BAB II : KEWARISAN DALAM ISLAM
B. Rukun, Syarat, Sebab dan Penghalang Dalam Waris
Rukun secara etimologi yaitu apabila posisinya kuat dijadikan sandaran.
Sedangkan menurut terminologi adalah keberadaan sesuatu yang menjadi bagian atas keberadaan sesuatu yang lain.16
Maka Rukun Waris Ada Tiga Macam:
a.Al-Muwarrits, yaitu orang yang meninggal dunia baik mati hakiki (yaitu
kematian seseorang yang dapat diketahui tanpa harus melalui pembuktian,
15
Abi Dawud Sulaiman Bina Lias’at al-Muhtani al-Azdi, Sunan Abi Dawud, (Berut: Daar ibn Hizam, 1998) hal. 45.
16
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-Fiqh Al-Islami. Hal. 27.
bahwa seseorang telah meninggal dunia) maupun mati hukmi (yaitu kematian seseorang secara yuridis ditetapkan melalui keputusan hakim dinyatakan telah meninggal dunia. Ini bisa terjadi dalam kasus seseorang yang dinyatakan hilang tanpa diketahui dimana dan bagaimana keadaannya, setelah dilakukan upaya-upaya tertentu. Melalui keputusan hakim, orang tersebut dinyatakan meninggal dunia). Dan mati taqdiri (yaitu perkiraan seseorang telah meninggal dunia. Misalnya seseorang yang diketahui ikut berperang).17
b. Al-Warits, yaitu adalah orang yang dinyatakan mempunyai hubungan
kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan, atau karena akibat memerdekakan hamba sahaya.
c. Al-Mauruts yaitu harta benda yang menjadi warisan
2. Syarat-Syarat Waris
Syarat menurut etimologi adalah tanda, sedangkan menurut terminologi sesuatu karena ketiadaannya tidak akan ada hukum.18
Syarat Waris Ada Tiga Macam:
a. Meninggalnya pewaris dengan sebenarnya, maupun secara hukum, seperti
keputusan hakim atas kematian orang yang mafqud (hilang)
17
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Hal. 4
18
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-Fiqh Al-Islami. Hal. 28
b. Hidupnya ahli waris setelah kematian pewaris, walaupun secara hukum seperti anak dalam kandungan.
c. Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang pewarisan.19 Mengenai syarat yang ketiga (tidak adanya penghalang pewarisan) diantara para ahli faraidh, ada yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak termasuk kedalam syarat pewarisan, yang menjadi syarat pewarisan yang ketiga adalah: Mengetahui sebab-sebab yang mengikat ahli waris dengan si mayyit, seperti garis kekerabatan, perkawinan dan perwalian.20
3. Sebab-Sebab Waris
Sebab menurut etimologi adalah sesuatu yang menyampaikan kepada sesuatu
yang lain baik sesuatu tersebut bisa diraba seperti tali. Sedangkan menurut
terminologi adalah hal yang mengharuskan keberadaan hal yang lain, sehingga hal yang lain itu menjadikan hal yang lain tidak ada secara substansial.21 Contoh api merupakan sebab terjadinya kebakaran.
Sebab-sebab mewariskan yang disepakati ulama ada tiga macam
a. Kekerabatan
b. Pernikahan
c. Wala’ (membebaskan budak)
19
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Semarang: Toha Putera, 1972) hal. 426-427.
20
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,
(Jakarta: Gaya Media Pratama,2002) Cet ke-2, hal, 25.
21
Muhammad Sabatul al-Maridini, Sarhu al-Matnu al-Ruhbiyyah (Semarang, Usaha Keluarga, Tth) hal, 10
Sebab-sebab mewariskan yang diperselisihkan ulama yaitu Baitul Mal.22
4. Penghalang Mendapatkan Waris
Penghalang menurut etimologi adalah penghalang diantara dua hal. Sedangkan
menurut terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan ketiadaan sesuatu yang lain. Tentu saja ketiadaan sesuatu yang lain itu, tidak serta merta bermakna secara substansial. Dengan demikian, penghalang adalah keberadaannya, syarat adalah ketiadaannya, dan sebab adalah keberadaan dan ketiadannya.23
Penghalang mewarisi yang disepakati ada tiga macam
a. Berlainan Agama yaitu berlainnya agama orang yang menjadi pewaris
dengan orang yang yang menjadi ahli waris. Mengenai kedudukan berlainan agama sebagai penghalang warisan telah menjadi ijma’ ulama.24 Namun demikian menurut Muadz, Muawiyyah, Ibnu al-Musayyab, Masruq dan an-Nakha’i berpendapat bahwa penghalang warisan perbedaan agama, tidak termasuk bagi orang muslim untuk mewarisi harta peninggalan ahli warisnya yang non muslim.25
b. Perbudakan yaitu seorang budak tidak dapat mewarisi dan mewariskan
harta peninggalan dari dan kepada ahli warisnya. Ia tidak dapat mewarisi karena dipandang tidak cakap mengurus harta milik, dan status
22
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fi al-Fiqh Al-Islami, h. 41.
23
Ibid, hal 46.
24
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, hal, 37.
25
keluargannya terputus dengan ahli warisnya. Para ulama telah sepakat bahwa perbudakan sebagai penghalang warisan.
c. Pembunuhan. Jumhur ulama telah sepakat dalam menetapkan
pembunuhan sebagai penghalang kewarisan adalah pembunuhan yang disengaja dan disertai permusuhan. Hanya fuqaha dari golongan khawarij saja yang membolehkannya. Mereka juga beralasan bahwa ayat-ayat mawarits itu memberikan faedah yang umum, tidak dikecualikan si pembunuh. Oleh keumumannya ayat tersebut harus diamalkan.
Sedangkan selainnya masih diperselisihkan. Ulama Syafi’i berpendapat pembunuhan itu mutlak menjadi penghalang pewarisan, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, baik dilakukan karena menjalankan hak maupun bukan, baik pembunuhnya orang yang baligh maupun orang yang belum baligh. Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa pembunuhan yang menjadi halangan adalah (1) pembunuhan yang bersanksi qishas, yaitu yang dilakukan berdasarkan kesengajaan dengan mempergunakan alat-alat yang dapat dianggap menghancurkan anggota badan orang lain. (2) pembunuhan yang bersanksi kaffarat, yaitu pembunuhan yang dituntut sebagai penebus kelalainnya dengan membebaskan seorang budak wanita Islam atau kalau tidak mungkin, ia dituntut menjalankan puasa dua bulan berturut-turut, seperti pembunuhan
mirip sengaja, atau pembunuhan yang dianggap silap.26 Ulama Malikiyyah berpendapat sesungguhnya pembunuhan yang menjadi penghalang pewarisan ialah pembunuhan yang disengaja dan disertai
permusuhan, baik dilakukan langsung maupun tidak langsung.27 Ulama
Hanabilah berpendapat pembunuhan yang menjadi penghalang pewarisan adalah pembunuhan tanpa hak yang dibebani sanksi qishos, diyat dan kafarat.
Penghalang mewarisi yang tidak disepakati
a. Riddah yaitu keluar dari Islam. Orang tersebut disebut murtad, baik
dalam keadaan dapat membedakan secara sadar, maupun dalam keadaan bercanda. Yang diperselisihkan apakah kemurtadan menjadi penghalang yang diiringi dengan kekafiran yang sesungguhnya? Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu (1) Kebanyakan para Ulama berpendapat bahwa kemurtadan menjadi penghalang untuk mewarisi bila diiringi dengan kekufuran. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara kekafiran yang datang secara tiba-tiba dengan kekafiran yang dilakukan sejak awal, keduanya tetap menjadi penghalang. Namun satu hal yang penting, makna kekufuran sebenarnya secara hukum sudah mencakup bentuk-bentuk kekufuran yang lainnya. (2) Kalangan mazhab Syafi’iyyah berpendapat
26
Fathurrahman, Ilmu Waris (Bandung: Al-Maarif, 1975) Cet Ke-4, hal, 86.
27
bahwa kemurtadan merupakan penghalang mewarisi yang independen, tidak bisa digabungkan dengan persoalan berlainan agama.28
b. Berlainan Negara yang dimaksud adalah berlainan atau perbedaan jenis
pemerintah antara dua Negara. Jumhur Ulama termasuk didalamnya Imam Malik dan sebagian ulama-ulama Hanafiyyah, berpendapat bahwa berlainan Negara antara orang-orang non muslim tidak menjadi penghalang untuk saling mewarisi diantara mereka. Sebab nash tentang penghalang itu bersipat umum dan dapat mencakup kepada mereka juga. Nash yang melarang saling mewarisi antara dua orang ahli waris yang sama agamanya itu dapat saling mewarisi, meskipun berlainan Negaranya. Selama dalil yang bersifat umum ini tidak ada yang mentakhsisnya, maka dalil tersebut wajib diamalkan. Sedangkan Imam Abu Hanafiyah dan sebagian ulama Hanabilah menyatakan bahwa berlainan Negara antara orang-orang non muslim menjadi penghalang pewarisan mereka, karena terputusnya ismah (ikatan kekuasaan) dan tidak adanya hubungan perwalian, justru terakhir ini menjadi dasar warisan.29