KEKAYAAN INTELEKTUAL A.Tinjauan Umum Tentang HKI
B. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta 1. Sejarah dan Dasar Hukum Hak Cipta
7. Royalti dalam Hak Cipta
46
“Jika diperhatikan ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta), maka apabila seorang pencipta dalam hal ini adalah pencipta lagu, maka si pencipta memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaannya dan dapat memberikan ijin kepada pihak lain untuk melakukan hal tersebut. Dalam Pasal 9 ayat 2 UUHC Nomor 28 tahun 2014 juga dijelskan
”setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib
mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak cipta. Dari penjelasan kedua pasal dalam UUHC diatas, itu berarti bahwa orang lain atau pihak lain yang memiliki keinginan untuk menggunakan karya cipta (lagu) milik orang lain, maka orang lain dimaksud hendaklah meminta izin terlebih dahulu pada si pencipta lagu atau orang yang memegang hak cipta atas lagu tersebut. Sehubungan dengan hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak cipta lagu, maka pemegang hak cipta dapat saja memberikan ijin kepada pihak lain untuk menggunakan lagu ciptaannya tersebut, pemberian ijin tersebut biasanya disebut sebagai pemberian lisensi”.136
“Untuk melahirkan suatu karya cipta musik atau lagu diperlukan pengorbanan tenaga, waktu, pikiran dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga kepada pencipta atau komposer diberikan hak eksklusif untuk suatu jangka waktu tertentu mengeksploitasikan karya ciptanya. Dengan demikian, segala biaya dan tenaga untuk melahirkan ciptaan tersebut dapat diperoleh kemabali.137 Dalam ketentuan Pasal 80 ayat 1 dan 2 UUHC No. 28 tahun
2014 dijelaskan; “Kecuali diperjanjikan lain, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait
berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian tertulis untuk melaksanakan perbuatan. Mengenai lisensi, maka perjanjian tersebut berlaku selama jangka waktu tertentu dan tidak melebihi masa berlaku hak cipta dan hak terkait. Bersamaan dengan pemberian lisensi tersebut, biasanya diikuti oleh pembayaran royalti138 kepada pemegang hak cipta lagu tersebut. Royalti adalah kompensasi bagi penggunaan sebuah ciptaan termasuk karya cipta lagu”.139
“Meskipun Indonesia telah memiliki Undang-undang Hak Cipta, namun masalah mengenai royalty, belum banyak diphami. Royalty adalah bentuk pembayaran yang dilakukan kepada pemilik hak cipta atau pelaku (performer), karena tidak menggunakan kepemilikannya. Royalty yang dibayarkan didasarkan pada prosentase yang disepakati dari pendapatan yang timbul dari penggunaan kepemilikan atau dengan cara lainnya”.140
Dalam Pasal 35 ayat 2 UUHC Nomor 28 tahun 2014 dijelaskan; “Dalam hal ciptaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan secara komersial, pencipta dan/atau pemegang hak terkait mendapatkan imbalan dalam bentuk royalty. Ayat 3- nya menjelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian royalty untuk penggunaan secara komersial sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan peraturan pemerintah. Mengenai besaran royaltydalam pasal 80 ayat 4 dijelaskan; “Penentuan besaran royalty sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan tata cara pemberian royalty dilakukan berdasarkan pejanjian lisensi antara pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait dan penerima lisensi. Ayat 5 nya
menjelaskan; “Besaran royalty dalam perjanjian lisensi harus ditetapkan berdasarkan kelaziman praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan.
“Pengertian Royalti menurut kamus Bahasa Indonesia adalah uang jasa yang dibayar oleh penerbit kepada pengarang untuk setiap buku yang diterbitkan, atau uang jasa yang dibayarkan oleh orang (perusahaan, dan lain sebagainya) atas barang yang diproduksinya kepada orang (perusahaan) yang mempunyai hak paten atas barang tersebut. Sebagai seseorang yang menggunakan karya cipta lagu milik orang lain maka siapapun
47
berkewajiban untuk terlebih dahulu meminta izin dari si pemegang hak cipta lagu tersebut”.141
Demi melindungi hasil cipta dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab maka si pencipta akan memakai jasa menunjuk kuasa (baik seseorang ataupun lembaga) yang bertugas mengurus hal-hal tersebut. Dalam hal mana suatu lembaga manajemen kolektif dapat bekerja dengan baik, sesuai dengan bidang yang dikuasainya, dalam hal ini lembaga tersebut merupakan lembaga profesional. Biasanya lembaga tersebut diseleksi secara profesionalitas. Salah satu lembaga manajemen kolektif adalah Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). YKCI memastikan pendengar lagu untuk membayar royalty. Sehingga nanti akan kelihatan siapa saja yang menggunakan lagu hasil karya cipta seseorang yang diputar dalam kaitannya dengan bisnis.
Meski YKCI memiliki kewenangan untuk memungut royalty dari user, akan tetapi YKCI bukanlah satu-satu lembaga pemungut (collecting society) hak penyiaran (performing rights) yang ada di Indonesia. Sebutlah ada WAMI (Wahana Musik Indonesia), Royalti Musik Indonesia atau Yayasan Karya Cipta Lagu Batak (YKCLB) yang juga beroperasi di Indonesia. Akan dapat bagiannya apabila lembaga-lembaga tersebut menjalankan kerjanya dengan baik. Karena sasarannya adalah kafe-kafe atau tempat hiburan yang menggunakan musik dalam menjalankan bisnisnya. Lembaga ini akan menjadi wakil para artis untuk mendapatkan bagian karena telah membantu tempat-tempat hiburan tadi kedatangan pengunjung karena lagu ciptaannya diputar di tempat tersebut.
Dalam hal menjalankan bisnisnya untuk mengumpulkan royalty, maka lembaga YKCI merupakan fasilitator bagi pencipta maupun pengguna karya cipta/pemakai, karena institusi ini menjembatani hubungan antara pemegang hak cipta dengan pemakai dan akan memastikan bahwa si pemegang hak cipta atau pencipta menerima pembayaran atas penggunaan karya mereka. Pemakai yang antara lain adalah stasiun televisi, radio, restoran, cafe, hotel, pusat perbelanjaan, diskotik, theater, karaoke dan tempat-tempat lainnya yang memutarkan dan memperdengarkan lagu/musik untuk kepentingan komersial berkewajiban untuk membayar royalti.
Adapun mengenai pembayarannya dapat dilakukan melalui KCI. Adapun royalty yang dibayarkan akan didistribusikan kepada para pencipta lagu yang karyanya telah digunakan. Untuk mempermudahnya, pemakai dapat pula memiliki lisensi dari KCI ini sehingga pemakai dapat menggunakan jutaan karya cipta musik untuk kepentingannya dimana sebagai konsekwensinya adalah membayar royalti kepada KCI atas lisensi tersebut. Sehubungan dengan lisensi tersebut, perlu diperhatikan beberapa hal penting bahwa lisensi tersebut sesuai dengan sifatnya merupakan suatu perjanjian yang pada dasarnya harus disepakati oleh kedua belah pihak tanpa paksaan. Sebagai suatu perjanjian, pengguna/ pemakai karya cipta musik maupun Pencipta/Pemegang Hak Cipta/ KCI (sebagai kuasa) yang merupakan para pihak dalam perjanjian pada dasarnya dapat melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan dalam perjanjian.
“Royalty harus dibayarkan karena lagu adalah suatu karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum. Jika pihak lain ingin menggunakannya sepatutnya minta izin kepada sipemilik hak cipta. Pembayaran royalti merupakan konsekwensi dari menggunakan jasa/karya orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, lagu merupakan salah satu sarana penunjang dalam kegiatan usaha misalnya restoran, diskotik atau karaoke hingga usaha penyiaran”.142
48
Mengenai pembayaran royalti dari hasil karya hak cipta musik atau lagu menggunakan cara-cara, antara lain: Pertama, untuk menghitungan royalti dalam menerima pembayaran atas segala bentuk album rekaman yang dibuat berdasarkan perjanjian. Perjanjian ini yang berlaku sepanjang yang dimungkinkan oleh hukum. Perhitungan royalti dibayarkan berdasarkan jangka waktu perlindungan hukum hak cipta atas karya rekaman (UU Hak Cipta No. 12 Tahun 1997), dan dilindungi sebagai bagian dari Cipta, sedangkan dalam karya rekaman dilindungi dalam rejim hak yang berkaitan karena menjadi hak produsen rekaman (UU No. 19 Tahun 2002). Kedua, dalam pengadministrasian yang bersifat kolektif merupakan sarana manajemen eksploitasi hak cipta dengan cara mengelola hak cipta (hak mengumumkan atau hak memperbanyak) lagu atau musik dalam arti pemungutan fee atau royalti atas pemakaian hak cipta untuk kepentingan komersial baik berupa pertunjukan maupun penyiaran (performing rights) dan penggandaan melalui media cetak maupun alat mekanik (mechanical rights), serta pendistribusian hasil royalti tersebut kepada para pencipta yang berhak setelah dipotong biaya administrasi, sebagai perwujudan pengelolaan kepentingan para pencipta dan para pemakai (users) maka para pencipta atau pemegang hak cipta dan para pengguna (users) wajib dibayar fee sebagai pemegang hak cipta. Ketiga, pembayaran terhadap pengalihan hak ekonomi pencipta biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu, sistem royalti dan sistem flat pay (pembayaran sekali lunas dan tidak ada tambahan), dan untuk menghitung royalti atau penghargaan atas lagu atau lebih lazim dianut secara internal. Keempat, terhadap kegiatan konser, fee untuk pementasan karya-karya musik pada konser adalah suatu jumlah yang diperhitungkan menurut perhitungan, ditambah lagi dalam jumlah yang ekuivalen dengan pajak pemakaian (consumption tax). Untuk musik, fee untuk penggunaan karya musik yang untuk durasi pementasan (playing time) yang tidak melebihi 5 (lima) menit yang dihitung menurut skala perhitungan. Dalam hal durasi pementasan (playing time) melebihi 5 menit tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) menit maka jumlah itu ekuivalen dengan 2 (dua) kali dari masing-masing tarif (rate) untuk durasi pementasan (playing time)
yang tidak melebihi 5 (lima) menit termasuk durasi pementasan (playing time) melebihi 10 (sepuluh) menit. Kelima, pembayaran royalti bervariasi tergantung kepada bobot masing-masing artis.
Berkaitan dengan munculnya UUHC No. 28 tahun 2014, maka dalam Pasal 87 ayat
1 UU dijelaskan; “Dan untuk mendapatkan hak ekonomi setiap Pencipta, Pemegang Hak cipta, Pemilik Hak terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan yang wajar dari pengguna yang memanfaatkan Hak Cipta dan Hak terkait dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial”.
Sementara ayat 2 nya menjelaskan bahwa; “pada dasarnya setiap pengguna Hak Cipta dan Hak Terkait yang memanfaatkan Hak sebagimana dimaksud pada ayat 1 membayar
royalti kepada pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait, melalui Lembaga Manajemen Kolektif”. Ayat 3 nya menyebutkan; “Pengguna sebagaimana dimaksudkan pada
ayat 1 membuat perjanjian dengan Lembaga Manajemen Kolektif yang berisi kewajiban untuk membayar royalti atas hak cipta dan hak terkait yang digunakan”. Didalam pasal 88 ayat 2 huruf lembaga dimaksud mendapat kuasa dari pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait untuk menarik, menghimpun dan mendistribusikan royalti.