• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Ilmu Asbab an-Nuzul

Dalam dokumen Ulumul Qur'an : (Ilmu-ilmu Al-Qur'an) (Halaman 68-73)

ASBABUN NUZUL

E. Urgensi Ilmu Asbab an-Nuzul

Az-Zarqani dan As-Suyuthi menjelaskan adanya halangan yang berpendapat bahwa mengetahui Asbab an-Nuzul merupakan hal yang sia-sia dalam memahami al-Qur’an. Mereka beranggapan bahwa mencoba memahami al-Qur’an dengan meletakan ke dalam konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu. Namun, keberatan seperti ini tidak berdasar, karena tidak mungkin menguniversalkan pesan al-Qur’an diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui yang semestinya terhadap makna al-Qur’an dalam konteks kesejarahannya.11

Az-Zarqani mengemukakan urgensi Asbab Al-Nuzul dalam memahami al-Qur’an, sebagai berikut:

1. Menbantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-Qur’an. Di antaranya dalam al-Qur’an surat al-Baqarah [2] ayat 115 dinyatakan bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam

10 Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm. 90-91.

kasus shalat, dengan melihat zahir ayat di atas, seseorang boleh menghadap kearah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Akan tetapi setelah melihat asbab an-nuzul-nya, tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat di atas berkaitan dengan seseorang yang sedang berada dalam perjalanan dan melakukan shalat di atas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat. Contoh kedua, diriwayatkan dalam shalih Al-Bukhari bahwa Marwan menemui kesulitan ketika memahami ayat:

Artinya: “Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.(Q.S Al-Imran:188).12

Ayat tersebut dipahaminya demikian sampai Ibn Abbas menjelaskan bahwa ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Ahli Kitab. Mereka beranggapan bahwa tindakannya itu berhak terhadap pujian dari Nabi. Maka turunlah ayat tersebut di atas. 2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian

umum umpamanya dalam surat Al-‘An’am [6] ayat 145 di-katakan:

Artinya;”Katakanlah: «Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-An’am:145)

Ayat ini diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri. Karena mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah merupakan kebiasaan orang-orang kafir, itu terutama orang Yahudi, turunlah ayat di atas.

3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur’an, bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus as-sabab) dan bukan lafazh yang bersifat umum (umum al-lafazh). Dengan demikian, ayat “zihar” dalam permulaan surat al-Mujadalah [58], yang turun berkenaan dengan Aus Ibn Samit yang menzihar istrinya (Khaulah binti Hakim ibn Tsa’labah), hanya berlaku bagi kedua orang tersebut. Hukum Zihar yang berlaku bagi selain kedua orang itu, ditentukan dengan jalan analogi (qiyas).

4. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat al-Qur’an turun. Umpamanya,’Aisyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd Ar-Rahman ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunya ayat: ”dan orang yang mengatakan kepada orang tuanya perkataan “cis" ...”(QS.al-Ahqab:17). Untuk meluruskan persoalan, ’A’isyah berkata kepada Marwan ,’”demi Allah bukan dia

yang menyebabkan ayat ini turun dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa orang yang sebenarnya.”

5. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya. Sebab, hubungan sebab akibat (musabbab), hukum, peristiwa, pelaku, masa, dan tempat merupakan satu jalinan yang bisa mengikat hati.

Taufiq Adnan Amal dan Syamsul Rizal Panggabean men-yatakan bahwa pemahaman terhadap konteks kesejarahan pra-Qur’an dan pada masa al- pra-Qur’an menjanjikan beberapa manfaat praktis. Pertama, pemahaman itu memudahkan kita meng iden-tifikasi gejala-gejala moral dan sosial pada masyarakat Arab ketika itu, sikap al-Qur’an terhadapnya dan cara al-Qur’an memoditifikasi atau menstranformasi gejala itu hingga dijadikan sejalan dengan pandangan dunia al-Qur’an ; Kedua, kesemuanya ini dapat dija-dikan pedoman bagi umat Islam dalam mengidentifikasi dan menangani problem-problem yang mereka hadapi. Ketiga, pema-haman tentang konteks kesejarahan pra-Qur’an dan masa al-Qur’an dapat menghindarkan kita dari praktek-praktek pemaksaan pra konsep dalam menafsiran.13

F. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Asbab an-Nuzul adalah sebab dan akibat dari turunnya ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang sejarah-sejarah dan peristiwa-peristiwa pada masa itu, dan tentunya ada faktor-faktor pendorong kenapa ayat itu diturunkan.

2. Adapun macam-macam Asbab an- Nuzul, yaitu: dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang di Pergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul, Ada yang bersifat sharih (jelas), Sedangkan ada redaksi yang meriwayatkan secara tidak pasti, dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu sebab.

3. Sedangkan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam Asbab An-Nuzul di sini telah dikatakan oleh para ahli tafsir yang menyebutkan sebab-sebab yang beraneka ragam atas turunnya suatu ayat, jika seperti ini keadaannya, maka yang dijadikan pato kan adalah ibarat atau ungkapan yang dikatakan para mufassir tadi. Maka dari itu wajib bagi kita untuk memahami sebab-sebab ayat itu turun, agar tidak salah dalam menafsirkan. 4. Adapun manfaat dari Asbab an-Nuzul dan menentukan hukum (takhsis) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat dinyatakan berdasarkan khususnya sebab.

BAB V

Dalam dokumen Ulumul Qur'an : (Ilmu-ilmu Al-Qur'an) (Halaman 68-73)