o Diagnosa: Gangguan Pertukaran Gas S:
Frekuensi nafas cepat dan dalam (Dispnea)
Sakit kepala pada saat bangun
Gangguan penglihatan O:
Frekuensi pernafasan meningkat
Irama pernafasan tidak teratur (irregular)
Warna kulit tidak normal (pucat dan kehitaman)
Sianosis
Keringat yang berlebihan (Diaforesis)
Cuping hidung mengembang
Gelisah
Penurunan kesadaran
Peningkatan denyut nadi (Takikardia)
Hiperkapnia (Peningkatan PCO2>45 mmHg)
Hipoksemia (Penurunan saturasi oksigen (PO2) dalam darah)
Hasil lab menunjukan nilai AGDA tidak normal
(nilai normal: pH 7,35-7,45; PO2 80-100mmHg; PC02 35-45mmHg; HCO3 22-26 mmol/L, BE -2-(+2)
Alkalosis pH> 7,45
Alkalosi respiratorik pH >7,4; PCO2<35mmHg Alkalosis metabolik HCO3> 26 mmol/l
Asidosis pH <7,35
Asidosis respiratorik pH < 7,35 PCO2>42 mmHg Asidosis metabolik pH< 7,35 dan HCO3>28 mmol/l A: Gangguan Pertukaran Gas
P:
Observasi bunyi paru ; frekuensi napas, kedalaman,dan usaha pernapasan
Pantau status mental misalnya tingkat kesadaran somnolen
Observasi adanya sianosis
Pantau status pernapasan dan oksigenasi
Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi
Pantau hasil gas darah (pH, PO2, PCO2, HC03, BE)
Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida)
Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen
Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (misalnya, natrium bikarbonat untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa)
Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator, aerosol, dan nebulasi ultrasonik sesuai dengan keperluan pasien ( cnth: Ventolin)
Lakukan konsultasi dengan dokter tentang kebutuhan akan
pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
7.Diagnosa:Gangguan Perfusi Jaringan Serebral S:
Mengungkapkan nyeri kepala secara verbal
Mengungkapkan kelelahan dan kelemahan
Mengungkapkan dispnea (nafas cepat dan dalam) secara verbal O:
Penurunan Kesadaran
Kelemahan ektermitas atau kelumpuhan
Tidak terjadi perubahan reaksi pupil
Kesulitan menelan
Perubahan respon motorik 1 : tidak ada respon2 : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada)
3 : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada)
4 : tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsangan 5 : menjangkau stimulus saat diberi rangsangan nyeri 6 : mengikuti perintah
A: Gangguan perfusi jaringan serebral P:
Ukur tanda vital : suhu badan, tekanan darah, nadi, respirasi
Observasi status cairan termasuk asupan dan haluaran
Observasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaksivitas pupil,
Pantau refleks korneal, batuk dan muntah
Observasi hasil laboratorium AGDA : PO2, PCO2, dan kadar bicarbonat, SaO2 dan kadar hemoglobin untuk menentukan penerimaan oksigen ke jaringan
Kolaborasi dalam pemberikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral
Kolaborasi dalam pemberikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler
Kolaborsi dalam pemberikan obat diuretik dan osmotik misalnya ; Furosemid
Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai 45 derajat, bergantung pada kondisi klien dan permintaan medis
8. Diagnosa: Ansietas S:
Banyak bertanya tentang penyakitnya/ tindakan yang akan dilakukan
O:
Gelisah
Cemas
Tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu meningkat
Berkeringat dingin A: Ansietas
P:
Kaji tingkat kecemasan pasien.
Yakinkan pasien dengan menyentuh, saling memberi empatik, dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, terapi okupasi.
Berikan lingkungan yang tenang
Beri dorongan kepada keluarga untuk menemani pasien
Berikan informasi tentang diagnosa dan perawatan, instruksikan tentang teknik relaksasi, jelaskan semua prosedur.
Kolaborasi dalam pemberian pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan
9.Diagnosa : Defisit perawatan Diri S:
Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri O: ketidakmampuan untuk :
Menyuapkan makanan dari piring ke mulut
Menguyah makanan
Meletakkan makanan ke piring Memegang alat makan
Ketidakmampuan dalam melakukan :
Mengeringkan badan
Mengambil perlengkapan mandi
Masuk dan keluar kamar mandi
Membersihkan anggota tubuh A: Defisit perawatan Diri
P:
Libatkan keluarga dalam perawatan diri
Ajarkan pasien menggunakan metode alternative untuk makan/minum.
Sediakan makanan dalam porsi kecil
Berikan dukungan kemandirian dalam makan dan minum, bantu pasien jika perlu
Ajarkan pasien/keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan hygiene mulut
Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi
Mandirikan pasien dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu pasien hanya jika diperlukan
10. Diagnosa : Resiko Infeksi S:
Luka terasa gatal
Luka terasa panas
Luka terasa nyeri O:
Terdapat kerusakan integritas kulit
Pengetahun yang kurang untuk menghindari infeksi (kurang pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan)
Malnutrisi (Nilai albumin)
Penurunan nilai Hb, leukosit A:Resiko infeksi
P:
Anjurkan klien/keluarga untuk menjaga hygine pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan pasien
Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melapor ke pusat kesehatan
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik untuk pengendalian infeksi : Cefotaxim, Ceftriaxon.
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) INFEKSI NOSOKOMIAL
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga dan pasien mengerti dan memahami tentang Infeksi Nosokomial.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan akan dapat:
a. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan defenisi infeksi nosokomial b. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara penularan infeksi
nosokomial
c. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara pencegahan dari infeksi nosokomial
d. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan 6 tekhnik cara cuci tangan yang baik dan benar
B. Pokok Bahasan Infeksi Nosokomial
C. Sub Pokok Bahasan
1. Defenisi Infeksi Nosokomial 2. Cara Penularan Infeksi Nosokomial 3. Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial
4. 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Keluarga dan pasien yang di rawat di ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan
E. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Jum’at, 22 Juni 2012
Waktu : 09.00-selesai
Tempat : Ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan
F. Metode
Ceramah Demonstrasi Tanya Jawab
G. Media dan alat Leaflet
I. KegiatanPenyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Metode Kegiatan sasaran
Media dan alat Pendahuluan 1. Memberi salam pembuka
2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan pokok
bahasan dan tujuan penyuluhan
Ceramah Menjawab salam Memperhatikan Memperhatikan
Penyajian 1. Menjelaskan Pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan cara penularan infeksi nosokomial 3. Menjelaskan cara
pencegahan dari infeksi nosokomial
4. Menjelaskan dan mendemonstrasikan 6 tekhnik cara mencuci tangan yang baik dan benar
Ceramah Dan demonstr asi Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan Leaflet
Penutup 1. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
2. Memberikan pertanyaan kepada pasien serta keluarga
Diskusi Umpan balik Leaflet
J. Evaluasi 1. Struktur
Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan Media dan alat memadai
Setting sesuai dengan kegiatan
2. Proses
Pelaksanaan pre planning sesuai dengan alokasi waktu Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif
Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat diskusi
3. Hasil
Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi
MATERI PENYULUHAN A. Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
B. Cara Penularan Infeksi Nosokomial
Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (Cross infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Infeksi lingkungan (Environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI, 1995).
Menurut Jemes H,Hughes dkk, yang dikutip oleh Misnadiarli 1994, tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien. Seterusnya, kontak tidak langsung ketika objek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan
menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan luka paska operasi. Selain itu, penularan cara droplet infection dimana kuman dapat mencapai ke udara (air borne) dan penularan melalui vektor yaitu penularan melalui hewan/serangga yang membawa kuman (Depkes RI, 1995). C. Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk :
a) Membatasi transmisi organisme dari atau antara pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
b) Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
c) Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
d) Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.
e) Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya. Terdapat berbagai pencegahan yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi nosokomial. Antaranya adalah dikontaminasi tangan dimana transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama. Penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan apabila melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan yang dirawat di rumah sakit (Louisiana, 2002).
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidak aman contohnya adalah jarum, tabung atau keduanya yang dipakai secara berulang-ulang. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui jarum suntik maka diperlukan, penggunaan jarum yang steril dan penggunaan alat suntik yang disposabel. Masker digunakan sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Sarung tangan, sebaiknya
digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk setiap pasiennya, baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses (Louisiana, 2002).
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Administrasi rumah sakit harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali. Usahakan pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik boleh menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemprosesan serta filternya untuk mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri. Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan (Wenzel, 2002).
D. 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Ada 3 istilah dalam mencuci tangan yaitu hand wash, hand rub dan cuci tangan surgical. Yang memungkinkan untuk kita lakukan di rumah adalah hand wash dan hand rub karena cuci tangan surgical biasanya dilakukan oleh dokter-dokter pra dan pasca operasi. Hand wash dilakukan bila terlihat tangan kita kotor dan menggunakan air dan sabun sedangkan hand rub dilakukan bila tangan kita terlihat bersih dengan membersihkan tangan menggunakan cairan berbasis alcohol.
Berikut adalah langkah melakuka
Tuangkan cairan cuci tangan pada telapak tangan (hand rub) atau bisa menggunakan sabun dan air mengalir (hand wash) lalu ikuti gerakan cuci tangan pada gambar dibawah