatan menunjukkan kegiatan panen yang dilakukan kurang tepat sehingga menjadikan adanya losses panen. Losses panen disebabkan oleh kriteria matang panen yang kurang tepat oleh pemanen, kekurangan tenaga kerja, dan kapasitas pabrik yang kurang.

Pemahaman teknis pemanenan perlu sering disosialisasikan agar dapat menekan losses yang terjadi pada kegiatan panen.

Kata kunci: kelapa sawit, manajemen panen, kriteria matang panen, losses.

ABSTRACT

SYAHRINA RAHMA DHANI. Harvesting and Transportation Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Supervised by ADE WACHJAR.

The purpose in PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro of the internship bas is learning about the management activity of oil palm plantation. The internship was conducted at Division 3 of Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, in Central Borneo Province from March until June 2014. The method used in internship process consists of technical and managerial aspects with observation of harvesting and transportation as the specific aspect. Technical aspects in the field was conducted at a time when the employee becomes a freelance daily for a month, managerial aspects done today to become the escort foreman for one month and companion assistant for two months. The observations indicate that harvest activities do less precise so as to make the harvest losses. Crop losses caused by the ripe harvest criteria, less precise by harvesters, shortage of labor, and factory capacity less. The harvester technical knowledge needed to be socialized so that the yield losses can be reduced.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA

SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.

) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,

PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

SYAHRINA RAHMA DHANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan magang yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2014 ini ialah Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Ibu Dr Ir Endah R Palupi, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat disempurnakan.

3. Bapak Azwir selaku manajer Kebun Sungai Bahaur Estate beserta staf dan karyawan yang telah membimbing dan memberikan fasilitas dalam melaksanakan magang.

4. Seluruh Direksi BGA Group yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan magang pada salah satu kebun miliknya.

5. Ayah Abd. Fatah dan Ibu Endang Kosminingsih selaku orang tua yang telah mendukung dan memberikan semangat selama kegiatan magang dan pembuatan skripsi.

6. Hupudio Hutomo Widodo, M. Fahmi, Budi Sarjono, Adi Sukmo, Anggita P, Agung S, Rendi S, Siti Aisyah, Nani Wijayanti dan teman-teman Agronomi Hortikultura angkatan 47 yang membantu dan memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(10)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Panen 2

Transportasi TBS 5

METODE MAGANG 5

Tempat dan Waktu 5

Metode Pelaksanaan 5

Pengamatan dan Pengumpulan Data 6

Pengamatan Panen 6

Analisis Data dan Informasi 7

KEADAAN UMUM 7

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif 8

Keadaan Tanah dan Iklim 8

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 8

Keadaan Tanaman dan Produksi 9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10

Aspek Teknis 10

Aspek Manajerial 29

PEMBAHASAN 31

Persiapan panen 31

Pelaksanaan panen 34

Pengawasan panen 35

Transportasi Panen 37

KESIMPULAN DAN SARAN 38

Kesimpulan 38

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 38

(11)

1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate tahun

2014 10

2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di

Bumitama Gunajaya Agro 13

3. Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun 2014 16 4. Persentase kehadiran dan absensi tenaga kerja panen di Divisi 3

Sungai Bahaur Estate pada bulan Mei 21

5. Hasil taksasi produksi harian dan hasil aktual panen di Divisi 3 Sungai

Bahaur Estate 21

6. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Maret hingga Mei 2014 22 7. Jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum TBS dipanen 23 8. Hasil pengamatan kualitas hanca di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate 25 9. Hasil pengamatan kualitas panen mutu buah di TPH Divisi 3 Sungai

Bahaur Estate 25

10. Persen total capai basis pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate 26 11. Daftar pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan di Divisi

3 Sungai Bahaur Estate 27

12. Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate 28 13. Lama waktu pengiriman buah dari Divisi 3 Sungai Bahaur Estate ke

PKS Selucing Agro Mill 29

DAFTAR GAMBAR

1. Benefit plant Turnera ulmifolia 11

2. Tanaman LCC: (a) menutupi pasar pikul, (b) menutupi piringan 12

3. Pemasangan bendera semprot di Divisi 3 SBHE 12

4. Penyimpanan untilan pupuk di gudang: (a) susunan untilan pupuk, (b)

papan administrasi untilan pupuk 16

5. Ukuran cepuk pupuk Dolomit di SBHE 17

6. Penimbunan pasar pikul di Divisi 3 SBHE 18

7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE 18 8. Macam-macam buah kelapa sawit: (a) buah partenocarpi, (b) buah

hermafrodit 24

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas 43 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor 44

3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten 45

4. Peta jenis tanah di Sungai Bahaur Estate 47

5. Keadaan data curah hujan bulanan di Sungai Bahaur Estate tahun

2006-2013 48

6. Luas areal konsesi dan tata guna lahan di Sungai Bahaur Estate 49 7. Peta tahun tanam kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate 50 8. Keadaan produksi kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate tahun

2009-2013 50

9. Strukur organisasi Sungai Bahaur Estate tahun 2014 52

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas kelapa sawit memiliki kegunaan baik bagi industri pangan maupun non pangan. Menurut Pardamean (2008) minyak yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam, yaitu minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) yang disebut crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit yang disebut palm kernel oil (PKO). Minyak kelapa sawit untuk industri pangan digunakan sebagai minyak goreng, margarin, dan makanan panggang, sedangkan untuk industri non pangan digunakan sebagai bahan bakar nabati, sabun, detergen, kosmetik, dan obat-obatan (Adi 2010). Minyak kelapa sawit mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lain dan merupakan tanaman tahunan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan perubahan agroklimat. Industri kelapa sawit merupakan kontributor penting dalam produksi di Indonesia, serta berpotensi menghasilkan perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan di Indonesia. Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan semakin meningkat, sehingga industri kelapa sawit menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar masyarakat miskin di pedesaan Indonesia.

Minyak kelapa sawit merupakan produk pertanian terbesar di Indonesia. Industri minyak kelapa sawit Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Perluasaan lahan kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 luas lahan kelapa sawit tercatat 6 766 836 ha, kemudian tahun 2012 lahan meningkat menjadi 9 572 715 ha (Ditjenbun 2013). Areal tanaman kelapa sawit seluas tersebut terbagi atas tiga bentuk pengusahaan, yaitu 4 137 620 ha diusahakan perkebunan rakyat (PR), 683 227 ha diusahakan perkebunan besar negara (PBN), dan 4 751 868 ha diusahakan perkebunan besar swasta (PBS). Perluasan areal kelapa sawit terjadi karena permintaan dunia akan minyak nabati semakin meningkat dan Indonesia mampu menghasilkan minyak nabati melalui kelapa sawit dalam bentuk crude palm oil (CPO). Hasil minyak kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan sehingga ekspor CPO juga semakin meningkat. Pada tahun 2007 Indonesia mampu mengekspor CPO sebanyak 5 701 286 ton dengan nilai US$ 3 738 652 000, kemudian tahun 2011 volume ekspor CPO Indonesia meningkat menjadi 10 428 085 ton dengan nilai US$ 10 960 993 000 (Ditjenbun 2013).

(14)

sampai perawatan terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi yang maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah pengelolaan pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik dan benar akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti.

Masalah yang sering terjadi di perkebunan kelapa sawit yaitu kehilangan hasil pada saat proses pemanenan. Brondolan yang tidak dikutip dan gagang tandan buah segar (TBS) lebih dari 1 cm dapat menyebabkan meningkatnya kehilangan hasil (Lubis 1992). Pahan (2006) menyatakan bahwa sumber-sumber kerugian produksi di lapangan sering terjadi dengan memotong buah mentah, buah masak tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri, serta buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) tidak terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Produktivitas kelapa sawit yang tinggi dengan minyak yang berkualitas dihasilkan dari manajemen panen yang baik, mulai dari persiapan panen hingga transportasi tandan buah segar (TBS) ke pabrik. Berdasarkan uraian di atas sangat penting mempelajari aspek manajemen panen dan transportasi kelapa sawit yang baik untuk menekan kehilangan hasil dan memperoleh hasil kelapa sawit yang berkualitas.

Tujuan Magang

Adapun tujuan magang sebagai berikut:

1. Mempelajari proses produksi kelapa sawit mulai dari penanganan pra panen, panen, dan pasca panen baik dari aspek teknis maupun aspek manajerial. 2. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan proses kerja yang nyata di

lapangan serta menambah pengalaman dan wawasan pengetahuan di bidang perkebunan kelapa sawit.

3. Mempelajari pengelolaan panen dan penanganan pasca panen secara mendalam serta mempelajari permasalahan dan upaya mengatasinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Panen

(15)

tandan buah masak, memungut berondolan, dan mengangkut TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) (Satyawibawa dan Widyastuti 1992).

Pekerjaan memotong buah merupakan pekerjaan utama dalam pemanenan, karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Pahan (2006) menyatakan bahwa cara panen yang tepat akan memengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi) dan waktu yang tepat akan memengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas). Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat mengakibatkan asam lemak bebas (ALB) dalam buah juga terus meningkat. Buah dengan ALB yang tinggi menyebabkan minyak membeku pada suhu kamar sehingga menyulitkan dalam proses transportasi minyak (Sastrosayono 2003).

Teknik pemanenan dapat memengaruhi cepat tidaknya pembentukan ALB pada TBS yang sedang dipanen. Manajemen panen yang baik dapat menekan terbentuknya ALB pada saat pemanenan, sehingga perusahaan dapat meraih produksi semaksimal mungkin. Menurut Pahan (2006) manajemen panen kelapa sawit dapat menerapkan syarat-syarat dan ketentuan agar tidak menimbulkan

losses yang berlebih yang terdiri atas beberapa aspek, yaitu sumberdaya manusia (SDM) yang terampil, sarana panen yang memadai, sistem premi yang menarik, dan organisasi panen yang baik.

Persiapan Panen

Panen TBS perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan panen perlu adanya jalan, peralatan, dan bahan untuk panen (Naibaho 1998). Jalan merupakan faktor penunjang dalam pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik, jalan yang diperlukan adalah jalan pikul (pasar pikul) dan jalan pengumpulan hasil (jalan produksi). Peralatan dan bahan untuk pemotongan buah perlu disiapkan sesuai dengan umur buah yang akan dipanen. Persiapan panen dapat meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen, dan penetapan luas hanca kerja per kemandoran.

Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan apakah buah dinyatakan matang, mentah, atau busuk (Naibaho 1998). Kriteria matang panen yang didasarkan pada kandungan minyak dalam tandan semaksimal mungkin dan kandungan asam lemak bebas yang rendah dapat mempermudah pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu apabila ada dua brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu buah brondolan untuk tiap kg tandan yang beratnya lebih dari 10 kg jatuh ke piringan (Setyamidjaja 2006).

Kerapatan Panen dan Taksasi Panen Harian

(16)

menentukan jumlah tenaga kerja dan kebutuhan sarana pengangkut hasil panen. Taksasi panen adalah perhitungan terhadap kemungkinan tiap tanaman, yang dipanen menghasilkan sejumlah tandan masak dari tiap rotasi. Taksasi panen dapat dihitung dengan perkalian persentase AKP dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen dan berat janjang rata-rata (BJR) blok tersebut.

Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja dalam proses pemanenan harus mempertimbangkan hasil taksasi harian, luas areal, topografi lahan, dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat berjalan dengan baik. Jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan dapat dihitung dengan hasil taksasi panen harian, luas areal tanaman menghasilkan (TM) atau membandingkan potensi hasil bagi kapasitas panen per orang per hari. Produktivitas tenaga kerja panen dipengaruhi oleh hasil yang diterima dan lama masa kerja pemanen (Trismiaty et al. 2008).

Persen Kehilangan Panen

Kehilangan hasil (losses) berpengaruh terhadap produksi. Brondolan tidak dikutip, buah matang ditinggal di pohon, buah matang ditinggal di kebun, hasil panen tercecer di jalan, janjang kosong terbawa ke pabrik, TBS tidak terangkut dalam waktu yang telah ditentukan dan antrian TBS di pabrik termasuk kehilangan hasil pada saat panen dan pasca panen.

Pelaksanaan Panen

Pelaksanaan panen pada kelapa sawit berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Tanaman yang memiliki tinggi 2‒5 m digunakan cara panen membungkuk dengan

alat dodos, sedangkan tanaman yang tingginya 5‒10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kapak gancu. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan alat arit bergagang panjang (Fauzi et.al

2008). Standar pelaksanaan panen pada setiap perusahaan dapat berbeda karena memiliki standar operasional prosedur (SOP) masing-masing.

Rotasi dan Sistem Panen

(17)

Basis dan Premi Panen

Basis panen adalah jumlah minimum TBS yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari ditentukan berdasarkan tinggi tanaman, topografi dan BJR berdasarkan tahun tanamnya. Premi adalah upah yang diberikan kepada pemanen yang melebihi basis. Tujuan pemberian premi adalah untuk memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar yang ditentukan, mendorong kenaikan output (janjang HK-1), tetapi tidak dengan biaya yang lebih tinggi dari biaya standar jam dinas, serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya (Pahan 2006).

Transportasi TBS

Transportasi atau pengangkutan TBS dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pengangkutan TBS dari tanaman yang dipanen ke TPH yang menjadi tanggung jawab pemanen dan pengangkutan TBS dari TPH ke PKS yang menjadi tanggung jawab krani transport (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Buah kelapa sawit (TBS) yang dipotong hari ini harus segera diangkut ke pabrik dan diolah langsung agar asam lemak bebas (ALB) tidak semakin tinggi. Pengolahan TBS harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen agar terhindar dari terbentuknya ALB (Setyamidjaja 2006). Faktor eksternal yang dapat meningkatkan kadar ALB dalam minyak sawit antara lain pemanenan kelapa sawit yang tidak tepat waktu, keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, dan penumpukan buah yang terlalu lama (Alfiah dan Susanto 2014). Keterlambatan pengangkutan buah dapat mengakibatkan buah menjadi restan. Buah restan akan memengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Pemilihan alat angkut yang tepat dan kontur jalan yang mendukung dapat membantu mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan yang dapat menekan peningkatan ALB. Transportasi di perkebunan kelapa sawit sangat penting sehingga diperlukan perawatan dan cara perbaikan kendaraan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, mulai bulan Maret hingga Juli 2014.

Metode Pelaksanaan

(18)

bulan. Aspek manajerial dilakukan pada saat menjadi pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat menjadi KHL meliputi semua tugas lapangan yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun yaitu mulai dari kegiatan perawatan hingga produksi. Kegiatan perawatan yang dilakukan terdiri atas pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan, dan perawatan jalan secara manual. Kegiatan produksi yang dilakukan terdiri atas pemotongan TBS, pemungut brondolan (helper) hanca dan TPH serta sensus buah hitam. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi pendamping mandor meliputi, membantu menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan, melakukan apel pagi, membantu mengawasi karyawan harian, membantu menghitung kebutuhan pupuk dan herbisida, serta membuat laporan harian mandor. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi pendamping asisten tingkat divisi meliputi membantu penyusunan rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Kegiatan penulis saat menjadi KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten tercantum pada jurnal harian (Lampiran 1, 2, dan 3).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan staf kebun. Data primer meliputi data kegiatan panen yaitu organisasi panen, kriteria matang panen, angka kerapatan panen, tenaga kerja, kualitas panen, transportasi panen, penetapan sistem dan rotasi panen, basis dan premi panen. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan (laporan tahunan, semesteran, dan bulanan) meliputi letak geografis dan administratif kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi, struktur organisasi dan norma ketenagakerjaan perusahaan.

Pengamatan Panen

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit meliputi:

Organisasi panen

Data mengenai organisasi panen diperoleh dari dokumen di kantor divisi dan kebun serta melakukan wawancara dengan asisten divisi.

Kriteria matang panen

(19)

Angka kerapatan panen (AKP)

Pengamatan kerapatan panen dilakukan dengan cara menyensus blok yang akan dipanen esok hari. Kemudian dalam satu blok diambil 6 jalur pasar pikul atau dengan mengambil sampel 10% dari populasi pokok setiap blok. Angka kerapatan panen diperoleh dengan rumus berikut:

Kerapatan panen = x 100%

Tenaga kerja

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai SOP perusahaan dengan fakta di lapangan.

Kualitas panen

Pengamatan kualitas panen terdiri atas pengamatan pada mutu buah dan mutu hanca. Mutu buah yang dilakukan di TPH dengan mengamati jumlah buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang dan janjang kosong. Pengamatan mutu buah dilakukan terhadap 8 pemanen dengan setiap pemanen empat TPH. Pengamatan pada mutu hanca dilakukan di dalam hanca pemanen yang telah selesai melakukan panen dengan mengamati jumlah buah terpanen, jumlah buah tinggal, brondolan segar tertinggal, brondolan busuk tertinggal, persentase kehilangan hasil (losses), dan persentase efisiensi panen. Pengamatan mutu hanca dilakukan terhadap 8 pemanen dengan setiap pemanen 3 pasar pikul.

Transportasi panen

Pengamatan dilakukan dengan mengamati kapasitas alat pengangkut, jumlah alat angkut yang diperlukan untuk setiap kali panen, dan waktu tempuh TBS sampai ke pabrik.

Penetapan sistem dan rotasi panen

Data mengenai penetapan sistem dan rotasi panen diperoleh dari arsip kebun dan wawancara langsung kepada asisten atau mandor kebun.

Basis dan premi panen

Data mengenai basis dan premi pemanen diperoleh melalui wawancara dengan pekerja, mandor, atau asisten kebun serta data dari kebun.

Analisis Data dan Informasi

Hasil pengamatan berupa data primer dan data sekunder dengan berbagai peubah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, uji-t student, persentase (%), dan nilai rata-rata yang digunakan sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang budidaya kelapa sawit.

KEADAAN UMUM

(20)

Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). Bumitama Gunajaya Agro Wilayah 4 dilengkapi dengan satu pabrik kelapa sawit yang bernama Selucing Agro Mill (SAGM). Penulis tergabung dalam manajemen SBHE Divisi 3.

Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif

Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Windu Nabatindo Abadi Bumitama Gunajaya Agro terletak di Jalan Tjilik Riwut KM 42 Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Secara geografis SBHE terletak pada lintang 113.01°‒113.07° BT dan 1.80°‒1.86° LS. Sungai Bahaur Estate sebelah utara dan barat berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana, dan sebelah selatan berbatasan dengan Selucing Agro Estate (SAGE).

Keadaan Tanah dan Iklim

Lahan Sungai Bahaur Estate (SBHE) memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang. Lahan datar dengan tingkat kemiringan 0‒8% dan lahan bergelombang dengan tingkat kemiringan 8‒15%. Kondisi tanah secara umum tergolong bertekstur pasir hingga lempung liat berpasir. Jenis tanah dominan di kebun SBHE ada 3, yaitu tanah inceptisol 66.6%, tanah kaolin 20.5%, dan tanah ultisol 12.9%. Peta jenis tanah kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan iklim menurut Schmidth-Ferguson tergolong tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan rata-rata tahunan selama 8 tahun terakhir (2006‒2013) di SBHE adalah 3 470.90 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 137.25 hari/tahun dan rata-rata bulan kering 0.88 serta rata-rata bulan basah 10.75. Data curah hujan di kebun SBHE pada tahun 2006‒2013 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Kelas lahan SBHE termasuk ke dalam lahan kelas S3 dengan faktor pembatas utama tekstur tanah pasir berlempung. Peningkatan kesuburan tanah di SBHE terus dilakukan agar pemanfaatan lahan pada kondisi S3 dapat optimal. Peningkatan kesuburan tanah di SBHE dilakukan dengan penanaman legum cover crop (LCC), penggunaan pupuk anorganik yang tepat dan efisien serta aplikasi bahan organik dengan pemupukan janjangan kosong hasil dari limbah PKS.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

(21)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Kelapa sawit yang diusahakan di SBHE berasal dari varietas Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan keseluruhan populasi 526 489 tanaman sehingga rata-rata per hektar 136 pohon, tetapi data stand per ha (SPH) menunjukkan data populasi yang beragam berkisar 120 hingga 150 per hektar. Hal ini disebabkan oleh SHBE merupakan kebun take over dari PT Surya Barokah yang kurang terawat. Keadaan kebun yang tidak terawat kemudian BGA melakukan konsolidasi dan menambah tanaman sisipan pada pokok yang kerdil, abnormal, tidak produktif dan mati.

Sungai Bahaur Estate terdiri atas kebun inti dan kebun plasma yang keseluruhannya mengelola tanaman menghasilkan (TM). Kebun inti terletak di Divisi 4 dan 5 seluas 2 069.1 ha dan kebun plasma terletak di Divisi 1, 2 dan 3 seluas 2 214.4 ha. Tanaman menghasilkan di SBHE memiliki tahun tanam yang beragam pada setiap Divisi, terdapat 12 tahun tanam yaitu tahun 1998 sampai dengan 2010 dengan setiap tahun ada penanaman. Peta tahun tanam SBHE dapat dilihat pada Lampiran 7. Produksi TBS di SBHE 5 tahun terakhir (2009‒2013) mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2013. Peningkatan produksi disebabkan oleh peningkatan luas areal TM, perawatan yang intensif, curah hujan yang cukup, dan pemupukan yang efektif. Penurunan produksi pada tahun 2013 menurut Departemen Riset karena faktor cuaca dan iklim karena hampir sebagian besar perusahaan sawit Indonesia mengalami penurunan produksi pada tahun 2013. Produksi TBS SBHE selama 5 tahun dapat dilihat pada Lampiran 8.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Sungai Bahaur Estate dipimpin oleh seorang manajer. Manajer memiliki tugas dan tanggung jawab penuh untuk mengelola seluruh areal kebun baik secara operasional dan administrasi. Dalam pengelolaan kebun SBHE seorang manajer dibantu langsung oleh 1 orang asisten kepala (askep), 5 orang asisten divisi, dan 1 orang kepala administrasi estate (kasie). Asisten kepala bertanggung jawab langsung kepada manajer. Asisten Divisi berada di bawah asisten kepala yang memiliki tugas dan tanggung jawab mengelola kebun tingkat divisi yang dibantu oleh mandor dan krani. Mandor divisi terdiri atas mandor 1, mandor panen, mandor pemupukan, mandor pengendalian gulma secara kimia, dan mandor perawatan. Krani terdiri atas krani divisi, krani panen dan krani transport.

Kasie bertugas dalam administrasi kebun meliputi perencanaan biaya kegiatan kebun dan mengatur keuangan kebun. Kasie dalam mengelola administrasi kebun dibantu oleh accounting (akuntansi), kasir, personalia, administrasi tanam, mandor gudang dan tim keamanan. Akuntansi bertanggung jawab langsung kepada kasie. Personalia bertugas dalam bidang ketenagakerjaan kebun. Administrasi tanam bertugas menginput hasil produksi harian dan realisasi dari rencana kebun per divisi. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 9.

(22)

kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke 4 bulan Juni 2014. Jumlah karyawan bulanan 53 orang, KHT berjumlah 396 orang dan KHL berjumlah 179 orang. Rasio pekerja per ha di SBHE adalah 0.15 HK ha-1. Dalam kegiatan operasional sehari-hari khususnya tenaga pemanen, dengan ITK 0.15 HK ha-1 kurang efisien. Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate tahun 2014

No Status karyawan Jumlah (orang)

1 Staf

Non staf

8

2 Karyawan bulanan 53

3 Karyawan harian tetap (KHT) 396

4 Karyawan harian lepas (KHL) 179

Total tenaga kerja 636

Sumber: Data kebun SBHE (2014)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang dapat menimbulkan kerugian baik bagi tanaman budidaya maupun manusia yang mengelola usahataninya. Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemberantasan tumbuhan liar atau pengganggu tanaman utama. Tahapan pengendalian gulma di perkebunan dimulai dengan identifikasi gulma, pemilihan cara pengendalian, dan implementasinya. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat semua jenis golongan gulma di kebun SBHE, tetapi gulma yang paling dominan yaitu dari golongan daun lebar. Gulma yang dominan di piringan yaitu Asystasia intrusa,

dan kentosan. Jenis gulma yang dominan pada areal gawangan mati yaitu

Asystasia intrusa, Mikania micrantha, Croton hirtus, Neprolepis biserata, Melastoma malabathricum, Centotheca lappacea, dan Stenochlaena palustris

(pakis udang). Gulma golongan teki banyak ditemukan di parit-parit, seperti

Cyperus rotundus, Cyperus kilingia, dan Cyperus compressus.

Gulma dapat menjadi tanaman bermanfaat (benefit plant) bagi perkebunan kelapa sawit. Benefit plant bermanfaat dalam menekan pertumbuhan gulma dan tempat berkembangnya musuh alami bagi hama dan penyakit. Contoh tanaman bermanfaat ini adalah Axonopus compressus, Vetiveria zizanioides, Nephrolepis bisserata, Turnera ulmifolia. Benefit plant yang tumbuh di batang kelapa sawit yaitu Neprolepis biserata dan Cyclosorus aridus. Benefit plant pada batang kelapa sawit dipertahankan keberadaannya karena bermanfaat sebagai pengendalian gulma secara biologis yaitu mengurangi tingkat serangan ulat api. Benefit plant

(23)

blok yaitu Turnera ulmifolia (Gambar 1). Gulma yang berada di gawangan mati hanya dibabad dempes, kecuali gulma berkayu karena berfungsi untuk melindungi tanah dari erosi. Pengendalian gulma di SBHE dilakukan pada areal piringan, pasar pikul, gawangan mati, dan TPH. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Konsep pengendalian gulma yang diterapkan perusahaan adalah pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian, meliputi: kultur teknis dan tindakan preventif, biologis, manual atau mekanis, dan kimiawi.

Gambar 1. Benefit plant Turnera ulmifolia

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada areal piringan dan gawangan mati. Pengendalian gulma di piringan meliputi garuk piringan, tarik goloran (kacangan yang melilit daun kelapa sawit), dan dongkel anak kayu, sedangkan pengendalian gulma manual di gawangan mati dilakukan dengan cara babat dempes dan dongkel anak kayu. Pengendalian gulma secara manual lebih efektif dilakukan pada kondisi gulma yang berat. Rotasi pengendalian gulma di piringan dan gawangan adalah 3 kali dalam setahun.

Pengendalian gulma secara manual di SBHE dikoordinir oleh seorang mandor perawatan. Prestasi kerja karyawan ditentukan pada kondisi gulma yang akan dibabat. Standar prestasi kerja pengendalian gulma secara manual, untuk babat gawangan mati dan tarik goloran yaitu 0.5 ha HK-1. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual yaitu parang, cados dan arit. Prestasi kerja karyawan adalah 1 ha HK-1 dan prestasi kerja penulis 0.5 ha HK-1 kegiatan pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan baik.

(24)

(a) (b)

Gambar 2. Tanaman LCC: (a) menutupi pasar pikul, (b) menutupi piringan

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan berupa kontak dan sistemik. Herbisida kontak bekerja secara efektif dengan mematikan jaringan tumbuhan yang hanya terkena larutan, sedangkan herbisida sistemik bekerja secara efektif dengan ditranslokasi ke dalam jaringan tumbuhan sehingga mematikan jaringan sasarannya, seperti daun, tunas, titik tumbuh sampai perakarannya. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada gulma yang berada di piringan, pasar pikul, TPH, dan gawangan. Bahan aktif herbisida kontak yang digunakan di SBHE yaitu metil metsulfuron dan paraquat, sedangkan bahan aktif herbisida sistemik yaitu glifosat.

Metode pengendalian gulma secara kimiawi di BGA disebut BGA spraying system (BSS). BGA spraying system terdiri atas 2 tim yaitu BSS Tim Unit Semprot (TUS) dan BSS Divisi, tetapi yang tersedia pada Divisi 3 SBHE hanya BSS Divisi. BGA spraying system adalah sistem penyemprotan yang dilakukan dengan menggunakan sistem hanca giring dari blok ke blok, yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan baik dari segi luas areal maupun dari kualitas hasil semprot. Tim BSS Divisi melakukan penyemprotan herbisida dengan menggunakan knapsack sprayer merk Solo dan micron herby. Prestasi kerja tim BSS Divisi 3 SBHE adalah 2‒3 ha HK-1 untuk pengaplikasian dengan

knapsack sprayer dan 6 ha HK-1 untuk pengaplikasian dengan micron herby tetapi dapat berubah tergantung dari kerapatan gulma. Aplikasi penyemprotan pada blok dimulai dengan pemberian tanda dengan bendera bernomor oleh tim semprot. Pemasangan bendera pada hanca yang sedang dilakukan aplikasi penyemprotan dapat dilihat pada Gambar 3.

(25)

Divisi 3 SBHE memiliki tanaman kelapa sawit dengan umur di atas 5 tahun. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman dengan umur di atas 5 tahun tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di Bumitama Gunajaya Agro

Sasaran semprot Bahan Alat semprot Kalibrasi vol.

Semprot

Sumber: SOP perusahaan Bumitama Gunajaya Agro

Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH adalah kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan secara bersamaan. Knapsack sprayer

memiliki kapasitas 13 liter kap-1 serta dilengkapi dengan pengatur tekanan sehingga tekanan dapat konstan. Nozzle yang digunakan untuk knapsack sprayer

(26)

Leaf sampling unit (LSU)

Kegiatan Leaf sampling unit (LSU) merupakan kegiatan pengambilan contoh daun untuk dianalisis di laboratorium yang digunakan untuk dasar rekomendasi pemupukan. Kegiatan LSU merupakan program dari Departemen Riset untuk penentuan dosis pupuk 1 tahun yang akan datang. Pengambilan sampel daun LSU dilakukan dengan cara tim. Penentuan jumlah sampel tanaman yang diambil adalah 10% dari total tanaman dalam setiap satu blok. Daun yang dijadikan sampel diambil dari pelepah ke-17. Pelepah ke-17 memiliki penyerapan unsur hara paling tinggi sehingga dapat menggambarkan status hara pada tanaman tersebut dibandingkan dengan pelepah lainnya. Metode pengambilan LSU yaitu dengan menurunkan pelepah ke-17 dengan egrek/dodos kemudian sampel daun yang diambil adalah anak daun yang di tengah, masing-masing diambil 3 lembar dari kiri dan kanan pelepah. Pengukuran panjang pelepah, panjang dan lebar petiol, lingkar batang, tinggi tanaman, dan jumlah anak daun digunakan untuk data pendukung analisis daun.

Pengambilan sampel daun dilakukan oleh 2 tim dalam 1 divisi. Setiap tim terdiri atas 3 orang (1 laki-laki dan 2 perempuan) dengan tugas masing-masing 1 orang laki-laki bertugas memotong pelepah ke-17 dan bertugas memberi tanda LSU di tanaman, 1 orang perempuan mengambil daun dari pelepah dan memasukkan ke dalam plastik, dan 1 orang perempuan melakukan pengukuran dan mencatat dalam form yang ditentukan. Alat yang digunakan adalah egrek, dodos, parang, gunting penunasan, clip board, kantong plastik transparan, cat dan kuas, label, dan alat tulis. Hasil pengambilan LSU harus segera diserahkan ke kantor kebun, kemudian dikirim ke Departemen Riset pada hari yang sama. Norma kerja untuk tim LSU per hari kerja adalah 1 blok tim-1. Beberapa ketentuan pengambilan daun LSU oleh perusahaan yaitu:

1. Pengambilan sampel LSU tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian air hujan.

2. Tanaman sampel yang diambil adalah tanaman ke-3 dari CR apabila jumlah tanaman tersisa 9 dari tanaman sampel sebelumnya.

3. Tanaman sisipan tidak boleh dijadikan sebagai tanaman sampel, tanaman sampel digeser sampai ditemukan tanaman bukan sisipan.

4. Apabila pelepah ke-17 terserang hama penyakit tanaman (HPT), pelepah diganti pelepah ke-9.

5. Jumlah tanaman sampel yang diambil per blok adalah 10% dari luas areal blok.

6. Apabila tanaman terlalu tinggi (tidak dapat dicapai egrek), tanaman sampel yang diambil adalah tanaman yang terletak sebelum tanaman tersebut. 7. Penentuan pelepah 1 harus dilakukan dengan mengelilingi tanaman dan

dianjurkan agar tidak ragu-ragu dalam penentuan pelepah 1.

8. Apabila tanaman dipisahkan oleh sungai (tidak mungkin dilalui), dilakukan pergeseran tanaman ke samping.

(27)

Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu kegiatan penting dalam budidaya kelapa sawit yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi. Prinsip utama dari pemupukan yaitu setiap dosis dari jenis pupuk yang diterima oleh setiap pokok tanaman harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, analisis daun, observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (soil sampling unit), data curah hujan dan hasil percobaan (SOP perusahaan). Rekomendasi pupuk disusun oleh Departemen Riset setiap tahunnya, berdasarkan masing-masing tanaman per blok per tahun tanam. Skema dari kegiatan pemupukan diawali dengan rekomendasi pemupukan kemudian dilakukan reservasi dan penyimpanan pupuk, penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan penaburan pupuk.

Sistem pemupukan di BGA disebut BMS (BGA Manuring System) yaitu sistem pemupukan yang dilakukan oleh kelompok kecil pemupuk (KKP) yang terdiri atas 3 orang tenaga kerja, 1 orang tenaga pengecer dan 2 orang tenaga penabur. Sistem pemupukan BMS dilakukan dari blok ke blok dengan sistem hanca giring. Tujuan pemupukan BMS agar pekerjaan lebih terkonsentrasi dengan sasaran mutu yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan pengawasan yang lebih terjangkau. Kebun Sungai Bahaur memiliki tim BMS di 2 rayon yaitu Rayon A dan Rayon B. Rayon A terdiri atas tim pemupuk dari Divisi 1 dan Divisi 3 dengan areal pemupukan meliputi Divisi 1, 2, dan 3 dengan gudang pupuk berada di Divisi 1. Rayon B terdiri atas tim pemupuk Divisi 4 dan 5 dengan tanggung jawab areal pemupukan Divisi 4 dan 5 dengan gudang pupuk berada di Divisi 4. Kegiatan pemupukan Rayon A masih menggunakan sistem non BMS, yaitu tidak ada tenaga khusus pengecer. Kegiatan pemupukan terdiri atas penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan penaburan.

Jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang diaplikasikan di perkebunan SBHE terdiri atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang diaplikasikan di SBHE yaitu janjangan kosong sedangkan pupuk anorganik yang digunakan umumnya terdiri atas pupuk makro dan mikro. Aplikasi pemupukan di SBHE umumnya bergantung pada pupuk yang tersedia, sehingga tidak semua sesuai jadwal. Beberapa jenis pupuk dilakukan aplikasi 2 kali dalam 1 tahun, yaitu tahap I bulan Januari-Juli dan tahap II bulan September-Desember. Jenis pupuk yang diaplikasikan dua kali dalam satu tahun yaitu: pupuk Urea, muriate of potash

(28)

Tabel 3. Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun 2014 Tahun

tanam Tahap

Urea (kg/pokok)

RP (kg/pokok)

MOP (kg/pokok)

Kieserit (kg/pokok)

HGFD (kg/pokok)

1998 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1

II 1 - 1.5 - 0.1

2000 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1

II 1 - 1.5 - 0.1

2002 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1

II 1 - 1.5 - 0.1

2003 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1

II 1 - 1.5 - 0.1

2008 I 1.25 2 1.5 1.25 0.1

II 1 - 1.5 - 0.1

Keterangan : Tahap I = Januari-Juli, Tahap II = September-Desember Sumber : Data kebun SBHE

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan pengemasan ulang pupuk yang berada dalam karung ukuran 25‒50 kg ke karung untilan sesuai dosis per jenis pupuk dengan setiap untilan pupuk untuk 8 pohon. Kegiatan penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Dalam penguntilan pupuk harus diperhatikan beberapa hal yaitu: didahulukan penguntilan pupuk stok lama, pupuk yang menggumpal dihancurkan dan dihaluskan, dan untilan pupuk disusun dalam tumpukan yang rapi dan teratur menjadi 10 susunan, serta untilan dipisahkan sesuai per blok aplikasi. Standar kerja penguntil adalah 2 000 kg HK-1. Penyimpanan pupuk untilan sesuai blok yang akan diaplikasikan dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

Gambar 4. Penyimpanan untilan pupuk di gudang: (a) susunan untilan pupuk, (b) papan administrasi untilan pupuk

(29)

penabur dalam melakukan pemupukan di lahan. Pengangkutan dan pelangsiran merupakan dua kegiatan yang dilakukan sekaligus. Standar kerja pengangkut dan pelangsir adalah 400 kg HK-1.

Penaburan pupuk. Pada sistem pemupukan non BMS kegiatan pengeceran dan penaburan dilakukan sekaligus oleh pemupuk. Cara aplikasi pupuk yang diterapkan di SBHE berdasarkan acuan Departemen Riset di antaranya sebagai berikut:

1. Pupuk RP-Guano diaplikasikan di atas susunan pelepah untuk memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter.

2. Pupuk Urea, MOP, dan Kieserit diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak 1.5‒2 m dari pohon.

3. Jalan pikul tidak boleh dipupuk.

4. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak 0.5‒1 m dari pohon (aplikasi Cu ditugal).

Tenaga penabur melakukan pemupukan dimulai dari pinggir CR hingga pasar tengah untuk pupuk makro seperti Urea, MOP, Kieserit, dan RP. Aplikasi pupuk mikro untuk chelated zincopper dan HGFB dilakukan dari pinggir jalan CR hingga tembus blok. Penggunaan ukuran cepuk dapat berbeda-beda disesuaikan dengan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Ukuran cepuk Dolomit untuk aplikasi tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 5. Tenaga pemupuk SBHE wajib menerapkan 5 disiplin aplikasi pemupukan, yaitu: pemupukan dimulai dari jalan tengah, pemupukan sesuai takaran, pupuk harus ditabur secara merata, setiap tanaman wajib dipupuk, dan karung bekas pupuk dikumpulkan untuk dihitung dan disusun rapi.

Gambar 5. Ukuran cepuk pupuk Dolomit di SBHE

Pemupukan yang dilakukan di Rayon A rata-rata setiap hari kerja menyelesaikan 2 blok dengan 26 tenaga kerja, sehingga rata-rata 1 tenaga pemupuk memiliki prestasi kerja 2.5 ha HK-1. Beberapa permasalahan yang terjadi saat aplikasi pupuk yaitu dosis tidak sama per tanaman, waktu aplikasi yang tidak tepat (hujan masih dilakukan pemupukan), adanya tanaman tidak dipupuk karena akses jalan yang tidak memadai, dan penggunaan APD oleh tenaga pupuk yang masih tidak standar. Norma standar pemupuk adalah 500 kg HK-1 atau setara dengan 50 sak dan penulis mendapat prestasi kerja 12 sak.

Penimbunan Pasar Pikul

(30)

pikul yang tergenang air agar akses untuk panen lebih mudah. Penimbunan pasar pikul banyak terjadi di areal rendahan. Kegiatan penimbunan pasar pikul sering dilakukan bersama dengan pemeliharaan pasar pikul yaitu pembersihan gulma yang menutupi pasar pikul. Lebar pasar pikul 1.2 m. Norma pembuatan pasar pikul timbun adalah 0.15 ha HK-1 atau setara dengan 40 m HK-1. Penimbunan dan pemeliharaan pasar pikul timbun dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Penimbunan pasar pikul di Divisi 3 SBHE

Perawatan Jalan Secara Manual

Rawat jalan secara manual terdiri atas pemeliharaan jalan dan rempes pelepah kelapa sawit. Pemeliharaan jalan sering dilakukan di areal rendahan yang tergenang air apabila terjadi hujan. Kegiatan yang dilakukan yaitu menguras air dan membuat aliran air ke sungai kemudian dilakukan penimbunan menggunakan tanah yang dicampur dengan batu batu kecil kemudian diratakan dan dipadatkan dengan cangkul. Pemeliharaan jalan secara manual dapat dilihat pada Gambar 7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE diprioritaskan di areal-areal pemanenan dengan tujuan agar pengangkutan buah dapat berlangsung lancar. Perempesan pelepah kelapa sawit yaitu kegiatan memotong pelepah kelapa sawit yang menjuntai ke arah jalan utama. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang mengarah ke jalan karena dapat mengganggu kendaraan yang melewati jalan dan dapat menutupi jalan dari cahaya matahari.

Gambar 7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE

Sensus Buah Hitam

(31)

pada bulan April, untuk sensus kedua bulan September dan sensus ketiga bulan Desember. Metode yang digunakan yaitu menghitung janjang pada tanaman sampel, mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi (pecah seludang dan bunga cengkeh, yang diperkirakan siap dipanen 4 bulan berikutnya) atau buah hitam yang berumur lebih dari 1 bulan hingga 5 bulan. Cara yang dilakukan yaitu menentukan jalur tanaman kelapa sawit yang akan disensus dengan menggunakan metode jalur kelipatan 10 kemudian pada tanaman depan dibuat tanda tapak jalak untuk memberi tanda, bahwa tim sensus masuk pada jalur tersebut. Jumlah buah hitam yang masuk dalam kriteria pada setiap tanaman dihitung dan hasil sensusnya ditulis pada setiap tanaman, dengan format yang telah ditentukan. Kriteria buah hitam yang masuk dalam sensus ditentukan oleh perusahaan, sehingga setiap akan diadakan sensus terlebih dahulu dilakukan simulasi kepada karyawan pada tingkat wilayah maupun tingkat kebun. Kegiatan sensus buah hitam dikerjakan secara tim. Setiap tim beranggotakan 3 orang dengan tugas masing-masing satu orang membawa cat dan menulis hasil sensus di tanaman, satu orang menghitung, dan satu orang mencatat hasil. Tanaman yang disensus hanya tanaman produktif. Alat yang digunakan adalah papan jalan (clift board), pensil, penghapus, pisau lipat atau sendok, tempat cat, cat warna putih dan jingga, kuas, dan format formulir buah hitam. Prestasi kerja karyawan adalah 1 blok HK-1 dan prestasi kerja penulis 1 blok HK-1 kegiatan ini dilakukan dengan baik. Norma kegiatan sensus buah hitam adalah 1 blok HK-1.

Pemanenan

Pekerjaan pemanenan meliputi rangkaian pekerjaan pemotongan buah dan pengiriman buah ke pabrik pada hari yang sama. Kegiatan pemanenan kelapa sawit berhubungan dengan kualitas buah yang dihasilkan karena berpengaruh terhadap kualitas hasil CPO yang dihasilkan oleh pabrik. Urutan pekerjaan pemanen buah yaitu memotong pelepah, memotong buah, memotong gagang buah, menyusun pelepah ke gawangan mati, mengutip brondolan, mengeluarkan buah ke TPH, pemberian identitas buah, dan pengangkutan buah ke pabrik.

Persiapan panen. Persiapan panen harus dilakukan sebelum kegiatan panen dilakukan. Persiapan panen yang harus dilakukan di antaranya organisasi panen, alat panen, kebutuhan tenaga kerja dan taksasi produksi harian. Kegiatan panen dimulai dengan apel pagi. Apel pagi dilakukan pada pukul 05.10 waktu setempat. Perlengkapan APD meliputi helm, sarung tangan, sepatu, sarung egrek dan kaca mata. Penggunaan APD lengkap sudah dimulai sejak apel pagi berlangsung.

(a) Organisasi panen

(32)

blok panen dan melaporkan kepada asisten. Mandor panen bertugas menentukan hanca sesuai dengan rotasi panen, mengawasi pemanen untuk memastikan buah masak dipanen dan tidak ada buah tinggal, memastikan tidak ada brondolan tertinggal baik di piringan, ketiak pelepah maupun pasar pikul serta melakukan taksasi produksi harian. Masing-masing kemandoran dibantu oleh seorang krani buah yang bertugas untuk melakukan grading

buah dan mencatat jumlah janjang dan brondolan yang di panen sesuai dengan nama pemanen serta mencatat jumlah janjang dan brondolan sesuai dengan blok yang dipanen. Setiap janjang dan brondolan dicatat sesuai dengan mutunya, bila tidak sesuai dengan kriteria mutu buah maka dilakukan denda sesuai dengan tingkat kesalahan. Mandor Panen A dan B dibantu oleh satu krani transportasi. Krani transportasi bertugas mencatat jumlah janjang dan brondolan yang diangkut dari TPH ke truk dan memastikan semua buah yang berada di TPH terangkut ke PKS. Organisasi panen dilengkapi juga dengan satu krani divisi untuk mencatat semua rekapan hasil panen yang sebelumnya telah direkap oleh krani buah dan diperiksa oleh asisten kemudian di input pada sistem administrasi kantor kebun.

(b) Alat panen

Alat panen TBS kelapa sawit dibutuhkan untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan panen. Alat pemanenan digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong buah, alat untuk melangsir buah dan brondolan di TPH, serta alat bongkar muat TBS. Berdasarkan pengamatan penulis, alat-alat panen yang digunakan di Divisi 3 SBHE meliputi egrek, dodos, kapak gancu, angkong, gancu, karung goni, tonjok, batu asah, dan stempel.

(c) Tenaga kerja

Pengadaan tenaga pemotong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pemotong buah saat panen puncak. Jumlah tenaga pemotong buah dapat ditentukan dari angka kerapatan panen atau luas tanam. Berdasarkan pengamatan penulis di Kebun SBHE standar tenaga pemotong menggunakan standar norma 3.0‒4.0 ha HK-1. Jumlah tenaga pemotong buah yang tepat di Divisi 3 kebun SBHE sesuai SOP perusahaan berdasarkan luas tanam dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan kebutuhan tenaga kerja di Divisi 3 SBHE:

Kebutuhan tenaga kerja 35/HK

(33)

Tabel 4. Persentase kehadiran dan absensi tenaga kerja panen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Mei

Keman-Keterangan : M = mangkir (tanpa keterangan), C = cuti kerja, P1 = permisi (izin) tidak dibayar, P2 = permisi (pemogokan yang sah), P3 = permisi (izin) dibayar, H1 = haid, H2 = hamil/bersalin, S = sakit.

Sumber : Pengamatan penulis (2014)

(d) Angka kerapatan panen

Angka kerapatan panen menggambarkan rata-rata tandan matang panen per pohon dan penyebaran tandan matang panen. Angka kerapatan panen (AKP) digunakan untuk memperkirakan jumlah tandan yang dihasilkan untuk esok harinya, penentuan jumlah tenaga pemanen, dan jumlah kebutuhan unit yang digunakan untuk pengangkutan buah ke PKS. Taksasi harian dilakukan setiap hari. Taksasi harian di Divisi 3 SBHE dilakukan oleh mandor 1 pada sore hari. Penulis melakukan kegiatan AKP bersama dengan mandor 1 setelah selesai apel sore. Hasil taksasi produksi harian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil taksasi produksi harian dan hasil aktual panen di Divisi 3

Sungai Bahaur Estate

Pelaksanaan panen. Kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pada pukul 05.10 waktu setempat. Mandor panen mengabsen, memberikan pengarahan dan penjelasan untuk areal yang akan dipanen. Pelaksanaan panen dimulai setelah apel pagi dibubarkan. Pemanen menuju blok yang akan dipanen dan memulai kegiatan panen pada hanca yang telah diinstruksikan oleh mandor panen saat apel pagi.

(a) Sistem panen

(34)

tetap yaitu setiap pemanen mempunyai tanggung jawab terhadap hanca yang di panen, memudahkan kontrol dalam pelaksanaan panen buah, dapat meningkatkan hasil kerja pemanen serta dapat melakukan pekerjaan penunasan secara terpadu dengan pelaksanaan panen. Kelemahan hanca giring tetap, yaitu bila ada pemanen yang tidak hadir maka hanca panen akan dipanen oleh pemanen lainnya, sehingga akan menyebabkan kualitas tanggung jawab hanca menjadi turun. Mandor memiliki cara untuk mengantisipasi hal tersebut yaitu memprioritaskan pengawasan di lokasi tersebut.

(b) Rotasi panen

Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk “kegiatan potong buah tuntas” pada areal/blok/seksi yang sama. Penetapan rotasi panen pada setiap kebun kelapa sawit berbeda-beda dan dapat berubah sewaktu waktu. Perubahan rotasi disebabkan oleh kerapatan buah di lapangan. Rotasi panen yang diterapkan di SBHE adalah rotasi 6/7 hari. Artinya dalam 7 hari atau seminggu terdapat 6 hari panen sehingga dalam satu bulan rotasinya 3‒4 kali. Rotasi yang terlalu cepat akan mendorong pemanen menurunkan buah mentah untuk memenuhi capai basis janjang sedangkan rotasi lama (lebih dari 9 hari) mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga pemanen membutuhkan waktu lebih lama untuk mengutip brondolan dan cenderung brondolan tidak dikutip bersih. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 pada bulan Maret hingga Mei 2014 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Maret hingga Mei 2014

Bulan Rotasi Produksi (kg)

Pencapaian produksi

(%)

Selisih (%)

Target Realisasi Target Realialisasi

Maret 6/7 6/7 1 332 090 1 194 350 89.66 10.34

April 6/7 6/7‒8/7 1 324 381 1 176 090 88.80 11.2

Mei 6/7 6/7‒9/7 1 669 480 1 255 010 75.17 24.83

Rata-rata 1 441 984 1 208 483tn 84.54 8.6

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

(35)

(c) Kriteria matang panen

Kriteria matang panen digunakan untuk penentuan buah layak dipanen. Kriteria matang panen ditentukan oleh jumlah brondolan yang lepas secara alami di piringan tanaman. Standar kematangan buah di kebun SBHE yaitu 2 brondolan per kg bobot TBS jatuh di piringan tanaman. Kriteria matang panen yang diterapkan agar lebih mudah untuk pemanen yaitu apabila dalam piringan tanaman terdapat brondolan lebih atau sama dengan 5 buah. Penulis melakukan pengamatan terhadap beberapa tenaga pemotong buah yang tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum TBS dipanen No Kemandoran Pemanen

(orang)

Jumlah TBS (tandan)

Berondolan < 5 (buah)

Berondolan ≥5

(buah)

1 A 1 45 20 25

2 2 45 10 35

3 3 45 9 36

4 4 45 23 22

5 5 45 14 31

6 B 1 45 15 30

7 2 45 15 30

8 3 45 14 31

9 4 45 4 41

10 5 45 5 40

Total 450 129 321

Persentase (%) 100 28.7 71.3

Sumber: Pengamatan penulis (2014)

(36)

(a) (b)

Gambar 8. Macam-macam buah kelapa sawit: (a) buah partenocarpi, (b) buah hermafrodit

Pengawasan panen. Pengawasan panen dapat dilakukan dengan pemeriksaan kualitas panen. Kualitas panen ada 2 yaitu kualitas hanca dan kualitas buah. Pemeriksaan kualitas hanca dilakukan di hanca pemanen yang sudah menyelesaikan kegiatan panen pada hanca tersebut. Pemeriksaan kualitas buah dilakukan di TPH dengan buah yang sudah diberi stempel identitas pemanen. Contoh perhitungan penulis mengenai efisiensi panen untuk pemanen 1 kemandoran B.

Rumus:

Efisiensi panen = 100% - % kehilangan hasil Contoh perhitungan efisiensi panen

Blok contoh = Blok C09, BJR = 15.9 kg 1 kg brondolan = 109 butir

Total TBS dipanen = 11 Total TBS tertinggal = 1

Jumlah brondolan segar tertinggal = 51 butir = 51 butir/109 butir kg-1 = 0.468 kg Jumlah brondolan busuk tertinggal = 0

(37)

Penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas hanca yang hasilnya tercantum dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hasil pengamatan kualitas hanca di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate

Keman-Keterangan : Jjg = janjang, A = TBS tinggal, B = brondolan busuk tinggal, C = brondolan segar tinggal

Sumber : Pengamatan penulis (2014)

Pemeriksaan mutu buah sering disebut dengan grading buah. Mutu buah disesuaikan dengan kriteria matang panen yang diterapkan oleh perusahaan seperti jumlah brondolan yang lepas dan perubahan warna. Penulis melakukan pemeriksaan mutu buah di TPH Divisi 3 yang hasilnya tercantum dalam Tabel 9.

(38)

Basis dan premi panen. Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi karyawan dalam kegiatan panen. Pemanen memiliki 3 basis yang harus dicapai yaitu basis janjang, basis hanca dan basis waktu. Premi (upah tambahan) ditentukan berdasarkan perolehan basis janjang. Basis hanca dicapai dengan cara pemanen harus menyelesaikan hanca pada satu seksi panen hingga selesai pada hari yang sama. Basis waktu dicapai dengan cara pemanen tidak meninggalkan hanca hingga jam kerja selesai. Apabila basis janjang dan basis hanca sudah tercapai tetapi jam kerja masih ada, pemanen wajib menyelesaikan basis waktu dengan kegiatan merawat hanca. Penentuan basis janjang didasarkan pada pertimbangan produktivitas TBS kebun dalam setahun, BJR, kelas lereng, umur pokok, dan rata-rata kapasitas pemanen. Hasil persen capai basis pemanen di Divisi 3 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persen total capai basis pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Tanggal

produksi

Luas panen (ha)

Pemanen kerja (PK)

PK capai basis (HK)

PK tidak capai basis

(HK)

% HK basis

03/06/2014 91.27 28 24 4 85.7

04/06/2014 77.83 30 17 13 56.7

05/06/2014 97.36 30 21 9 70

06/06/2014 93.26 27 25 2 92.6

07/06/2014 122.28 28 11 17 39.3

Rata-rata 96.4 28 19 9 68.7

Sumber: Pengamatan penulis (2014)

Sistem upah untuk pemanen terdiri atas upah per hari ditambah premi basis borong dan premi lebih borong. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus diperoleh pada setiap panen. Premi basis borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah TBS yang diperoleh sama dengan atau lebih dari basis borong. Sistem premi basis borong adalah premi bertingkat yang diambil dari persen pencapaian basis. Pencapaian basis 100% mendapat premi Rp 8 500,00, pencapaian 125% mendapat premi Rp 10 500,00 dan pencapaian basis 150% mendapat premi Rp 12 500,00. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan jika TBS yang diperoleh melebihi basis borong. Premi basis tandan dapat dilihat pada Tabel 11. Apabila pemanen mendapatkan TBS lebih dari basis borong maka akan mendapatkan upah satu hari ditambah premi basis borong dan premi lebih borong berdasarkan berat BJR (total upah = (upah/hari + premi siap borong + premi lebih borong) – denda).

(39)

Tabel 11. Daftar pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate

Seksi Blok Tahun tanam Luas (ha) Basis (tandan) Harga/tandan (Rp-)

A A012 2003 13.53 120 320

A011 2008 13.16 120 320

A010 1998 17.67 90 430

A009 1998 19.77 90 430

A008 1998 27.41 110 385

A007 1998 24.56 95 405

Sub total 116.10

B B007 2003 29.89 100 385

B008 2003 29.2 115 335

B009 2003 33.01 115 335

B010 2002 30.81 115 335

Sub total 122.91

C C010 2003 29.44 115 335

C009 2003 31.93 115 335

C008 2003 30.47 115 335

C007 2003 29.25 115 335

Sub total 121.09

D D007 2000 30.63 100 335

D008 2000 31.74 110 350

D009 2003 31.53 110 350

Sub total 93.90

E C011 1998 29.92 115 335

C012 1998 29.04 120 320

C013 1998 29.13 90 425

Sub total 88.09

F B013 1998 27.83 80 475

B012 2003 32.51 115 335

B011 2002 30.43 115 335

Sub total 90.77

Sumber: Data kebun SBHE

Contoh perhitungan upah dan premi pemanen dalam 1 hari (Tabel 12). Diketahui:

(40)

Tabel 12. Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur

Keterangan: TT = tahun tanam; LBB = lebih basis borong; JLB = janjang lebih borong

Jumlah upah = Rp 76 431,00 + Rp 10 500,00 + Rp 10 640,00 = Rp 97 571,00

Transportasi panen. Transportasi TBS merupakan rangkaian dari kegiatan panen. Pengangkutan buah perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dan rendemen minyak. Keterlambatan pengolahan TBS menjadi minyak akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB). Semakin lama buah terlambat diolah semakin meningkat pula ALB dalam buah. Sarana dan prasarana transportasi yang baik pada sistem pengangkutan TBS diperlukan agar dapat menjamin buah tidak terlambat masuk PKS. Keterlambatan buah sampai di PKS dalam jangka waktu 24 jam setelah buah dipanen disebut buah restan. Buah restan memiliki kandungan ALB yang tinggi.

(41)

Tabel 13. Lama waktu pengiriman buah dari Divisi 3 Sungai Bahaur Estate

Tenaga kerja di SBHE dibedakan menjadi tenaga staf dan non staf. Tenaga kerja yang termasuk staf yaitu manajer kebun, asisten dan kepala administrasi. Tenaga kerja non staf atau disebut supervisi yaitu para mandor dan krani. Aspek manajerial yang dipelajari dan diikuti penulis selama kegiatan magang yaitu pengawasan di lapangan dan penyusunan administrasi di kebun. Kegiatan manajerial dipelajari dan diikuti selama 3 bulan yaitu saat menjadi pendamping mandor, pendamping krani, dan pendamping asisten. Kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan mandor 1, mandor panen, mandor pupuk, mandor pengendalian gulma secara kimia, dan mandor perawatan. Kegiatan manajerial sebagai pendamping krani yang dilakukan yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh krani transport, krani buah, dan krani divisi.

Pendamping Asisten

Asisten adalah tenaga kerja staf yang ditugaskan oleh perusahaan untuk mengelola seluruh kegiatan operasional dan administrasi tingkat divisi. Asisten memiliki tanggung jawab penuh atas semua kegiatan operasional dan administrasi tingkat divisi. Pekerjaan yang dilakukan asisten adalah membuat budget, rencana kerja bulanan (RKB), laporan bulanan asisten (LBA), dan laporan pertanggungjawaban yang dipresentasikan kepada manajer kebun, askep dan kasie. Kegiatan lapangan yang dilakukan setiap hari yaitu field visit atau kunjungan lapangan yang bertujuan mengontrol, mengevaluasi kegiatan lapangan serta melakukan pengecekan mutu hanca dan mutu buah. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping asisten yaitu membantu pengecekan laporan harian asisten (LHA), pengawasan kegiatan produksi dan perawatan di lapangan. Kegiatan administrasi yang dilakukan penulis yaitu mengisi buku saku asisten dan mengikuti rapat dalam pemecahan masalah lapangan tingkat asisten. Asisten wajib mengikuti apel pagi tahap 1 (apel pagi antar mandor), apel pagi tahap 2 (apel pagi mandor dengan karyawan), dan apel sore.

Pendamping Mandor

Gambar

Gambar 1. Benefit plant Turnera ulmifolia
Gambar 3. Pemasangan bendera semprot di Divisi 3 SBHE
Tabel 2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di Bumitama Gunajaya Agro
Tabel 3. Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, buah yang lewat matang juga akan merugikan karena akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang dapat menurunkan kualitas minyak kelapa

Asisten Divisi bertugas membuat program kerja tahunan serta bulanan, budget yang dibutuhkan, penentuan jenis pekerjaan yang akan dilakukan di blok maupun di pondok,

Kebun SBHE dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang memiliki atasan langsung kepala wilayah dan bawahan langsung seorang kepala administrasi estate (Kasie),

berasal dari data sekunder jumlah janjang yang dipanen tenaga panen, untuk. seluruh kadvel (tiap blok) dalam seminggu di Divisi I yang dapat dilihat

melakukan penaburan pada seluruh pokok yang ada dalam blok tersebut. Pengamatan dilakukan dengan mengamati dua baris tanaman untuk setiap penabur. untuk pokok yang dipupuk

Standar kerja pengendalian gulma secara manual di gawangan adalah 2 HK setiap gawangan (1 ha). Pembabatan dilakukan dengan sistem ancak giring, pembabat akan berpindah dari

Premi panen dibagi menjadi 3 jenis yaitu : premi siap borong, yaitu premi yang diberikan kepada pemanen apabila jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan panen adalah persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen, dan