Modal Tenaga kerja
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Parigi – Donggala,Sulawesi Tengah pada 30
Desember 1972 sebagai Anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan dari Albert Adolf Samboh,dan Rosye Worang. Pada tahun 1991 penulis lulus dari SMA YPK Wijaya Jakarta dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke Jurusan Perhotelan Akademi Pariwisata Indonesia Jakarta (AKPINDO) Jakarta,. Penulis lulus sebagai Ahli Madya Periwisata, Lulus pada tahun 1994.Dari tahun 1992-1998,Mulai bekerja di beberapa Hotel di Jakarta (Hilton,Presiden Hotel,Hotel Indonesia ,Melanjutkan pendidikan Sarjana ,Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi/IBEK),Jakarta lulus 2003,Melanjutkan pendidikan dan bekerja sama
kerja sama STIE dengan American World University,mendapatkan gelar MBA
2007.
Di tahun 2004 Penulis menikah dengan Ir. Dirma yanti dan memiliki seorang putri Aigner Aischazoe Victoria Samboh dan seorang putra Syaidina Ramdhani, Pada tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, dalam bentuk Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS).
Sejak tahun 1996 hingga sekarang, penulis bertugas sebagai dosen tetap pada Akademi Parawisata Indonesia (AKPINDO) Jakarta. Mata kuliah yang diampu penulis antara lain adalah Housekeeping 1,2,3 Teori dan Praktek, Kewirausahaan
teori dan praktek,Pengantar Akomodasi dan Restoran, Butler Teori dan
Praktek,Jabatan yang pernah diemban penulis di AKPINDO Jakarta selain tenaga pengajar atau Dosen, yaitu: (1) Koordinator Praktek Housekeeping, Tahun 2000- 2008 D3, Koordinator Room Division (front Office dan Housekeeping) D3 2008- 2010 dan (2) Koordinator D1 Room division di tahun yang sama di D1.
Penulis memperoleh pengalaman dari organisasi dan profesi yaitu sebagai anggota Dewan Pengurus Pusat( BLHI) Bina lingkungan Hidup Indonesia,Menjadi Asesor (TKI) Tenaga Kerja Indonesia 2000-2005, General Manager PT Panji Santika 2000-2005, Asesor Pariwisata/Hotel dari BNSP (Badan National Sertifikasi Profesi) 2002-sekarang,Konsultan PPATK,2010-sekarang, General Manager H W Blitz Café and Resto,2007-sekarang, dan Anggota Proyek dan Penyuluh bagi karyawan Wisma
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keterbukaan Pariwisata telah mengangkat kehidupan masyarakat. Sektor ini mampu menggerakkan roda perekonomian di segala lapisan masyarakat dan berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat, sekaligus mampu mendorong pertumbuhan pembangunan dan pengembangan wilayah. Namun demikian, perlu disadari bahwa upaya pengembangan pariwisata yang dilaksanakan oleh pemerintah sangat membutuhkan dukungan penuh dan partisipasi aktif masyarakat .
Perkembangan pariwisata Indonesia sekarang ini sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan dan jumlah kunjungan wisatawan baik dari mancanegara maupun domestik. Hal tersebut juga bisa diamati dari tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional dan di dukung oleh tingkat keamanan yang semakin kondusif dan stabilitas politik pada tingkat yang baik.
Program sapta pesona merupakan program penyadaran masyarakat tentang arti pentingnya sadar wisata yang memberikan arahan dan panduan agar masyarakat memahami dampak yang ditimbulkan dari program sapta pesona sebagai salah satu inovasi yang didefinisikan sebagai sebuah konsep yang
menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong
terwujudnya iklim berwisata yang kondusif bagi pengembangan kepariwisataan di suatu wilayah atau tempat (Depbudpar 2008). Tujuan diselenggarakan program Sapta Pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran, dan rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari (Depbudpar 2008)
Partisipasi dan dukungan masyarakat tersebut terkait program sapta pesona dengan penciptaan kondisi yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata, antara lain unsur-unsur Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Kenyamanan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan (Deparpostel, 1989).
DMO (destination management organization) is in charge of the
tourism destinasion “factory” and is responsible for achieving an
excellent return on investment, market growth, quality products, a
brand of distinction and benefits to all “shareholders” yet, the DMO
does not own the foctory, neither does it empoly the people working in it, nor does it have control over it’s processes (UNWTO, 2007)
Kota Jakarta telah dicanangkan sebagai gerbang utama kunjungan pariwisata untuk tahun 2011 (visit Indonesia year). Jakarta selain sebagai Ibu Kota Negara dan pusat pemerintahan juga dianggap memiliki prospek pariwisata yang cukup menjanjikan ditunjang oleh kondisi geografis dan potensi wisata yang dimiliki. Kota Jakarta Timur yang secara geografis merupakan bagian dari Ibu Kota Negara adalah salah satu wilayah yang memiliki aneka ragam potensi
wisata yang bisa digali dan terus dikembangkan menjadi obyek wisata. Potensi obyek wisata tersebut meliputi kekayaan Budaya, Sejarah Betawi, Ilmiah, dan Obyek Wisata buatan lainnya. Obyek wisata unggulan Jakarta Timur antara lain kerajinan rakyat di wilayah Cakung, Taman Mini, Taman Pahlawan Nasional, Bumi Perkemahan Cibubur, Taman Wilatika (taman bunga), fasilitas-fasilitas belanja (wisata belanja) dan lain-lain.
Sejalan dengan keberadaan obyek wisata yang sudah ada dan
pembangunan daerah tujuan wisata lainnya, Destinasi (destination life cycle
(Butler, 1992) yaitu: (1) perintisan; (2) pembangunan (3) pemantapan, (4) rejuvenasi/revitalisasi di Jakarta Timur juga telah bermunculan usaha sarana pariwisata berupa usaha penyediaan akomodasi berupa hotel, penyediaan makan dan minum, penyediaan angkutan wisata, penyediaan sarana wisata, dan lain-lain yang hingga kini terus diupayakan. Terkait adanya kebijakan otonomi daerah, maka pemerintahan setempat harus berusaha sendiri mencari sumber-sumber pendapatan asli daerah yang bisa digali di daerah masing-masing.
Jakarta Timur menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan sumber pendapatan asli daerah beralasan karena industri pariwisata selain menjanjikan namun juga menjual keamanan, kebersihan, ketertiban, kesejukkan, keindahan, keramah-tamahan dan kenangan kepada parawisatawan yang berkunjung. Hal ini sesuai dengan salah satu misi pembangunan Jakarta Timur yaitu mewujudkan kota yang Bersih, Indah, Tertib dan Aman dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan. Selama ini hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dianggap memadai dan wajib tersedia guna mendukung tumbuh kembangnya pembangunan sektor pariwisata di suatu wilayah khususnya bagi Kota Jakarta Timur.
Setiap pengelola hotel ingin memberikan pelayanan kepada setiap konsumen sebaik-baiknya. Pada akhirnya, produk unggul akan selalu bertumpuh
pada strategi yang berbasis pengetahuan (knowledge – based). Menurut Hamel
(2000) bahwa produk perlu dikelola dengan continous improvement.
Kelemahan Hotel pada umumnya beranggapan bahwa tamu
(konsumen/pelanggan) hanya menginginkan penginapan yang bersih, nyaman dan aman. Di sisi lain masih banyak wisatawan yang sepaham dengan pendapat tamu, mereka hanya menuntut dan mendapatkan penginapan saja, sedangkan faktor lain kurang diperdulikan, misalnya : (1) fasilitas hotel yang di butuhkan oleh tamu atau/ pelanggan masih kurang lengkap; dan (2) pemahaman masalah kebersihan, kerapihan, pemeliharaan taman baik di dalam maupun di luar hotel masih sangat kurang, begitu juga penataan, keamanan, pelayanan kepada pelanggan/tamu yang masih harus di perhatikan dan di tingkatkan.
Permasalahan seperti inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah khususnya Dinas Pariwisata di wilayah Jakarta Timur, dan bagaimana membantu pengelola/pimpinan dan karyawan hotel untuk mengembangkan dan membina masyarakatnya melalui program Sapta Pesona/sadar wisata, agar masyarakat hotel pengelola/pimpinan dan karyawan hotel dapat memahami dan menerapkan unsur- unsur yang ada pada Sapta Pesona.
Keinginan dan harapan wisatawan domestik berbeda dengan konsumen yang berasal dari mancanegara atau wisatawan asing. Masyarakat mancanegara mempunyai tuntutan lebih kompleks. Terdapat aspek lain yang mereka tuntut yaitu mutu pelayanan yang prima (service excellent). Jika hal tersebut mampu
dipenuhi maka akan menumbuhkan citra positif bagi Hotel tersebut, dan membentuk loyalitas pelanggan. Citra dan loyalitas tersebut muncul dari kepuasan pelanggan sehingga mereka terkesan dan terkenang, selanjutnya memutuskan
menjadi pelanggan yang loyal sehingga suatu saat akan kembali lagi.
Program Sapta Pesona/Sadar Wisata merupakan suatu pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata, dengan tujuan memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai kepariwisataan untuk masyarakat yang berada di lokasi objek wisata dan menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan di sekitar obyek wisata.
Coopper (2005) dan Page (2007) menjelaskan, bahwa prinsip dasar yang harus diperhatikan meliputi; posisi kapasitas masyarakat, lingkungan, pelibatan masyarakat, dan pertimbangan politik pembangunan. Kesuksesan pengelolaan destinasi ditentukan oleh faktor internal (pengembangan destinasi secara intrnal) dan eksternal (komunikasi dan pemasaran). Untuk itu, diperlukan pengelolaan yang komperensif, sistemik konvergen, berkaitan dan interkoneksi (Teguh 2010).
Untuk mengajak masyarakat agar ikut berperan aktif dalam mewujudkan wisata unggul, bermutu dan memiliki daya saing dan melibatkan masyarakat sekitar di wilayah masing-masing. Pada proses peningkatkan kapasitas pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di wilayahnya diberikan penyuluhan melalui konsep Sapta Pesona/Sadar Wisata.
Konsep Sapta Pesona dapat dikembangkan sebagai inovasi dalam pengembangan budaya layanan mutu/prima dalam industri pariwisata khususnya. Selanjutnya jika pengelola/pimpinan dan karyawan hotel mampu mengadopsi konsep Sapta Pesona, maka dapat dijadikan sebagai langkah strategis dalam pengembangan usaha. Maka diperlukan sikap positif dan kemauan yang serius bagi pengelola/pimpinan dan karyawan hotel mengadopsi program Sapta Pesona/Sadar Wisata, dalam hal ini konsep Sapta Pesona untuk meningkatkan pelayanan kepada tamu.
Masalah Penelitian
Penelitian adopsi inovasi program Sapta Pesona oleh pengelola dan karyawan hotel di Jakarta Timur ini diharapkan mampu menjawab masalah tentang :
(1). Bagaimana ciri pribadi pengelola dan karyawan hotel di Jakarta Timur?
(2). Ciri-ciri apa saja yang berhubungan dengan adopsi inovasi program Sapta
Pesona oleh pengelola/pimpinan dan karyawan hotel di Jakarta Timur?
(3). Bagaimana lingkungan usaha hotel di Jakarta Timur?
(4). Bagaimana pengetahuan, persepsi pengelola, karyawan hotel terhadap adopsi
inovasi program sapta pesona?
(5). Bagaimana adopsi program sapta pesona di hotel?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adopsi inovasi program Sapta Pesona oleh pengelola dan karyawan Hotel di Jakarta Timur yaitu:
(1). Menganalisis pengetahuan, persepsi dan adopsi pengelola/pimpinan dan
karyawan hotel di Jakarta Timur terhadap adopsi inovasi program Sapta Pesona.
(2). Menganalisis ciri-ciri yang berhubungan dengan pengetahuan, persepsi dan
adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola, karyawan hotel di Jakarta Timur.
(3). Menganalisis peningkatan adopsi inovasi Program Sapta Pesona oleh
pengelola/pimpinan dan karyawan hotel dalam pengembangan pelayanan, khusus hotel dan dinas pariwisata.
Manfaat Penelitian
Penelitian adopsi inovasi Program Sapta Pesona oleh pengelola dan karyawan hotel di Jakarta Timur diharapkan berguna bagi semua pihak yang terkait khususnya masyarakat hotel, antara lain:
(1). Berpartisipasi dan mendukug program pemerintah dalam pembangunan dan
pengembangan di bidang hotel dan industri pariwisata pada umumnya.
(2). Adopsi inovasi Program Sapta Pesona sebagai dasar pelayanan hotel dalam
upaya menguatkan dan mengimplementasikan budaya layanan mutu/prima.
(3). Adopsi inovasi Program Sapta Pesona dan unsur- unsur yang kuat, untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pariwisata
Pariwisata ditinjau sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi merupakan suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah terhadap barang dan atau jasa sebagai satu kesatuan produk, baik yang nampak/nyata (tangible product). Disamping itu, kata wisata berasal dari bahasa Jawa kuno, menurut
kamus besar bahasa Indonesia, kata wisata tergolong kata kerja yang
mempunyai makna: (1) bepergian b e r s a m a - s a m a ( u n t u k m e m p e r l u a s
pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya) dan piknik; dan (2) Wisatawan,
sering juga di sebut turis, adalah orang yang bepergian untuk tujuan tertentu.
Kata pariwisata merupakan padanan kata tourism dalam bahasa Inggris.
Kata pari dalam bahasa Jawa kuno bermakna „semua’, „segala’, „sekitar’
atau „sekeliling’. Maka pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata.
Definisi pariwisata menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Selanjutnya disebutkan bahwa usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mengemukakan beberapa pengertian berkaitan dengan wisata, pariwisata, kepariwisataan dan wisatawan. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata dan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Usaha pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.
Wisatawan adalah orang yang memasuki wilayah Negara asing dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan usaha ya ng teratur, dan mengeluarkan uangnya di negara yang dikunjungi serta memperoleh hiburan dan kesenangan (Pendit 1991). Orang berwisata untuk menikmati perjalanan, berekreasi, menyehatkan badan, menghadiri pertemuan ilmiah, mengunjungi peristiwa olahraga, berkenalan dengan kebudayaan lain, dan sebagainya. Wisatawan bukan hanya orang yang memasuki negara asing seperti yang disebutkan diatas, melainkan juga orang yang bepergian dari daerah yang satu ke daerah yang lain di negara sendiri. Karena itu kita mengenal wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik.
Pengolahan tujuan pariwisata/destinasi dengan melibatkan stakeholder melalui data base, marketing, dan visitor informasion dan manajemen. Diperlukan
pemahaman terhadap tingkat social carrying capacity, kualitas relasi, dan
pemahaman yang tepat terhadap penerapan nilai-nilai dalam kepariwisataan dan tata kelola di daerah wisata secara tepat sebagai tindakan antisipatif dan proaktif
untuk meningkatkan kualitas kepariwisataan yang sustainable, responsible, dan
balanced. (Cooper 2005).
Pariwisata merupakan gejala ekonomi karena adanya permintaan dari pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa pariwisata (biro perjalanan, penginapan, rumah makan) atas produk dan berbagai fasilitas terkait (Myurphy 1985). Bila mencermati kegiatan pariwisata berkaitan dengan motivasi, kepribadian, nilai dan pengalaman yang memberikan bentuk dan pol a interaksi wisat awan t erhadap lingkungannya (alam, budaya yang spesifik sebagai atraksi wisata).
Usaha sarana pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha penyediaan akomodasi Hotel, penyediaan makan dan minum, penyediaan angkutan wisata, penyediaan sarana wisata tirta, dan kawasan pariwisata. Usaha penyediaan makan dan minum sebagaimana dimaksud dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi ataupun sebagai usaha yang berdiri sendiri. Usaha-usaha hotel bukan saja penginapan tetapi hotel juga memiliki restoran yang penyediaan makan dan minum, dapat berupa usaha di bidang restoran, rumah makan, jasa boga, dan kedai makan. Penyelenggaraan usaha makan dan minum tersebut dapat juga diselenggarakan pertunjukan, antara lain dalam bentuk seni budaya, terutama seni tradisional.
Konsep Sadar Wisata
Sadar wisata didefinisikan sebagai sebuah konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi pengembangan kepariwisataan disuatu wilayah/tempat. Partisipasi dan dukungan masyarakat tersebut terkait dengan penciptaan kondisi yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata, antara lain unsur keamanan, kebersihan, ketertiban, kenyamanan, keindahan, keramahan dan unsur kenangan. Alur pikir konsep sadar wisata sebagaimana disajikan dalam gambar berikut:
peningkatan Sapta Pesona/Sadar Wisata melalui program Sapta Pesona. Tujuan diselenggarakan Program Sapta Pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari (Depbudpar 2008).
Sapta Pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah sehingga mulai dari kepala negara hingga masyarakat di tingkat RT atau desa bisa menjadi tuan rumah yang baik dengan menjaga keamanan, kebersihan, ketertiban, kesejukan, keindahan, ramah tamah serta memberikan kenangan yang indah pada wisatawan. Sosialisasi Sapta Pesona melalui kegiatan sadar wisata menjadi tantangan insan wisata dengan seluruh masyarakat ikut terlibat walaupun tidak langsung. Departemen Pariwisata
mencanangkan tahun 2011 Berkunjung ke Indonesia (Visit Indonesian Year).
Program Sapta Pesona merupakan salah satu inovasi dalam pembangunnan kepariwisataan di Indonesia. Program Sapta Pesona didefinisikan sebagai sebuah
konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam
mendorong terwujudnya iklim yang kondusif pengembangan kepariwisataan di suatu wilayah/tempat. Partisipasi dan dukungan masyarakat tersebut terkait
dengan penciptaan kondisi yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya
industri pariwisata, antara lain unsur keamanan, kebersihan, ketertiban,
kenyamanan, keindahan, keramahan, dan unsur kenangan.
Program Sapta Pesona merupakan program penyadaran masyarakat tentang arti pentingnya sadar wisata yang memberikan ajakan, arahan, panduan agar supaya masyarakat memahami dampak yang di timbulkan dari program sapta pesona sebagai salah satu inovasi yang didefinisikan sebagai sebuah konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim berwisata yang kondusif pengembangan kepariwisataan di suatu wilayah atau tempat (Depbudpar 2008).
Masyarakat sebagai salah satu mitra pembangunan memiliki peran strategis tidak saja sebagai penerima manfaat pengembangan, namun sekaligus menjadi pelaku yang mendorong keberhasilan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya masing-masing. Pelibatan dan pendampingan masyarakat adalah amanah Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10 tahun 2009, guna mendukung dan mendorong keberhasilan pengembangan pariwisata melalui iklim yang kondusif dalam bentuk dukungan dan penerimaan masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di daerahnya masing-masing. Dengan demikian peningkatan dukungan dan partisipasi masyarakat melalui peningkatan Sapta Pesona/Sadar Wisata sangat diperlukan.
Sapta Pesona mengandung 7 (tujuh) unsur yang menentukan citra baik pariwisata Indonesia, yaitu: aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-tamah, dan kenangan. Bukan hanya sebagai kebutuhan pokok wisatawan, tetapi juga sebagai tolak ukur meningkatkan kualitas produk pariwisata nasional. Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. 5 tanggal 18 Januari 1989 Program Sapta Pesona ditetapkan sebagai program nasional yang bertujuan meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki mutu pelayanan pariwisata nasional. Keputusan tersebut juga menyebutkan bahwa partisipasi dan dukungan masyarakat terkait dengan Program Sapta Pesona dengan penciptaan kondisi yang mendorong tumbuh kembangnya industri pariwisata (Depparpostel 1989).
Unsur-unsur Sapta Pesona
Keamanan
Sapta pesona keamanan bertujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya kesuatu destinasi wisata. Bentuk aksi dalam sapta pesona keamanan antara lain adalah: (1) tidak mengganggu wisatawan; (2) menolong dan melindungi wisatawan; (3) bersahabat terhadap wisatawan; (4) memelihara keamanan lingkungan; (5) membantu memberi informasi kepada wisatawan; (6) menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular; dan (7) meminimalkan risiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik.
Ketertiban
Sapta Pesona ketertiban bertujuan menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan. Bentuk aksi sapta pesona dalam unsur ketertiban antara lain adalah: (1) mewujudkan budaya antri; (2) memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku; (3) disiplin/tepat waktu; (4) menjaga keteraturan, kerapian dan kelancaran; serta (5) semua sisi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat menunjukkan keteraturan yang tinggi.
Kebersihan
Sapta pesona kebersihan bertujuan menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan. Bentuk aksi dalam sapta pesona kebersihan antara lain: (1) tidak membuang sampah/limbah sembarangan; (2) turut menjaga kebersihan sarana dan lingkungan objek dan daya tarik wisata; (3) menyiapkan sajian
makanan dan minuman yang higienis; (4) menyiapkan perlengkapan penyajian
makanan dan minuman yang bersih; dan (5) pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi
Kesejukan
Sapta pesona kesejukan bertujuan menciptakan lingkungan yang nyaman dan sejuk bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman, sejuk, sehingga menimbulkan rasa betah bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan yang lebih panjang. Bentuk aksi sapta pesona kesejukan antara lain: (1) melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon; (2) memelihara penghijauan di objek dan daya tarik wisata serta jalur wisata; dan (3) menjaga kondisi sejuk dalam ruangan umum, hotel, penginapan, restoran dan alat transportasi dan tempat lainnya.
Keindahan
Sapta pesona keindahan berujuan menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang. Bentuk aksi sapta pesona keindahan antara lain: (1) menjaga keindahan objek dan daya tarik wisata dalam tatanan yang alami dan harmoni; (2) menata tempat tinggal dan lingkungan secara teratur, tertib dan serasi serta menjaga karakter kelokalan; dan menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat natural
Keramah-tamahan
Sapta pesona keramah-tamahan bertujuan menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan
suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah sendiri” bagi wisatawan,
sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas. Bentuk aksi sapta pesona keramah-tamahan antara lain: (1) bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu wisatawan; (2) memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan; (3) para petugas bisa menampilkan sikap dan perilaku yang terpuji; dan (4) menampilkan senyum dan keramah-tamahan yang tulus.
Kenangan
Sapta pesona kenangan bertujuan menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan