• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup dan Cabang-Cabang Ulumul Qur’an

Dalam dokumen Ulumul Qur'an : (Ilmu-ilmu Al-Qur'an) (Halaman 34-39)

ULUMUL QUR’AN

D. Ruang Lingkup dan Cabang-Cabang Ulumul Qur’an

Ruang lingkup kajian dari Ulumul Qur’an mengarah kepada dua bidang sasaran, yaitu pembahasan segi : riwayah (periwayatan Al-Qur’an)seperti mengenai waktu, tempat dan sebab- sebab turun

6 Said Agil al-Munawar, Al-Qur’an …hlm.,. 6-7., dari Manna’ al-Qattan, Mabahits fi

Ulum al-Qur’an, (Beirut : Syirkah al-Muttahidah li al-Tawai’, 1973),h. 15-16

ayat, dan pembahasan segi dirayah (kandungan al- Qur’an ) seperti mengenai sifat- sifat lafazh.8 cabang-cabang (pokok bahasan) Ulumul Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Ilmu Adab Tilawah al-Qur'an, yaitu ilmu- ilmu yang menerangkan aturan pembacaan al-Qur’an.

b. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara membaca al-Qur’an, tempat memulai, atau tempat berhenti (waqaf).

c. Ilmu Mawathin an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat, musim awal dan akhir turunnya ayat.

d. Ilmu Tawarikh an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa dan urutan turunnya ayat, satu demi satu dari awal hingga yang terakhir turun.

e. Ilmu Asbab an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat.

f. Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang menerangkan ragam qira’at (pembacaan al-Qur’an) yang telah diterima Rasulullah Saw. Qiraat terdiri dari qiraat tujuh (qiraat sab’ah), qira'at 10 (asyara) dan qira'at empat belas. Ada qira'at yang shahih dan ada qira'at yang tidak sahih.

g. Ilmu Gharib al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab konven-sional, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari. h. Ilmu I’rab Quran, yaitu ilmu yang menerangkan harakat

al-Qur’an dan kedudukan sebuah kata dalam kalimat.

i. Ilmu Wuzuh wa an-Nazha’ir, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata al-Qur’an yang mempunyai makna lebih dari satu. j. Ilmu Ma’rifat al-Muhkam wa al-Mutasyabih, yaitu ilmu yang

menerangkan ayat-ayat yang dipandang muhkam dan yang dipandang mutasyabih.

k. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat nasikh dan mansukh oleh sebagian musafir.

l. Ilmu Badai’u al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan keindahan bahasa al-Qur’an.

m. Ilmu I’jaz al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan segi-segi kekuatan al-Qur’an sehingga dipandang sebagai suatu mukjizat. n. Ilmu Tanasub Ayat al-Qur'an, yaitu ilmu yang

menerangkan persesuaian antara satu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.

o. Ilmu Aqsam al-Qur’an, yaitu ilmu yang menerangkan arti dan maksud sumpah Allah yang terdapat dalam al-Quran.

p. Ilmu Amtsal, yaitu ilmu yang menerangkan perumpamaan al-Qur’an.

q. Ilmu Jadal al-Qur'an, yaitu ilmu yang menerangkan berbagai pendebatan yang telah dihadapkan al-Quran kepada segenap kaum musyrikin dan kelompok lainnya.

r. IlmuTafsir, yatu ilmu yang berusaha menjelaskan atau mene - nerangkan makna-makna dari al-Qur’an 9

Dalam kamus dikatakan bahwa makna At-Fashr adalah men-jelaskan dan membuka sesuatu yang tertutup. Maka jelaslah bahwa kata tafsir digunakan dalam Bahasa Arab dengan arti membuka secara indrawi dan maknawi dengan memperjelas arti-arti yang tertangkap dari zhahir redaksional. Pengertian tafsir secara istilah, adalah apa yang dikutip oleh as-Suyuthi dari az-Zarkasyi, “Ia adalah ‘ilmu’ untuk memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw., dan merupakan penjelasan makna-makna serta kesimpulan hikmah dan hukum-hukum.”10

9 Rosihan Anwar, Ulumul..., hlm. 12-13

10 Said Agil al-Munawar, Al-Qur’an…hlm. 284., dari Al-Itqaan fi Ulumul-Qur’an (4/169), tahkik Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim.

Secara sederhana tafsir sendiri bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu yang bertujuan untuk membahas hal apa saja yang berkenaan dengan al-Qur’an itu sendiri, dengan memperhatikan makna-makna ataupun pengertian-pengertian apa saja yang dikehendaki Allah, yang mana sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Ada empat macam tafsir, yaitu:

1. Bahwa al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, dan ia datang dengan bahasa yang biasa mereka pakai, dari hakikat, majas, sharih, kinayah, dan sebagainya. orang Arab mengetahui makna al-Qur’an dengan pengetahuan mereka akan gaya radaksionalnya.

2. Bahwa makna yang amat jelas sehingga langsung bisa dipahami oleh akal manusia, tanpa perlu memusatkan pikiran dan memeras otak. Dapat juga dikatakan yang berkenaan dasar-dasar agama sehingga tidak seorangpun dimaafkan akan ketidaktahuannya. 3. Bahwa hanya diketahui oleh para ulama, yang memerlukan

penyimpulan, pengkajian, dan pengetahuan akan ilmu-ilmu yang lain, sehingga ia menarik yang mutlak atas yang muqayyad, yang ām dan khas, dan memilih kemungkinan yang dikuatkan oleh penguat tertentu dan sebagainya.

4. Bahwa hanya Allah SWT saja yang mengetahui tafsirnya. Yang berkenaan dengan hal-hal yang ghaib misalnya; alam barzah, masalah akhirat, malaikat, arsy, dan terjadinya hari kiamat. Pengetahuan itu tertutup bagi manusia. Hal ini termasuk ke dalam ayat-ayat mutasyabihat seperti firman Allah SWT,

“....Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah...” (QS. Ali-Imran: 7) Ath-Thabir meriwayatkan dengan sanadnya kepada Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa yang pertama diketahui oleh orang Arab dari kalamnya. Kedua, tafsir yang tidak seorangpun dimaafkan atas ketidaktahuannya. Ketiga, tafsir yang

diketahui oleh para ulama. Keempat, tafsir yang hanya diketahui oleh Allah SWT.11

Menurut Hasby ash-Shiddiqiey pembahasan Ulumul Qur’an bermuara pada :

1. Pembahasan yang berhubungan dengan nuzul, (makiyah, madaniyah, hadliyah/kampung halaman), nahariyah/siang, lailiyah/malam, shaifiyah/musim dingin, firasyiyah/di tempat tidur, asbabun nuzul, ayat pertama dan terakhir, terpisah, sekaligus, ayat hukum yang pernah diturunkan pada nabi sebelumnya)

2. Pembahasan yang berhubungan dengan sanad, (kualitas dan kuantitas sanad, shahih, ahad, syadz, qiraat nabi, huffazd al-Qur’an, tahammul (penerimaan riwayat)

3. Pembahasan yang berhubungan dengan ‘ada’ al-qira’ah (cara membaca, menerima dan menyampaikan bacaan) seperti : waqaf, ibtida’, imla’ (lajnah/dialek), mad, takhfif hamzah (meringankan hamzah) idgham.

4. Berhubungan dengan lafal al-Qur’an gharib, mu’rab, menerima perubahan pada akhir lafal, mazaj, musytarak (mengandung persamaan kata), tasbih dan lain-lain.

5. Mengenai makna lafal al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah hukum, am dan khas, takhsis, mujmal, mufashshal (rinci) dan lain-lain.

6. Pembahasan tentang makna al-Qur’an yang berhubungan dengan pengertian lafal seperti Fashl (pemisahan), wash (persambungan), qashar, itnab (panjang), musawa (sama) dan lain-lain.12

11 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Quran,hlm. 290., Disebutkan oleh ath-Thabrani dalam mukaddimah tafsirnya, no.71, juz 1, hlm. 75.

12 TM. Hasbi Ashiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran, /Tafsir, Jakarta: Bulan

BAB III

Dalam dokumen Ulumul Qur'an : (Ilmu-ilmu Al-Qur'an) (Halaman 34-39)