• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Desain Industri a.Pengertian Desain Industri

PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI

4. Ruang Lingkup Desain Industri a.Pengertian Desain Industri

Sebelum menginjak pada pembahasan mengenai istilah desain industri perlu dipahami peristilahan desain. Kata design dalam kamus Indonesia-Inggris dari John M. Echols berarti potongan, modal, pola, konstruksi, mode, tujuan, rencana. Sedangkan dalam kamus Webster pengertian design adalah gagasan awal, rancangan, perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat, pikiran, maksud, kejelasan dan seterusnya.

Dalam undang-undang pendaftaran desain 1949 (To Registered Designs Act 1949) pada Pasal 1 ayat (3) pengertian desain disebutkan sebagai “features of shape configuration, pattern or ornament applied to an article by any industrial process or means, being feature which in the finished article appeal to an features of shape or eye but does not include a method or principle of construction or features of shape or configurations which are dictated solely by the function which the article to be made in that shape or configuration has to perform”.

Menurut penjelasan Pasal 17 Undang-Undang Perindustrian Nomor 5 Tahun 1984 dinyatakan bahwa desain industri adalah hasil rancangan suatu barang jadi untuk diproduksi oleh suatu perusahaan industri.

Desain industri didefenisikan oleh UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), sebagai suatu kegiatan yang luas dalam inovasi teknologi dan bergerak meliputi proses pengembangan produk dengan mempertimbangkan fungsi, kegunaan, proses produksi dan

teknologi, pemasaran, serta perbaikan manfaat dan estetika produk industri” 47

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri disebutkan bahwa, Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk barang komoditas industri atau kerajinan tangan.

Merujuk pada defenisi di atas, maka karakteristik desain industri itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Satu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna atau gabungan keduanya.

2. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut harus berbentuk dua atau tiga dimensi.

3. Bentuk tersebut harus pula memberi kesan estetis.

4. Kesemua itu (angka 1, 2 dan 3 di atas) harus dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, berupa barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

Tentang pemberian nama Undang-undang ini saja sebenarnya sudah terjadi pertentangan. Ada pihak yang tampaknya kurang puas dengan nama “desain industri”. Kelompok yang tidak atau kurang setuju mengajukan nama “desain produk industri”, yang memang tampaknya lebih sesuai dengan isi Pasal 1 ayat (1) di atas. Memang, bahasa Inggrisnya adalah industrial design, akan tetapi

47

Muhamad Djumhana, Op.Cit., hal. 7.

jika diterjemahkan secara harfiah sebagai desain industri rasanya agak kurang pas, karena kata “industri” dapat pula mencakup industri pariwisata yang tentunya bukan merupakan bagian yang diatur dalam Undang-undang tersebut. Meskipun demikian, undang-undang ini sudah terlanjur diberi nama tentang desain industri, jadi nama itulah yang harus dipakai sementara ini.

Menurut Insan Budi Maulana, Indonesia sebaiknya menggunakan istilah Desain Industri daripada istilah Desain Produk Industri, karena istilah Desain Industri akan lebih tepat dan lebih dekat sebagai padanan kata industrial design, di samping itu dengan menggunakan istilah ini akan memudahkan defenisi Desain Industri itu akan disusun agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.48

Dengan memperhatikan defenisi yang tercantum di atas dapat diketahui bahwa ada dua unsur utama dalam desain industri, yaitu :

1. bentuk

2. kesan estetis yang berarti dapat dilihat secara kasat mata.49

Pada dasarnya desain industri merupakan “pattern” yang dipakai dalam proses produksi barang secara komersil, dan dipakai secara berulang-ulang. Unsur dipakainya dalam proses produksi yang berulang-ulang inilah yang merupakan ciri, dan bahkan pembeda dari ciptaan yang diatur dalam hak cipta. Unsur lain yang menjadi ciri dari hak desain adalah cenderung ciptaan itu berkaitan dengan estetika produk, aspek kemudahan atau kenyamanan dalam penggunaan produk

48

Insan Budi Maulana, Pelangi HaKI dan Anti Monopoli, Cet I (Yogyakarta: Peneribit Pusat Studi Hukum, FH-UII, 2000), hal. 170.

49

Suyud Margono, Op.Cit, hal. 32.

yang dihasilkan, sehingga memberikan sumbangan yang berarti untuk kesuksesan pemasaran barang-barang tersebut.

Sebuah perancangan bentuk barang dapat dimasukkan ke dalam Desain Industri bila memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu :

1) Rancangan tersebut adalah suatu yang baru (novelty), Pasal 2 ayat (1) UU Desain Industri (UUDI)

Desain industri dianggap “baru” jika pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya (Pasal 2 ayat 2 UUDI). Sedangkan yang dimaksud dengan “pengungkapan” pada penjelasan pasal 2 ayat (2) UUDI adalah pengungkapan melalui media cetak atau elektronik, termasuk juga keikutsertaan dalam suatu pameran. Pada ayat (3) lebih memperjelas maksud dari ayat (2) tentang “pengungkapan sebelumnya” yaitu pengungkapan desain industri yang sebelum :

a. Tanggal penerimaan, atau

b. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak Prioritas, telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.

Mengenai persoalan apa yang dianggap “baru” atau orisinil ini terdapat kemungkinan interpretasi yang berbeda. Pertama dapat dikatakan bahwa prasyarat untuk perlindungan ini akan secara kumulatif baru atau orisinil. Dalam arti kata kedua ukuran ini harus dipakai syarat baru atau original (new or original) ini harus ditafsirkan secara alternatif. Yang dipandang lebih cocok adalah interpretasi bahwa tidak perlu kumulatif baru dan orisinil. Akan

tetapi harus alternatif atau merupakan baru, atau memang dipandang sebagai orisinil. Jadi, interpretasi alternatif adalah lebih cocok untuk dipakai.50

Dalam penjelasan Umum UUDI alinea 9, dikatakan bahwa asas kebaruan dalam Desain Industri ini dibedakan dari asas orisinil yang berlaku dalam Hak Cipta. Pengerian “baru” atau “kebaruan” ditetapkan dengan suatu pendaftaran yang pertama kali diajukan dan pada saat pendaftaran itu diajukan, tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapannya/publikasi sebelumnya, baik tertulis atau tidak tertulis. “Orisinal” berarti sesuatu yang langsung berasal dari sumber asal orang yang membuat atau yang mencipta atau sesuatu yang langsung dikemukakan oleh orang yang dapat membuktikan sumber aslinya. Selanjutnya dalam alinea 10, dikatakan “asas pendaftaran pertama” berarti bahwa orang yang pertama yang mengajukan permohonan hak atas desain industri yang akan mendapatkan perlindungan hukum dan bukan berdasarkan atas asas orang yang pertama mendesain.

2) Desain Industri tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama dan kesusilaan.

Persyaratan ini harus dipenuhi berkenaan dengan asas-asas perjanjian umum tentang berkontrak bahwa suatu perjanjian menurut KUHPerdata tidak dapat berlaku jika bertentangan dengan peraturan yang ada, atau bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan (Pasal 1337 KUHPerdata).

50

Sudargo Gautama dan Rizawanto, Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) Peraturan

Baru Desain Industri, Cet. I (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya, 2000), hal. 50-51.

Sebuah barang yang akan diproduksi akan selalu melalui tahapan berupa perancangan. Perancangan ini bisa berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi. Rancangan motif untuk tekstil berbentuk dua dimensi, sedangkan rancangan untuk barang seperti kursi, atau yang lainnya diperlukan dalam bentuk tiga dimensi. Penuangan rancangan bisa melalui media lukisan dalam bentuknya yang dua dimensi, atau melalui seni patung untuk rancangan dalam tiga dimensi, seperti prototif sebuah bentuk barang.

Whitford, membagi desain dalam dua kategori, yaitu :51

1) Kategori A berupa desain yang hanya berbentuk permukaan rata seperti dua dimensi, dan bentuk lain yang bersifat tiga dimensi, yang mana unsur estetiknya mendorong konsumen untuk membeli barang hasil desain tersebut. Hal ini dilindungi dari desain kelompok ini adalah unsur estetik penampilan barang tersebut, bukan pokok yang mendasarinya berupa ide dan prinsip yang umum seperti dalam hukum hak cipta. Juga tidak diperlukan pendaftaran maupun uang tanggungan. 2) Kategori B berupa desain yang berbentuk tiga dimensi hanya bentuk

desain itu tidak memberi dorongan konsumen membelinya. Pembelian barang oleh konsumen karena kegunaan, dan peruntukan barang tersebut.

Merancang sebuah produk yang akan dihasilkan industri tertentu, bisa meliputi keseluruhan aspek bentuk dan konfigurasi dari barang tersebut atau hanya secara massal tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai desain industri, serta mempunyai penuangan seni yang diwujudkannya digunakan dalam proses industri, serta mempunyai kemanfaatan untuk menunjang kesuksesan pemasarannya, disebabkan barang tersebut memiliki estetika, aspek kemudahan, atau kenyamanan dalam kegunaannya.

51

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal.8

Misha Black menyebutkan beberapa aspek dari perencanaan sebuah produk industri yang antara lain yaitu :52

1) Aspek kegunaan, mengacu kepada interaksi langsung antara manusia dan produk dengan dilandasi pertimbangan-pertimbangan seperti kenyamanan, kepraktisan, keselamatan, kemudahan, keperawatan, perbaikan, termasuk juga faktor-faktor ergonomi dan anthropometri.

2) Aspek fungsi, mengacu pada prinsip fisik dan teknik dari desain dan dilandasi oleh pertimbangan permesinan, persediaan bahan baku, tata cara kerja, perakitan, tingkat ketrampilan tenaga kerja, efisiensi, penghematan biaya, toleransi kelayakan, standarisasi dan lain-lain.

3) Aspek pemasaran, berorientasi pada potensi kebutuhan konsumen yang dilandasi pertimbangan akan kebutuhan dan keinginan, kebijakan produk, diversifikasi produk, skala prioritas, harga jaringan distribusi dan lain-lain 4) Aspek nilai estetis dan penampilan suatu produk, mengacu pada nilai visual

dan psikologis dari desain yang dilandasi oleh pertimbangan seperti bentuk keseluruhan, unsur penampilan, perbuatan detail, proporsi, tekstur, warna, grafis dan penyelesaian akhir.

Ruang lingkup desain begitu luas dan rumit karenanya hukum yang mengaturnya terdiri dari suatu rangkaian ketentuan yang sangat kompleks pula. Pengaturan yang utama di bidang desain yaitu menyangkut pengaturan perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektualnya, yang didalamnya berupa : objek perlindungan, pengakuan hak milik seseorang atas karyanya, jangka waktu

52

I b i d hal. 9.

perlindungan, administrasi pendaftaran hak, perikatan yang berkaitan dengan desain seperti lisensi wajib, pembatalan pendaftaran desain, penyelesaian sengketa dan sanksi yang diberlakukan.

Selain hal-hal utama di atas, yang tidak dapat diabaikan pula bahwa dalam pengaturan desain ini, aspek-aspek itu seperti isu-isu lingkungan, kesehatan, perdagangan, dan industri. Hal demikian terlihat jelas bila bidang desain tersebut telah menjadi bagian kehidupan masyarakat setelah menjalani proses produksi dalam kegiatan industri dan perdagangan. Konkretnya dari keterkaitan aspek-aspek tersebut di atas maka akan terlihat bahwa peraturan di bidang desain luas cakupannya, sehingga berkaitan juga dengan pengalihan teknologi, kontrak manajemen, kontrak pelayanan jasa desain, organisasi internasional serta lingkungan hidup, kesehatan, perlindungan konsumen dan sebagainya.

Selain pemahaman mengenai ruang lingkupnya, desain industri memiliki sub-bidang yang lebih khusus seperti :53

1) Desain produk yang meliputi furniture, perlengkapan rumah tangga, alat-alat elektronik, perlengkapan medis dan rumah sakit, perlengkapan kantor, komponen bangunan, perlengkapan oleh raga dan hobi, kerajinan dan lain-lain. 2) Desain fasilitas lingkungan seperti fasilitas oleh raga dan rekreasi, sistem

informasi kota, perkakas dan sarana umum kota, shelter, peralatan pertanian dan perkebunan.

3) Desain alat transportasi, meliputi alat angkutan darat, laut dan udara.

53

Agus Sachari, “Terminologi Desain”, Paradigma Desain Indonesia, ed Agus Sachari, (Jakarta :Penerbit Rajawali, 1986), hal 136.

b. Persepsi, Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi 1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah cara seseorang menerima informasi atau menangkap sesuatu hal, secara pribadi atau individu. Persepsi-persepsi ini membentuk apa yang kita pikirkan, mendefenisikan apa yang penting bagi kita, dan selanjutnya juga akan mentukan bagaimana kita mengambil keputusan.54

Menurut Gregorc, persepsi yang dimiliki setiap pikiran/pribadi ada dua macam yaitu :

1. Persepsi Kongkret / Nyata

Persepsi Kongkrit membuat anak lebih cepat menangkap informasi yang nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima inderanya, yaitu penglihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Anak tidak mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan atau konsep. Kunci ungkapannya : “Sesuatu adalah seperti apa adanya.” 2. Persepsi Abstrak / Kasat Mata

Persepsi Abstrak memungkin anak lebih cepat dalam menangkap sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti atau percaya yang tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak menggunakan persepsi abstrak ini, mereka menggunakan kemampuan intuisi, intelektual dan imajinasinya. Kunci ungkapannya : “Sesuatu tidaklah selalu seperti apa yang terlihat.”55

Persepsi dalam psikologis diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu obek yang ada di lingkungannya.56

Menurut Scheerer persepsi adalah phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan

54

Aribowo Prijosakoso dan Roy Sembel, Pengertian persepsi, www.inline.or.id.2003

55

Ibid

56

Sutaat, Persepsi Legislatif Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Daerah, http://www.depsos.go.id.2005, hal.1.

proksinal.57 Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (Proses psikologis).58

Psikologi kontemporer menyebutkan persepsi secara umum diperlukan sebagai suatu variabel campur tangan (intervening variabel), bergantung pada faktor-faktor motivasional. Artinya suatu objek atau suatu kajian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun oleh faktor-faktor organisme. Dengan alasan sedemikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda, karena setiap individu menanggapinya berkenan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.59

Menurut Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss, persepsi adalah suatu proses aktif, komunikator menyerap, mengatur dan menafsirkan pengalamannya secara selektif. Persepsi mempengaruhi komunikasi antar budaya. Persepsi individu hakikatnya dibentuk oleh budaya karena ia menerima pengetahuan dari generasi sebelumnya. Pengetahuan yang diperolehnya itu digunakan untuk memberikan makna terhadap fakta, peristiwa dan gejala yang dihadapinya.60

57

Salam, persepsi dalam tinjauan Psikologis (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya 1994), hal.23

58

Ibid

59

Sutaat, Op.Cit, hal.2.

60

Steward L. Tubbs, dan Sylvia Moss, Human Communication. Terjemahan Deddy Mulyana, (Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya1996), hal.19.

Menurut Robins, persepsi sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna begi mereka. Dengan demikian, persepsi adalah kesan atau pandangan seseorang terhadap objek.61 Persepsi juga dapat diartikan sebagai suatu proses dengan mana kita memilih, mengorganisir dan menginterprestasi informasi dikumpulkan oleh pengertian kita dengan maksud untuk memahami dunia sekitar kita.62

Pada hakikatnya persepsi ialah kemampuan memberi makna terhadap keberadaan dan manfaat melalui perhatian yang serius atau atensi dan harapan atau ekspektasi. Atensi meliputi informasi yang berkembang dan materi pengajaran. Sedangkan ekspektasi atau harapan adalah kualitas pengajaran yaitu kemampuan para dosen khususnya yang memberikan pelatihan dalam praktek, kemampuan dosen memberikan motivasi kepada para mahasiswa dan kemampuan dosen membimbing dan mengarahkan mahasiswa untuk belajar aktif dan kreatif.

Dengan demikian aspek-aspek yang dapat ditampilkan adalah : (1) berpikir kritis dan analitis, (2) kemampuan memformulasikan gagasan baru (3) kemampuan memecahkan masalah, (4) kemampuan fisik, (5) kemampuan melakukan pendekatan sosial, (6) kemampuan merasakan dan mengontrol emosi (7) kemampuan menempatkan diri, dan (8) memiliki tingkat kesabaran.

Menurut Istiqomah dkk, Persepsi sosial mengandung unsur subyektif. Persepsi seseorang bisa keliru atau berbeda dari persepsi orang lain. Kekeliruan atau perbedaan persepsi ini dapat membawa macam-macam akibat dalam

61

Stephen P. Robins, Organization Theory: Sturcture, Design and Application. Terjemahan Yusuf Udaya (Jakarta: Penerbit Lic.Ec.Arean , 1977), hal.31

62

Ibid

hubungan antara manusia. Persepsi sosial menyangkut atau berhubungan dengan adanya rangsangan-rangsangan sosial. Rangsangan-rangsangan sosial ini dapat mencakup banyak hal, dapat terdiri dari (a) orang atau orang-orang berikut ciri-ciri, kualitas, sikap dan perilakunya, (b) peristiwa-peristiwa sosial dalam pengertian peristiwa-peristiwa yang melibatkan orang-orang, secara langsung maupun tidak langsung, norma-norma, dan lain-lain.63

Terkait dengan persepsi sosial, Istiqomah menyebutkan ada hal yang mempengaruhi, yakni :

1) variabel obyek-stimulus;

2) variabel latar atau suasana pengiring keberadaan obyek stimulus, dan

3) variabel diri preseptor (pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap, kecemasan, dan pengharapan).64

Menurut Rakhmad Jalaludin, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.65