• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM I MBAL SWADAYA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo Jawa Tengah pada tanggal 2 Juni 1975 dari ayah H. Muhammad Ichwan dan ibu Hj. Worowati Hayuningsih. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara yang kesemuanya perempuan.

Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Surakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sebelas Maret Surakarta melalui jalur PMDK. Penulis memilih Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum UNS dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1998 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, dan tahun 2002 pindah tugas di Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri di Jakarta.

Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister profesional pada program studi pengembangan masyarakat pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) diperoleh pada tahun 2004. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari proyek CERD di Departemen Dalam Negeri.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv

PENDAHULUAN ……… 1 Latar Belakang ……… 1 Rumusan Masalah ………... 4 Tujuan Kajian ………. 4 Kegunaan Kajian ………. 5 TINJAUAN PUSTAKA ………... 6 Partisipasi ……… 6 Jenis-jenis Partisipasi ……….. 8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam

Berpartisipasi ……….. 12

Arti Penting Partisipasi ………... 14

Keberlanjutan ……….. 15 Kemandirian ……… 16 Modal Sosial ………... 17 Modal Fisik ………. 17 Pembangunan Pedesaan ………. 18 Kerangka Pemikiran ……… 20 METODE KAJIAN ..……… 22

Lokasi dan Waktu Kerja Lapangan ………. 22 Metode Pengumpulan Data ………. 22 Penentuan Responden dan Informan ………... 23 Variabel, Indikator, Definisi Operasional, Parameter dan

Metode Analisis dan Teknik Pengolahan Data ……….. 29

PETA SOSIAL DESA CURUG ……….. 30

Lokasi ……….. 30

Kependudukan ……… 31

Struktur Masyarakat ……… 35

Kelembagaan Desa ………. 36

Kondisi pertanian ……… 39

Kondisi Non Pertanian ……… 39

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN

SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA ………….. …..…... 41 Deskripsi Kegiatan ……….. 41 Program P3SD-PIS di Desa Curug ………. 46 Pengembangan Ekonomi Lokal ……….. 47

Modal Sosial ……….………. 49

PARTISIPASI MASYARAKAT DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA ……… 50

Bentuk dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam PIS ……….. 51 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Tingkat Partisipasi

Masyarakat ……… 55 Karakteristik Individu ……… 55 1. Motivasi ………..……….. 55 2. Kemampuan Berorganisasi ..………. 59 3. Kemauan Berpartisipasi ……….………….. 62 Manajemen Program ……..………..……….. 64 1. Kesempatan Berpartisipasi ………. 64 2. Efektivitas Komunikasi ……… 67 3. Kepemimpinan …….……… 70 Ikhtisar ……… 72

PENGUATAN PARTISIPASI MASYARAKAT ……… 75 Modal Fisik dan Modal Sosial ……… 75 Penyusunan program Pengembangan Masyarakat ……….. 77

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKSANAAN ……... 83

Kesimpulan ………. 83

Rekomendasi Kebijakan ………. 84

DAFTAR PUSTAKA 86

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Variabel, indikator, definisi operasional & parameter yang digunakan dalam mengolah data Penguatan partisipasi masyarakat di Desa Curug ……… 24 2. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan di Desa Curug Tahun

2003 ………

30 3. Jumlah Penduduk di Desa Curug Berdasarkan Golongan Usia

dan Jenis Kelamin Tahun 2003 ….………….……… 32 4. Persentase Penduduk Desa Curug menurut Jenis Pekerjaan Pada

Tahun 2002 dan 2003 ……….. ……….. 33 5. Kualitas Sumber Daya Manusia Dirinci menurut Pendidikan

yang Ditamatkan di Desa Curug Tahun 2003 ………... 35 6. Peruntukan dan Besaran Dana yang berasal dari APBD

Kabupaten Bogor Tahun 2003 ………..……… 43 7. Panjang Jalan di Desa Curug yang diselesaikan dengan swadaya

masyarakat Tahun 2003 ….………..……. 47 8. Jumlah (dalam rupiah) Partisipasi Masyarakat Desa Curug untuk

PIS Tahun 2003 ...……….

48 9. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden menurut

Bentuk Partisipasi di Desa Curug Tahun 2004 ……….

53 10. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan

Motivasi dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug Tahun

2004 ……….. 56

11. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kemampuan Berorganisasi dalam Program Imbal Swadaya di

Desa Curug Tahun 2004 ………... 59

12. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kemauan Berpartisipasi dalam Program Imbal Swadaya di

Desa Curug Tahun 2004 ………... 64

13. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kesempatan Berpartisipasi dalam Program Imbal Swadaya di

14. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Efektivitas Komunikasi dalam Program Imbal Swadaya di

Desa Curug Tahun 2004 ………... 68

15. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kepemimpinan dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug

Tahun 2004 ………... 71

16. Hubungan antara Bentuk Partisipasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Warga pada saat pelaksanaan PIS ….

73 17. Permasalahan Umum Masyarakat dalam PIS, Program serta

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penguatan Partisipasi Masyarakat ……….. 21

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Proses/Mekanisme P3SD Pola Imbal Swadaya Tahun 2003 ... 88 2. Kerangka Tujuan Program Imbal Swadaya (PIS) ………... 89 3. Daftar Responden Penyusunan Kajian Pengembangan

Masyarakat Desa Curug Kecamatan Gunungsindur Kabupaten

Bogor ………... 90

4. Daftar Skor Variabel Tingkat Partisipasi dalam PIS …………... 91 5. Tingkat dan Bentuk Partisipasi yang Muncul pada saat PIS …... 92 6. Daftar Skor Variabel Karakteristik Individu pada Indikator

Motivasi ………... 93

7. Daftar Skor Variabel Karakteristik Individu pada Indikator

Kemampuan Berorganisasi ………. 94 8. Daftar Skor Variabel Karakteristik Individu pada Indikator

Kemauan Berpartisipasi ……….. 95 9. Daftar Skor Variabel Manajemen Program pada Indikator

Kesempatan Berpartisipasi ……….. 96 10. Daftar Skor Variabel Manajemen Program pada Indikator

Efektivitas Komunikasi ………...

97 11. Daftar Skor Variabel Manajemen Program pada Indikator

Kepemimpinan ………

98 12. Daftar Pertanyaan Penelitian (Pedoman Wawancara) ………… 99

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Arti pembangunan masyarakat yang sebenarnya adalah pembangunan masyarakat dari bawah (bottom up), di mana masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki hak untuk berperan serta atau pun terlibat dalam pengembangan lingkungannya. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan ini meliputi keterlibatan baik dalam proses tahap penentuan tujuan maupun dalam pelaksanaan tindakan perubahan (Hikmat, 2001). Untuk konteks Indonesia, konsep pembangunan masyarakat lebih memungkinkan dengan menerapkan model pendekatan locality development (pembangunan lokal) yang bertumpu pada lokal geografis. Pendekatan pembangunan lokal ini diharapkan lebih mampu menggerakkan masyarakat yang memiliki kesamaan kebutuhan dan kepentingan dibandingkan dengan konsep wilayah yang lebih luas. Namun demikian, tidak semua masalah dapat diatasi di tingkat lokal sehingga perlu diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat di tingkat yang lebih luas (regional atau nasional). Kendala yang terjadi adalah peran pemerintah yang terkadang terlalu dominan dalam perencanaan pembangunan masyarakat sampai di tingkat lokal, sehingga tidak membawa titik temu antara program pembangunan masyarakat dan kebutuhan aktual masyarakat itu sendiri.

Jack Rothman, yang dikutip oleh Hikmat (2001), menuliskan bahwa pembangunan di tingkat desa bersumber pada satu pandangan bahwa perubahan- perubahan masyarakat dapat dicapai secara optimal bila ditempuh melalui partisipasi aktif yang luas dari seluruh masyarakat tingkat paling bawah (grassroot) dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tindakan-tindakan. Hasil yang ingin dicapai tidak hanya tujuan akhir, tetapi juga proses untuk mencapai tujuan akhir tersebut sehingga tujuan utamanya yakni mengembangkan kemampuan masyarakat dapat berfungsi secara integratif.

Sumartono (1984) mengemukakan bahwa, struktur dan kondisi permasalahan yang selalu ada di masyarakat salah satunya adalah kurang aktifnya partisipasi dari warga masyarakat. Hal-hal yang mempengaruhi keaktifan masyarakat dalam berpartisipasi di antaranya adalah adanya tradisi-tradisi yang

2

mengikat mereka, yang sifatnya cenderung tertutup dari pengaruh luar, adanya sikap kepatuhan pada pimpinan yang berlebih sedangkan pimpinan itu sendiri kurang memiliki sikap perubahan atau tidak responsif terhadap perubahan yang datang dari luar. Secara umum menurut Sumartono (1984), masyarakat memiliki pendidikan yang rendah sehingga hal ini berpengaruh terhadap kemampuan memahami berbagai persoalan yang ada di lingkungannya, dan berimbas pada kurangnya kemampuan dan kemauan untuk memecahkan persoalannya.

Pemerintah Kabupaten Bogor menekankan percepatan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional, yang sekaligus merupakan bagian penting dari latar belakang yang ada dalam Pedoman Umum Pelaksanaan Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Desa Pola Imbal Swadaya (P3SD-PIS). Wujud nyata dari komitmen tersebut adalah, digulirkannya P3SD-PIS yang selanjutnya disebut dengan Program Imbal Swadaya (PIS).

Hal lain yang melatarbelakangi digulirkannya program dimaksud adalah kemampuan anggaran yang sangat terbatas dan begitu besarnya jumlah prasarana dan sarana yang harus dibangun. Dalam buku Pedoman P3SD-PIS disebutkan bahwa dalam rangka otonomi daerah dan otonomi desa, PIS diharapkan menjadi media pembelajaran dan pengembangan kemampuan aparat pemerintah dan masyarakat, membangun kesadaran terhadap perubahan arah dan nafas pembangunan, serta mewujudkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Disebutkan pula di dalamnya bahwa salah satu tujuan dari program ini adalah menekankan pada peningkatan partisipasi dan kemampuan masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan.

Sebagai salah satu penyandang status desa yang berada di pinggiran kota Jakarta, Desa Curug mempunyai komposisi penduduk yang heterogen. Adanya kecenderungan sikap masyarakat yang bergeser menjadi kurang atau tidak peduli terhadap pembangunan di lingkungan adalah merupakan fenomena yang ada di setiap wilayah di pinggiran Kota Jakarta.

Keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di Desa Curug selalu diharapkan, namun pada program pembangunan desa

3

sebelumnya, berdasarkan hasil laporan perrtanggungjawaban kepala Desa Curug tahun 2002 disebutkan bahwa Daftar Usulan Rencana Proyek/kegiatan dari RW/RT melalui kepala dusun yang bersangkutan, belum berjalan dengan tertib sehingga menyulitkan penyusunan proyek/kegiatan pembangunan dalam APB- Desa. Beberapa program/proyek/kegiatan telah diupayakan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat yakni dengan memberikan stimulan dalam rangka menggali swadaya masyarakat.

PIS mengalami keberhasilan dalam pelaksanaan programnya. Artinya sesuai dengan tujuan PIS yakni menumbuhkan partisipasi dan swadaya masyarakat yang ada, maka dalam pelaksanaan PIS di Desa Curug ini memunculkan swadaya murni masyarakat yang apabila dinominalkan ternyata berjumlah besar.

Partisipasi masyarakat dalam konteks pembangunan desa mencakup keikutsertaan warga dalam proses pengambilan keputusan dan dalam penerapan program yaitu adanya pembagian keuntungan atau manfaat dari hasil pelaksanaan kegiatan serta keterlibatan warga dalam mengevaluasi kegiatan tersebut. Menurut Sumarjo dan Saharudin (2004) seseorang untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan ada tiga prasyarat, yaitu adanya kesadaran pada diri yamg bersangkutan tentang adanya kesempatan, dan adanya kemauan (sikap positif terhadap sasaran partisipasi), serta didukung oleh kemampuan (inisiatif untuk bertindak dengan komitmen dan menikmati hasilnya). Kemauan dan kemampuan merupakan potensi yang dimiliki oleh pelaku secara individu maupun kelompok. Kesempatan dipengaruhi oleh lingkungan dimana pelaku tinggal. Kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dipengaruhi oleh faktor tertentu terutama ketersediaan sarana dan prasarana fisik, kelembagaan (formal dan lokal), kepemimpinan (formal dan lokal), pengaturan dan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Dari potensi-potensi yang ada dalam masyarakat yang serba terbatas digalang dan dihimpun dalam suatu wadah kebersamaan yang mereka percaya dan hormati yaitu kelompok-kelompok swadaya usaha bersama, maka mereka akan mampu mengatasi masalah-masalah dengan kekuatan mereka sendiri.

4

Urgensi penguatan partisipasi di Desa Curug pada intinya adalah semakin bergesernya rasa kebersamaan warga dalam hal pembangunan di desanya. Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk kepentingan bersama selama ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang sama. Sedangkan kebanyakan orang lainnya selama ini hanya di sibukkan oleh kepentingan dirinya masing- masing. Keadaan yang demikian apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadikan kebersamaan yang sudah melembaga selama ini akan semakin terkikis. Faktor lain yang mempengaruhi partisipasi warga desa Curug adalah karena selama ini kesempatan yang diberikan untuk ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan adalah sangat terbatas, hal ini didukung dengan kebiasaan masyarakat yang hanya selalu menurut atau tunduk kepada tokoh-tokoh di desanya.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, secara terperinci masalah-masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat Desa Curug pada pelaksanaan PIS ? 2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Desa Curug pada pelaksanaan

PIS ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat pada pelaksanaan PIS tersebut ?

4. Bagaimana peran modal sosial dan modal fisik terhadap penguatan partisipasi warga yang sudah ada di Desa Curug ?

Tujuan Kajian

Tujuan pokok dari kajian ini adalah merumuskan strategi peningkatan partisipasi masyarakat melalui komunikasi antar stakeholder yang ada di Desa Curug dengan mengkaji model mediasi dan penyelesaian persoalan-persoalan masyarakat, yang biasa dilakukan oleh warga masyarakat, mengkaji tantangan dan hambatan pembangunan kapasitas diri masyarakat dalam berpartisipasi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengkaji arah penggalian informasi yang berujung pada rekonstruksi model dan strategi penguatan

5

masyarakat melalui partisipasi. Secara rinci tujuan yang akan dicapai adalah untuk :

1. Mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PIS. 2. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PIS.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam PIS.

4. Mengetahui peran modal sosial dan modal fisik sebagai bentuk penguatan partisipasi warga yang sudah ada di Desa Curug.

5. Bersama-sama masyarakat merancang program pengembangan kemampuan masyarakat.

Kegunaan Kajian

Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pemberdayaan masyarakat, yaitu :

1. Bagi masyarakat, hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi aktifitas warga dalam mengelola suatu kegiatan yang bersifat partisipatif. 2. Bagi pemerintah pusat dan daerah, hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai

bahan dalam penyusunan dan penyempurnaan kebijakan, misalnya tentang kondisi awal partisipasi masyarakat sebelum masuknya suatu program pembangunan.

3. Bagi akademisi dan praktisi pengembangan masyarakat, hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk kepentingan penelitian atau kajian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi

Mengutip dari tulisan Tanjung (2003), definisi dari partisipasi adalah keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi sosial tertentu. Artinya, seseorang berpartisipasi dalam suatu kelompok kalau ia mengidentifikasikan dirinya dengan (atau ke dalam) kelompok tersebut melalui bermacam sikap “berbagi”, yaitu berbagi nilai tradisi, berbagi perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama, serta melalui persahabatan pribadi.

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat terdapat satu pernyataan dari Cruig dan Mayo yang dikutip oleh Tanjung (2003) bahwa “empowerment is road to participation” yang berarti bahwa pemberdayaan adalah jalan atau sarana untuk menuju partisipasi masyarakat. Karena itu dalam suatu upaya partisipasi maka tidak boleh mengabaikan peningkatan pemberdayaan masyarakat, karena pemberdayaan dan partisipasi merupakan dua hal yang saling berkait.

Tanjung (2003) menuliskan bahwa partisipasi dapat dinyatakan sebagai memberi manusia lebih banyak peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan pembangunan, yang berarti memperkuat manusia untuk mengerahkan kapasitas mereka sendiri, menjadi aktor sosial ketimbang subyek yang pasif, mengelola sumberdaya, membuat keputusan dan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Loekman (1995) menyatakan bahwa terdapat dua jenis partisipasi yang beredar di masyarakat. Definisi pertama diberikan oleh perencana pembangunan formal di Indonesia, yang mengartikan partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana / proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini pun diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Definisi kedua yang ada dan berlaku universal adalah partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat

7

antara perencana dengan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini ukuran yang dipakai untuk mengukur tinggi rendahnya partisipasi, selain kemampuan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan juga dilihat ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun diwliayah mereka. Selain itu juga diukur dengan ada tidaknya kemauan juga kemampuan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.

Madrie (1986) berpendapat ada beberapa hal yang penting yang merupakan eksistensi suatu partisipasi, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pada partisipasi terdapat adanya keterlibatan mental dan emosional dari

seseorang yang berpartisipasi.

2. Pada partisipasi terdapat adanya kesediaan dari seseorang untuk memberi kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.

3. Suatu partisipasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan berkelompok atau suatu komunitas dalam masyarakat.

4. Pada partisipasi akan diikuti oleh adanya rasa tanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan seseorang.

5. Pada partisipasi terkandung didalamnya hal yang akan menguntungkan bagi individu, artinya menyangkut adanya pemuasan akan tercapainya suatu tujuan bagi dirinya.

Tonny (2004) menyatakan bahwa partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif.

Dengan melihat definisi-definisi tentang partisipasi tersebut maka ada beberapa syarat untuk mencapai partisipasi dalam pembangunan, yaitu :

1. Adanya kesadaran dan kerelaan untuk terlibat dalam program atau kegiatan pembangunan secara ikhlas.

2. Adanya peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan pembangunan. 3. Adanya jaminan dalam memberikan kontribusinya dalam pembangunan.

8

4. Adanya kemauan, kemampuan dan tanggung jawab dalam ikut serta melestarikan dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai.

5. Adanya kerjasama dari aparat pemerintah dan anggota masyarakat dalam melakukan suatu program atau kegiatan pembangunan.

Jadi partisipasi masyarakat pada dasarnya menyarankan perlunya pemberian kesempatan masyarakat itu sendiri mendiskusikan keinginan mereka, merencanakan bersama, mengerjakan bersama untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan mereka tersebut. Berbagai pengertian partisipasi di atas pada dasarnya juga menggaris bawahi bahwa betapa pentingnya mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, terutama mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan yaitu dalam hal mengambil keputusan.

Madrie (1986) melihat timbulnya pertanyaan apakah mungkin dalam arti sesungguhnya bahwa setiap anggota masyarakat dalam suatu desa ikut dalam proses perencanaan pembangunan pedesaan. Dalam tulisan Madrie (1986) yang dikutip dari Margono Slamet mengemukakan tentang hakekat pembangunan sebenarnya adalah memberi kesempatan, kemungkinan-kemungkinan dan dorongan kepada setiap anggota masyarakat untuk melakukan usaha-usaha dalam rangka mereka memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk mencapai seluruh anggota masyarakat ini secara keseluruhan mempunyai kesempatan, mempunyai kemauan memiliki kemampuan dalam berusaha meningkatkan taraf hidup masing-masing.

Jenis-jenis partisipasi

Tidak semua partisipasi ada atas kesadaran dan inisiatif warga masyarakat itu sendiri tetapi juga bisa merupakan mobilisasi dari atas untuk mencapai tujuan pembangunan. Untuk hal yang terakhir tersebut dewasa ini tepatnya sejak perubahan sistem pemerintahan yang top down menjadi buttomup menjadi tidak berlaku lagi sepanjang perencanaan pembangunan desa. Kalaupun campur tangan dari pihak birokrat ada hanyalah sebatas pada program yang merupakan suatu gerakan masyarakat untuk melaksanakan proyek pembangunan.

9

Tanjung (2003) mengemukakan tentang adanya empat macam bentuk keterlibatan masyarakat yang menunjukkan adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan :

(1) Partisipasi dalam pembuatan keputusan, yaitu masyarakat terlibat dalam memutuskan program/proyek apa yang cocok/bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

(2) Partisipasi dalam penerapan kegiatan, yaitu masyarakat ikut serta dalam menerapkan program/proyek yang sudah ditetapkan oleh mereka sendiri. (3) Partisipasi dalam penikmatan hasil, yaitu masyarakat ikut memanfaatkan

hasil-hasil proyek yang telah mereka kerjakan.

(4) Partisipasi dalam evaluasi, yaitu masyarakat ikut mengevaluasi dan menilai berhasil tidaknya sebuah program/proyek yang mereka kerjakan.

Masih banyak klasifikasi jenis partisipasi masyarakat dalam pembangunan, Tanjung (2003) yang mengutip dari Uphof mengemukakan tentang dimensi dari partisipasi sebagai berikut, pertama adalah What yang meliputi didalamnya decision making, implementation, benefit dan evaluation. Kedua Who meliputi lokal residence, lokal reader government personel dan foreign personel. Dan yang ketiga adalah How yang di dalamnya tercakup basic of partisipation, form of partisipation, exient of participation serta effect of partisipation.

Pengertian What yakni mengacu pada partisipasi yang meliputi tahap- tahap yang diikuti masyarakat dalam pembangunan, yaitu :

(1) Tahap pengambilan keputusan. (2) Tahap pelaksanaan.

(3) Tahap pemanfaatan. (4) Tahap evaluasi.

Dalam suatu pembangunan yang baik, masyarakat haruslah dapat terlibat dalam keempat tahapan partisipasi tersebut. Masyarakat tidak hanya sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pemanfaatan hasil, serta dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang sudah dicapai. Misalnya dalam pembangunan jalan, masyarakat tidak hanya sebagai pemanfaat saja tetapi mereka perlu dilibatkan dalam pengambilan

10

keputusan untuk membangun jalan dan dalam pelaksanaan pembangunan jalan tersebut serta dalam mengevaluasinya, karena dalam pembangunan tersebut masyarakatlah yang lebih tahu tentang apa yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehingga mereka perlu dilibatkan dalam semua tahap pembangunan.

“ Who “ adalah dalam hal siapa yang berpartisipasi dalam pembangunan, tidak hanya aparat pemerintah saja tetapi juga melibatkan anggota masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat serta petugas asing yang bertugas memantau jalannya partisispasi. Dalam pembangunan agar dicapai hasil yang memuaskan maka keempat pelaku tersebut haruslah bekerjasama dan saling mendukung agar pembangunan dapat berhasil dengan baik.

Sedangkan untuk “ How “ mengacu pada pengertian bahwa partisipasi dilakukan melihat aspek dasar partisipasi, bentuk partisipasi, lingkup partisipasi dan akibat yang ditimbulkan dari partisispasi tersebut. Dalam berpartisipasi tidak hanya melihat akibat apa yang ditimbulkan dari suatu partisipasi tapi juga harus melihat bagaimana dasar partisipasi tersebut dilakukan. Karena itu partisipasi yang baik tidak hanya melibatkan salah satu pelaku pembangunan, namun juga harus melibatkan semua pelaku pembangunan dalam semua tahap partisipasi serta harus memperhatikan empat aspek tentang bagaimana partisipasi harus dilakukan.

Masih dalam tulisan Tanjung (2003) yang dikutip dari Widjaja (1976) menyatakan bahwa pengungkapan partisipasi memiliki beberapa ciri. Ciri yang pertama menurut tujuannya partisipasi dapat berupa mobilisasi yang bertujuan untuk mendukung apa yang telah ditetapkan dari atas dan partisipasi berupa saling penunjangan yakni partisipasi mengandung tidak hanya dukungan tetapi juga koreksi dan pengisian kekurangan.

Ciri kedua menurut frekwensinya yaitu partisipasi dapat dilakukan sekali-sekali saja serta frekwensi partisipasi dapat pula bersifat terus menerus (continue) secara periodik. Ciri ketiga adalah menurut langsung tidaknya yakni partisipasi secara langsung dilakukan sendiri oleh orang-orang yang

Dokumen terkait