• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Status Gizi Anak Balita

2.2.3. Ruang Lingkup Pola Asuh

Menurut Soekirman,2000, yang merupakan ruang lingkup pola asuh yaitu perawatan kesehatan dan pemberian makanan;

1. Perawatan Kesehatan

a. Kebersihan/Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Widaninggar (2003) menyatakan kondisi lingkungan anak harus benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan rumah dan lingkungan adalah bangunan rumah, kebutuhan ruang (bermain anak), pergantian udara, sinar matahari, penerangan, air bersih, pembuangan

sampah/limbah, kamar mandi dan jamban/ WC dan halaman rumah. Kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti diare dan cacingan. Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Oleh karena itu penting membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu atau pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan (Nursalam,2003).

Menurut Soetjiningsih (1995), keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya yaitu ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak sesak, cukup leluasa bagi anak untuk bermain dan bebas polusi.

Sulistijani (2001) mengatakan bahwa lingkungan yang sehat perlu diupayakan dan dibiasakan tetapi tidak dilakukan sekaligus, harus perlahan-lahan dan terus menerus. Lingkungan sehat terkait dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti berikut :

1. Mandi 2 kali sehari.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan. 3. Makan teratur 3 kali sehari.

4. Menyikat gigi sebelum tidur.

Awalnya mungkin anak keberatan dengan berbagai latihan tersebut. Namun, dengan latihan terus-menerus dan diimbangi rasa kasih sayang dan dukungan oarang tua, anak akan menerima kebijaksanaan dan tindakan disiplin tersebut.

b. Perawatan Balita dalam Keadaan Sakit

Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat (Soetjiningsih, 1995). Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti flu, diare atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau mengganggu proses tumbuh kembang anak. Ada beberapa penyebab seorang anak mudah terserang penyakit adalah :

1. Apabila kecukupan gizi terganggu karena anak sulit makan dan nafsu makan menurun. Akibatnya daya tahan tubuh menurun sehingga anak menjadi rentan terhadap penyakit.

2. Lingkungan yang kurang mendukung sehingga perlu diciptakan lingkungan dan perilaku yang sehat.

3. Jika orang tua lalai dalam memperhatikan proses tumbuh kembang anak oleh karena itu perlu memantau dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak secara teratur sesuai dengan tahapan usianya dan segera memeriksakan kedokter jika anak menderita sakit.

Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Status kesehatan adalah hal-hal

yang dilakukan untuk menjaga status gizi anak, menjauhkan dan menghindarkan penyakit serta yang dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak. Status kesehatan ini meliputi hal pengobatan penyakit pada anak apabila anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga anak tidak sampai terkena suatu penyakit. Status kesehatan anak dapat ditempuh dengan cara memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasinya, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta upaya ibu dalam hal mencari pengobatan terhadap anak apabila anak sakit. Jika anak sakit hendaknya ibu membawanya ketempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas dan lain-lain (Zeitlin et al, 1990). 2. Pemberian Makanan

Pola pemberian makan adalah praktek pengasuhan yang diterapkan pengasuh kepada anak yang berkaitan dengan pemberian makan. Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian makan antara lain cara pemberian makan, kebersihan sebelum makan, pemilihan makanan, cara memperkenalkan makanan, perlakuan terhadap anak yang tidak mau makan dan usaha mengatasi anak sulit makan (Karyadi, 1985).

Pemberian makan pada anak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup demi kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan, aktivitas pertumbuhan dan perkembangannya. Tujuan lain adalah untuk mendidik anak agar dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik dan membina kebiasaan yang baik dalam hal waktu dan cara makan (Simamora, 1996).

Menurut Wahyuni (1991), syarat makanan anak balita disesuaikan dengan kemampuan anak menerima makanan yang diberikan adalah porsi, konsistensi, mudah cerna, tidak berbumbu tajam/merangsang, tidak berlemak/bersantan kental dan dihidangkan dengan cara menarik. Walaupun ada syarat-syarat makanan balita yang sudah dipenuhi, tetapi sering juga terjadi kesulitan makan pada anak balita. Kesulitan makan terjadi karena anoreksia, rewel dan bertingkah. Cara mengatasi kesulitan makan adalah menimbulkan suasana yang menyenangkan, memberikan anak makan sendiri, anak tidak dipaksa, membiasakan makan pada keluarga dan menyediakan alas makan pada anak.

Untuk tumbuh dengan baik tidak cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orangtuanya dalam memberi makan. Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih. Anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan. Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu (Nadesul, 1995).

Pemberian makanan bergizi dalam jumlah yang cukup pada masa balita merupakan hal yang perlu mendapat perhatikan serius agar anak tidak jatuh ke keadaan kurang gizi. Apalagi dalam masa itu terjadi penyapihan yaitu peralihan antara penyusunan dan makanan dewasa sebagai sumber energi dan zat gizi utama. Pada masa penyapihan biasanya pemberian ASI mulai berkurang atau konsumsi ASI

berkurang dengan sendirinya sehingga untuk mencukupi kebutuhan gizi anak perlu diberi makanan tambahan.makanan yang dikonsumsi dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak khususnya energi dan protein (Sulaeman dan Muchtadi,2003).

Pemberian makan yang tidak tepat biasanya mengakibatkan kekurangan gizi. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan anak, sehingga anak menjadi lemah, mudah terkena penyakit, otot-ototnya menjadi lemah, dan pertumbuhannya dapat menurun. Karena itu sangat penting memerhatikan kebutuhan gizi balita (Anne Ahira,2007).

Masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makanan orang dewasa atau bukan anak merupakan masa gawat karena ibu atau pengasuh anak mengikuti kebiasaan yang keliru (Sajogyo,1994). Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung banyak hal antara lain adalah umur anak (Soekirman,2000).

Dibawah ini adalah angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada balita (per orang per hari).

Tabel 2. Angka Kecukupan gizi balita yang dianjurkan menurut AKG 2004 Kelompok Umur Energi (Kkal) Protein (gr) Vitamin A (RE) Besi/Fe (Mg) Kalsium (Mg) 1-3 tahun 1000 25 400 8 500 4-6 tahun 1550 10 450 9 500

Anak balita akan sehat jika sejak awal diberi makanan sehat dan seimbang. Dengan kata lain, kualitas sumber daya manusia hanya akan optimal, jika gizi dan kesehatan pada beberapa tahun pertama kehidupannya dimasa balita baik dan seimbang (Soenardi,2006).

1. Bahan makanan anak balita

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi lima kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Gizi seimbang yang beraneka ragam yaitu :

a. Golongan sumber tenaga (karbohidrat dan lemak)

Terdiri dari nasi, roti, mie, tepung-tepungan, singkong, kentang, gula dan hasilnya. Lemak terdapat dalam mentega, santan dan lain-lain. Diperlukan untuk menunjang aktifitas anak seperti bergerak, berlari dan bermain.

b. Golongan sumber zat pembangun

Terdiri dari daging, ikan, susu, hati ayam, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Diperlukan untuk pembentukan berbagai jaringan tubuh seperti pertumbuhan gigi, tulang dan lain-lain.

c. Golongan sumber zat pengatur

Terdiri dari vitamin dan mineral yang ada dalam sayur dan buah-buahan. Vitamin A,D,E,K,B dan C. Mineral seperti zat beri dan kalsium berfungsi untuk mengatur proses metabolism dan pertumbuhan tubuh.

Ketiga golongan tersebut harus ada dalam menu sehari-hari dan jumlahnya harus sesuai usia anak (Soenardi,2006).

Tabel 3. Makanan Pendamping ASI Menurut Umur, Jenis Makanan dan Frekuensi Makanan

Umur (bln)

Jenis Makanan Frekuensi

0 – 6 - ASI kapan diminta

6 – 9 - ASI

- Bubur susu, pisang, papaya lumat halus, air jeruk, air tomat saring

- Bubur tim lumat ditamabah kuning telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging/ wortel/bayam/santan/minyak Kapan diminta 6 bln : 2 x 6 sdm peres 7 bln : 2-3 x 7 sdm peres 8 bln : 3 x 8 sdm peres 1 – 2 kali sehari 9 – 12 - ASI - Bubur - Nasi tim - nasi lembik - tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/daging sapi/wortel/bayam/santan/minyak

- buah/biscuit/kue diantara waktu makan Kapan diminta 3 x sehari 2 x sehari 12 – 24 - ASI - Makanan keluarga(nasi,lauk

pauk,sayur dan buah) - Buah, biscuit,kue

Kapan diminta 3 x sehari 2 x sehari Sumber : Depkes,2003

2. Syarat makanan yang baik untuk balita

Adapun hal-hal yang sering terjadi dalam masa pertumbuhan ini adalah rawannya terhadap masalah gizi misalnya rawan terhadap penyakit dan susah makan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi dan upaya-upaya agar anak mau makan :

a. Berikan makanan 5 – 6 kali sehari. Pada masa ini lambung anak belum mampu mengakomodasikan porsi makan 3 kali sehari.

b. Berikan porsi kecil. Batita dikenal sebagai anak yang mempunyai nafsu makan naik turun. Kadang mau makan, kadang hanya makan sedikit.

c. Tidak memberikan susu dan jus sampai berlebihan karena minuman bias mempengaruhi nafsu makan balita.

d. Tumbuhkan ketrampilan makan.

e. Kurangi makanan/minuman lemak secara bertahap dan meningkatkan asupan sereal, sayuran dan buah-buahan.

f. Berikan makanan kaya zat besi seperti daging, ikan dan sereal yang diperkaya zat besi (Waryono,2010).

2.3.Konseling Gizi

Dokumen terkait