• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PBLK

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B

RSUP H. Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Megita Maha Putri Sandani 071101047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, kasih dan pertolongan dariNya yang tiada henti kepada penulis, menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif dengan judul “Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan AsuhanKeperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan”.

Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini merupakan suatu tugas akhir bagi setiap mahasiswa jurusan keperawatan dan menjadi syarat utama untuk memperoleh gelar Ners di Fakultas Keperawatan USU. Laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(4)

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan laporan ini.

4. Ibu salbiah S.Kp, M.kep selaku ketua program studi pendidikan ners tahap profesi.

5. Ibu Rafiah, S.Kep, Ns, selaku kepala ruangan di ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin praktek, arahan dan bimbingan kepada penulis selama praktek lapangan.

6. Ibu Seniorita, S.Kep, Ns, selaku CI di ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin praktek, arahan dan bimbingan kepada penulis selama praktek lapangan.

7. Kepada seluruh staf pengawai ruangan di ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan yang telah banyak membantu pelaksaanan praktek lapangan ini.

5. Seluruh dosen pengajar S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pendidikan kepada penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi penulis secara administratif.

(5)

membangkitkan semangat penulis dalam mengerjakan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini. Kepada adik Fidela Cahya Sandani yang selalu membuat penulis terhibur dan tersenyum.

7. Sahabat-sahabat terbaik Hafizhoh Isneini P, Nesia Septiarini dan yang tak pernah berhenti menyemangati dan menasehati penulis.

8. Rini Lestari yang menjadi teman penulis dinas, dan menjadi teman untuk saling bertukar pendapat dan saling menyemangati .

9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Stambuk 2007 Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu penulis baik dalam penyelesaian laporan PBLK maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua kalangan terutama keperawatan.

Medan, Juli 2012

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B.Tujuan ... ... 3

C. Manfaat Penulisan ... ... 3

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 5

B. Analisa Ruangan Rawat ... 25

1. Pengkajian ... 25

2. Analisa Situasi ... 46

3. Rumusan Masalah ... 52

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 52

5. Implementasi ... 53

6. Evaluasi ... 54

C. Pembahasan ... 55

BAB IIIPENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 60

B. Tinjauan Kasus ... 86

1. Pengkajian ... 86

2. Diagnosa Keperawatan ... 100

3. Intervensi Keperawatan ... 102

4. Implementasi dan Evaluasi ... 105

5. Ringkasan Keperawatan Pasien Pulang ... 164

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 165

B. Saran ... 167

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tenaga Perawat di ruang Rindu B2 B ... 39

Tabel 2 Jumlah tenaga perawatan yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B berdasarkankategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)………....41

Tabel 3 Jumlah tenaga perawatan yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B berdasarkankategori asuhan keperawatan menurut Douglas……..………...42

Tabel 4 Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar ... 66

Tabel 5 Hasil Laboratorium Tanggal 2 Juni 2012 ... 96

Tabel 6 Hasil Laboratorium Tanggal 6 Juni 2012 ... 97

Tabel 7Penatalaksanaan Medis ... 98

Tabel 8 Analisa Data ... 99

Tabel 9 Hasil Laboratorium Tanggal 23 Juni 2012 (Pasien Resume) ... 128

Tabel 10 Hasil Laboratorium Tanggal 27 Juni 2012(Pasien Resume) ... 129

Tabel 11Penatalaksanaan Medis(Pasien Resume) ... 130

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Fungsional” ... 19

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ” Team Nursing” ... 20

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Primary Nursing” ... 22

Skema 4. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Manajemen Kasus” ... 23

Skema 5. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Model Modular... 24

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kontrak Belajar PBLK

2. Instrumen Manajemen Ruangan

3. Buku Panduan Pendokumentasian Evaluasi

4. SAP Pengendalian Infeksi dan Leaflet Pengendalian Infeksi 5. Hasil Penyuluhan Pengendalian Infeksi

6. Pendataan Alat-alat Inventaris

(10)

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Integumen: Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

Megita Maha Putri Sandani

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRAK:

Perawat merupakan tenaga medis yang paling sering berinteraksi dengan pasien. Dalam melaksanakan tugasnya perawat dituntut untuk dapat mengelola manajemen pelayanan dan juga asuhan keperawatan. Perawat harus mampu untuk berfikir secara kritis dalam memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasien. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatatasi masalah yang dialami pasien salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Berdasarkan hasil kegiatan praktik belajar lapangan komprehensifyang dilakukan dari tanggal 11 Juni sampai dengan 7 Juli 2012 menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatanmerupakan bagian yang terintegrasi dengan pemberian asuhan keperawatan. Pemberian pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka bakarpada Tn. P dan keluarga dapat mengubah perilaku pasien dan keluarga untuk turut serta mempercepat proses penyembuhan dan dapat membantu mengatasi masalah pasien demi meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteran pasien.

(11)

Management of Services Clients with Integument System Disorders: Burn Injuries (combustio) in room RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

Megita Maha Putri Sandani

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRACT:

Nurses are medical personnel who most often interact with patients. The work of nurses are required to be able to manage the service management and nursing care. Nurses should be able to think critically in solving problems and finding solutions that best meet the needs of patients. Many ways you can do to overcome the problems experienced by the patient one of them with health education. Health education is part of the overall health effort (promotive, preventive, curative and rehabilitative) that focuses on efforts to improve health status. The purpose of health education is to improve the health status and prevent disease, maintain existing health status, maximize function and role of the patient during the illness and help patients and families to cope with health problems. Based on the results of the practice of comprehensive field study conducted from June 11 until July 7, 2012 showed that administration of health education is an integrated part of the provision of nursing care. Provision of health education regarding the treatment of burns on Mr.. P and the family can change the behavior of patients and families to participate in accelerating the healing process and can help overcome the problems of patients in order to improve the health and welfare of patients.

(12)

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Integumen: Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

Megita Maha Putri Sandani

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRAK:

Perawat merupakan tenaga medis yang paling sering berinteraksi dengan pasien. Dalam melaksanakan tugasnya perawat dituntut untuk dapat mengelola manajemen pelayanan dan juga asuhan keperawatan. Perawat harus mampu untuk berfikir secara kritis dalam memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasien. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatatasi masalah yang dialami pasien salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Berdasarkan hasil kegiatan praktik belajar lapangan komprehensifyang dilakukan dari tanggal 11 Juni sampai dengan 7 Juli 2012 menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatanmerupakan bagian yang terintegrasi dengan pemberian asuhan keperawatan. Pemberian pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka bakarpada Tn. P dan keluarga dapat mengubah perilaku pasien dan keluarga untuk turut serta mempercepat proses penyembuhan dan dapat membantu mengatasi masalah pasien demi meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteran pasien.

(13)

Management of Services Clients with Integument System Disorders: Burn Injuries (combustio) in room RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

Megita Maha Putri Sandani

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRACT:

Nurses are medical personnel who most often interact with patients. The work of nurses are required to be able to manage the service management and nursing care. Nurses should be able to think critically in solving problems and finding solutions that best meet the needs of patients. Many ways you can do to overcome the problems experienced by the patient one of them with health education. Health education is part of the overall health effort (promotive, preventive, curative and rehabilitative) that focuses on efforts to improve health status. The purpose of health education is to improve the health status and prevent disease, maintain existing health status, maximize function and role of the patient during the illness and help patients and families to cope with health problems. Based on the results of the practice of comprehensive field study conducted from June 11 until July 7, 2012 showed that administration of health education is an integrated part of the provision of nursing care. Provision of health education regarding the treatment of burns on Mr.. P and the family can change the behavior of patients and families to participate in accelerating the healing process and can help overcome the problems of patients in order to improve the health and welfare of patients.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yg mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Untuk mencapai mutu pelayanan asuhan keperawatan yang baik dapat dicapai dengan manajemen yang baik pula (Nursalam, 2007).

Salah satu cara peningkatan pelayanan keperawatan adalah melalui Praktik Belajar Lapangan Komprehensif(PBLK). Praktik Belajar Lapangan Komprehensif merupakan salah satu program akhir kegiatan mahasiswa profesi yang terintegrasi antara penatalaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan secara komprehensif. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif merupakan mata kuliah yg bertujuan untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa perawat meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan.

(15)

pelayanan keperawatan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik, meliputi aspek manajemen pelayanan keperawatan dan juga manajemen asuhan keperawatan.

Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di ruangan RB2B RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 minggu, dimulai sejak 11Juni 2012 sampai 7 Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik dan pasien kelolaan.

Berdasarkan dari hasil pengkajian yang telah dilakukan di Ruang RB2B diperoleh bahwa ruang rawat RB2B mempunyai 3 stase yaitu bedah urologi, bedah plastik dan bedah cardiothorak. Salah satu kasus yang sering muncul pada stase bedah plastik adalah luka bakar (combustio).Sehingga untuk manajemen asuhan keperawatan dilakukan kepada Tn A dan Tn.P, sedangkan untuk manajemen ruangan dilakukan pada ruangan Rindu B2B sesuai dengan masalah yang ditemukan dari hasil analisa pada unsur planning, organizing, staffing, directing, controlling.

(16)

dapat dilakukan di rumah setelah pasien pulang ke rumah sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi dan membantu penyembuhan luka klien.

Tn. P sudah mengalami luka bakar akibat listrik yang kedua kalinya dan pasien ataupun keluarga kurang mengetahui pertolongan pertama yang dapat diberikan pada pasien dan perawatan yang dapat dilakukan keluarga setelah pasien pulang kerumah. Oleh karena itu, perlu diadakan pendidikan kesehatan tentang penanganan luka bakar dirumah.

2. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya PBLK ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep dan teori yang didapat selama pendidikan dan mampu mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional kepada individu dan keluarga serta mampu mengelolah manajemen asuhan keperawatan kepada pasien.

3. Manfaat

3.1.Mahasiswa Keperawatan

(17)

3.2.Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk evidance based nurse (EBN) dalam bentuk terapi modalitas perawat sehingga meningkatkan

kemandirian perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif. 3.3.Lahan Praktek

(18)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

(19)

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Manajemen keperawatan memiliki beberapa elemen utama berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (kepegawaian), directing (pengarahan) dan controlling ( pengendalian/evaluasi).

2.1 Planning (Perencanaan)

Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Swanburg (2000), planing adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya.

(20)

1) Tujuan Perencanaan

1. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.

2. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia efektif. 3. Membantu dalam koping terhadap situasi krisis.

4. Efektif dalam hal biaya.

5. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang.

6. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah. 2) Tahapan dalam Perencanaan

1. Menetapkan tujuan.

2. Merumuskan keadaan sekarang.

3. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan. 4. Mengembangkan serangkaian kegiatan. 3) Jenis Perencanaan

1. Perencanaan Strategi

(21)

2. Perencanaan Operasional

Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.

4) Manfaat Perencanaan

1. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.

2. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas

3. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

4. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan. 5. Memudahkan koordinasi.

6. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.

7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti. 8. Menghemat waktu dan dana.

5) Keuntungan Perencanaan

(22)

6) Kelemahan Perencanaan

1. Kemungkinan perkerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada konstribusi nyata.

2. Cenderung menunda kegiatan.

3. Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.

4. Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah itu terjadi.

5. Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tiadak konsisten.

2.2 Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999)

a) Manfaat Pengorganisasian

1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

(23)

3. Pendelegasian wewenang.

4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik. b) Tahapan dalam Pengorganisasian

1. Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam fungsi manajemen.

2. Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.

4. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh saff dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

5. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

2.3 Staffing (Kepegawaian)

Staffing adalah metodologi pengaturan staf, merupakan proses

yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000)

(24)

Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu kerja dan istirahat pegawai, yaitu:

1. Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit. 2. Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaan. 3. Memeriksa jadwal yang telah selesai.

4. Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen keperawatan.

5. Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf. 6. Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.

e. Directing (pengarahan)

Kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam suatu kegiatan yang unik dan tertentu (La Monica, 1998). Didalam kepemimpinan selalu melibatkan semua elemen dalam sistem pelayanan kesehatan dan yang mempengaruhi elemen tersebut adalah seorang pemimpin.

Menurut Kurt Lewin, terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan, yaitu:

1) Autokratik

(25)

menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

2) Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, mereka berorientasi pada bawahan. Kepemimpinan ini meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

3) Laissez Faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh dan pantang memberikan bimbingan kepada staf. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas kerja rendah dan staf frustasi.

e. Controlling ( Pengendalian/Evaluasi)

Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu

yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol, 1949 dalam Swanburg, 2000)

Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:

(26)

2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

3) Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.

4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

Terdapat 10 karekteristik suatu sistem kontrol yang baik, yaitu: a) Harus menunjukkan sifat dari aktifitas.

b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera. c) Harus memandang kedepan.

d) Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis. e) Harus objektif.

f) Harus fleksibel.

g) Harus menunjukkan pola organisasi. h) Harus ekonomis.

i) Harus mudah dimengerti.

j) Harus menunjukkan tindakan perbaikan.

Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:

(27)

Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

2) Kontrol Kualitas

Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka akan diperolah manfaat, antara lain:

1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.

2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan kerja.

3. Standar Asuhan Keperawatan

(28)

Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan dan dicatat.

Kriteria pengkajian meliputi:

a. Pengumpulan data dilakukan secara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

b. Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lainnya.

c. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi: 1) Satus kesehatan masa lalu.

2) Status kesehatan saat ini.

3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual. 4) Respon terhadap terapi.

5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal. 6) Resiko tinggi masalah.

7) Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan dan Baru)

Standar 2 : Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses pembuatan diagnosa adalah:

(29)

b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E) dan tanda/gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (P,E).

c. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data tersebut.

Standar 3 : Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria perencanaan keperawatan meliputi:

a. Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.

b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.

d. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Standar 4 : Implementasi Keperawatan

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses asuhan keperawatan, keriteria implementasi meliputi:

(30)

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai

konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodofikasi lingkungan yang digunakan.

e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

Standard 5 : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan, adapun kriteria prosesnya adalah:

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan.

c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

(31)

4. Metode Asuhan Keperawatan

Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dalam Priharjo R, 1995).

a. Metode Kasus

Disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shif. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru. b. Metode Fungsional

(32)

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

Sumber : DEPKES, (2002). StandarTenaga Keperawatan di Rumah Sakit, cet 1. Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

c. Metode Tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi kesehatan dan perawatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus ada adalah

Kepala Ruangan

Perawat : Pengobatan

Perawat : Merawat luka

Perawat : Pengobatan

Perawat : Merawat luka

(33)

konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada pasien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing

Sumber: Swanburg R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim

Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien

(34)

d. Keperawatan Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari / minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen.

Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

(35)

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

Sumber : Giliies, D. A. (2005). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem, ed. 2. Chicago, Illiones:W.B Saunders Company.

e. Sistem Manajemen Kasus

Ini merupakan sistem pelayanan keperawatan yang lebih baru dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manajer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu.

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit. 3) Dengan mengadakan diagnosa.

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.

Kepala Ruangan Sarana/RS Dokter

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat Pelaksana Jika diperlukan

(Cadangan) Perawat

Pelaksana Malam Perawat

(36)

Skema 4. Sistem pemberian Asuhan Keperawatan Manajemen Kasus

Sumber: Swanburg R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

f. Modifikasi: MAKP Tim-Primer (MAKP Modular)

Pada model MAKP Tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2008) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.

2) Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. 3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

(37)

besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.

Skema 5. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Model Modular

S

Sumber: Giliies, D. A. (2005). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem, ed. 2. Chicago, Illiones:W.B Saunders Company.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

(38)

B. Analisa Ruang Rawat 1. Pengkajian

Analisis Situasional fungsi manajemen merupakan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU, yang melaksanakan dinas di Ruang Rindu B2B, untuk mengkaji keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan pekerjaan di Rindu B2B, dengan melihat keberfungsian dari sistem manajemen keperawatan. Pengkajian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kelemahan dalam manajemen agar dapat diintervensi untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

(39)

Skema 6. Struktur Organisasi Ruangan Rindu B2 B

Keterangan : * sedang melanjutkan pendidikan ke S1 ** sedang melanjutkan pendidikan ke D3 1.1 Planning

Ruangan RB2B tidak memiliki visi, misi, motto dan falsafah ruangan. Namun ruangan RB2B menjadikan visi, misi, motto dan falsafah keperawatan RSUP H. Adam Malik sebagai pedoman dalam memberikan

Kepala Ruangan Rafiah, S.Kep, Ns

Clinical Instructure Seniorita, S.Kep, Ns

Tata Usaha Waris Sembiring, AmK

TIM 1

Penanggung Jawab Tim Eka Sari, S.Kep, Ns

Anggota

Uliana Tambunan, S.Kep* Narko b. Padang, S.Kep, Ns

Sri Aryani, AmK Rita Taruli Sihombing **

Neng Sagala Aida Hanum Juni Simamora, AmK Nesta N. Sinaga, AmK Tonggo Hutabalian, AmK Ketua Tim

Meri Lusiana, S.Kep, Ns Anggota Laing Saragih, AmK Munardah Suhaila, AmK

Iramawati Yanti Purnama Sari** Hotma Marpaung, AmK

Risma Siahaan, S.Kep* Ester Dolok Saribu, AmK

Siti Nurhayati, AmK

(40)

pelayanan kesehatan. Adapun visi, misi, motto, dan falsafah keperawatan RSUP H. Adam Malik adalah sebagai berikut:

Ruangan Rindu B2 B merupakan ruang rawat yang memberikan pelayanan terhadap pasien pria dan wanita pasca bedah. Ruangan ini memiliki visi, misi, dan falsafah ruangan yang dijadikan sebagai pedoman dalam membeikan pelayanan kesehatan. Adapun visi, misi, dan falsafah ruangan Rindu B2 B adalah sebagai berikut:

Visi Keperawatan

”Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2015.”

Misi Keperawatan

”Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.”

“Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk menghasilkan SDM keperawatan yang profesional dengan penggunaan logistik keperawatan secara efisien dan efektif.”

Motto Pelayanan Keperawatan

“Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan harus bersikap 3 S” :

- Senyum yang manis - Sapa yang ramah

(41)

Falsafah Pelayanan Keperawatan

”Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan biopsikososial dan kultural yang komprehensif dengan mengutamakan kepentingan pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga keperawatan.”

Berdasarkan pengkajian diperoleh bahwa ruangan Rindu B2 B memberikan pelayanan kesehatan untuk pasien dengan Umum, Askes, Jamkesmas, Jamkesda, dan SKTM.

Standar pelayanan keperawatan di ruangan Rindu B2 B adalah a. Pelayanan harus sesuai dengan standar pelayanan medis

b. Pelayanan yang diberikan adalah spesialis dan sub spesialis dan dilaksanakan secara terpadu

c. Adanya panduan orientasi bagi pasien dan keluarga

(42)

Namun Berdasarkan hasil observasi dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan, SAK dan pendokumentasian askep belum dijalankan secara maksimal dimana dari 34 orang pasien diambil sebagai sampel 12 orang maka diperoleh bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan untuk pengkajian ditulis tidak lengkap benar sebanyak 3 orang (25 %), tidak diisi 9 orang (75 %). Diagnosa ditulis lengkap benar sebanyak 1 orang (8,3 %), tidak lengkap tidak benar sebanyak 2 orang (16,7 %), tidak diisi sebanyak 9 orang (75 %). Perencanaan ditulis tidak lengkap benar sebanyak 2 orang (16,7 %), tidak lengkap tidak benar sebanyak 1 orang (8,3 %), tidak diisi sebanyak 9 orang (75 %). Implementasi ditulis tidak lengkap benar sebanyak 12 orang (100 %). Evaluasi ditulis lengkap tidak benar sebanyak 3 orang (25 %), tidak lengkap benar sebanyak 9 orang (75 %).

1.2 Pengorganisasian

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, diketahui bahwa ruangan rawat inap RB2B berada dibawah koordinasi kepala instalasi Dr wisman M, SpA, dan kepala program kerja (Kapokja) Keperawatan Ns. Mariati, S.Kep, Kepala Ruang rawat inap RB2B adalah Ns. Rafiah, S.Kep dan Clinical Instruktur adalah Ns. Seniorita, S.Kep.

1.2.1 Metode Penugasan di RB2B

(43)

bedah urologi, dan satu tim menanggungjawabi dua bagian yaitu sub bedah plastik serta cardio thoraks dan vaskularisasi.

Menurut kepala ruangan Rindu B2 B metode tim ini efektif dan sudah berjalan dengan baik. Metode ini memudahkan pelaksanaan kerja perawat sesuai dengan bagian yang telah ditentukan pada setiap tim. Selain itu, metode tim ini juga memudahkan kepala ruangan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja staffnya. Namun, metode tim ini belum berjalan murni karena masih ada perawat yang bertugas secara fungsional yaitu TL (Tugas Luar) dan penanggung jawab alat.

1.2.2 Deskripsi Kerja di RB2B

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas kepada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Deskripsi kerja di ruang Rindu B2 B adalah sebagai berikut :

Persyaratan : Kepala Ruangan

1. S 1 Keperawatan dengan pengalaman kerja 2 – 3 tahun 2. D III Keperawatan dengan pengalaman kerja 4 – 8 tahun 3. Memiliki kemampuan memimpin

(44)

Kedudukan

Kepala ruangan adalah seorang perawat profesional secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang keperawatan melalui perawat pengawas keperawatan, secara operasional bertanggung jawab kepada kepala instalasi.

Tugas Pokok

Membantu pelaksanaan bimbingan asuhan keperawatan, penerapan etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan. Uraian Tugas

1. Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan klien/anggota keluarga.

2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan.

3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan selalu siap pakai.

4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua group/tim dan pelaksanaan agar melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, etis dan profesional.

5. Melaksanakan program orientasi kepada :

- Tenaga baru - Siswa/mahasiswa

- Klien/anggota keluarga baru

(45)

7. Mengelompokkan klien/anggota keluarga menurut penempatannya ruangan menurut tingkat jenis kelamin untuk mempermudah asuhan keperawatan.

8. menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas, klien/anggota keluarga/keluarga sehingga memberi ketenangan.

9. Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal 2 kali perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan.

10.Memeriksa dan meneliti :

- Pengisian daftar permintaan makanan - Pengisian sensus harian

- Pengisian buku register - Pengisian rekam medik

11.Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 5 tahapan :

- Pengkajian keperawatan - Diagnosa keperawatan - Perencanaan keperawatan - Pelaksanaan keperawatan - Evaluasi keperawatan

(46)

Persyaratan Ketua TIM

1. S 1 Keperawatan dengan pengalaman kerja 1 – 2 tahun 2. D III Keperawatan dengan pengalaman kerja 3 – 5 tahun 3. Memiliki kemampuan memimpin

4. Berwibawa dan sehat Kedudukan

Perawat ketua group/tim adalah seorang perawat profesional dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.

Tugas Pokok

Melaksanakan Asuhan Keperawatan kepada klien/anggota keluarga sesuai standard profesi serta menggunakan dan memelihara logistik keperawatan secara efektif dan efisien.

Uraian Tugas

1. Bersama anggota group/tim melaksanakan Asuhan Keperawatan sesuai standar.

2. Bersama anggota group/tim mengadakan serah terima tugas dengan group/tim (group petugas ganti) mengawasi :

- Kondisi klien/anggota keluarga - Logistik keperawatan

- Administrasi rekam medik

(47)

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan.

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga keluarga baru mengenai :

- Tata tertib ruangan rumah sakit - Perawat yang bertugas

9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan. 10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan :

- Mengatur tugas cleaning service - Mengatur tugas peserta didik

- Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan

11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan. 12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan.

(48)

Uraian Tugas

CI (Clinical Instructure)

1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik 2. Melakukan pre conference dan membahas laporan pendahuluan

3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien

4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi teraupetik 5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan 6. Melakukan bed side teaching

7. Melakukan ronde keperawatan

8. Mengambil alih tindakan yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu

9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta didik dalam melakukan asuhan keperawatan

10. Mambimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di suatu tempat/ruangan

11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila peserta didik tidak hadir

a. Memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal: melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan

(49)

12. Memberi penilaian terhadap hasil kerja peserta didik sesuai dengan tempat tugasnya dan menyerahkan kepada koordinator instruktor klinis setiap akhir minggu

13. Mengkoordinasikan tugas bimbingan kepada penanggung jawab sore dan malam.

Uraian Tugas Perawat Pelaksana

1. Melakukan Asuhan Keperawatan sesuai standar.

2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai :

a. Kondisi klien/anggota keluarga b. Logistik keperawatan

c. Administrasi rekam medik

d. Pelayanan pemeriksaan penunjang e. Kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

(50)

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai :

a. Tata tertib ruangan/rumah sakit b. Perawat yang bertugas

9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan.

10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: a. Mengatur tugas cleaning service. b. Mengatur tugas peserta didik

c. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.

11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan. 12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan.

13. Menulis laporan tim/group mengenai kondidi klien/anggota keluarga dan lingkungannya.

14. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga/keluarga

(51)

1.2.3 Pendelegasian Tugas

Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kepala Ruangan, sistem pendelegasian tugas keperawatan di ruang RINDU B2 B dilaksanakan sesuai metode penugasan tim, dimana pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan kepada ketua tim secara lisan. Apabila kepala ruangan dan ketua tim berhalangan hadir maka pendelegasian tugas diserahkan pada CI. Ketetapan yang digunakan dalam penentuan ketua tim dan perawat pelaksana adalah berdasarkan kemampuan, tanggung jawab, disiplin, Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan pendidikan.

1.3 Staffing

(52)

Tabel 1. Tenaga Perawat di ruang Rindu B2 B

Kepala Ruangan CI

Ketua Tim

Penggung Jawab Tim

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana TU

Keterangan : Dalam struktur organisasi ada 2 KaTim, namun KaTim 2 belum resmi diangkat dan untuk sementara masih menjadi penanggung jawab Katim.

Pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruangan Rindu B2 B berdasarkan dinas pada tanggal 15 Juni 2012 sebagai berikut:

Pagi : 13 orang yang terdiri dari 1 orang Karu, 1 orang CI. 1 orang TU, dan 1 orang penanggung jawab alat 1 orang TL, sehingga perawat pelaksana berjumlah 8 orang yang dibagi menjadi 4 orang di stase urologi, 2 orang di stase bedah plastik, 2 orang di stase kardio toraks.

Sore : 3 orang

Malam : 3 orang

Libur : 4 orang

(53)

Pembagian jam kerja untuk:

Dinas pagi : jam 08.00 – 15.00 Dinas sore : jam 14.00 – 21.00 Dinas malam : jam 20.00 – 09.00

Jadwal dinas perawat di ruang RINDU B2 B disusun oleh kepala ruangan. Pengaturan jadwal perawat yang izin/cuti diberikan maksimal pada 2 orang. Jadwal pada hari libur, perawat yang berdinas hanya sebagian dan diatur oleh kepala ruangan. Sedangkan jadwal dinas perawat yang tugas belajar disesuaikan dengan jadwal belajar perawat tersebut.

Operan tanggung jawab perawatan dilakukan setiap perawatan. Operan tanggung jawab diikuti oleh semua perawat yang bertugas. Operan dengan cara bed to bed dilakukan saat operan dinas pagi ke dinas sore, dinas sore ke dinas malam, dinas malam ke dinas pagi. Operan bed to bed penting dilakukan untuk mengetahui keadaan umum pasien sehingga perawat dapat mengetahui perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menentukan tindakan perawatan selanjutnya.

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

(54)

Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR:

BOR = rata−rata pasien

tempat tidur pasien× 100%

BOR =37

50× 100% = 74%

Table 2. Jumlah tenaga perawatan yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori

Rata-rata Jumlah Pasien/ hari

Rata-rata Jam Perawatan/

hari

Total Perawatan/ hari 1 Askep

1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

�����ℎ��������������

����������������� =

137,56

7 = 19,65

2) Jumlah hari libur (loss day):

(�����ℎℎ��������������ℎ��+����+ℎ��������)

�����ℎℎ���������������

×�����ℎ�������

52 + 7 + 14

240 × 19,65 = 5,97

3) Pekerjaan Non Keperawatan:

(55)

(19,65 + 5,97) x 25% = 6,405 4) Jumlah kebutuhan perawat:

Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur + pekerjaan non keperawatan

19,65 + 5,97 + 6,405 = 32,025 = 32 orang

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B menurut Depkes adalah 32 orang + 1 orang kepala ruangan = 33 orang.

Table 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975)

Jumlah kebutuhan perawat Pagi Siang Malam

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah:

(56)

Dari data di atas diperoleh jumlah tenaga perawat yang ada saat ini sebanyak 24 orang (23 orang perawat + 1 orang tata usaha). Untuk penerapan standar asuhan keperawatan dengan metode penugasan tim dengan rata-rata jumlah pasien ±37 orang per hari dibutuhkan tenaga perawat sebanyak 33 orang menurut Depkes sehingga jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B belum mencukupi dan dibutuhkan penambahan 10 orang perawat sementara menurut Douglas dibutuhkan 29 orang dan dibutuhkan penamabahan 6 orang perawat lagi.

1.4 Directing

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 16 Juni 2012 pukul 11.00 WIB, kepala ruangan menggabungkan gaya kepemimpinan otoriter dan demokrasi, dimana pemimpin mampu menempatkan kapan harus mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, dalam menggerakkan staf selalu memperhatikan kemampuan stafnya, senang menerima kritik, saran, dan pendapat dari staf, serta menempatkan kapan harus tegas mengambil keputusan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditetapkan bersama antara pemimpin dan bawahan.

(57)

terdapat konflik dalam ruangan, jika ketua tim tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut maka kepala ruangan beserta staf-stafnya mendiskusikan masalah tersebut dan segera diselesaikan. Bila konflik yang terjadi bersifat intern antar pegawai maka kepala ruangan akan menyelesaikannya bersama dengan pegawai yang bersangkutan di dalam ruangan kepala ruangan.

1.5 Controlling

Kepala Ruangan berperan sebagai supervisor. Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan setiap hari. Monitoring terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan pada saat melakukaan supervisi. Penanggung jawab dalam pendokumentasian dilakukan oleh ketua tim 1 dan penanggung jawab tim 2, dimana mereka melakukan pendelegasian kepada perawat pelaksana untuk melakukan asuhan keperawatan. Begitu juga halnya dalam memonitoring kerja perawat di ruangan.

(58)

reward(penghargaan) berupa jasa pelayanan bagi perawat yang melakukan

tugasnya dengan baik dan peduli dengan pasien

(59)

2. Analisa Situasi 2.1 Planning

S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)

• Memiliki visi, misi, dan falsafah ruangan yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan

pelayanan kesehatan. • Memberikan pelayanan

pada pasien Askes, jamkesmas, JKA, dan umum.

• Sudah adanya format dokumentasi yang terintergrasi (catatan integrasi) yang digunakan sebagai dokumentasi semua tenaga medis.

• Ruangan rindu B2 B telah difasilitasi dengan SAK dan SOP

• Diadakannya pertemuan

• Pendokumentasian asuhan keperawatan pasien belum sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang

terdapat di ruangan rindu B2 B, terutama

pendokumentasian evaluasi.

• Sudah terdapat format pendidikan kesehatan kepada pasien tetapi pelaksanaannya belum optimal.

• Pencatatan atau

pendataan ulang kondisi alat-alat inventaris belum berjalan optimal • Penempatan

alat-alat/obat-obat

• Adanya mahasiswa yang sedang praktek belajar di RSUP HAM Medan. • Adanya kesempatan

bagi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

• Adanya tuntutan masyarakat yang tinggi untuk mendapatkan

pelayanan yang lebih professional.

• Rumah sakit lain yang mempunyai SDM yang lebih baik dan berkualitas. • Era globalisasi yang

menuntut adanya pelayanan

keperawatan yang berkualitas dan bermutu. • Anggapan

(60)

berkala minimal 2x/hari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan

emergency belum tersusun rapi

sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek.

2.2 Organizing

S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)

• Memiliki struktur organisasi yang jelas dan melakukan pendelegasian sesuai alur struktur.

• Ruang rindu B2 B memiliki ketetapan yang sudah jelas dalam penempatan katim, CI, dan perawat pelaksana berdasarkan jenjang pendidikan.

• Di setiap shift baik pagi, sore, dan malam sudah ditetapkan perawat penanggungjawab • Jadwal dinas disusun setiap

bulan secara jelas dan fleksibel

• Metode penugasan

adalah metode tim, tetapi belum dilakukan secara optimal karena masih ada metode fungsional

dimana adanya pembagian perawat pelaksana yang khusus seperti petugas luar.

• Sistem pendelegasian tugas yang dilakukan secara lisan dapat menimbulkan resiko penyalahgunaan

wewenang.

• Berdasarkan wawancara

Adanya pedoman uraian tugas mengacu kepada Depkes RI

(61)

• Deskripsi tugas perawat tersusun dengan jelas

dengan kepala ruangan pada tanggal 15 juni 2012 menyatakan belum adanya orang yang tepat menjabat sebagai katim 2 karena belum ada yang memenuhi kriteria yaitu pengalaman kerja, keterampilan, tanggung jawab dan peduli terhadap pasien.

2.3 Staffing

S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)

• Jumlah tenaga perawat dengan jenjang pendidikan S1 keperawatan 7 orang dan D3 keperawatan 10 orang.

• Rekruitmen pegawai melalui ujian penerimaan dari DEPKES RI ( Pusat)

• Adanya orientasi kepada pegawai baru selama 3 bulan.

• Adanya perawat yang telah

• Ruangan rindu B2 B hanya memiliki 1 orang ketua tim.

• Masih adanya perawat sebanyak 5 orang yang memiliki tingkat pendidikan SPK. • Kurangnya petugas non

perawat sehingga petugas perawat ada yang

• Terbukanya peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

• Adanya kerjasama perawat dengan mahasiswa yang praktek klinik

(62)

mengikuti pelatihan sebanyak 10 orang (lampiran).

• Adanya rotasi atau mutasi pegawai yang bersifat fleksibel setiap 3 bulan sekali sesuai kebijakan karu.

• Adanya kenaikan pangkat setiap satu kali dalam tiga tahun dan kenaikan gaji secara berkala setiap satu kali dalam dua tahun (bagi perawat yang memiliki kinerja yang baik). Perawat yang memiliki kinerja yang baik akan mendapatkan reward berupa penambahan jasa pelayanan yang diusulkan oleh KaRu, sedangkan perawat yang memiliki kinerja yang kurang baik akan mendapatkan sanksi berupa teguran dari KaRu dan pengurangan jasa pelayanan.

melakukan tugas non keperawatan (farmasi, administrasi, tugas luar dan gizi).

(63)

2.4 Directing

S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T (Threat)

• Kepala ruangan menerapkan gaya kepemimpinan

demokratis. • Adanya CI yang

mengkoordinir mahasiswa yang sedang Praktek Belajar Lapangan (PBL).

• Karu belum mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S2

• Adanya kesempatan bagi pegawai baru untuk mendapatkan pengarahan dari karu.

• Adanya tuntutan yang lebih besar dari pasien/keluarga untuk mendapatkan pelayanan

keperawatan yang lebih professional

2.5 Controlling

S (Strength) W (Weakness) O (Opportunity) T(Threat)

• Adanya penilaian kinerja perawat yang dilakukan oleh KaRu setiap satu kali sebulan (IKI) dan penilaian yang dilakukan oleh bidang keperawatan setiap satu kali dalam tiga bulan (IKU).

• Monitoring terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pasien belum rutin dilakukan.

• Belum adanya

pengawasan bagi perawat dalam memberikan

• Adanya kesempatan bagi Perawat yang memiliki kinerja yang baik untuk mendapatkan reward berupa penambahan jasa

(64)

• Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap pegawai dan asuhan keperawatan di ruangan Rindu B2 B. • Adanya kolaborasi dan

koodinasi yang baik dengan tim kesehatan lain

• Kepala ruangan melakukan visit ke ruangan setiap hari.

• Perawat mendampingi pasien pada saat visite dokter

(65)

3. Rumusan Masalah

a) Berdasarkan hasil analisa ruangan, maka penulis merumuskan masalah yang terdapat di ruangan yaitu

• Pendokumentasian Askep khususnya evaluasi belum berjalan

optimal.

• Belum optimalnya pendokumentasian dan pelaksanaan

pendidikan kesehatan

• Belum adanya pendataan alat-alat inventaris

• Penempatan dan penamaan obat-obat emergency belum tersusun

rapi

b) Berdasarkan pengakajian pasien, maka penulis merumuskan masalah pada manajemen asuhan keperawatan yaitu:

• Kurangnya informasi yang diperoleh keluarga dan pasien

mengenai perawatan luka bakar.

4. Rencana Penyelesaian Masalah a) Manajemen ruangan

• Membuatkan buku panduan pendokumentasian evaluasi (SOAP)

berdasarkan diagnosa yang paling sering muncul di ruang RB2B • Membantu perawat RB2B melakukan pendidikan kesehatan dan

mendokumentasikan di format edukasi.

(66)

• Membantu perawat RB2B menyusun alat-alat dan obat-obat

emergency dan membuat label disetiap kotak agar memudahkan kerja perawat.

b) Mana jemen Asuhan Keperawatan

• Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka

bakar.

5. Implementasi

a) Manajemen Ruangan

• Tanggal 16 Juni 2012 melakukan pendataan ulang terhadap

alat-alat inventaris.

• Tanggal 18 Juni 2012 menyusun alat-alat dan obat-obat

emergency serta memberi penamaan di setiap kotak.

• Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengendalian infeksi

kepada seluruh pasien di ruangan RB2B dan membantu perawat mendokumentasikan di format edukasi pada tanggal 22-23 Juni 2012.

• Membuat buku panduan pendokumentasian evaluasi (SOAP) dan

(67)

b) Mana jemen Asuhan Keperawatan

• Melakukan penyuluhan mengenai perawatan luka bakar pada Tn.

P dan keluarga tanggal 2 Juli 2012.

6. Evaluasi

a) Manajemen Ruangan

• Setelah dilakukan pencatatan alat-alat inventaris pada tanggal 16

Juni 2012 diketahui bahwa masih banyak alat-alat inventaris di ruang RB2B yang sudah tidak layak pakai atau tidak dapat dipergunakan sama sekali, untuk itu perlu adanya pencatatan alat inventaris agar ruangan dapat mengajukan pengadaan alat-alat inventaris yang baru, sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan kepada pasien secara optimal.

• Setelah dilakukan penyusunan serta penamaan alat-alat serta

obat-obat emergency tanggal 18 Juni 2012, hal ini memudahkan perawat perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang cepat dan tepat kepada pasien.

• Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai pengendalian

(68)

• Setelah diberikan buku panduan pendokumentasian evaluasi,

perawat dapat mendokumentasikan evaluasi secara baik, terbukti dengan dari 23 status yang diperiksa hanya 5 status (21,7%) yang tidak benar cara pendokumentasian evaluasinya, sedangkan selebihnya telah membuat evaluasi sesuai dengan buku panduan. b) Mana jemen Asuhan Keperawatan

• Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka

bakar keluarga pasien paham dan mampu menjelaskan kembali bagaimana perawatan luka bakar, keluarga pasien mengatakan akan memberikan anaknya dengan nutrisi yang tinggi protein dan menjaga hygiene diri sehingga luka terhindar dari infeksi.

C. Pembahasan

a) Manajemen Ruangan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di ruang RB2B pada tanggal 11- 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai diantaranya (1) Pendokumentasian Askep khususnya evaluasi belum berjalan optimal; (2) Belum optimalnya pelaksanaan dan pendokumentasian pendidikan kesehatan; (3) Belum adanya pendataan alat-alat inventaris; (4) Penempatan dan penamaan obat-obat emergency belum tersusun rapi.

(69)

1. Pendokumentasian Askep khususnya evaluasi belum berjalan optimal.

Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik tentang respon klien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medik klien. Pencatatan data yang akurat dan lengkap akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Untuk meyelesaikan masalah ini, praktikan membuatkan buku panduan pendokumentasian evaluasi guna mempermudah pekerjaan perawat dalam melakukan pendokumentasian. Dari hasil evaluasi diketahui setelah diberikan buku panduan pendokumentasian evaluasi, perawat dapat mendokumentasikan evaluasi secara baik, terbukti dengan dari 23 status yang diperiksa hanya 5 status (21,7%) yang tidak sesuai cara pendokumentasian evaluasinya dengan buku panduan.

2. Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan kesehatan dan pendokumentasian pada format edukasi.

(70)

memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.

Maka dari itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut praktikan melakukan penyuluhan mengenai pengendalian infeksi dan mendokumentasikan dalam format edukasi. Dari hasil evaluasi penyuluhan yang telah dilakukan peserta penyuluhan tampak antusias, kooperatif, aktif dalam kegiatan penyuluhan.

3. Belum adanya pendataan alat-alat inventaris dan penempatan serta penamaan obat-obat emergency belum tersusun rapi

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

(71)

melakukan pendataan alat-alat inventaris, guna sebagai dasar bagi kepala ruangan untuk melakukan pengajuan pengadaan alat-alat inventaris yang sudah tidak layak pakai serta menyusun dan memberikan penamaan pada obat-obat emergency Sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal, guna mempercepat kesembuhan pasien.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan diperoleh bahwa masih banyak alat-alat inventaris di ruang RB2B yang sudah tidak layak pakai atau tidak dapat dipergunakan sama sekali (terlampir). Dengan dibuatkan penamaan obat-obat emergency dapat memudahkan perawat dalam melakukan tugasnya.

b) Manajemen Asuhan Keperawatan

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

(72)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

D. Landasan Teori 1. Definisi Luka Bakar

Luka Bakar merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi (Price, 2002). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber panas kepada tubuh (Moenajat, 2001).

(73)

2. Etiologi

Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, luka bakar radiasi, luka bakar kimia dan luka bakar listrik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakn lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen penyebab. Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi. Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Perawatn luka bakar harus direncanakan menurut luas dan kedalamannya, kemudian perawatan dilakukan melalui tiga fase yaitu fase akut, fase sub akut dan fase lanjut. (Smetlzer, 2002)

3. Klasifikasi

a. Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi tiga fase yaitu • Fase akut

Gambar

Tabel 1. Tenaga Perawat di ruang Rindu B2 B
Table 2. Jumlah tenaga perawatan yang dibutuhkan di ruang rawat inap
Table 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB2B
Tabel 4 Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pengkajian data yang ditemukan pada klien Tn.I dengan gangguan kebutuhan dasar Imobilisasi, klien mengatakan nyeri di daerah luka bakar, klien terlihat gelisah,

Yang harus dilakukan Perawat dalam mengatasi masalah imobilisasi antara lain dengan perbaikan status gizi, memperbaiki kemampuan monilisasi, melaksanakan latihan pasif dan aktif,

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi dan makna maupun tata bahasa tata cara penulisan oleh karena itu penulis sangat

keseimbangan cairan yang normal : tidak adanya ifeksi :tercapainya status anabolic dan berat badan yang normal : membaiknya integritas kulit ; pengurangan rasa nyeri

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit. Umum

Tentang Empati Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap.. RSUD

Sewaktu memberikan makanan harus secara perlahan, makanan yang tiap kali diberikan ke pasien harus kadar secukupnya atau dengan jumlah yang sedikit saja, bagi pasien

Perawat dapat memberikan nasihat dengan baik Perawat menguasai tentang hal yang dijelaskannya Pasien dapat memahami penjelasan perawat Perawat cukup sabar dalam menghadapi