• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan ruang baca dalam memenuhi kenyamanan pengguna yang meliputi aspek (1) pencahayaan, (2) suhu

udara, (3) aksesibilitas, serta (4) keamanan dan keselamatan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pematangsiantar.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai penafsiran dari objek ataupun sudut pandang melalui adanya pengalaman yang dialami oleh seseorang. Proses dalam menelaah informasi tentang sekitar melalui penggunaan panca indera juga dapat dikatakan sebagai persepsi.

Menurut Wiji Suwarno (2009:52) “Persepsi didefinisikan sebagai ransangan yang diterima dari interaksi antar peristiwa, gejala, dan objek sampai ransangan diterima kembali. Pendapat lain, menurut Walgito (2018:53) menjelaskan bahwa persepsi merupakan sebuah proses yang didahului oleh penginderaan dan kemudian diikuti oleh persepsi.

Hal ini juga sejalan dengan Nina dan Ida (2009) yang berpendapat bahwa persepsi diawali oleh penginderaan kemudian dinilai berdasarkan hal yang berkesan dari interaksi yang dilakukan.

Jalaludin Rakhmat (2011:50) mendefinisikan “persepsi merupakan sebuah kesimpulan dari informasi yang didapat melalui interaksi dengan hal yang ditemui seperti peristiwa maupun objek.

2.1.1 Pengelompokan Persepsi

Menurut Wiji Suwarno (2009:53) persepsi terbagi atas dua, yaitu persepsi benda dan persepsi sosial. Pada persepsi benda, objeknya merupakan sesuatu yang dapat kita rasakan secara langsung melalui penginderaan kita. Sedangkan, beberapa indikasi seperti emosi maupun sikap merupakan persepsi sosial.

2.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Berdasarkan pendapat Nina beserta Ida (2014) persepsi terdiri atas 2 faktor yaitu

a. Faktor Eksternal (Stimulus)

Sesuatu yang dapat mengarahkan perhatian kita melalui : 1. Intensitas/ukuran.

2. Kontras / sesuatu yang baru (Novelty) 3. Repetisi / frekuensi

4. Gerakan

b. Faktor Internal (Individu yang mempengaruhi Persepsi)

Sesuatu yang dapat mempengaruhi pribadi seseorang dalam mengambil persepsi melalui beberapa faktor seperti :

1. Kebutuhan 2. Minat 3. Set

Berdasarkan pendapat para pakar diatas yang dimaksud dengan persepsi merupakan sebuah ransangan yang kita terima dan terlebih dahulu dirasakan oleh seseorang melalui indera yang dimilikinya baik itu berupa melihat, mendengar, menghayati, maupun merasakan. Sehingga, pada akhirnya kita dapat menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berawal dari penginderaan kita dengan cara membuat sebuah penilaian ataupun membangun kesan terhadap berbagai macam hal. Karena itulah, indikator pada persepsi didasarkan pada hal-hal yang dapat mengarahkan perhatian kita antara kepada kebutuhan ataupun minat kita terhadap sesuatu.

2.2 Ruang Baca

Merupakan sebuah aspek bermanfaat yang disediakan khusus dalam bentuk ruangan bagi pengguna agar bisa membaca melalui bahan pustaka yang tersedia di ruang perputakaan sehingga harus tersedia di perpustakaan agar memperlancar pelaksanaan fungsi perpustakaan dalam pelayanannya melalui adanya pengaruh besar yang dihasilkan nantinya dan juga dapat memberikan citra yang positif ataupun negatif bagi perpustakaan tersebut berdasarkan pendapat para penggunanya.

Menurut Sasmito (2011:38) “Ruang baca merupakan tempat dimana pengunjung menghabiskan waktunya untuk aktifitas membaca”. Menurut Dini (2015) Ruang baca merupakan ruang yang digunakan oleh pengguna untuk membaca bahan pustaka dan juga sebagai sarana perekaman informasi dari

berbagai sumber ilmu. Pendapat lain, menurut Darmanto (2019:94) menjelaskan bahwa ruang baca merupakan salah satu ruangan utama dalam perpustakaan yang diperuntukkan bagi para pengguna yang ingin membaca bahan- bahan pustaka yang ada di perpustakaan.

Tata ruang baca harus diatur sedemikian rupa dengan tujuan yaitu : a. Ruang baca dapat terasa nyaman bagi para pengguna.

b. Pengguna lebih mudah dalam mendapatkan bahan pustaka yang diinginkan.

c. Bahan pustaka dapat diawasi dengan baik.

d. Aktivitas pelayanan perpustakaan dapat berlangsung secara lancar dan tertib.

e. Sirkulasi udara serta masuknya sinar matahari dalam ruangan akan lebih berjalan dengan lancar.

f. Pengguna perpustakaan tidak ada yang merasa terganggu jika ada perpindahan tempat atau ketika sedang belajar.

Dari pendapat para pakar diatas ditarik kesimpulan bahwasanya pengguna dapat menghabiskan waktunya di sebuah ruangan baca untuk membaca bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan sekaligus sebagai sarana perekaman informasi dari berbagai sumber ilmu. Sehingga, tata ruang baca pun harus diatur sedemikian rupa agar nantinya ruang baca dapat terasa nyaman bagi para pengguna, pengguna lebih mudah dalam mendapatkan bahan pustaka yang

diinginkan, bahan pustaka dapat diawasi dengan baik, aktivitas pelayanan perpustakaan dapat berlangsung dengan lancar dan tertib, sirkulasi udara serta masuknya sinar matahari dalam ruangan akan lebih berjalan dengan lancar, dan pengguna perpustakaan tidak ada yang merasa terganggu jika ada perpindahan tempat atau ketika sedang belajar.

Selain itu, melalui adanya tata ruang baca yang telah diatur dengan sangat baik diharapkan mampu meningkatkan kunjungan orang yang datang ke perpustakaan yang nantinya juga semakin dapat meningkatkan citra dari perpustakaan.

2.3 Kenyamanan Pengguna

Kenyamanan merupakan suatu perasaan yang dirasakan berdasarkan persepsi masing-masing individu yang memiliki tingkatan. Kenyamanan pengguna merupakan syarat penting dari sebuah perpustakaan umum agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh penggunanya. Berikut ini aspek yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna yaitu :

2.3.1 Pencahayaan

Menurut Atmodiwirjo dan Yatmo (2009:36), prinsip pencahayaan pada ruang perpustakaan umum terdiri atas :

a. Diperlukan adanya pencahayaan yang merata pada seluruh area ruang baca.

b. Diperlukan adanya pencahayaan secara alami agar mendapatkan cahaya yang memadai pada siang hari.

c. Cahaya matahari yang masuk dapat menyinari ruangan tanpa terhalang.

d. Diperlukan adanya pencahayaan buatan pada saat hari mendung atau hujan.

e. Diperlukan adanya pertimbangan untuk penataan koleksi dalam ruang perpustakaan bagi cahaya yang masuk.

f. Perlunya pengaturan pencahayaan bagi ruang perpustakaan supaya tidak terdapat silau yang mengganggu kenyamanan pengguna.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, indikator pencahayaan terdiri atas :

a. Pencahayaan alam maupun buatan diusahakan agar tidak menimbulkan kesilauan.

b. Penempatan bola lampu harus menghasilkan pencahayaan yang optimal

c. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik harus segera diganti.

Berdasarkan SNI 03-2396-2001 pencahayaan alami dapat dikatakan baik apabila :

a. Banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan pada jam 08.00 – 16.00 b. Cahaya tidak menimbulkan silau yang mengganggu ketika bersinar ke

dalam ruangan.

Selain itu, menurut SNI 03-6575-2001 tingkat penerangan minimum yang direkomendasikan pada perpustakaan yaitu sebesar 300 lux.

Berdasarkan kalimat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek penting yang berpengaruh pada lingkungan perpustakaan agar aman, nyaman dan bermanfaat bagi pengguna adalah dengan tersedianya pencahayaan. Kegiatan seperti membaca buku, majalah serta memanfaatkan koleksi lainnya dapat terbantu dengan adanya penerangan yang memadai. Indikator pencahayaan terdiri atas dua yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pada pencahayaan alami, misalnya dengan memanfaatkan adanya cahaya matahari yang masuk melalui bukaan jendela agar dapat menyinari ruangan pada siang hari. Sedangkan pada pencahayaan buatan, dapat berupa adanya penggunaan bola lampu untuk dapat menyinari ruangan pada saat hari mendung ataupun hujan.

2.3.2 Suhu Udara

Menurut Atmodiwirjo dan Yatmo (2009:36), prinsip suhu udara pada ruang perpustakaan umum terdiri atas :

a. Menerapkan adanya pengudaraan buatan untuk dapat mencapai kenyamanan suhu udara bagi pengguna.

b. Mengupayakan adanya pengudaraan alami melalui bukaan jendela atau lubang.

c. Mengupayakan tersedianya kipas angin, exhaust van, ataupun AC untuk dapat membantu pertukaran udara dalam ruangan.

d. Letak perabot agar tidak menghalangi udara juga perlu dipertimbangkan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, indikator suhu udara terdiri atas :

a. Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.

b. Ventilasi udara secara alami diperlukan, bahkan pada ruang yang menggunakan AC.

c. Memberikan saringan udara AC dengan standar pabrik.

Melalui penjabaran di atas diketahui bahwa pengudaraan yang baik pada perpustakaan semaksimal mungkin diusahakan agar nyaman bagi pengguna. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kondisi suhu udara yang baik suatu perpustakaan pun dapat memanfaatkan penggunaan pengudaraan alami dan pengudaraan buatan di ruang bacanya. Pengudaraan alami misalnya saja dengan memanfaatkan adanya bukaan jendela ataupun lubang ventilasi. Sedangkan pada pengudaraan buatan, dapat diterapkan misalnya dengan menggunakan kipas angin ataupun ac untuk dapat membantu pertukaran udara dalam ruangan.

2.3.3 Aksesibilitas

Menurut Atmodiwirjo dan Yatmo (2009:36), prinsip aksesibilitas pada ruang perpustakaan umum terdiri atas:

a. Perpustakaan harus memiliki ruang yang mudah dicapai oleh pengguna.

b. Perpustakaan harus memiliki koleksi yang mudah dicapai oleh anak-anak maupun dewasa.

c. Petunjuk- petunjuk pada ruang perpustakaan harus dapat dilihat dengan mudah oleh anak – anak maupun orang dewasa.

d. Tata letak perabot dalam perpustakaan tidak mempersulit gerak bagi pengguna perpustakaan.

2.3.4 Keamanan dan Keselamatan

Menurut Atmodiwirjo dan Yatmo (2009:36), prinsip keamanan dan keselamatan pada ruang perpustakaan umum terdiri atas :

a. Kegiatan di perpustakaan harus diawasi dengan baik oleh petugas perpustakaan.

b. Ruang perpustakaan dikunci dengan baik pada saat tidak dipergunakan.

c. Keluar masuknya pengunjung dan koleksi perpustakaan harus dapat diawasi oleh pertugas perpustakaan

d. Perabot yang ada di perpustakaan berada dalam keadaan baik dan tidak mudah menjatuhi pengguna.

e. Tempat masuk dan area tangga perpustakaan tidak mengakibatkan pengguna mudah jatuh ataupun tergelincir.

f. Diperlukan tersedianya jalur khusus ketika terjadinya bencana kebakaran.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, indikator kemanan serta keselamatan terdiri atas :

a. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih, dan dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan.

b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaaan rata dan tidak licin, serta pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus.

c. Dinding harus rata, bersih, berwarna terang, dan terbuat dari bahan yang kedap air.

d. Langit – langit harus kuat, bersih, berwarna terang, dan ketinggian minimal 3,0 m dari lantai.

e. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa kenyamanan ruang baca merupakan aspek-aspek yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna ketika melakukan kegiatan di ruang baca yang berkaitan dengan lingkungan fisik pada perpustakaan tersebut dengan indikator yang meliputi pencahayaan, suhu udara, aksesibilitas, serta keamanan dan keselamatan. Aspek – aspek seperti itulah yang akan memberikan kenyamanan di lingkungan perpustakaan terutama pada ruang

baca tidak hanya bagi pustakawannya saja tetapi juga bagi pengguna perpustakaan tersebut. Sehingga, pengguna pun menjadi menjadi betah untuk berlama-lama di perpustakaan karena adanya rasa nyaman yang diberikan yang nantinya juga dapat meningkatkan citra positif bagi perpustakaan tersebut. Dengan begitu, dapat diketahui bahwa persepsi kenyamanan terhadap ruang baca merupakan suatu cara untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan oleh seseorang melalui stimulus ataupun indra terhadap kenyamanan ruang baca sehingga dapat diketahui apakah suatu ruang baca tersebut sudah tergolong nyaman atau belum.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, penelitiannya pun bertujuan untuk dapat menggambarkan secara sistematis fakta, karakteristik dan juga populasi pada bidang tertentu secara factual dan juga cermat ( Jalaluddin Rahmat, 2012)

Metode pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang terdiri atas kumpulan angka - angka dalam teknik pengumpulan data untuk mennggambarkan masalah - masalah yang terjadi di perpustakaan dalam ergonomi lingkungannya dengan menggunakan persentase sebagai tolak ukur nilai yang diperoleh pada tingkat kenyamanan bagi pengguna maupun pustakawannya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pematangsiantar yang beralamat di Jalan Merdeka No.3 Proklamasi Kota Pematang Siantar. Alasan memilih lokasi penelitian di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pematangsiantar, karena di lokasi tersebut terdapat permasalahan tentang tidak nyamannya ruang baca.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan objek atau sumber yang digunakan dalam suatu penelitian. Menurut Surjaweni dan Endrayanto (2012:13) mengatakan "populasi adalah wilayah umum yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan".

Oleh karena itu, seluruh anggota aktif perpustakaan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pematang Siantar yang berjumlah 3355 orang yang menjadi populasi dalam penelitian ini berdasarkan penjelasan di atas.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2011:81), sampel merupakan bagian yang dimiliki oleh populasi yang terdiri atas jumlah dan karakteristik. Oleh karena itu, sampel pun merupakan sebagian dari jumlah populasi untuk diteliti karakteristiknya sehingga jumlahnya nanti dapat.. mewakili.. keseluruhan.. dari.. populasi.

Mengingat jumlah populasi begitu besar, serta adanya keterbatasan dalam waktu penelitian ini, maka peneliti membatasi jumlah populasi dengan menggunakan rumus Slovin untuk dapat dijadikan sampel. nya dimana:

n = Dimana :

n =ukuran sampel N = ukuran populasi

d2 = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (10%)

Maka yang akan menjadi sampel yaitu : n =

n =

n = 97

Jadi sampel yang akan diambil yaitu berjumlah 97 orang.

Melalui rumus Slovin, ditemukan bahwa besarnya jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 97 orang. Teknik penentuan sampelnya yaitu dengan menggunakan Accidental Sampling, dimana sampel yang diambil melalui secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti di perpustakaan jika orang yang kebetulan ditemui itu dianggap cocok sebagai sumber data sehingga nantinya dapat digunakan sebagai sampel,.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer

yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban responden melalui pengisian angket.

2. Data Sekunder

yaitu data yang mendukung data primer yang berhubungan masalah penelitian ini yang bersumber dari buku, jurnal online, dan dokumen - dokumen lainnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Angket

Angket merupakan daftar pernyataan dalam mendapatkan data yang objektif melalui disusun secara sistematis, kemudian disebarkan untuk dapat diisi oleh responden dimana responden yang dimaksud yaitu pengguna perpustakaan pada Dinas Kerasipan dan Perpustakaan Kota Pematangsiantar.

2. Study Kepustakaan

Study kepustakaan merupakan cara yang dilakukan dalam memperoleh data sekunder yang berasal dari bahan pustaka yang memuat teori tentang persepsi, ruang baca, dan kenyamanan pengguna.

3.6 Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan angket pada instrumen penelitian ini untuk dapat mengukur tingkat kenyamanan ruang baca menurut persepsi pemustaka.yang disusun dalam bentuk pernyataan (multiple choice).

Tabel 3.1 Kisi – kisi Angket Kenyamanan Pengguna

Variabel Indikator No. Item

kuesioner

Pada teknik analisis data, dilakukan dengan cara menggunakan metode deskriptif melalui mengumpulkan data dari kuesioner yang telah disebarkan kemudian data yang diperoleh pun ditabulasi dengan cara menyusunnya ke dalam teks untuk kemudian dihitung persentasenya agar dapat dianalisis dan diinterpretasikan.

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Pada teknik pengolahan data, peneliti melakukan cara- cara sebagai berikut untuk dapat mengelola datanya yang diterima dari responden yaitu :

1. Menghitung pilihan jawaban responden dari setiap pernyataan.

2. Menggabungkan ataupun melakukan persentase dari setiap jawaban responden dengan menggunakan rumus persentase menurut Arikunto (2000, 349) dimana :

P = x 100%

Keterangan : P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang diperoleh n = Sampel (jumlah responden)

3. Membuat kesimpulan dari hasil analisis berdasarkan analisis dan persentase tertinggi yang telah dilakukan sebelumnya .

3.7.2 Penyajian Data

Dalam menyajikan data yang diperoleh dari jawaban responden, peneliti menyajikannya ke dalam bentuk tabel untuk dapat melihat hasil persentase jawaban responden pada setiap indikator angket sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana tanggapan responden terhadap setiap indikator angket dan berapa hasil persentase yang didapat sebelum di interpretasikan.

3.7.3 Interpretasi Data

Dalam menginterpretasikan persentasi data yang didapat dari tabulasi data, peneliti menggunakan metode Arikunto (2005 : 57) sebagai acuan interpretasinya dimana interpretasi yang dikemukakan yaitu :

1. 1-25 % : Sebagian kecil 2. 26-49 % : Hampir setengah 3. 50% : Setengah

4. 51-75% : Sebagian besar

5. 76-99% : Pada umumnya 6. 100% : Seluruhnya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukannya dengan cara menyebarkan angket yang ditujukan bagi pengguna Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pematangsiantar sebanyak 97 orang responden sehingga nantinya dapat mengetahui bagaimana kenyamanan pengguna terhadap ruang baca.

4.2 Analisis Deskriptif

Pada analisis deskriptif, didasarkan melalui indikator – indikator yang diukur antara lain (1) Pencahayaan, (2) Suhu udara, (3) Aksesibilitas, (4) Keamanan dan keselamatan.

4.2.1 Pencahayaan

Indikator pencahayaan terdiri atas 7 item pernyataan yaitu :

Tabel 4.1 Pencahayaan merata pada seluruh area ruang baca

No Pernyataan Pilihan Jawaban %

1 Pencahayaan yang merata pada seluruh area ruang baca

Sangat Setuju 21 22

Setuju 37 38

Kurang Setuju 38 39 Tidak setuju 1 1 Jumlah 97 100

Melalui Tabel 4.1 diketahui bahwa 21 (22 % ) responden menyatakan sangat setuju terhadap pencahayaan yang merata pada seluruh area ruang baca, 37 (38%) menyatakan setuju, 38 (39%) menyatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 1 orang (1%) menyatakan tidak setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata..responden..menyatakan bahwa pencahayaan yang terdapat pada seluruh area ruang baca tidak merata. Sangat disayangkan pencahayaan yang terdapat pada ruang bacanya masih tergolong tidak merata, padahal pencahayaan adalah salah satu faktor penting bagi kenyamanan pengguna di perpustakaan terutama pada area ruang baca.

Tabel 4.2 Cahaya matahari memadai memberikan penerangan pada siang hari sangat setuju terhadap cahaya matahari memadai memberikan penerangan pada siang hari, 64 (66%) menyatakan setuju, 9 (9%) menyatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 6 orang (6%) menyatakan tidak setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa cahaya matahari memadai untuk dapat memberikan penerangan pada siang hari, sehingga pengguna pun merasa puas ketika membaca pada ruang baca diperpustakannya.

Tabel 4.3 Cahaya matahari menyinari ruangan tanpa terhalang

No Pernyataan Pilihan Jawaban % sangat setuju terhadap cahaya matahari yang masuk dapat menyinari ruangan tanpa terhalang, 56 (58 %) menyatakan setuju, 22 (23 %) menyatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 7 orang (7%) menyatakan tidak setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa cahaya matahari yang masuk dapat menyinari ruangan tanpa terhalang yang membuat pengguna menjadi merasa tidak terganggu ketika membaca di ruang bacanya

Tabel 4.4 Penggunaan lampu listrik saat mendung sudah memadai

No Pernyataan Pilihan Jawaban %

4 Penggunaan lampu listrik pada Sangat Setuju 13 14

saat mendung sudah memadai Setuju 40 41 Kurang Setuju 41 42 Tidak setuju 3 3 Jumlah 97 100

Melalui Tabel 4.4 diketahui bahwa 13 (14%) responden menyatakan sangat setuju terhadap penggunaan lampu listrik pada saat mendung sudah memadai, 40 (41%) menyatakan setuju, 41 (42%) menyatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 3 orang (3%) menyatakan tidak setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa penggunaan lampu listrik pada saat mendung belum memadai, sehingga membuat pengguna menjadi merasa kegelapan ketika membaca pada ruang baca di perpustakannya.

Tabel 4.5 Pencahayaan yang dihasilkan secara alami maupun buatan tidak menimbulkan kesilauan

No Pernyataan Pilihan Jawaban %

5 Pencahayaan yang dihasilkan baik secara alami (cahaya matahari)

buatan tidak menimbulkan kesilauan, 59 (61%) menyatakan setuju, 11 ( 11%) menyatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 1 orang (1%) menyatakan tidak setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa pencahayaan yang dihasilkan baik secara alami maupun buatan tidak menimbulkan kesilauan yang membuat pengguna menjadi merasa tidak terganggu dengan adanya cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (discomfort glare) dan juga silau yang mengganggu (disability glare).

Tabel 4.6 Penempatan bola lampu sudah dapat menghasilkan pencahayaan yang optimal

No Pernyataan Pilihan Jawaban %

6 Penempatan bola lampunya sudah baik, sehingga dapat sangat setuju terhadap penempatan bola lampu sudah dapat menghasilkan pencahayaan yang optimal, 65 (67%) menyatakan setuju, sedangkan sebanyak 9 orang (9%) menyatakan kurang setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa penempatan bola lampu nya sudah dapat menghasilkan pencahayaan yang optimal yang dapat membuat pengguna merasakan nyaman ketika membaca pada ruang baca di perpustakannya.

Tabel 4.7 Terdapat cukup banyaknya cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan padajam 08.00 sampai dengan jam 16.00

No Pernyataan Pilihan Jawaban %

7 Terdapat cukup banyaknya cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan padajam 08.00 sampai dengan jam 16.00 sangat setuju terhadap cukupnya cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan pada jam 08.00 -jam 16.00, 58 (60%) menyatakan setuju, 17 (17%) menyatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 1 orang (1%) menyatakan tidak setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan pada jam 08.00 - jam 16.00 sudah cukup, sehingga pengguna merasa terbantu untuk dapat membaca pada ruang baca di perpustakaannya pada saat lampu sedang mati.

4.3.2 Suhu Udara

Indikator suhu udara terdiri atas 4 item pernyataan yaitu :

Tabel 4.8 Suhu atau udara di dalam ruangan sudah membuat nyaman

No Pernyataan Pilihan Jawaban % 8 Suhu atau udara di dalam ruangan

sudah membuat nyaman sangat setuju terhadap suhu atau udara di dalam ruangan sudah membuat nyaman, 43 (44%) menyatakan setuju, sedangkan sebanyak 29 orang (30%) menyatakan kurang setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa sudah terciptanya suhu ataupun udara yang nyaman di dalam ruangan yang dapat membuat pengguna merasa nyaman untuk berlama-lama berada pada ruang baca di perpustakaannya.

Tabel 4.9 Diperlukan adanya penambahan kipas angin atau exhaust van pada ruang baca

No Pernyataan Pilihan Jawaban %

9 Diperlukan adanya penambahan kipas angin atau exhaust van pada ruang baca

Melalui Tabel 4.9 diketahui bahwa 32 (33%) responden menyatakan sangat setuju terhadap adanya penambahan kipas angin atau exhaust van pada ruang baca, 49 (51%) menyatakan setuju, 11 (11%) menyatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 5 orang (5%) menyatakan tidak setuju.

Sehubungan dengan data di atas, rata-rata responden menyatakan bahwa diperlukan adanya penambahan kipas angin atau exhaust van pada ruang baca, sehingga pengguna dibuat semakin merasa nyaman ketika membaca pada ruang bacanya.

Tabel 4.10 Penempatan perabotmenghalangi aliran angin dalam ruangan yang menyebabkan menjadi lebih panas atau pengap

Tabel 4.10 Penempatan perabotmenghalangi aliran angin dalam ruangan yang menyebabkan menjadi lebih panas atau pengap

Dokumen terkait